Anda di halaman 1dari 6

DESA jurnal Desain dan Arsitektur/Vol.

1/juli 2020

JURNAL DESAIN DAN ARSITEKTUR


TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/desa/index
E-ISSN : Prodi Teknik Arsitektur
P-ISSN : UNIKOM

Pendekatan Holistic Wellness dalam rancangan Buddhism Centre

Edo Syafrano Ismail1*, Salmon Priaji Martana2


1
Mahasiswa Teknik Arsitektur ,2 Dosen Teknik Arsitektur, Universitas Komputer Indonesia, Jl. Dipati Ukur 112-119, Bandung 40132,
Indonesia

Abstrak ARTICLE INFO


Buddhisme berkembang dan menyebar melalui berbagai jalur , bidang dan kondisi Received _______________
menciptakan corak variative seiring perkembangannya. Variasi serta aliran anutan Accepted ________________
dalam Buddhisme tersebut menciptakan kelompok kelompok penganut dan pengikut Available online _________________
yang tersebar ke berbagai sisi dunia tidak terkecuali Indonesia. Buddhisme masuk dan
*
dikenalkan di Indonesia pada abad ke 5 melalui jalur penjelajahan misioner dan Corresponding Author
pemangku kepentingan dagang china. Masuknya intelektual buddhisme menciptakan
layer variasi baru kedalam pola hidup bangsa secara fisik dan psikologis, serta Dr. Salmon P. Martana, ST., MT
memunculkan pola kebutuhan hidup baru yang mengikat. Pengaruh berikut Universitas Komputer Indonesia
menginisiasi pemenuhan kebutuhan kebutuhan hidup yang bertambah seiring waktu , +62 888-0180-3689
berupa kegiatan spiritual dan sarana nya , ruang ruang sacral da elemen penunjangnya Email: KetuaPT@yahoo.com
, dan tidak terkecuali arsitektur pendukung perbadatan serta identitas keagamaan.

Arsitektur Budddhisme menjadi jejak sejarah dan identitas integrasi intelektual anatara
lokalitas bangsa dengan Buddhisme yang masuk , ditandai dengan peninggalan berupa
candi , prasati , rumah ibadah , arca , stupa dan lainnya. Bersamaan dengan
pertumbuhan kebutuhan prasarana keagamaan Buddha dalam bentuk arsitektur
identitas Buddhis, maka sarana dan prasarana nasional atau perorangan di Indonesia
mulai berkembang dan menjamur pesat dengan mengikuti unsur budaya setempat ,
keturunan, kondisi lingkungan , dan humanitas penganut. Holistik atau aspek health
awareness dalam arsitektur buddhism menjadi salah satu point representative dari
aspek humanity dimana “Kesehatan” fisik maupun psikis sangat kental dalam ajaran
intelektual busshisme .

Kata Kunci:
Buddhisme , Arsitektur , Holistik , Integrasi

1. Latar Belakang
Kebutuhan akan sarana dan prasarana ruang himpun informasi tentang Buddhisme dinilai cukup penting dan
dibutuhkan dengan alasan mendasar seperti sebagai ranah pengenalan ke Buddhis an ,dalam bentuk praktik dan pola
kehidupan kepada publik luas diluar maupun dalam lingkup buddhisme. Selain itu Buddhism center diharapkan dapat
menghimpun kebutuhan informasi serta aktualisasi ajaran , literasi , peninggalan serta penghimpunan individu dengan
ketertarikan serupa.

Sarana dan prasarana layaknya tersedia dengan mempertimbangkan kualitas , kuantitas, kelayakan , dan corak corak
representative yang sekiranya dinilai tidak memihak , namun mengedepankan sisi humanitas dan penyesuaian kebutuhan
umum secara luas dan terkini. Arsitektur Holistik secara garis besar memiliki elemen-elemen pembentuk yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan seperti „wholeness of the Universe‟ atau segala materi dan ruang yang ada dianggap
sebagai keseluruhan, dimana faktor pembentuk yang kelihatan maupun tidak tetap di pertimbangkan.

