Anda di halaman 1dari 25

BAB III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (literature review)
yang dilakukan untuk mengetahui keefektivan metode bladder training dalam
mengatasi gangguan retensi urin dan inkontinensia urin pada ibu post partum.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisis diperoleh sebagai berikut :
Tabel 3.1. Karakteristik Artikel

Jumlah yang
Karakteristik Artikel didapatkan
(n = 10)

Tahun publikasi :
1. 2015 - 2017 6
2. 2019-2020 4

Metode Penelitian :
1. Quasy eksperimen 6
2. Quasy eksperimental Semu 1
3. Randomized controlled trial 3

Desain penelitian :
1. Non equivalent control group 2
2. One design pre test and post test group 4
3. Tidak disebutkan dalam penelitian 4

Instrumen penelitian :
1. Lembar observasi 1
2. Tidak disebutkan didalam penelitian 9

Teknik sampel :
1. Purposive sampling 3
2. Non probability sampling 1
3. Total Sampling 2
4. Tidak disebutkan didalam penelitian 4

Berdasarkan hasil sintesis data dari 10 artikel yang terpilih memenuhi


kriteria ini terdapat penelitian dengan tahun publikasi penelitian antara tahun
2015 – tahun 2017 sebanyak 6 artikel dan tahun 2019 – 2020 sebanyak 4
artikel. Metode penelitian yang digunakan pada 10 jurnal yang direview
yaitu :
Tabel 3.2. Metode Penelitian Dalam Jurnal Review
Metode Penelitian Jumlah
1. Quasy eksperimen 6
2. Quasy Eksperimental Semu 1
3. Randomized controlled trial 3
Desain Penelitian :
2
4. Non equivalent control group
5. One design pre test and post test group 4

6. Tidak disebutkan dalam penelitian 4

Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi sebanyak 1 artikel dan


tidak mencantumkan instrumen yang digunakan dalam penelitiannya
sebanyak 9 artikel.Teknik sampling yang digunakan menggunakan Purposive
sampling sebanyak 3 artikel, Non probability sampling sebanyak 1 artikel dan
Total Sampling sebanyak 2 artikel danTidak disebutkan didalam penelitian
sebanyak 4 Artikel. Total sampel sebanyak adalah 325 ibu post partum. di 10
artikel.
Karakteristik responden, pada penelitian ini semua responden adalah
wanita dengan umur paling mudah 19 tahun dan paling tinggi 45 tahun dengan
rata rata pekerjaannya adalah PNS, Swasta dan wiraswasta serta ada juga yang
tidak bekerja. intervensi kmc dilaksanakan ketika masa nifas dengan waktu
2,5 jam dan di hasilkan volume urin sebanyak 100 cc . kemudian ada juga
yang setelah dilakukan intervensi bladder training dengan 17 responden di
dapatkan 12 responden mampu mengontrol pengeluaran urine kurang dari 6
jam sedangkan jika tidak di lakukan intervensi hanya 3 dari 17 orang yang
dapat mengatrol pengeluaran urin kurang dari 6 jam.
Tabel PICOT 3.1

