Tabel KTI BAB 3 Dan 4 Terbaru
Tabel KTI BAB 3 Dan 4 Terbaru
A. HASIL
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (literature review)
yang dilakukan untuk mengetahui keefektivan metode bladder training dalam
mengatasi gangguan retensi urin dan inkontinensia urin pada ibu post partum.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisis diperoleh sebagai berikut :
Tabel 3.1. Karakteristik Artikel
Jumlah yang
Karakteristik Artikel didapatkan
(n = 10)
Tahun publikasi :
1. 2015 - 2017 6
2. 2019-2020 4
Metode Penelitian :
1. Quasy eksperimen 6
2. Quasy eksperimental Semu 1
3. Randomized controlled trial 3
Desain penelitian :
1. Non equivalent control group 2
2. One design pre test and post test group 4
3. Tidak disebutkan dalam penelitian 4
Instrumen penelitian :
1. Lembar observasi 1
2. Tidak disebutkan didalam penelitian 9
Teknik sampel :
1. Purposive sampling 3
2. Non probability sampling 1
3. Total Sampling 2
4. Tidak disebutkan didalam penelitian 4
Efek Pelatihan Terdapat 25 ibu Pasien yang Latihan otot dasar 1. Tingkat 2015
Kandung Kemih Dan post partum dilakukan panggul dan signifikan
Otot Dasar Panggul dengan bladder training latihan kandung didefinisikan
Olahraga Dalam inkontinensia dan latihan otot kemih pada P<0.05
Inkontinensia Stres urin dasar panggul kelompok
Uriner Selama eksperimental B
Periode Postpartum. memiliki
(Rakhi Shivkumar, penurunan
Namrata, Jharna signifikan dalam
Gupta) episode
(JURNAL inkontinensia
INTERNASIONAL) stres urin dan
meningkatkan
kekuatan otot
dasar panggul
sebagian besar
dibandingkan
dengan kelompok
kontrol.
2. Pelatihan otot
dasar panggul
dengan pelatihan
kandung kemih
lebih efektif
untuk mengurangi
inkontinensia
uriner stres
dibandingkan
dengan pelatihan
kandung kemih
saja
B. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Artikel
Berdasarkan hasil sintesis data dari 10 artikel yang terpilih memenuhi
kriteria ini terdapat penelitian dengan tahun publikasi penelitian antara tahun
2015 – tahun 2017 sebanyak 6 artikel dan tahun 2019 – 2020 sebanyak 4
artikel. Metode penelitian menggunakan Quasy Eksperimen sebanyak 6
artikel, Quasy Eksperimental Semu sebanyak 1 artikel, Randomized
Controlled Trial sebanyak 3 artikel , desain penelitian menggunakan Non
equivalent control group sebanyak 2 artikel , One design pre test and post test
group sebanyak 4 artikel dan Tidak disebutkan dalam penelitian sebanyak 4
artikel.
Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi sebanyak 1
artikel dan tidak mencantumkan instrumen yang digunakan dalam
penelitiannya sebanyak 9 artikel.Teknik sampling yang digunakan
menggunakan Purposive sampling sebanyak 3 artikel, Non probability
sampling sebanyak 1 artikel dan Total Sampling sebanyak 2 artikel danTidak
disebutkan didalam penelitian sebanyak 4 Artikel. Total sampel sebanyak
adalah 325 ibu post partum. di 10 artikel.
2. Pengaruh intervensi Bladder Training Pada Ibu Post Partum
Berdasarkan 10 Jurnal yang telah dilakukan analisa, menunjukan
bahwa intervensi bladder training efektif dalam mengatasi gangguan
retensi urin dan inkontinensia urin pada ibu post partum.
Operasi Sectio Caesarea bisa menyebabkan gangguan kebutuhan
eliminasi urine dimana pembedahan berefek menurunkan filtrasi
glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat anestesi sehingga
menyebabkan penurunan jumlah produksi urine. Secsio sesarea dengan
anestesi spinal juga dapat menimbulkan resiko inkontinensia urine dan
Retensio Urine sehingga diperlukan untuk dilakukannya bladder
training.retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata di dalam
kandung kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih .
Faktor risiko yang menyebabkan peningkatan insiden
inkontinensia urine pada perempuan diantaranya adalah usia dan jumlah
persalinan per vaginam yang pernah dialami sebelumnya. Faktor risiko lain
yang diperkirakan merupakan penyebab gangguan ini adalah infeksi
saluran kemih, menopause, pembedahan urogenital, penyakit kronis,
penggunaan berbagai obat dan operasi seksio sesarea dengan anestesi
spinal (Smeltzer & Bare, 2018).
Bladder training merupakan penatalaksanaan yang bertujuan melatih
kembali kandung kemih mencapai tonus otot otot kandung kemih yang
normal sehingga tercapai kembali pola berkemih normal. Pada perawatan
maternal, bladder training dilakukan pada ibu yang mengalami gangguan
berkemih diantaranya pada kasus retensi urin post partum. Tujuan dari
bladder training adalah melatih kandung kemih untuk meningkatkan
kemampuan mengontrol, mengendalikan dan meningkatkan kemampuan
berkemih. Secara umum pertama sekali diupayakan dengan cara yang non
invasif agar pasien tersebut dapat berkemih spontan.
Bladder training dapat mulai dilakukan sebelum masalah berkemih
terjadi pada ibu postpartum, sehingga dapat mencegah intervensi invasif
seperti pemasangan kateter yang justru akan meningkatkan kejadian infeksi
kandung kemih. Bladder training adalah kegiatan melatih kandung kemih
untuk mengembalikan pola normal berkemih dengan menghambat atau
menstimulasi pengeluaran urin. Dengan bladder training diharapkan ibu
postpartum dapat BAK secara spontan dalam enam jam postpartum.
Program latihan dalam bladder training meliputi penyuluhan, upaya
berkemih terjadwal, dan memberikan umpan balik positif.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Ermiati dkk yang menyebutkan
bahwa Bladder training merupakan penatalaksanaan yang bertujuan untuk
melatih kembali kandung kemih ke pola berkemih normal dengan
menstimulasi pengeluaran urin. Pada perawatan maternitas, bladder
training dilakukan pada ibu yang telah mengalami gangguan berkemih
seperti inkontinensia urin atau retensio urin. Tujuan dari bladder training
adalah melatih kandung kemih untuk meningkatkan kemampuan
mengontrol, mengendalikan, dan meningkatkan kemampuan berkemih
secara spontan.
Bladder training merupakan penatalaksanaan melatih kandung kemih
yang bertujuan untuk mengembangkan tonus otot dan spingter kandung
kemih agar berfungsi optimal .Pada perawatan maternitas, Bladder training
dilakukan pada ibu yang telah mengalami gangguan berkemih seperti
inkontinensia urin atau retensio urin. Sesungguhnya Bladder training dapat
mulai dilakukan sebelum masalah berkemih terjadi pada ibu post partum,
sehingga dapat mencegah intervensi invasive seperti pemasangan kateter
yang justru akan meningkatkan kejadian infeksi kandung kemih. Sehingga
dengan Bladder training diharapkan ibu postpartum dapat buang air kecil
secara spontan dalam 2 hingga 6 jam postpartum sekaligus menjadi
motivasi ibu untuk melakukan mobilisasi dini (Suharyanto,2019).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hilda Ekasari
Utami, yang menggunakan desain metode deskriftif dengan jumlah
responden sebanyak 30 orang yang menyatakan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan seluruh ibu post partum dapat buang air kecil (BAK) dengan
cepat setelah melahirkan dengan rata-rata waktu pertama kali buang air
kecil (BAK) 2,7 jam postpartum setelah dilakukkan tindakan bladder
training.
Penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh (Johnson
dan Taylor,) bahwa memberikan dukungan kepada ibu untuk mengadaptasi
posisi dan rutinitas yang ia gunakan untuk membantu urinasi. Dampak
masalah tidak diatasi adalah perdarahan pada ibu postpartum yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu. Tindakan lain untuk meningkatkan
relaksasi dan kemampuan berkemih adalah memberikan stimulus sensorik.
Suara air yang mengalir membantu klien untuk berkemih melalui kekuatan
sugesti. Menepuk paha bagian dalam dapat menstimulasi saraf sensorik dan
meningkatkan refleks berkemih. Meletakkan tangan klien dalam panci
yang berisi sebuah air hangat sering dapat meningkatkan berkemih.
Perawat juga dapat menuangkan air hangat ke atas perineum klien dan
menciptakan sensasi untuk berkemihm. Menawarkan cairan yang akan
diminum klien juga dapat meningkatkan berkemih. Menurut asumsi
peneliti Bladder training berpengaruh terhadap percepatan pengeluaran
urine pada ibu postpartum normal. Bladder training sangat efektif
dilakukan, karena tidak memerlukan biaya untuk melakukannnya serta
dapat mengurangi resiko kejadian infeksi karena penggunaan kateter.
Bladder training ini merupakan salah satu therapi nonfarmakologis yang
dapat membantu fungsi kandung kemih kembali ke keadaan semula.
Hasil penelitian ini didukung Penelitian yang dilakukan oleh (Media
Fitri,2017) yang menyebutkan bahwa dilakukannya bladder training dapat
mempengaruhi pengeluaran urine, karena dari hasil penelitian yang telah
dilakukan rata rata pengeluaran urin pada ibu yang dilakukan bladder
training kurang dari 6 jam. Hal tersebut terjadi karena pada langkah-
langkah bladder training yang paling berpengaruh adalah pemberian air
minum sebanyak 200 ml dan membawa pasien ke kamar mandi serta
menyuruh klien untuk duduk sambil menyiram-nyiram perineum nya
dengan air, hal ini dapat merangsang pengeluaran urin karena posisi duduk
dapat meningkatkan kontraksi otot panggul dan intraabdomen yang
membantu mengontrol sfingter serta mambantu kontraksi kandung kemih.
Ditambahkan oleh pendapat Hickey (2018) bahwa dengan bladder
training pasien dibantu untuk belajar menahan atau menghambat sensasi
urgensi, dan berkemih sesuai dengan jadual yang sudah ditentukan dengan
tujuan meningkatkan interval antar waktu pengosongan kandung kemih
ataupun mengurangi frekuensi berkemih selama terjaga sampai dengan
waktu tidur, meningkatkan jumlah urin yang dapat ditahan oleh kandung
kemih, dan meningkatkan kontrol terhadap urge incontinence (Verals, 2018
; Potter & Perry,2017).
Bladder training merupakan salah satu upaya untuk menangani
inkontinensia urin dengan cara mengembalikan fungsi kandung kemih yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal (Australian
Government, Departement of Health And Ageing, 2018). Ditambahkan
oleh pendapat Hickey (2018) bahwa dengan bladder training pasien
dibantu untuk belajar menahan atau menghambat sensasi urgensi, dan
berkemih sesuai dengan jadual yang sudah ditentukan dengan tujuan
meningkatkan interval antar waktu pengosongan kandung kemih ataupun
mengurangi frekuensi berkemih selama terjaga sampai dengan waktu tidur,
meningkatkan jumlah urin yang dapat ditahan oleh kandung kemih, dan
meningkatkan kontrol terhadap urge incontinence (Verals, 2018 ; Potter &
Perry,2017).