Secara harfiah holistik diartikan sebagai keutuhan dari sesuatu yang lengkap dipandang utuh dan bulat dalam suatu
kesatuan, dan dapat di implikasikan bahwa sistem alam semseta yang bersifat fisik , kimiawi , hayati , sosial , ekonomi ,
psikis , dan kebahasaan merupakan sesuatu yang utuh. Pendekatan tema menuju konsep mnggunakan metoda metafora
yaitu Intangible methaphors yaitu metafora abstrak yang berangkat dari sesuatu yang abstrak dan tak terlihat (tak
berbentuk). Misalnya seperti konsep, ide, hakikat manusia, paham individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi, budaya

1
Salmon P. Martana

termasuk nilai religius.

Berdasar pengertian dan penalaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan holistic wellness kedalam konteks
rancangan sarana buddhisme, dalam kasus berikut yaitu Buddhism centre dinilai relevan dan solutif mengacu pada
perkembangan kebutuhan religious dan juga spiritualitas kearah nilai nilai intelektual yang konservatif dan bukan lagi nilai
nilai religious kental yang terikat akan lingkup Batasan yang kaku.

Holistic wellness penulis nilai dapat menjadi representative dari pola pandang mayoritas penganut dan variasi kebutuhan
mereka pada era moderenitas , dimana nilai nilai dharma dan buddha lebih dikenal dalam praktik keseharian yang erat
dengan konsep zen , healing , meditation , dan wellness. Pada pola pandang wellness berikut dapat penulis jabarkan terkait
relasinya dengan konteks Buddhisme, yaitu sebagai kesadaran penuh manusia atau makhluk hidup akan entitas fisik serta
psikisnya atau jiwa dan raganya.

2. Kajian Pustaka

2.1 Buddhisme di Indonesia

Kebutuhan akan sarana spiritualitas dan sarana rohani menjadi salah satu aspek penunjang kehidupan , menurut Linton,
1984 “Dua kebutuhan terkait dengan keberadaan manusia secara umum. Pertama adalah kebutuhan jasmani yang terkait
dengan performa fisik manusia, yang kedua adalah kebutuhan rohani yang mendasari semua aspek spiritual dan psikis
dari keberadaannya” ( Nova Chandra Aditya,2020 ; Jhon Walter Purba ,2020 ; Salmon Priaji Martana, 2020).

Buddhisme atau ajaran Buddha di nusantara atau Indonesia mulai masuk sekitar tahun 1955. Proses penyebaran Agama
Buddha di Indonesia dimulai melalui perdagangan melalui jalur laut. Hal ini dapat dilihat pada catatan sarjana dari China
bernama I-Tsing ketika beliau melakukan perjalanan ke India dan Nusantara. Namun nilai – nilai Agama Buddha mulai
pudar sejak runtuhnya kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.

Setelah itu semua, adalah YM Bhante Ashin Jinarakkhita, yang merupakan Biksu pertama Indonesia yang mempelopori
bangkitnya Buddha Dharma di Indonesia. Beliau mulai mendalami ajaran Buddha pada bulan Desember 1953. Setelah
kembali ke Indonesia pada Januari 1955 beliau mendirikan PUUI yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan
MBI. Selain itu beliau juga merupakan pencetus berdirinya Sangha Agung Indonesia dimana pada wadah ini terdapat 3
aliran besar yang dikenal masyarakat Indonesia yaitu Theravada, Mahayana, dan Tantrayana.

