Anda di halaman 1dari 13

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa :

Nomor Induk Mahasiswa/NIM :

Tanggal Lahir :

Kode/Nama Mata Kuliah :

Kode/Nama Program Studi :

Kode/Nama UPBJJ :

Hari/Tanggal UAS THE :

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran


Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa :
NIM :
Kode/Nama Mata Kuliah :
Fakultas :
Program Studi :
UPBJJ-UT :

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas
Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan
oleh Universitas Terbuka.

............., ............................

Yang Membuat Pernyataan

Nama Mahasiswa
JAWABAN
NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.2 (2021.1)

Hukum Acara Pidana


HKUM4406

No. Soal Skor


1. Hari itu raja siang bersinar garang. Ramai orang saling berbaur di sebuah 2
kantin di sebuah pengadilan -sebut saja pengadilan A-. Di sebuah pojok 5
kantin, nampak terlihat orang sedang berbincang dengan lawan
bicaranya. Terlihat serius, namun santai. Siapa sangka, satu dari dua
orang itu seorang Hakim Pengawas (Nugroho) dengan seorang office boy
di pengadilan tersebut. Kedatangannya pun bersama dengan beberapa
hakim pengawasan lainnya seraya mencari sosok hakim bersih, itu pula
yang dijalani hakim pengawas yang tergabung dalam Badan Pengawas
(Bawas) Mahkamah Agung (MA). Menurutnya tak saja melakukan
pengawasan, hakim pengawas membidik hakim-hakim berintegritas dan
memiliki karakter baik. Nugroho menjadi bagian orang yang dibidik oleh
seniornya untuk menjadi hakim pengawas. Nugroho banyak mendapat
bimbingan dari dua senihornya yang notabene mantan Kepala Bawas.
Sulitnya mencari kader seorang Hakim pengawas pun terus melakukan
investigasi dengan mengumpulkan data. Jejak rekam ditelusuri di
sejumlah pengadilan yang pernah menjadi tempat tugasnya. Nugroho pun
berupaya mencari benar tidaknya integritas hakim yang dibidik. Caranya,
dengan mencari tahu ke pihak Ketua Pengadilan yang pernah menjadi
tempat hakim tersebut bertugas. Soalnya, pihak yang mengetahui
integirtas seorang hakim adalah orang di sekelilingnya.

Jawablah pertanyaan dibawah ini:


a. Dari paparan diatas berikan interpretasi mengenai tugas serta fungsi
keberadaan seorang Hakim Pengawas!
b. Apakah tata cara pelaksanaan Hakim pengawas dan Pengamat
dilapangan telah sesuai dengan ketentuan?

JAWABAN :

a) Tugas serta fungsi keberadaan seorang Hakim Pengawas yang


tergabung dalam Badan Pengawas Mahkamah Agung adalah
melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di
semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang
dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan seksama
dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan
Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan
Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14
Tahun 1970).
Fungsi pengawasan oleh Hakim Pengawas dalam Badan Pengawas
Mahkamah Agung juga dilakukan terhadap pekerjaan Pengadilan
dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan
dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni dalam hal menerima,
memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang
diajukan kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang
bersangkutan dengan teknis peradilan serta memberi peringatan,
teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan
Hakim (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun
1985).
Sebagaimana sudah dipahami oleh setiap satuan kerja peradilan,
bahwa Instrumen Standar Pengawasan Rutin/Reguler oleh Badan
Pengawasan (BAWAS) Mahkamah Agung Republik Indonesia
mencakup 5 (lima) Area Kinerja sebagai objek pemeriksaan (obrik),
sebagai berikut:
1. Manajemen Peradilan;
2. Administrasi Perkara;
3. Administrasi Persidangan dan Pelaksanaan Putusan;
4. Administrasi Umum; dan
5. Kinerja Pelayanan Publik.

Sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2016 tentang


Pengawasan dan Pembinaan Atasan Langsung di Lingkungan Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan di Bawahnya menyatakan bahwa pengawasan
dan pembinaan atasan langsung adalah serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan oleh setiap pejabat pemangku jabatan struktural untuk
membina dan mengendalikan secara terus menerus bawahan yang berada
langsung di bawahnya untuk dapat melaksanakan tugas secara efektif dan
efisien serta berperilaku sesuai dengan kode etik aparat peradilan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keberadaan Hakim Pengawas bertujuan untuk melakukan
pengawasan dan pembinaan untuk menegakkan dan menjaga
martabat serta kepercayaan publik terhadap lembaga pengadilan,
Mahkamah Agung memerlukan mekanisme pencegahan atas
penyimpangan pelaksanaan tugas dan pelanggaran perilaku oleh
aparat pengadilan sedini mungkin; bahwa untuk mengefektifkan
pencegahan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas
atau pelanggaran perilaku aparat pengadilan, perlu dilaksanakan
pengawasan dan pembinaan yang terus menerus oleh setiap atasan
langsung terhadap bawahannya.
Seperti yang diketahui, kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka dan tidak dapat dicampuri oleh kekuasaan
negara lainnya, karena itu akan memengaruhi nilai keadilan. Namun,
kemerdekaan hakim tidak serta merta membuat hakim dapat
berperilaku menyimpang, sehingga diperlukan adanya pengawasan
terhadap perilaku hakim. Kewenangan untuk mengawasi perilaku
hakim dilakukan secara internal oleh Mahkamah Agung. Prinsipnya
kewenangan untuk mengawasi perilaku hakim berdasarkan kode
etik dan terhadap penanganan perkara tetap berada di tangan
Mahkamah Agung sebagai pemegang kekuasaan kehakiman.
Disinilah peran penting dari Hakim Pengawas yang tergabung dalam
Badan Pengawas Mahkamah Agung untuk menjalankan fungsi
pengawasan agar tidak adanya perilaku menyimpang dari hakim
serta lembaga peradilan itu sendiri.

b) Berdasarkan Surat Edadran Mahkamah Agung RI Nomor 7 Tahun


1985 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tugas Hakim Pengawas dan
Pengamat menyebutkan bahwa pengawasan dan pengamatan yang
dilakukan oleh hakim pengawas dan pengamat (hakim wasmat)
bertujuan antara lain:
1. Memperoleh kepastian bahwa putusan pengadilan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
2. Bahan penelitian demi ketetapan yang bermanfaat bagi
pemidanaan, yang diperoleh dari perilaku narapidana atau
pembinaan lembaga pemasyarakatan serta pengaruh timbal-balik
terhadap narapidana selama menjalani pidananya.

Dalam konteks Hakim sebagai pengawas bertugas untuk:

1. Memeriksa dan menanda-tangani register pengawas dan


pengamat yang berada di Kepaniteraan Pengadilan Negeri.
2. Mengadakan checking on the spot paling sedikit 3 (tiga) bulan
sekali ke lembaga pemasyarakatan untuk memeriksa kebenaran
berita acara pelaksanaan putusan pengadilan yang ditanda-
tangani oleh Jaksa, Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan
terpidana.
3. Mengadakan observasi terhadap keadaan, suasana dan kegiatan-
kegiatan yang berlangsung di dalam lingkungan tembok-tembok
lembaga, khususnya untuk menilai apakah keadaan lembaga
pemasyarakatan tersebut sudah memenuhi pengertian bahwa
“pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak
diperkenankan merendahkan martabat manusia”, serta
mengamati dengan mata kepala sendiri perilaku narapidana yang
dijatuhkan kepadanya.
4. Mengadakan wawancara dengan para petugas pemasyarakatan
(terutama para wali-pembina narapidana-narapidana yang
bersangkutan) mengenai perilaku serta hasil-hasil pembinaan
narapidana, baik kemajuan-kemajuan yang diperoleh maupun
kemunduran-kemunduran yang terjadi.
5. Mengadakan wawancara langsung dengan para narapidana
mengenai hal ihwal perlakuan terhadap dirinya, hubungan-
hubungan kemanusiaan antara sesama mereka sendiri maupun
dengan para petugas lembaga pemasyarakatan.
6. Menghubungi Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan Ketua
Dewan Pembina Pemasyarakatan (DPP), dan jika dipandang perlu
juga menghubungi koordinator pemasyarakatan pada kantor
wilayah Departemen Kehakiman dalam rangka saling tukar
menukar saran-pendapat dalam pemecahan suatu masalah; serta
berkonsultasi (dalam suasana koordinatif) mengenai tata
perlakuan terhadap narapidana yang bersifat tehnis, baik tata
perlakuan di dalam tembok-tembok lembaga maupun di luarnya.

