Anda di halaman 1dari 21

PERENCANAAN KOTA

“KAJIAN URBANISASI KECAMATAN NUSANIWE”

KELOMPOK : 5

Ekaristy G. Rupilu 202074068


Grizelda D. Joris 202074078
Alsen B. Frans 202074074
Hazrel F. I. Hatala 202074044
Vivi F. Malawat 202074046
Trifena Grace Waas 202074012
Bonaventura D. P. Jamlean 202074062
Irwandi Besan 202074030
Dominggus D. Ngamel 202074108 (Tidak Kerja)
Salesiya F. Maswatu 202074106 (Tidak Kerja)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
2022
Kecamatan Nusaniwe

Kecamatan Nusaniwe merupakan salah satu kecamatan yang berada di


Kota Ambon, Maluku, Indonesia. Secara astronomis terletak pada garis lintang
3°48'0"S dan garis bujur 128°12'0"E dengan Luas wilayah Kecamatan
Nusaniwe yaitu 88,35 Km², luas ini sudah sesuai dengan hasil Survey Tata
Guna Lahan Tahun 1980. Kecamatan Nusaniwe berbatasan dengan Teluk
Ambon di sebelah utara, Laut Banda di sebelah selatan, Negeri Kilang
(Kecamatan Leitimur Selatan), Kelurahan Honipopu dan Kelurahan Ahusen
(Kecamatan Sirimau) di sebelah timur, dan Laut Banda di sebelah barat.
Gambar Peta Dasar Kecamatan Nusaniwe

Kecamatan Nusaniwe terbagi atas 8 Kelurahan dan 5 Negeri dengan


Ibukota Kecamatan yaitu Negeri Amahusu. Jika dilihat dari jarak antara
Ibukota Kecamatan dengan Kelurahan/Negeri, yang terjauh adalah Negeri
Urimessing 10 Km dan yang terdekat adalah Kelurahan Nusaniwe dan
Negeri Nusaniwe yang sama-sama berjarak 3 Km. Sedangkan jika dilihat
dari jarak Ibukota Ambon dengan Kelurahan/Negeri, maka jarak terjauh
adalah Negeri Latuhalat yaitu 14 Km dan jarak terdekat adalah Kelurahan
Silale yaitu 0,75 Km.

Tabel Luas Wilayah Administrasi dan Jumlah RT/RW Kecamatan Nusaniwe


per Negeri/Kelurahan

Jumlah
Negeri/Kelurahan
RT RW
Negeri Latuhalat 32 14
Negeri Seilale 10 3
Negeri Nusaniwe 16 4
Negeri Amahusu 23 8
Kelurahan Nusaniwe 22 7
Kelurahan Benteng 39 8
Kelurahan Wainitu 27 6
Kelurahan Kudamati 43 7
Negeri Urimessing 38 8
Kelurahan Mangga Dua 10 4
Kelurahan Urimessing 14 4
Kelurahan Waihaong 14 4
Kelurahan Silale 12 4
Jumlah 300 81
Sumber : BPS Kec. Nusaniwe Dalam Angka 2021
Luas
Negeri/Kelurahan
(Km²)
Negeri Latuhalat 13,00
Negeri Seilale 2,41
Negeri Nusaniwe 16,00
Negeri Amahusu 8,00
Kelurahan Nusaniwe 0,16
Kelurahan Benteng 0,87
Kelurahan Wainitu 0,30
Kelurahan Kudamati 0,67
Negeri Urimessing 46,16
Kelurahan Mangga Dua 0,18
Kelurahan Urimessing 0,27
Kelurahan Waihaong 0,15
Kelurahan Silale 0,18
Kecamatan Nusaniwe 88,35