2.2 Holistic Architecture

Menurut Hozman, Oldrich (2007), “ruang Arsitektur Holistik itu berbicara tentang spiritual, emosional, vital, dan material.”
( Hozman, Oldrich (2007)) .Arsitektur Holistik secara garis besar memiliki elemen-elemen pembentuk yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan seperti „wholeness of the Universe‟ atau segala materi dan ruang yang ada dianggap
sebagai keseluruhan, dimana faktor pembentuk yang kelihatan maupun tidak tetap di pertimbangkan. „Surrounding and
centre‟, yang dimaksudkan adalah permainan pembentukan ruang antara ruang sekitar atau pinggiran dan ruang
tengahannya. „The basic form is an oval‟ atau bentukan dasarnya berbentuk oval, bentuk yang kita kenal sebagai
bentukan yang rileks dan memiliki arti keutuhan, mencakup atau mengelilingi semua. “Covering, Skin, Bark, Wall” yang
memiliki maksud ada penutupnya, ada kelilingnya, ada yang membatasi antara ruang luar dan dalam. “The Life Force is
connected with surface”, dimana jiwa atau hal yang termasuk spiritual terhubung dengan permukaan lingkungan.
“Principle of Emptiness in the centre”, prinsip-prinsip kekosongan atau void yang terletak di bagian tengah, yang
memberikan energi konsentrasi. “Symmetry, Axiality”, bentukan yang simetris dan sejajar.

Holistic wellness menekankan pendekatan emosional, dimana kesehatan mental menjadi titik berat pada pola aktualisasi
desain berupa kenyamanan termal , kenyamanan visual , kenyamanan pencahayaan dll. Pendapat tentang bagaimana
psikologi sangat penting untuk membangun ruang yang sehat dan menyenangkan untuk ditinggali, dan untuk alasan ini,
kami memutuskan untuk mengeksplorasi dampak pengalaman spasial pada kesejahteraan setiap orang, meningkatkan
kualitas hidup dan mengurangi tekanan mental. Dengan kata lain, arsitektur tidak hanya berkontribusi pada kesehatan fisik
melalui ergonomi tetapi juga mempengaruhi kenyamanan emosional kita. perkotaan, tidak hanya interior. Mulai dari
pertanyaan bagaimana ruang publik berhubungan dengan kesehatan mental, kita dapat melihat lebih dalam ke dalam
psikologi skala untuk memahami bagaimana hubungan antara manusia dan bangunan mempengaruhi masyarakat.
Menurut Jan Gehl, "pengalaman kenyamanan dan kesejahteraan di kota-kota terkait erat dengan bagaimana struktur kota
dan ruang kota selaras dengan tubuh manusia, indera manusia, dan dimensi dan skala ruang yang sesuai.”

2
BESt Volume 1 Issue 1 February 2019/pp. 1-8

Konteks Holistic dalam lingkup arsitektur kerap kali terkait dengan aspek green and sustainable design, hal ini sejalan
dengan maksud dan tujuan dari kedua konsep tersebut, dimana “Bangunan hijau dan bangunan berkelanjutan dipahami
sebagai bangunan mengacu pada desain dan konstruksi bangunan yang memiliki dampak minimal terhadap lingkungan.
Itu termasuk energi dan penghematan air, pengurangan limbah, peningkatan kualitas lingkungan dalam ruangan,
kenyamanan karyawan yang lebih besar/produktivitas, pengurangan biaya kesehatan karyawan, dan biaya operasi dan
pemeliharaan yang lebih rendah.“ (W S Abioso, 2019).

3. Metode

Pola penentapan konteks serta pendekatan pengambilan judul rancangan selayaknya melalui pola berpikir yang teratur,
runut , dan terstruktur. Berikut kerangka dasar berpikir dalam proses perancangan :

Gambar 1. Skema pengambilan dan pengolahan data


Sumber: Doc. pribadi

4. Pembahasan dan Hasil

Perancangan Buddhism centre Maksud perancanagn Buddhism Centre mengambil Konteks rancangan merespon terhadap
kebutuhan serta pemecahan masalah dalam isu yang ditetapkan , dalam kasus berikut isu yang perancang angkat ialah
“Pemenuhan Kebutuhan serta Ranah Pengenalan kepercayaan”, maka maksud dalam pemilihan konteks rancangan
merupakan pemenuhan isu berikut sebagai garis merah perancangan Buddhism centre.

Buddhism information center berikut bertujuan sebagai pusat pengenalan dan penghimpunan informasi terkhusus
buddhisme dalam lingkup luas.