Sementara itu, dalam konteks Hakim sebagai pengamat bertugas


untuk:

1. Mengumpulkan data-data tentang perilaku narapidana, yang


dikategorikan berdasarkan jenis tindak-pidananya (misalnya
pembunuhan, perkosaan dan sebagainya). Data-data mengenai
perilaku narapidana ini dapat berpedoman pada faktor-faktor
(antara lain): tipe dari pelaku tindak pidana (misalnya untuk
pertama kali melakuakan tindak pidana, residivis dan
sebagainya), keadaan rumah tangganya (baik-baik, bobrok dan
sebagainya), perhatian keluarganya terhadap dirinya (besar kali,
kurang dan sebagainya), keadaan lingkungannya (tuna susila dan
sebagainya), catatan pekerjaan (penganggur dan sebagainya),
catatan kepribadian (tentang, egosentris dan sebagainya), jumlah
teman-teman dekatnya (satu, dua, tiga orang atau lebih), keadaan
psychisnya dan lain-lain.
2. Mengadakan evaluasi mengenai hubungan antara perilaku
narapidana tersebut dengan pidana yang dijatuhkan, apakah
lamanya pidana yang dijatuhkan terhadap narapidana dengan
perilaku tertentu sudah tepat (dalam arti cukup) untuk melakukan
pembinaan terhadap dirinya sehingga pada waktu dilepaskan
nanti, narapidan tersebut sudah dapat menjadi anggota
masyarakat baik dan taat pada hukum.

Di Indonesia sendiri, Sampai saat ini peranan Hakim Pengawas dan


Pengamat (Hakim Wasmat) untuk pembinaan Narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan belum optimal dan masih mengalami hambatan
besar dalam mengimplementasikan tugasnya. hambatan yang sampai
saat ini menjadi masalah mencakup : hambatan regulasi peraturan
perundang-undangan, hambatan sarana dan prasana, hambatan
hakim wasmat-nya sendiri serta hambatan birokrasi penegak hukum
lainnya.

Kendala yang dihadapi oleh seorang hakim pengawas dan pengamat


dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, yaitu terdiri dari:

a. Faktor Internal

Hakim pengawas dan pengamat lebih memusatkan perhatiannya


kepada perkara yang diperiksa pada persidangan, mengingat
tugas pengawasan dan pengamatan bukan merupakan tugas
pokok seorang hakim, namun hanya tugas tambahan yang diberi
oleh ketua pengadilan negeri, maka waktu untuk melakukan
pengawasan dan pengamatan di Lembaga Pemasyarakatan
menjadi berkurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali.

b. Faktor Eksternal

Terdiri dari:

1) Dana Penunjang Pengawasan dan Pengamatan terbatas


Selama ini belum ada ketentuan yang mengatur tentang dana
yang tersedia untuk digunakan hakim pengawas dan
pengamat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga hakim
tersebut melakukan pengawasan dan pengamatan atas saku
hakim itu sendiri, termasuk juga pembuatan laporan. Masalah
hambatan ini sedikit banyak bisa mempengaruhi pola kerja
dalam pelaksanaan tugasnya.
2) Hambatan dari sisi sarana dan prasana, menjadi sesuatu yang
klasik hampir semua di aparatur negara. Dengan kondisi
keuangan negara yang terbatas disertai dengan banyaknya
skala prioritas yang dibutuhkan, maka penyediaan sarana dan
prasarana untuk mendorong keberadaan hakim wasmat
menjadi terkendala.
3) Kurangnya Peraturan maupun Ketentuan tentang Tugas
Hakim Pengawas dan Pengamat Ruang lingkup hakim
pengawas dan pengamat dalam tugasnya adalah mengawasi
narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan di wilayah
hukum Pengadilan Negeri tempat ia bertugas sehari-harinya.
Ruang lingkup tugas hakim ini diperluas dengan adanya
ketentuan Pasal 280 ayat (3) dan (4) KUHAP yang berisi
pengawasan dan pengamatan juga ditujukan terhadap
narapidana yang teklah selesai menjalani pidananya dan
terpidana bersyarat, namun tugas ini tidak diikuti dengan
sejumlah ketentuan yang mengaturnya, sehingga hakim
pengawasan dan pengamat dalam melaksanakan tugasnya
apabila masuk kedalam instasi lain di luar lembaga
pemasyarakatan dapat dianggap mencampuri secara formal
wewenang instansi lain.
4) Hambatan birokrasi penegak hukum lainnya. Hambatan ini
menyangkut kondisi birokrasi pemerintahan khususnya
dibidang penegakan hukum. Untuk menjalankan tugas
sebagai Hakim Pengawas dan Pengamat maka ada pihak lain
atau intansi pemerintah juga harus terlibat demi pelaksanaan
tugas tersebut. Terkadang masing-masing instansi memiliki
ego masing-masing yang susah untuk disatukan.