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh vera Abdullah
2018 yang berjudul Efektivitas Latih Kandung Kemih Terhadap Percepatan
Perkemihan Pada Ibu Pasca Salin yang menggunakan desain quasi
eksperimental dan pendekatan cross sectional serta rancangan One Shot
Case Study dengan sampel 30 orang. Berdasarkan hasil uji statistic
menggunakan kruskal wallis menunjukkan bahwa nilai P>0,05 yang
artinya bahwa tidak adanya efektifitas latih kandung kemih terhadap
percepatan perkemihan. Perbedaan hasil penelitian ini di duga karena ada
beberapa factor yang mempengaruhi salah satunya karena responden yang
tidak homogen dalam segi paritas karena dalam penelitian ini paritas
responden bervariasi mulai dari jumlah paritas 1,2,3 dan 4 sedangkan
kejadian retensio urine cenderung lebih tinggi terjadi pada ibu dengan
jumlah paritas 1.
Paritas juga secara langsung dapat mempengaruhi terjadinya retensi
urine karena adanya perubahan anatomis yang disebabkan oleh persalinan,
seperti penurunan kandung kemih akibat dorongan dan nyeri sehingga
menyebabkan trauma dasar panggul dan menghambat pengosongan
kandung kemih secara normal akibat obstruksi, hilangnya kesadaran bahwa
kandung kemih penuh sehingga menyebabkan penghambatan berkemih
(Yulia I. Nurulla. 2017). Selain itu responden secara keseluruhan
merupakan ibu dengan persalinan normal, yang memiliki resiko kecil
terjadinya retensio urine. Hal ini di sebabkan karena pada persalinan
normal tidak mendapatkan anastesi secara epidural. Berbeda pada
persalinan sectio caesarea yang menggunakan anastesi epidural sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan ibu merasakan bahwa kandung kemihnya
penuh dan ketidakmampuan memulai atau menghambat berkemih. (F,
Navisah, 2015).
Sebuah studi menunjukkan bahwa retensi urine pada paska salin lebih
tinggi terjadi pada pasien yang mendapatkan tindakan anastesi epidural,
episiotomy dan melahirkan bayi besar. Kemampuan buang air kecil di
pengaruhi oleh keadaan perineum yang tidak utuh sehingga ibu takut dan
khawatir. Secara umum wanita memang membutuhkan lebih banyak waktu
untuk menormalkan pengosongan kandung kemih karena masalah retensi
urin, namun sejauh ini belum ada data yang menunjukkan efek jangka
panjang dari retensio urine. (Femke E. M. Mulder.et al. 2017) latih
kandung kemih tidak efetiv terhadap percepatan perkemihan bukan berarti
tidak dapat dilakukan intervensi untuk kasus retensio urine.
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang dilakukan melalui literature
review mengenai pengaruh Efektivitas Bladder Training Terhadap Retensi
Urin dan Inkontinensia Urin Pada Ibu Post partum
1. Setelah proses screening dilakukan maka jurnal yang berhasil
dikumpulkan sebanyak 10 artikel dalam bentuk pdf (full text).
2. Responden paling banyak berjumlah 60 orang dan paling sedikit
berjumlah 20 orang.
3. Hasil literature review ini menunjukkan bahwa terdapat Efektivitas
Bladder Training Terhadap Retensi Urin dan Inkontinensia Urin Pada Ibu
Post partum.
B. SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan Jurusan Keperawatan Singkawang.
Peneliti berharap agar institusi pendidikan dapat Mengetahui tingkat
kemampuan mahasiswa dalam mencari jurnal mengenal studi litertur
pentingnya manfaat penerapan metode bladder training dalam mengatasi
gangguan retensi urin dan inkontinensia urin pada ibu post partum institusi
pendidikan dapat memberikan infromasi mengenai studi litertur
pentingnya metode bladder training dalam mengatasi gangguan retensi
urin dan inkontinensia urin pada ibu post partum.
2. Bagi Peneliti.
Peneliti berharap Diharapkan dapat dijadikan Sebagai sarana dan alat
untuk menambah pengetahuan atau pengalaman yang telah di dapat dan
pendalaman untuk penulis selanjutnya dalam melakukan literature review
mengenai studi litertur pentingnya manfaat bladder training dalam
mengatasi retensi urin dan inkontinensia urin pada ibu post partum.