Dalam tujuan yang telah terjabarkan , dapat disimpulkan bahwa Buddhism centre sebagai pusat perkembangan dan
pengenalan informasi buddhisme di Indonesia atau secara general selayaknya mencapai poin poin beriku , seperti :

1. Berfungsi sebagai tempat ibadah atau praktik dhamma bagi umat buddha.
2. Sebagai wadah pembelajaran (meditasi , Kronologi hidup sang buddha, dan sejarah perkembangan agama
buddha ) dan menjalankan ajaran buddha sehari hari
3. Sebagai pusat informasi terkait ajaran buddha dhamma
4. Sebagai tempat ber- Dhammayatra (peziarahan) bagi semua umat buddha maupun public
5. Sebagai pusat pelatihan kerohanian / spiritual bagi umat buddha
6. Bukti eksistensi bahwa ajaran Buddha akan tetap terjaga keutuhan dan kelestarian sebagai warisan budaya

Target capaian pengguna area pada Buddhism centre berikut ialah seluruh pengunjung tanpa batasan status dengan
ketertarikan serupa .Buddhism centre sebagai pusat informasi ajaran , sejarah dan hal lain terkait buddhisme diharapkan
menghimpun fungsi fungsi massa sebgai berikut

3
Salmon P. Martana

1. Dhammasala
tempat melakukan kebaktian dan upacara keagamaan untuk para umat dan bhikku, sifat dari gedung ini untuk
umum dengan zoningnya dibagi menjadi 3 yaitu altar dan tempat para umat laki-laki pada sebelah kiri serta
wanita sebelah kanan.

2. Gedung meditasi
berfungsi untuk latihan meditasi para bhikku dan umat yang data dilakukan secara bersama dengan pimpinan
atau sendiri (secara individu), sifat dari gedung ini lebih privat karena butuh ketenangan jadi perletakannya biasa
berada dibelakang.

3. Kuthi
tempat tinggal para bhikku, kuthi ini bersifat privat maka dari itu jarak kuthi satu dengan yang lain berjauhan.
Dalam 1 kuthi tinggal 1 orang bhikku, hal ini disebabkan agar menghindari percakapan dan mereka lebih
menghayati Dhamma dan latihan meditasi sendiri. Ukuran untuk 1 kuthi yang ditinggali oleh para bhikku atau
samanera tidak boleh lebih dari 12 m² hal ini tercantum dalam peraturan vinaya.

Dengan Pendekatan Holistic dengan focus yaitu Holistic wellness yang telah diintegrasikan kedalam konteks buddhisme
maka dapat dicapai poin poin implementasi sebagi berikut :

Gambar 2. Pencapaian Holistic wellnes


Sumber: Doc. Pribadi

Bentuk Holistic wellness tersebut selanjutnya di pecahkan kedalam pencapaian yang lebih terfokus seperti :

Spiritual wellness
• Menitik beratkan setiap orientasi (terutama view) massa memusat pada area terbuka sakral.
• Mengoptimalkan ruang sosial.
• Meminimalisir batasan ruang.
• Susunan layout massa yang linear.
• Sekuensi massa dramatis

Accupational wellness
• Akomodasi ruang komunal free function.
• Tersedianya area terbuka sebagai stress relieaf.
• Area UMKM kuliner.

Physical wellness
• Ruang terbuka optimum.
• Area komunal teroganisir.
• Fasilitas physical training.
• Tersedianya situs physical meditating

Social wellness
• Optimalisasi ruang terbuka free function.
• Akomodasi komponen pendukung milenal society ( tempat duduk, wifi dll.)
• Menggunakan bentuk organic dan dinamis.

4
BESt Volume 1 Issue 1 February 2019/pp. 1-8

Emotional wellness
• Menggunakan skala manusia
• Penggunaan warna hangat dan netral
• Menghindari koridor lurus dan terlalu Panjang

Intellectual wellness
• Optimalisasi kualitas informsi perpustakaan terintegrasi .
• Optimalisasi Museum sebagai pusat penyimpanan informasi kebuddhis an fisik .