Pengawasan dan pengamatan oleh Hakim Pengawas dan Pengamat


diharapkan lebih aktif lagi didalam menjalankan tugasnya untuk
mengawasi dan mengamati narapidana yang ada di dalam Lembaga
Pemasyarakatan, hal ini dilakukan dengan cara hakim pengawas dan
pengamat turun langsung ke dalam Lembaga Pemasyarakatan, serta
dibuat aturan / payung hukum yang khusus mengatur mengenai
pelaksanaan tugas hakim pengawas dan pengamat secara luas
terutama yang berhubungan dengan pembinaan narapidana, dan
tentunya juga aturan yang mengatur tentang sanksi bagi hakim
pengawas dan pengamat jika ia tidak melaksanakan tugas dan
wewenangnya dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar hakim
pengawas dan pengamat akan lebih giat dalam melaksanakan
tugasnya serta mempunyai tanggung jawab moral terhadap
pelaksanaan tugasnya karena tidak dipungkiri seperti yang terjadi
dalam praktek di lapangan saat ini hakim pengawas dan pengamat
belum melaksanakan tugasnya dengan baik.

2. Sutrisno tengah mengendarai motor bersama kekasihnya anjeli menuju 2


kebun teh, berniat untuk pergi piknik di samping kebun teh sambil 5
menikmati jagung bakar. Ternyata dikarenakan cuaca ditengah jalan tiba-
tiba hujan mereka berdua melipir ke sebuah gazebo kecil untuk berteduh,
namun karena nafsu sutrisno tidak dapat menahan nafsunya dan
memperkosa kekasihnya pada saat itu. Hingga pada akhirnya anjeli yang
masih shock pergi meninggalkan sutrisno dalam keadaan marah, tetapi
naas nya setelah anjeli pergi ia dijegat preman lokal dan mengambil tas
yang ia ambil selang beberapa saat sutrisno datang menyelamatkan
kekasihnya pada saat itu yang sedang dikerumuni oleh preman. Tanpa
disangka salah satu dari kelompok preman tersebut ada yang membawa
senjata tajam dan menusukan senjata tersebut pada sutrisno hingga luka
parah.

Jawablah pertanyaan dibawah ini:


a) Uraikan tindak pidana apa saja yang terjadi di dalam cerita tersebut,
jelaskan berdasarkan dasar hukum yang menguatkan jawaban anda!
b) Buatlah surat dakwaan atas dasar cerita tersebut!

JAWABAN :

a) Tindak pidana yang terjadi di dalam cerita tersebut :


 Menurut tindak pidana yang pertama ialah tindak pidana
pemerkosaan Perkosaan adalah suatu usaha melampiaskan
nafsu seksual seorang lelaki terhadap seorang perempuan
dengan cara yang menurut moral dan atau hukum yang
berlaku adalah pelanggaran. Dalam pengertian seperti ini,
apa yang disebut perkosaan, di satu pihak dapat dilihat
sebagai suatu perbuatan (ialah perbuatan seseorang yang
secara paksa hendak melampiaskan nafsu seksualnya), dan
di lain pihak dapat dilihat pula sebagai suatu peristiwa (ialah
pelanggaran norma-norma dan demikian juga tertib sosial)
Perkosaan merupakan salah satu tindak pidana yang diatur
dalam KUHP sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 285.
Apabila dilihat dari perumusannya, maka tindak pidana
perkosaan yang diatur dalam ketentuan itu termasuk ke
dalam jenis tindak pidana formil.

 Tindak pidana yang kedua ialah tindak pidana perampokan,


Perampokan adalah suatu tindak kriminal di mana sang
pelaku perampokan (disebut perampok) mengambil
kepemilikan seseorang/sesuatu melalui tindakan kasar dan
intimidasi. Karena sering melibatkan kekasaran, perampokan
dapat menyebabkan jatuhnya korban. Perampokan kadang
dibedakan dari pencurian; perampokan adalah tindakan
pencurian yang berlangsung saat diketahui sang korban,
sedangkan pencurian biasanya dianggap dilakukan saat
tidak diketahui korban. Selain itu, pencurian juga digunakan
sebagai istilah yang lebih umum yang merujuk kepada segala
tindakan pengambilalihan sesuatu dari suatu pihak secara
paksa. pencurian dengan kekerasan (perampokan) diatur di
dalam Pasal 365 KUHP pada Bab XXII tentang pencurian.
Pasal 365 KUHP ini disebut pencurian dengan penggunaan
kekerasan, yakni pencurian dalam bentuk pokok (pencurian
biasa) ditambah dengan unsur kekerasan.