JUDUL DAN PROBLEM INTERVETION COMPARISON OUTCOME TIME/TAHUN


PENULIS
Efektifitas Bladder Terdapat 20 Ibu Kelompok 1. 10 pasien Fungsi Eliminasi 2016
Training Sitz Bath Post Partum Intervensi Yang dilakukan Spontan Dinilai
Terhadap Fungsi Yang Diberikan intervensi Dari Waktu
Eliminasi Spontan Mengalami Bladder Training blader training Pertama Bak Dan
Pada Ibu Post Gangguan Sitz Bath (kelompok Jumlah Bak.
Partum Spontan. Retensi Urine intervensi) Berdasarkan Uji
(Devi Endah 2. 10 pasien tidak Independent T Test
Saraswati) dilakukan Didapatkan Hasil
blader training Bahwa Nilai Pvalue<
(kelompok 0,05 Yang Berarti
control) Bahwa Terdapat
Perbedaan Yang
Bermakna Fungsi
Eliminasi Spontan
Pada Kelompok
Intervensi Dan
Kelompok Control
1. Waktu Pertama
Terjadi Fungsi
Eliminasi Spontan
Pada Kelompok
Intervensi Yang
Mendapat Bladder
Training Sitz Bath
Adalah 2,5 Jam
Dan Volume Urin
Sebanyak 100 Cc.
2. Waktu Pertama
Terjadi Fungsi
Eliminasi Spontan
Pada Kelompok
Kontroladalah 5
Jam Dan Volume
Urin Sebanyak 100
Cc.
3. Bladder Training
Sitz Bath Efektif
Dalam Fungsi
Eliminasi
Spontan Pada Ibu
Post Partum.
Nilai P Value
Umtuk Waktu
Pertama Kali Bak
Adalah 0,02 Dan
Nilai P Value
Untuk Jumlah
Pertama Kali Bak
Adalah 0,062
Pengaruh Bladder Terdapat 34 Ibu Ibu Post Partum 1. 17 Pasien 1. Berdasarkan Tabel 2017
Training terhadap Post Partum Yang Di Lakukan Dilakukan 1 Dapat Diketahui
Percepatan Yang Blader Training Intervensi Bahwa Dari 17
Pengeluaran Urin Mengalami Blader Responden Yang
Pada Ibu Post Partum Retensi Urine Training Diteliti Pada
Spontandi Rs Islam (Kelompok Kelompok
Ibnu Sina Bukittinggi Intervensi) Kontrol,
Tahun 2017. (Media 2. 17 Pasien Diantaranya
Fitri, Astilah Putri) Tidak Terdapat 12
Dilakukan (70,5%)
Blader Responden Yang
Training Mengalami
(Kelompok Pengeluaran Urin
Control) > 6 Jam Karena
Tidak
Dilakukannya
Bladder Training.
Sementara 5
(29,4%) Orang
Responden
Mengalami
Pengeluaran Urin
< 6 Jam Meskipun
Tidak Dilakukan
Bladder Training.
2. Berdasarkan Tabel
2 Dapat Diketahui
Bahwa Dari 17
Responden Yang
Diteliti Pada
Kelompok
Intervensi, Hampir
Semuanya
Mengalami
Pengeluaran Urine
< 6 Jam Karena
Dilakukan Bladder
Training yaitu
Sebanyak 16
(94,12%)
Responden, Dan
Terdapat 1
(5,88%)
Responden Yang
Mengalami
Pengeluaran Urin
> 6 Jam Meskipun
Dilakukan Bladder
Training.
3. Berdasarkan Tabel
3 Dilakukannya
Bladder Training
pada Ibu Post
Partum Normal
Mengalami
Pengeluaran Lebih
Cepat
Dibandingkan
Dengan Ibu Yang
Tidak Dilakukan
Bladder Training
yaitu Kurang Dari
6 Jam. Sedangkan
Ibu Yang Tidak
Dilakukan Bladder
Training
mengalami
Pengeluaran Lebih
Dari 6 Jam
Artinya Adanya
Pengaruh
Dilakukanya