Enviromental wellness
• Memanfaatkan pemandangan di sekitar lahan
• Menggunakan bentuk organic dan dinamis
• Memperbanyak taman atau ruang hijau
• Menggunakan material alami

Hasil pem fokusan konteks “ Holistic Wellnes “ dalam Perancangan Buddhism centre selanjutnya di bentuk kedalam
pendekatan fungsi fungsi runag actual berupa :

A. Fungsi Promoting :

Museum, Perpustakaan , & Taman Dharma ( Menjadi bentuk konkrit pengenalan Buddhisme kedalam maupun
luar lingkup penganut.)

B. Fugsi Education

Rumah Belajar, Perpustakaan , Chetiya , dan Dhammasala ( Bentuk aktual pertumbuhan dan peningkatan
kualitas spiritualitas ke buddhis an dalam bentuk teoritis maupun praksis.)

C. Fungsi Communal

Taman ,Aula , Arama.( Fungsi Komunal difasilitasi berupa ruang ruang berhimpun terbua maupun indoor.)

D. Fungsi Experiencing

All area ( Fungsi experiencing atau apresiasi publik dalam bentuk menghayati pemahaman dan praksis ke
buddhis an diaktualkan dalam setiap sisi kawasan.)

E. Fungsi Praying

Dhammasala , taman doa , Situs stupa , Chetiya. ( Fungsi peribadatan tidak menjadi highlight utama , namun
menjadi salah satu point pengenalan utama dalam konteks perancangan.)

5. Kesimpulan

Menurut A susanti dan T W Natalia “ Keberadaan ruang publik tidak dapat dipisahkan dengan ruang terbangun
lainnya dalam satu tata kota. Ruang publik itu hadir dalam berbagai macam bentuk seperti jalan, trotoar, taman, plaza,
alun-alun, ruang dalam, dll. “ (A Susanti ; T W Natalia , 2018) , maka ruang penghimpunan seluruh individu ataupun
kelompok dengan klasifikasi atau ketertarikan tertentu layaknya tersedia dengan baik , layak , memadai , dan juga
representative. Pencapaian ketersediaan ruang berhimpun terbuka tersebut diaktualisasikan kedalam bentuk Buddhism
centre dnegan pendekatan Holistic wellness sebagai bentuk penyediaan ruang berhmpun dan berkembang kelompok
kelompok dengan ketertarikan pengetahuan terkhusus Buddhisme dengan mengedepankan sisi kelayakan sarana , dan
peningkatan kesadaran Kesehatan fisik dan mental , sebagai representasi ajaran intelektual utama Buddha dharma yaitu
sempurna jiwa raga.

5
Salmon P. Martana

6. Referensi
Aprilia Pratama, JURNAL INTRA Vol. 5, No. 2, (2017) 18-25 , Perancangan Interior Vihara Buddhayana
Surabaya.

Wagito, VIHARA THERAVADA DI KOTA SINGKAWANG, Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas
Tanjungpura, Volume 5 / Nomor 1 / Maret 2017.

Hozman, Oldrich. 2007. How to create Holistic Architecture. Mexico

Portugali, Nili. 2005. A Holistic Approach to Architecture. London Community mental health service –
Wikipedia

Nova Chandra Aditya,2020 ; Jhon Walter Purba ,2020 ; Salmon Priaji Martana, 2020.

Invisible in Architecture Confront the Green Architecture, W S Abioso, IOP Conf. Series: Materials Science
and Engineering 662 (2019) 042019.

Bentuk Fasade Gereja Protestan di Kota Bandung, 1Nova Chandra Aditya | 2 Jhon Walter Purba | 3 Salmon
Priaji Martana, ISSN 2301-6507 (Cetak) ISSN 2656-1824 (Daring).

Public space strategic planning based on Z generation preferences, A Susanti and T W Natalia 2018 IOP
Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng. 407 012076.

Anda mungkin juga menyukai