Sumber : BPS Kec. Nusaniwe Dalam Angka 2021


Gambar Peta Administrasi Kecamatan Nusaniwe

 Hubungan Kecamatan Nusaniwe terhadap Kota Ambon


Kota Ambon mempunyai potensi yang dapat dikembangkan sebagai
daerah tujuan wisata, ini dapat dilihat di Kecamatan Nusaniwe yang
memiliki karakteristik khas karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari
pegunungan, perbukitan dan laut. Hal ini menjadikan Kecamatan
Nusaniwe sebagai daya tarik Wisata Bahari di Kota Ambon yang dapat
dikunjungi oleh wisatawan lokal bahkan mancanegara sekaligus dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pembangunan dan
perekonomian bagi masyarakat lokal. Pantai Namalatu, Pantai Pintu Kota,
Bukit Paralayang, Siwang Paradise merupakan tujuan wisata bahari yang
paling sering dikunjungi karena terkenal dengan keindahan alamnya, selain
itu ada juga Museum Siwalima sebagai tujuan wisata sejarah di Kecamatan
Nusaniwe, dan lain sebagainya.
Selain dikenal dengan potensi alam yang mengagumkan, Kecamatan
Nusaniwe juga memiliki potensi perikanan dan kelautan yang cukup
menjanjikan di Kota Ambon. Di kecamatan ini terdapat Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) yang merupakan tempat penjualan ikan hasil
tangkapan nelayan tuna di Kota Ambon. Selain itu, Kecamatan Nusaniwe
juga menjadi pusat kesehatan dan pendidikan di Kota Ambon. Terdapat
beberapa rumah sakit besar di kecamatan ini yaitu RS Latumeten dan
RSUD Haulussy yang merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah
Ambon dan sekitarnya serta pada bidang pendidikan, Kecamatan
Nusaniwe juga memiliki salah satu universitas yaitu UKIM (Universitas
Kristen Indonesia Maluku) yang menjadi pilihan untuk masyarakat di
Maluku dan sekitarnya untuk datang melanjutkan pendidikan di
Kecamatan Nusaniwe.
Kota Ambon memiliki luas daratan 359,45 Km² dengan luas lautan
17,55 Km². Secara geografis Kota Ambon terletak pada 3°34'4,80” -
3°47'38,4” LS dan 128°1'33,6” - 128°18'7,20” BT, dengan batas-batas
administrasi sebelah utara (Kecamatan Lehitu Kabupaten Maluku Tengah),
timur (Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah), barat (Kecamatan
Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah) dan selatan (Laut Banda).
Kota Ambon sebagai Ibukota Provinsi Maluku sekaligus sebagai
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan aktivitas pemerintahan, ekonomi,
transportasi juga pendidikan. Perubahan fisik Kota Ambon secara umum
dapat ditinjau dari perubahan penggunaan lahan yang disebabkan oleh
adanya perubahan berbagai kegiatan penduduk. Perubahan penggunaan
lahan di Kota Ambon cenderung sebagian besar pada peningkatan luas
permukiman dan pengurangan luas lahan pertanian khususnya kebun
campuran, hutan, lahan kosong dan semak belukar.

 Konsep Pengembangan Kecamatan Nusaniwe

“Kecamatan Nusaniwe merupakan kawasan dengan tujuan


wisata bahari dan perikanan di Kota Ambon”

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Ambon No 24 Tahun


2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Ambon tahun 2011-2031, menyebutkan bahwa wilayah
Kecamatan Nusaniwe termasuk dalam Satuan Wilayah
Pengembangan (SWP) V, dengan Negeri Amahusu sebagai
sentra tersier I dan merupakan Ibukota dari Kecamatan
Nusaniwe.
Wilayah Kecamatan Nusaniwe merupakan SWP V yang
berfungsi sebagai daerah tujuan pariwisata bahari dan perikanan,
berorientasi ke laut dan akses ke kawasan pusat kota. Selain itu,
SWP ini juga mempunyai potensi industri bahan bangunan di
antaranya batu bata dan kapur. Sebagian besar SWP adalah
kawasan hutan dan kebun campuran diselingi dengan kawasan
industri kecil dan pariwisata.

 Peran Kecamatan Nusaniwe

Peran Kecamatan Nusaniwe pada beberapa bidang, sebagai


berikut :

 Pariwisata
Kota Ambon mempunyai potensi yang dapat
dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, ini dapat dilihat
di Kecamatan Nusaniwe yang memiliki karakteristik khas
karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan,
perbukitan dan laut. Hal ini menjadikan Kecamatan
Nusaniwe sebagai daya tarik Wisata Bahari di Kota Ambon
yang dapat dikunjungi oleh wisatawan lokal bahkan
mancanegara sekaligus dapat memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi pembangunan dan perekonomian bagi
masyarakat lokal.
 Perikanan
Kecamatan Nusaniwe memiliki potensi perikanan dan
kelautan yang cukup menjanjikan di Kota Ambon yaitu
sebagai penyedia lapangan kerja karena terdapat Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) yang merupakan tempat penjualan ikan
hasil tangkapan nelayan di Kota Ambon. PPI ini terdapat di
dusun Eri.
 Pendidikan dan Kesehatan
Kecamatan Nusaniwe juga menjadi pusat kesehatan dan
pendidikan di Kota Ambon. Terdapat beberapa rumah sakit
besar di kecamatan ini yaitu RS Latumeten dan RSUD
Haulussy yang merupakan rumah sakit rujukan untuk
wilayah Ambon dan sekitarnya serta pada bidang pendidikan,
Kecamatan Nusaniwe juga memiliki beberapa perguruan
tinggi yaitu UKIM (Universitas Kristen Indonesia Maluku),
Poltekkes Maluku, dan Kampus PGSD yang bisa menjadi
pilihan untuk masyarakat di Maluku dan sekitarnya untuk
datang melanjutkan pendidikan di Kecamatan Nusaniwe.