Bladder Training
terhadap
Pengeluaran
Urine Ibu Post
Partum.
Pengaruh Bladder Terdapat 30 ibu Ibu post partum 1. Rerata 1. Rerata Retensio 2017
Training Terhadap post partum yang dilakukan Retensio Urine sebelum
Percepatan yang blader training Urine dilakukanya
Pengeluaran Urine mengalami sebelum tindakan Bladder
Bagi Wanita Setelah gangguan dilakukanya Training bagi
Melahirkan Secara retensi urine tindakan wanita setelah
Operasi Caesarea Bladder melahirkan secara
Dengan Retensio Training bagi Operasi Caesar Di
Urine Di Rs wanita setelah RS GrandMed
Grandmed Lubuk melahirkan Lubuk Pakam
Pakam Kabupaten secara Kabupaten Deli
Deli Serdang Tahun Operasi Serdang 2020 yaitu
2020. Caesar di 1,83.
(Juni Mariati Rumah Sakit 2. Rerata Retensio
Simarmata, Grendmed Urine setelah
Syatriawati Suhaimi, Lubuk Pakam dilakukanya
Miftahul Zannah, 2020 tindakan Bladder
Arfah May Syara, 2. Rerata Training bagi
Rosita Ginting, Retensio wanita setelah
Maisyaroh) Urine sesudah melahirkan secara
dilakukanya Operasi Caesardi
tindakan RS GrandMed
Bladder Lubuk Pakam
Training bagi Kabupaten Deli
wanita setelah Serdang 2020
melahirkan yaitu 1,30.
secara 3. Ada pengaruh
Operasi Bladder Training
Caesar di RS Terhadap
GrandMed Percepatan
Lubuk Pakam Pengeluaran
Kabupaten Urine Bagi
Deli Serdang wanita setelah
2020 melahirkan secara
Operasi
Caesardengan
Retensio Urine di
RS GrandMed
Lubuk Pakam
Kabupaten Deli
Serdang dengan
nilai p 0,000
Pengaruh Bladder Terdapat 38 ibu Ibu post partum 1. Hasil 1. Kemampuan 2017
Training Terhadap post partum yang dilakukan penelitian ini berkemih (pre
Kemampuan Ibu yang blader training menunjukkan test) pada
Postpartum Sectio mengalami bahwa pasien kelompok yang
Caesarea Dalam gangguan post operasi tidak diberikan
Berkemih Di Rsud retensi urine sectio caesarea intervensi dapat
Kajen Kabupaten setelah 24 jam diketahui dari
Pekalongan. (Indah dan tidak rata-rata volume
Wulaningsih, Siti diberikan urin yaitu sebesar
Ratinah) intervensi 530,08 ml,
mengalami 2. Kemampuan
gangguan berkemih (post
kemampuan test) setelah 24
dalam jam diketahui dari
berkemih volume urine
karena sebesar 596,63
pengaruh ml. Selisih
anestesi spinal volume urine pre
yang diberikan test dan post test
sehingga hanya sebesar
impuls 66,55ml dengan ρ
sensorik value 0,001 <
maupun 0,05
motorik tidak 3. Sehingga ada
dirangsang perbedaan
melalui kemampuan
tindakan atau berkemih pre test
intervensi dan post test pada
2. Pasien post kelompok
sectio caesarea kontrol. Rata-rata
yang diberikan volume urin yaitu
intervensi sebesar 632,26
bladder ml, sedangkan
training kemampuan
setelah 6 jam berkemih (post
post operasi test) setelah 24