 Tindak pidana yang ketiga adalah kasus penusukan


Penusukan termasuk kedalam salah satu tindak pidana
karena merupakan perilaku seseorang yang melanggar
hukum yang berlaku dalam suatu negara. Penusukan
merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa
seseorang dengan cara melanggar hukum, maupun yang
tidak melawan hukum

b) Surat dakwaan atas dasar cerita diatas :

A.
SURAT DAKWAAN
NO REG. PERKARA PERKARA : PDM/123/JATIM/11/09

Nama lengkap : Sutrisno


Tempat / Tgl. Lahir : Jepara/12,maret,1991
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia.
Tempat tinggal : Gedongkiwo MJ I/1000, RT 68 RW 11,KecamatanMantrijeron, jawa
timur.
Agama : Katolik
.Pekerjaan : Buruh.
Pendidikan : SD
B. PENAHANAN
Ditahan oleh penyidik polres jawa timur : 02 November 2008 s/d 10 November 2008

Perpanjangan penahanan oleh penuntut umum : 10 November 2008 s/d 30 November 2008

Ditahan oleh penuntut umum : 30 November 2008 s/d 20 Desember 2008

C. DAKWAAN :
KESATU :

Bahwa terdakwa dakwa satu pada hari senin 02, november 2008 sekira jam 01:00 siang hari
atau setidak – tidaknya tahun 2008 bertempat di kebun teh jati nugroho terletak dikampung dukuh
kelurahan waringin , kecamatan wonosobo, kota jawa timu, atau setidak – tidaknya di suatu
tempatyang termasuk dalam daerah wilayah hukum pengadilan negeri, telah terjadi pemerkosaan
yang di lakukan oleh dakwaan sutrisno pada seorang wanita atau kekasihnya sendiri yang bernama
anjeli bertempat di kebun teh di sebuah gajebo, perbuatan tersebut dilakukan atas nafsu terdakwa
itu sendiri yang melakukan prilaku bejatnya yang tak tertahankan,dan terjadilah perbuatan tercela
tersebut.

D. DAKWAAN :
KEDUA :

Selanjutnya di dakwaan kedua ini korban sempat melarikan diri dari prilaku bejat
kekasihnya sendiri terdakwa sutrisno yang menuruni tebing atau lereng perbukitan kebun
teh, ketika korban anjeli melarikan diri, yang masih shock pergi meninggalkan sutrisno dalam
keadaan marah, tetapi naas nya setelah anjeli pergi ia dijegat preman lokal dan mengambil
tas yang ia ambil selang beberapa saat sutrisno datang menyelamatkan kekasihnya pada
saat itu yang sedang dikerumuni oleh preman. Tanpa disangka salah satu dari kelompok
preman tersebut ada yang membawa senjata tajam dan menusukan senjata tersebut pada
sutrisno hingga luka parah. Maka perbuatan yang ada di surat dakwaan ini menyangkut pada
pasal berlapis pasal 285 tindak pidana pemerkosaan, pasal 365 KUHP tindak pidana
pencurian ,dan pasal penusukan yakni Pasal 351 Ayat 2 KUHP tentang Penganiayaan
dan Pasal 355 Ayat 1 KUHP tentang Penganiayaan.