 Pembangunan di Kecamatan Nusaniwe


Beberapa pembangunan di Kecamaan Nusaniwe :
1) Sarana peribadatan yakni Gereja Rehoboth yang didirikan pada tahun
1923 merupakan gereja dibawah naungan Gereja Protestan Maluku.
Gereja Rehobot berada di Kelurahan Kudamati, Kecamatan Nusaniwe.

2) Pada tahun 1954 didirikan RSUD Dr. M. Haulussy yang merupakan


Rumah Sakit tipe B dan memiliki jam operasional selama 24 jam. RSUD
Dr. M. Haulussy juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah
Ambon dan sekitarnya.
3) Pada tahun 1960, dibangun juga sarana kesehatan yakni Rumah Sakit
Tingkat II Prof. dr. J. A. Latumeten merupakan salah satu Badan
Pelaksana Kesdam XVI/Pattimura yang mempunyai tugas pokok
memberikan pelayanan Kesehatan kepada Personil TNI-AD dan PNS
TNI-AD beserta keluarganya di jajaran Kodam XVI/Pattimura.

4) Museum Siwalima didirikan pada tahun 1973, namun diresmikan pada


tahun 1977. Museum Siwalima merupakan museum penting yang banyak
memiliki informasi mengenai hal-hal terkait kekayaan alam serta budaya
Maluku. Bangunan museum ini berada di atas bukit yang menghadap
Teluk Ambon dengan keeksotisannya yang membuat terpesona. Museum
Siwalima terletak di kawasan Taman Makmur, Kelurahan Nusaniwe,
Kecamatan Nusaniwe.
5) Pada tahun 1985, dibangun Universitas Kristen Indonesia Maluku atau
yang dikenal dengan nama UKIM yang merupakan Perguruan Tinggi
Swasta. Lokasinya tepat berada di Jl. Ot Pattimaipauw Talake, Kelurahan
Wainitu, Kecamatan Nusaniwe.
6) Pada tahun 1993, didirikan TVRI Maluku yang merupakan stasiun
televisi publik daerah milik TVRI di Maluku yang beralamat di Jl.
Perumtel Gn. Nona, Kecamatan Nusaniwe.

7) Badan Arkeologi Maluku berdiri sejak tahun 1995, merupakan lembaga


penelitian Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Penelitian Arkeologi
Nasional yang berlokasi di Jakarta. Pemilihan Kota Ambon sebagai lokasi
Balai Purbakala tentunya didasari oleh berbagai pertimbangan, antara
lain: Provinsi Maluku dan Maluku Utara yang merupakan wilayah kerja
Balai Arkeologi Ambon, diyakini dan terbukti memiliki peninggalan
purbakala/peninggalan budaya, dari berbagai periode kebudayaan. Salah
satu tugas pokok dari Balai Arkeologi Maluku ialah memberikan saran di
bidang pelestarian dan pemanfaatan sumber daya arkeologi untuk
kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Kantor ini beralamat di Jl.
Namalatu, Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe.
Kajian Urbanisasi Kecamatan Nusaniwe

 PROSES URBANISASI

Proses urbanisasi secara konseptual dapat ditinjau berdasarkan


aspek demografik, aspek ekonomi, dan aspek fisik.

Ditinjau dari aspek demografik, proses urbanisasi terkait dengan


proses-proses :

1. Pertumbuhan penduduk perkotaan :


(1) Petumbuhan alami;
(2) Migrasi desa-kota;
(3) Migrasi Internasional;
(4) Perluasan batas administrasi (boundary expansion).