dapat jam diketahui dari
meningkatkan volume urine
kemampuan sebesar 836,71
pasien dalam ml. Selisih
berkemih. volume urine pre
Pasien post test dan post test
sectio caesarea sebesar 204,45ml
yang mampu dengan ρ value
berkemih 0,000 < 0,05
dengan baik sehingga ada
dapat perbedaan
mencegah kemampuan
terjadinya berkemih pre test
retensi urine dan post test pada
dan dapat kelompok
membantu intervensi. Ada
meningkatkan pengaruh bladder
jantung dalam training terhadap
memompa kemampuan ibu
darah sehingga postpartum sectio
sirkulasi darah caesarea dalam
berfungsi berkemih di
secara normal. RSUD Kajen
Kabupaten
Pekalongan
dengan ρ value
0,000 < 0,05.
Perbedaan Efektivitas Terdapat 32 Ibu Ibu Post Partum 1. Berdasarkan 1. Berdasarkan Hasil 2017
Mobilisasi Dini Dan Post Partum Yang Dilakukan Tabel 5.5 Mann Whitney
Bladder Training Yang Blader Training Dapat Maka Dapat
Terhadap Waktu Mengalami Diketahui Diketahui P Value
Eliminnasi Bak Gangguan Bahwa Rata- Sebesar 0,031.
Pertama Pada Ibu Retensi Urine Rata Waktu Karena P Value <
Post Sectio Caesarea Eliminasi Bak 0,05 Sehingga H0
Di Rsud Dr. H. Pertama Pada Ditolak Dan Ha
Soewondo Kendal. Ibu Post Diterima
(Fitrotun Navisah, Sectio 2. Maka Dapat
Machmud, Rahayu Caesarea Yang Disimpulkan
Astuti). Melakukan Terdapat
Mobilisasi Perbedaan Yang
Dini Adalah Signifikan Antara
180,94 Menit Waktu Eliminasi
Dengan Bak Pertama Pada
Standar Ibu Post Sectio
Deviasi Caesarea Yang
Sebesar 61,59 Dilakukan
Menit. Mobilisasi Dini
2. Waktu Dengan Yang
Eliminasi Bak Dilakukan Bladder
Pertama Training Di Rsud
Paling Cepat Dr. H. Soewondo
Setelah Kendal.
Melakukan
bladder
training
Adalah 55
Menit Dan
Pemulihan
Fungsi
Eliminasi Bak
Paling Lama
Adalah 267
Menit.
3. Hasil
Penelitian
Menunjukkan
Rata-Rata
Waktu
Eliminasi Bak
Pertama Pada
Ibu Post Sectio
Caesarea Yang
Melakukan
Bladder
Training
Adalah 223,19
Menit Dengan
Standar
Deviasi 40,45.
Adapun
Waktu
Eliminasi Bak
Pertama Yang
Paling Cepat
Setelah
Melakukan
Bladder
Training
Adalah 122
Menit Dan
Waktu
Elimanasi Bak
Pertama Yang
Paling Lama
Adalah 276
Menit.
Pengaruh Bladder 41 Orang Ibu post partum 1. 23 pasien 1. Diketahui Bahwa 2020
Training Terhadap Responden yang dilakukan dilakukan Nilai Rata – Rata
Eliminasi Buang Air gangguan blader training intervensi Waktu Pertama
Kecil Pada Ibu Post eliminasi urine blader Eliminasi Bak
Partum Di Wilayah training Pada Kelompok
Puskesmas Taktakan (kelompok Kontrol 5,53
Kota Setang Tahun intervensi) Dengan Standar
2020. (Asih, Triana 2. 17 pasien Devisiasi 0,834
Indrayani, Bunga tidak Dan Std. Error
Tiara Carolin). dilakukan 0,215
blader 2. Sedangkan
training Kelompok
(kelompok Intervensi Rata –
