Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SUMINI

NIM : 2019100116
KELAS : AKUNTANSI I
UTS AL-QUR’AN DAN SAINS MODERN

Tugas pokok manusia dalam pengelolaan Sumber Daya Alam menurut pandangan Al-
Qur’an dan Sains.

Semua kebutuhan hidup manusia telah tersedia sehingga upaya pemanfaatan sumberdaya
alam oleh manusia dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Aktivitas pemanfaatan ini
yang membuat terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungan berlangsung secara terus
menerus. Bentuk interaksi ini kemudian berkembang pemahaman tentang ekologi manusia atau
hubungan timbal balik manusia dengan lingkungan hidupnya yang didalamnya juga termasuk
hubungan manusia dengan sumber daya alam yang ada di dalam lingkungan hidup. Selain
manusia sebagai makhluk ekologi manusia juga disebut sebagai makluk sosial dimana manusia
tidak dapat hidup sendiri tanpa sesamanya yakni sesama manusia maupun sesama ciptaan tuhan
seperti alam, flora, dan fauna.

Dalam Al-Qur’an, sebagai makhluk Allah manusia mendapat amanah oleh Allah yang
harus dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Salah satu tugasnya ialah tugas kekhalifahan atau
tugas kepemimpinan. Sebagai khalifah manusia ditunjuk sebagai wakil Allah dimuka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S AL-Baqarah ayat 30:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”

Tugas khalifah dalam Al-Qur’an biasa disebut sebagai imaratul ardh (memakmurkan bumi)
dan ibadatullah (beribadah kepada Allah). Allah menciptakan manusia dari bumi ini dan
menugaskan manusia untuk melakukan imarah dimuka bumi dengan mengelola dan
memeliharanya. Tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) yang didalamnya meliputi tugas-tugas
sebagai berikut:

1. Mengkulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar
dibudayakan, sehingga menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan
hidup manusia.
2. Menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasil karya manusia harus
disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup,
agar tidak menimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya
3. Mengislamkan kultur (mengislamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap
komitmen dengan nilai-nilai islam rahmatan lil’alamin, sehingga berbudaya berarti
mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa, dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan
menemukan kebenaran ajaran islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan
kebesaran ilahi.

Kewenangan manusia dalam mempergunakan dan memanfaatkan alam dalam memenuhi


kebutuhan hidupnya bukanlah hak mutlak tetapi merupakan hak yang diberikan oleh Allah SWT
yang suatu saat akan diminta pertanggungjawabannya. Kewenangan yang diberikan kepada
manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang
ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Allah. Oleh karena itu, manusia tidak boleh berlaku semena-mena dalam memanfaatkan alam
dan justru manusia berkewajiban memelihara keseimbangan dan keselarasan alam agar tidak
mengalami kerusakan. Seperti yang diperingatan Allah dalam Q.S AL-A’raf ayat 56:

"Dan janganlah kalian membuat kerusakan di atas muka bumi setelah Allah memperbaikinya
dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut tidak diterima dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik".

Islam telah mengatur manusia dalam mengelola dan memanfaatkan alam dengan porsi dan
batasan agara tidak merusak alam, tidak boros (mubadzir), tidak serakah dan tidak menyia-
nyiakan yang tidak diperlukan. Pemikiran agama islam dalam beberapa prinsip dasar yang terkait
lingkungan dan menjadi basis elaborasi konsep ekologis dalam islam, sebagai berikut :

1. Tawbid
Cara pandang tawbid melihat segalanya tentang alam bersumber dari Allah dan
akan kembali kepada Allah. Sehingga alam diciptakan dengan tujuan keberlangsungan
hidup manusia dan wajib memelihara ciptaan Allah beserta segala isi didalamnya.
Pandangan manusia sebagai khalifah tidaklah menjadikan manusia sebagai pemegang
mutlak pada dirinya dan alam, karena segala sesuatu yang dimiliki manusia berasal dari
tuhan, dan tugas manusia hanyalah menjaga dan memelihara serta menggunakan sesuai
kebutuhannya.
2. Amanah
Manusia dan alam semesta adalah milik Allah, manusia bukanlah pemilik dari
alam, manusia hanyalah diamanahkan untuk menjaga alam dan pada saatnya akan
mempertanggungjawabkan perbuatannya terhadap pemilik-Nya.
3. Akbirah
Umat islam yang beriman akan meyakini bahwa akan adanya kehidupan
selanjutnya (akhirat) setelah meninggalnya jasad manusia. Di akhirat manusia harus
mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan selama hidup dalam
mengemban tugasnya sebagai khalifah untuk menjaga amanah.

Konsep khalifah tersebut menunjukkan bahwa dalam ajaran islam memiliki relevansi dan
perhatian yang sangat besar terhadap konsep ekologis dan lingkungan hidup. Sehingga untuk itu,
ajaran islam mengenai konsep ekologis dan lingkungan hidup perlu dikonstruksikan sebagai
sistem, keyakinan akan nilai-nilai dan cita-cita lingkungan hidup yang dapat dipahami dan
diterapkan oleh seluruh umat guna mewujudkan cita-cita tersebut.

Anda mungkin juga menyukai