Pertumbuhan penduduk pada kecamatan Nusaniwe yang paling


signifikan terlihat pada kelurahan Kuda Mati dengan presentasi
17,084. Pertumbuhan penduduk pada kecamatan Nusaniwe
mengalami pertumbuhan yang tidak stabil. Hal ini dapat dilihat pada
tingkat jumlah penduduk pertahun pada Kecamatan Nusaniwe yang
mengalami beberapa perubahan. Sperti pada tahun 2015 jumlah
penduduk sebesar 107.275 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebesar
50.752 jiwa dan perempuan sebanyak 52.234 jiwa. Hal ini
berbanding terbalik dengan jumlah kepadatan penduduk pada tahun
2018 yang mengalami penurunan yang sangat signifikan. Jumlah
penduduk pada tahun 2018 yaitu sebanyak 99.397 jiwa. Dengan
jumlah laki-laki sebanyak 49.424 jiwa dan perempuan 49.973 jiwa.

2. Pergeseran dalam hierarki kota-kota (Urban hierarchy) : Kota


besar, kota sedang, kota kecil.
Hirarki Kota secara umum dapat dimengerti sebagai peringkat
Kota berdasar suatu faktor penentu, misalnya jumlah penduduk dan
komposisi penggunaan lahan.
Kecamatan Nusaniwe adalah sebuat kecamatan di kota Ambon
dengan 13 Negeri/Kelurahan di dalamnya. Negeri/Kelurahan
tersebut memiliki karakteristiknya masing–masing namun tetap
saling terkait dan saling mempengaruhi. Perkembangan aktivitas
penduduk, sistem transportasi dan tehnologi sejalan dengan
perkembangan waktu dalam jangka panjang dapat menimbulkan
suatu perubahan hirarki perkotaan.
Dari perubahan hirarki pada tahun 2015-2018 terlihat bahwa pada
awal pengambilan data yaitu tahun 2015,kelurahan nusaniwe
menduduki peringkat pertama, dilanjutkan oleh kelurahan benteng
pada posisi kedua dan kelurahan wainitu pada posisi ke tiga.
sedangkan pada data yang terbaru yaitu tahun 2021 posisi hirarki
pada peringkat pertama diduduki oleh kelurahan benteng dengan
presentase sebesar 16,87%
3. Komposisi umur dan gender penduduk perkotaan.
Pertumbuhan penduduk pada kecamatan Nusaniwe yang paling
signifikan terlihat pada kelurahan Kuda Mati. Sperti pada tahun
2015 jumlah penduduk sebesar 107.275 jiwa. Jumlah penduduk laki-
laki sebesar 50.752 jiwa dan perempuan sebanyak 52.234 jiwa. Hal
ini berbanding terbalik dengan jumlah kepadatan penduduk pada
tahun 2018 yang mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Jumlah penduduk pada tahun 2018 yaitu sebanyak 99.397 jiwa.
Dengan jumlah laki-laki sebanyak 49.424 jiwa dan perempuan
49.973 jiwa.
4. Perubahan Angkatan Kerja
5. Keterkaitan desa-kota : penduduk, komoditas, kapital, informasi.
Kaitan antara desa dan kota yaitu sama-sama memiliki penduduk
namun di desa penduduknya lebih sedikit dibanding dengan jumlah
penduduk di perkotaan. Pada Kecamatan Nusaniwe jumlah
penduduk yang paling banyak terletak pada Kelurahan Kuda Mati
dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 107.275 jiwa.
Jumlah penduduk laki-laki sebesar 50.752 jiwa dan perempuan
sebanyak 52.234 jiwa. Hubungan desa dan kota merupakan suatu
bentuk interaksi yang terjadi karena adanya aktivitas yang
mengaitkan keduanya. Salah satunya yaitu pariwisata. Hal ini terjadi
karena adanya faktor penyebab berjalannya aktivitas tersebut, yaitu
faktor rekreasi. Faktor tersebut merupakan faktor yang paling
dominan yang terjadi di kawasan Nusaniwe karena adanya peranan
dari orang-orang desa Latuhalat dalam melayani orang-orang kota
sebagai wisatawan yang berwisata pada beberapa tempat wisata di
desa Latuhalat selama weekend. Tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan rekreasi karena adanya potensi alam yang dimiliki oleh
kawasan desa Latuhalat tersebut. Hal tersebut menimbulkan suatu
hubungan antara penduduk desa dengan penduduk kota.