control) Rata Waktu
Pertama Eliminasi
Bak 3,67 Dengan
Standar Deviasi
0,617 Dan Std.
Error 0,159
3. Berdasarkan Uji
Statistik
Independent T
Test Didapatkan
Nilai P=0,000 <
0,05 Yang Artinya
Ho Ditolak Dan Ha
Diterima
4. Sehingga Terdapat
Pengaruh Bladder
Training Terhadap
Eliminasi Buang
Air Kecil Pada Ibu
Post Partum
Efektifitas Bladder Terdapat 26 Ibu Ibu Post Partum 1. 13 Pasien 1. Setelah 2019
Training Terhadap Post Partum Yang Dilakukan Dilakukan dilakukan
Kemampuan Yang Blader Training Intervensi tindakan bladder
Mengontrol Mengalami Blader training
Eliminasi Urine Pada Gangguan Training sebanyak 4
Pasien Post Operasi Inkontinensia (Kelompok siklus pada
Sectio Caesare Di Rs Urine Intervensi) kelompok
Advent Medan 2019. 2. 13 Pasien intervensi
(Nurliaty, Aspiati). Tidak didapatkan hasil,
Dilakukan 10 orang mampu
Blader mengontrol
Training eliminasi urine
(Kelompok dan 3 orang
Control) tidak mampu
mengontrol
eliminasi urine,
2. sementara pada
kelompok
kontrol yang
tidak dilakukan
tindakan bladder
training
didapatkan hasil
3 orang mampu
mengontrol dan
9 orang tidak
mampu
mengontrol
eliminasi urine
setelah off –
kateter
3. Perbedaan
kemampuan
mengontrol
eliminasi urine
antara kelompok
intervensi
dengan
kelompok
kontrol pada
penelitian ini
mendukung hasil
penelitian
Cockburn dan
Chiarelli (2016)
yang
menyatakan
bahwa bertujuan
bladder training
efektif untuk
mempertahanka
n kontinensia
yang normal
Efektivitas Pelatihan Terdapat 60 ibu Pasien yang Membandingkan Intervensi terapi fisik 2019
Otot Dasar Panggul post partum dilakukan blader dari waktu ke berupa PFMT plus
Dan Pelatihan dengan training waktu pelatihan kandung
Kandung Kemih inkontinensia kemih berhasil
Untuk Wanita urin. dilaksanakan di pusat
Dengan kesehatan dan efektif
Inkontinensia Urin untuk mengobati
Dalan Perawatan wanita dengan Ul,.
Primer: Uji Coba
Terkontrol Pragmatis.
(Camila Teixeira
Vaz, Rosana Ferreira
Sampaio, Fernanda
Saltiel, Elyonara
Mello Figueiredo).
(JURNAL
INTERNASIONAL)
Efek Jangka Pendek Terdapat 25 ibu Pasien yang Latihan otot dasar Singkatnya, latihan 2020
Dari Latihan post partum dilakukan blader panggul dan otot dasar panggul
Kandung Kemih Di dengan training dan latihan kandung dan latihan kandung
Rumah Dan Latihan inkontinensia latihan otot dasar kemih kemih, bersama-sama
Otot Dasar Panggul urin. panggul mengurangi gejala
Pada Gejala dan meningkatkan
Inkontinensia Urin. kualitas hidup.
(Aybuke Ersin, Sule Dengan
B Dermibas, Fatih). menggabungkan
(JURNAL kedua pendekatan ini
INTERNASIONAL) dan program latihan
berbasis rumah,
terapi menjadi lebih
efektif, lebih murah,
lebih aman dan lebih
cepat dalam
mencapai hasil.