 FAKTOR-FAKTOR URBANISASI
Berdasarkan berbagai penelitian oleh berbagai ahli, mengenai faktor-
faktor yang mendorong arus penduduk dari pedesaan ke perkotaan,
PBB menekankan tiga faktor di bawah ini (Hauser, 1985) :
1. Tingkat pendapatan perorangan meningkat. Pada Kecamatan
Nusaniwe tingkat pendapatan perorangan meningkat dapat dilihat
dari rumah-rumah penduduk yang sudah layak ditinggal dan
memiliki bangunan yang mewah, memiliki kendaraan pribadi
seperti mobil dan motor pribadi. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa tingkat pendapatan perorangan pada
Kelurahan Kuda Mati meningkat.
2. Pertambahan pendapatan cenderung dibelanjakan terutama untuk
barang-barang bukan pertanian. Pada Kecamatan Nusaniwe
pendapatannya cenderung dibelanjakan untuk barang-barang
seperti mobil angkutan untuk menambah penghasilan masyarakat
dan menjual bensin.
3. Produksi dan konsumsi lebih berdaya guna di perkotaan.
Penelitian PBB itu juga mengambil kesimpulan mengenai faktor-
fakor yang mempengaruhi laju urbanisasi. Faktor-faktor ini adalah
(Hauser, 1985) :

1. Perubahan teknologi yang lebih cepat di bidang pertanian


daripada di bidang bukan-pertanian, yang mempercepat arus
penduduk dari pedesaan.
2. Kegiatan produksi untuk ekspor terpusat di kawasan kota
3. Pertambahan alami yang tinggi di pedesaan
4. Susunan kelembagaan yang membatasi daya serap pedesaan,
seperti : sistem pemilikan tanah; kebijaksanaan harga dan
pajak yang bersifat menganakemaskan penduduk perkotaan.
5. Layanan pemerintah yang lebih berat pada perkotaan.
6. Kelembaman (intertia) – faktor negatif yang menahan
penduduk tetap tinggal di pedesaan.
7. Kebijaksanaan perpindahan penduduk oleh pemerintah dengan
tujuan mengurangi arus penduduk dari pedesaan ke perkotaan.

Daya Dukung Lahan dan Ruang Hidup Kecamaan Nusaniwe

 Ruang Hidup
Ruang hidup adalah tempat dimana makhluk hidup beraktivitas
di atasnya dan suatu hal yang berkaitan dengan ketersediaan lahan.
Untuk dapat menentukan atau mengetahui ruang hidup pada suatu
wilayah, bisa dihitung dengan membandingkan ketersediaan lahan
pada suatu wilayah dibagi dengan standar Kebutuhan Luas
Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat
standar Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Pemukiman dan
Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, yaitu 9m² per jiwa.

Ketersediaan Lahan ( m 2 )
Ruang Hidup=
9 m ²/ jiwa

Tabel 3.10. Perhitungan Ruang Hidup Kecamatan


Nusaniwe
Ruang Hidup Kecamatan Nusaniwe
Diketahui :
Luas Lahan : 88,35 Km² → 88.350.000

Luas lahan/jiwa : 9 m²/jiwa
Ditanya :
Ruang Hidup : ...?
Penyelesaian :
Ruang Hidup =
2
Ketersediaan Lahan(m )
9 m ²/ jiwa
2
88.350.000 m
= 9 m² / jiwa

= 9.816.666 m².
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pada
Kecamatan Nusaniwe memiliki luas lahan khususnya ruang
hidup yang masih bisa dimanfaatkan sebesar 9.816.666 m2.

 Daya Dukung Lahan


Daya Dukung Lahan merupakan kapasitas atau kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Daya dukung lahan menjadi hal penting
untuk diperhatikan agar dapat mengetahui dan mengendalikan
pertumbuhan penduduk dengan kapasitasnya agar tetap seimbang.
Untuk dapat mengetahui daya dukung lahan pada suatu wilayah,
bisa dihitung dengan menggunakan rumus :

Ketersediaan Lahan( m2)


Daya Dukung Lahan=
Jumlah Penduduk( jiwa)

Tabel 3.11. Perhitungan Daya Dukung Lahan


Kecamatan Nusaniwe

Daya Dukung Lahan Kecamatan


Nusaniwe
Diketahui :
Luas Lahan : 88,35 Km² → 88.350.00

Daya Dukung Lahan Kecamatan
Nusaniwe
Jumlah Penduduk : 91.567 Jiwa
Ditanya :
Daya Dukung Lahan : ...?
Penyelesaian :
Daya Dukung Lahan =
Ketersediaan Lahan(m2 )
Jumlah Penduduk (Jiwa)
2
88.350.000 m
= 91.567 jiwa

= 964,867
m²/jiwa

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa daya


dukung lahan terdapat sekitar 964,867 m²/jiwa yang masih
mampu menampung penduduk dibandingkan dengan jumlah
penduduk saat
Terima Kasih . . .

Anda mungkin juga menyukai