Efek Pelatihan Terdapat 25 ibu Pasien yang Latihan otot dasar 1. Tingkat 2015
Kandung Kemih Dan post partum dilakukan panggul dan signifikan
Otot Dasar Panggul dengan bladder training latihan kandung didefinisikan
Olahraga Dalam inkontinensia dan latihan otot kemih pada P<0.05
Inkontinensia Stres urin dasar panggul kelompok
Uriner Selama eksperimental B
Periode Postpartum. memiliki
(Rakhi Shivkumar, penurunan
Namrata, Jharna signifikan dalam
Gupta) episode
(JURNAL inkontinensia
INTERNASIONAL) stres urin dan
meningkatkan
kekuatan otot
dasar panggul
sebagian besar
dibandingkan
dengan kelompok
kontrol.
2. Pelatihan otot
dasar panggul
dengan pelatihan
kandung kemih
lebih efektif
untuk mengurangi
inkontinensia
uriner stres
dibandingkan
dengan pelatihan
kandung kemih
saja
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Artikel
Berdasarkan hasil sintesis data dari 10 artikel yang terpilih memenuhi
kriteria ini terdapat penelitian dengan tahun publikasi penelitian antara tahun
2015 – tahun 2017 sebanyak 6 artikel dan tahun 2019 – 2020 sebanyak 4
artikel. Metode penelitian menggunakan Quasy Eksperimen sebanyak 6
artikel, Quasy Eksperimental Semu sebanyak 1 artikel, Randomized
Controlled Trial sebanyak 3 artikel , desain penelitian menggunakan Non
equivalent control group sebanyak 2 artikel , One design pre test and post test
group sebanyak 4 artikel dan Tidak disebutkan dalam penelitian sebanyak 4
artikel.
Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi sebanyak 1
artikel dan tidak mencantumkan instrumen yang digunakan dalam
penelitiannya sebanyak 9 artikel.Teknik sampling yang digunakan
menggunakan Purposive sampling sebanyak 3 artikel, Non probability
sampling sebanyak 1 artikel dan Total Sampling sebanyak 2 artikel danTidak
disebutkan didalam penelitian sebanyak 4 Artikel. Total sampel sebanyak
adalah 325 ibu post partum. di 10 artikel.
2. Pengaruh intervensi Bladder Training Pada Ibu Post Partum
Berdasarkan 10 Jurnal yang telah dilakukan analisa, menunjukan
bahwa intervensi bladder training efektif dalam mengatasi gangguan
retensi urin dan inkontinensia urin pada ibu post partum.
Operasi Sectio Caesarea bisa menyebabkan gangguan kebutuhan
eliminasi urine dimana pembedahan berefek menurunkan filtrasi
glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat anestesi sehingga
menyebabkan penurunan jumlah produksi urine. Secsio sesarea dengan
anestesi spinal juga dapat menimbulkan resiko inkontinensia urine dan
Retensio Urine sehingga diperlukan untuk dilakukannya bladder
training.retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata di dalam
kandung kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih .
Faktor risiko yang menyebabkan peningkatan insiden
inkontinensia urine pada perempuan diantaranya adalah usia dan jumlah
persalinan per vaginam yang pernah dialami sebelumnya. Faktor risiko lain
yang diperkirakan merupakan penyebab gangguan ini adalah infeksi
saluran kemih, menopause, pembedahan urogenital, penyakit kronis,
penggunaan berbagai obat dan operasi seksio sesarea dengan anestesi
spinal (Smeltzer & Bare, 2018).
Bladder training merupakan penatalaksanaan yang bertujuan melatih
kembali kandung kemih mencapai tonus otot otot kandung kemih yang
normal sehingga tercapai kembali pola berkemih normal. Pada perawatan
maternal, bladder training dilakukan pada ibu yang mengalami gangguan
berkemih diantaranya pada kasus retensi urin post partum. Tujuan dari
bladder training adalah melatih kandung kemih untuk meningkatkan
kemampuan mengontrol, mengendalikan dan meningkatkan kemampuan
berkemih. Secara umum pertama sekali diupayakan dengan cara yang non
invasif agar pasien tersebut dapat berkemih spontan.
Bladder training dapat mulai dilakukan sebelum masalah berkemih
terjadi pada ibu postpartum, sehingga dapat mencegah intervensi invasif
seperti pemasangan kateter yang justru akan meningkatkan kejadian infeksi
kandung kemih. Bladder training adalah kegiatan melatih kandung kemih
untuk mengembalikan pola normal berkemih dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran urin. Dengan bladder training diharapkan ibu
postpartum dapat BAK secara spontan dalam enam jam postpartum.
Program latihan dalam bladder training meliputi penyuluhan, upaya
berkemih terjadwal, dan memberikan umpan balik positif.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Ermiati dkk yang menyebutkan
bahwa Bladder training merupakan penatalaksanaan yang bertujuan untuk
melatih kembali kandung kemih ke pola berkemih normal dengan
menstimulasi pengeluaran urin. Pada perawatan maternitas, bladder
training dilakukan pada ibu yang telah mengalami gangguan berkemih
seperti inkontinensia urin atau retensio urin. Tujuan dari bladder training
adalah melatih kandung kemih untuk meningkatkan kemampuan
mengontrol, mengendalikan, dan meningkatkan kemampuan berkemih
secara spontan.
Bladder training merupakan penatalaksanaan melatih kandung kemih
yang bertujuan untuk mengembangkan tonus otot dan spingter kandung
kemih agar berfungsi optimal .Pada perawatan maternitas, Bladder training
dilakukan pada ibu yang telah mengalami gangguan berkemih seperti
inkontinensia urin atau retensio urin. Sesungguhnya Bladder training dapat
mulai dilakukan sebelum masalah berkemih terjadi pada ibu post partum,
sehingga dapat mencegah intervensi invasive seperti pemasangan kateter
yang justru akan meningkatkan kejadian infeksi kandung kemih. Sehingga
dengan Bladder training diharapkan ibu postpartum dapat buang air kecil
secara spontan dalam 2 hingga 6 jam postpartum sekaligus menjadi
motivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini (Suharyanto,2019).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilda Ekasari
Utami, yang menggunakan desain metode deskriftif dengan jumlah
responden sebanyak 30 orang yang menyatakan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan seluruh ibu post partum dapat buang air kecil (BAK) dengan
cepat setelah melahirkan dengan rata-rata waktu pertama kali buang air
kecil (BAK) 2,7 jam postpartum setelah dilakukkan tindakan bladder
training.
Penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh (Johnson
dan Taylor,) bahwa memberikan dukungan kepada ibu untuk mengadaptasi
posisi dan rutinitas yang ia gunakan untuk membantu urinasi. Dampak
masalah tidak diatasi adalah perdarahan pada ibu postpartum yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu. Tindakan lain untuk meningkatkan
relaksasi dan kemampuan berkemih adalah memberikan stimulus sensorik.
Suara air yang mengalir membantu klien untuk berkemih melalui kekuatan
sugesti. Menepuk paha bagian dalam dapat menstimulasi saraf sensorik dan
meningkatkan refleks berkemih. Meletakkan tangan klien dalam panci
yang berisi sebuah air hangat sering dapat meningkatkan berkemih.
Perawat juga dapat menuangkan air hangat ke atas perineum klien dan
menciptakan sensasi untuk berkemihm. Menawarkan cairan yang akan
diminum klien juga dapat meningkatkan berkemih. Menurut asumsi
peneliti Bladder training berpengaruh terhadap percepatan pengeluaran
urine pada ibu postpartum normal. Bladder training sangat efektif
dilakukan, karena tidak memerlukan biaya untuk melakukannnya serta
dapat mengurangi resiko kejadian infeksi karena penggunaan kateter.
Bladder training ini merupakan salah satu therapi nonfarmakologis yang
dapat membantu fungsi kandung kemih kembali ke keadaan semula.
Hasil penelitian ini didukung Penelitian yang dilakukan oleh (Media
Fitri,2017) yang menyebutkan bahwa dilakukannya bladder training dapat
mempengaruhi pengeluaran urine, karena dari hasil penelitian yang telah
dilakukan rata rata pengeluaran urin pada ibu yang dilakukan bladder
training kurang dari 6 jam. Hal tersebut terjadi karena pada langkah-
langkah bladder training yang paling berpengaruh adalah pemberian air
minum sebanyak 200 ml dan membawa pasien ke kamar mandi serta
menyuruh klien untuk duduk sambil menyiram-nyiram perineum nya
dengan air, hal ini dapat merangsang pengeluaran urin karena posisi duduk
dapat meningkatkan kontraksi otot panggul dan intraabdomen yang
membantu mengontrol sfingter serta mambantu kontraksi kandung kemih.
Ditambahkan oleh pendapat Hickey (2018) bahwa dengan bladder
training pasien dibantu untuk belajar menahan atau menghambat sensasi
urgensi, dan berkemih sesuai dengan jadual yang sudah ditentukan dengan
tujuan meningkatkan interval antar waktu pengosongan kandung kemih
ataupun mengurangi frekuensi berkemih selama terjaga sampai dengan
waktu tidur, meningkatkan jumlah urin yang dapat ditahan oleh kandung
kemih, dan meningkatkan kontrol terhadap urge incontinence (Verals, 2018
; Potter & Perry,2017).
Bladder training merupakan salah satu upaya untuk menangani
inkontinensia urin dengan cara mengembalikan fungsi kandung kemih yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal (Australian
Government, Departement of Health And Ageing, 2018). Ditambahkan
oleh pendapat Hickey (2018) bahwa dengan bladder training pasien
dibantu untuk belajar menahan atau menghambat sensasi urgensi, dan
berkemih sesuai dengan jadual yang sudah ditentukan dengan tujuan
meningkatkan interval antar waktu pengosongan kandung kemih ataupun
mengurangi frekuensi berkemih selama terjaga sampai dengan waktu tidur,
meningkatkan jumlah urin yang dapat ditahan oleh kandung kemih, dan
meningkatkan kontrol terhadap urge incontinence (Verals, 2018 ; Potter &
Perry,2017).
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh vera Abdullah
2018 yang berjudul Efektivitas Latih Kandung Kemih Terhadap Percepatan
Perkemihan Pada Ibu Pasca Salin yang menggunakan desain quasi
eksperimental dan pendekatan cross sectional serta rancangan One Shot
Case Study dengan sampel 30 orang. Berdasarkan hasil uji statistic
menggunakan kruskal wallis menunjukkan bahwa nilai P>0,05 yang
artinya bahwa tidak adanya efektifitas latih kandung kemih terhadap
percepatan perkemihan. Perbedaan hasil penelitian ini di duga karena ada
beberapa factor yang mempengaruhi salah satunya karena responden yang
tidak homogen dalam segi paritas karena dalam penelitian ini paritas
responden bervariasi mulai dari jumlah paritas 1,2,3 dan 4 sedangkan
kejadian retensio urine cenderung lebih tinggi terjadi pada ibu dengan
jumlah paritas 1.
Paritas juga secara langsung dapat mempengaruhi terjadinya retensi
urine karena adanya perubahan anatomis yang disebabkan oleh persalinan,
seperti penurunan kandung kemih akibat dorongan dan nyeri sehingga
menyebabkan trauma dasar panggul dan menghambat pengosongan
kandung kemih secara normal akibat obstruksi, hilangnya kesadaran bahwa
kandung kemih penuh sehingga menyebabkan penghambatan berkemih
(Yulia I. Nurulla. 2017). Selain itu responden secara keseluruhan
merupakan ibu dengan persalinan normal, yang memiliki resiko kecil
terjadinya retensio urine. Hal ini di sebabkan karena pada persalinan
normal tidak mendapatkan anastesi secara epidural. Berbeda pada
persalinan sectio caesarea yang menggunakan anastesi epidural sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan ibu merasakan bahwa kandung kemihnya
penuh dan ketidakmampuan memulai atau menghambat berkemih. (F,
Navisah, 2015).
Sebuah studi menunjukkan bahwa retensi urine pada paska salin lebih
tinggi terjadi pada pasien yang mendapatkan tindakan anastesi epidural,
episiotomy dan melahirkan bayi besar. Kemampuan buang air kecil di
pengaruhi oleh keadaan perineum yang tidak utuh sehingga ibu takut dan
khawatir. Secara umum wanita memang membutuhkan lebih banyak waktu
untuk menormalkan pengosongan kandung kemih karena masalah retensi
urin, namun sejauh ini belum ada data yang menunjukkan efek jangka
panjang dari retensio urine. (Femke E. M. Mulder.et al. 2017) latih
kandung kemih tidak efetiv terhadap percepatan perkemihan bukan berarti
tidak dapat dilakukan intervensi untuk kasus retensio urine.
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang dilakukan melalui literature
review mengenai pengaruh Efektivitas Bladder Training Terhadap Retensi
Urin dan Inkontinensia Urin Pada Ibu Post partum
1. Setelah proses screening dilakukan maka jurnal yang berhasil
dikumpulkan sebanyak 10 artikel dalam bentuk pdf (full text).
2. Responden paling banyak berjumlah 60 orang dan paling sedikit
berjumlah 20 orang.
3. Hasil literature review ini menunjukkan bahwa terdapat Efektivitas
Bladder Training Terhadap Retensi Urin dan Inkontinensia Urin Pada Ibu
Post partum.

B. SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan Jurusan Keperawatan Singkawang.
Peneliti berharap agar institusi pendidikan dapat Mengetahui tingkat
kemampuan mahasiswa dalam mencari jurnal mengenal studi litertur
pentingnya manfaat penerapan metode bladder training dalam mengatasi
gangguan retensi urin dan inkontinensia urin pada ibu post partum institusi
pendidikan dapat memberikan infromasi mengenai studi litertur
pentingnya metode bladder training dalam mengatasi gangguan retensi
urin dan inkontinensia urin pada ibu post partum.
2. Bagi Peneliti.
Peneliti berharap Diharapkan dapat dijadikan Sebagai sarana dan alat
untuk menambah pengetahuan atau pengalaman yang telah di dapat dan
pendalaman untuk penulis selanjutnya dalam melakukan literature review
mengenai studi litertur pentingnya manfaat bladder training dalam
mengatasi retensi urin dan inkontinensia urin pada ibu post partum.

Anda mungkin juga menyukai