Jawa timur 02 November 2008


JAKSA PENUNTUT UMUM

RAKA SUTIJO S.H M.hum


jaksa Pratama NIP. 19711019 199703 2 001

3. Baiq Nuril Maknun, perempuan mantan guru honorarium di SMA Negeri 7 2


Mataram, Nusa Tenggara Barat, dihukum penjara selama 6 bulan justru 5
karena merekam percakapan mesum eks kepala sekolah yang
menggodanya di tempat bekerja, H Muslim. Perkara yang terjadi pada
tahun 2012 tersebut sempat menjadi perbincangan publik tahun 2017.
Setelah kasus itu mencuat, Muslim sendiri dimutasi dan kekinian menjadi
pejabat di Dinas Pendidikan Kota Mataram. Baiq Nuril dibui atas tindak
pidana tanpa hak mendistribusikan atau membuat dapat diaksesnya
informasi elektronik yang bermuatan melanggar kesusilaan.
Padahal setelah kasus viral di media sosial, Nuril mendapat banyak simpati
dan dukungan. Salah satunya dari Southeast Asia Freedom of Expression
Network (SAFEnet) yang memulai petisi daring untuk membebaskan Nuril
melalui laman change.org/SaveIbuNuril yang menilai bahwa Nuril
sesungguhnya adalah korban dari atasannya yang berperilaku seperti
predator dan sistem hukum yang tidak berpihak kepada yang lemah hingga
hal ini pun sampai ke Pimpinan Negara.

Jawablah pertanyaan dibawah ini:


a) Seperti apa tindakan seorang pimpinan negara atas paparan tersebut
apakah grasi, amnesti, dan abolisi dan dengan pertimbangan apa?
b) Bagaimana tata cara pengajuan seorang pimpinan negara membantu
Baiq Nuril? Apakah cara petisi sebagaimana paparan diatas melangkahi
putusan hakim?

JAWABAN :
a) Di Indonesia, sebagai pemimpin negara, berdasarkan kasus diatas
Presiden dapat memberikan amnesti. Amnesti dapat diartikan
sebagai pengampunan atau penghapusan hukuman yang diberikan
kepala negara kepada seseorang atau sekelompok orang yang telah
melakukan tindak pidana tertentu. Amnesti diatur di dalam Pasal 14
Ayat (1) UUD 1945. Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1954
menyatakan bahwa akibat dari pemberian amnesti adalah semua
akibat hukum pidana terhadap orang yang diberikan amnesti
dihapuskan. Dengan kata lain, sifat kesalahan dari orang yang
diberikan amnesti juga hilang. Amnesti diberikan Presiden dengan
memperhatikan pertimbangan dari MA serta DPR dan dapat
diberikan tanpa pengajuan permohonan terlebih dahulu.

Kewenangan Presiden dalam Pemberian Amnesti juga diatur dalam


Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”)
disebutkan bahwa Presiden memberi amnesti dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (“DPR”).

Dalam praktiknya usulan amnesti biasanya karena ada momentum-


momentum tertentu. Selanjutnya setelah penelaahan internal, usulan
tersebut dikirimkan ke DPR untuk mendapatkan tanggapan. Setelah
DPR memberikan pendapat, jika menurut Presiden amnesti tetap
perlu diberikan, maka Presiden menerbitkan Keputusan Presiden
mengenai amnesti. Atas dasar Keputusan Presiden tersebut maka
narapidana yang disebut namanya dikeluarkan dari lembaga
pemasyarakatan.

Selanjutnya, jika kita melihat aturan dalam Peraturan Presiden


Nomor 24 Tahun 2015 tentang Kementerian Sekretariat
Negara (“Perpres 24/2015”) bahwa Kementerian Sekretariat Negara
mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan teknis dan
administrasi serta analisis urusan pemerintahan di bidang
kesekretariatan negara untuk membantu Presiden dan Wakil
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas di atas, berdasarkan Pasal 3 huruf d UU
24/2015, Kementerian Sekretariat Negara salah satunya
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

dukungan teknis, administrasi, dan analisis dalam penyiapan izin


prakarsa dan penyelesaian rancangan peraturan perundang-
undangan, penyiapan pendapat hukum, penyelesaian Rancangan
Keputusan Presiden mengenai grasi, amnesti, abolisi, rehabililitasi,
ekstradisi, remisi perubahan dari pidana penjara seumur hidup
menjadi pidana sementara, dan naturalisasi, serta permintaan
persetujuan kepada Sekretaris Kabinet atas permohonan izin
prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundangundangan
dan atas substansi rancangan peraturan perundang-undangan;

Jadi dapat dipahami bahwa Kementerian Sekretariat Negara


menyelenggarakan fungsi penyelesaian Rancangan Keputusan
Presiden mengenai amnesti.

Lebih spesifik lagi, fungsi tersebut diselenggarakan oleh Deputi


Bidang Hukum dan Perundang-undangan sebagaimana dapat dilihat
dalam Pasal 48 huruf e UU 24/2015 berikut:

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47


huruf e, Deputi Bidang Hukum dan Perundang-undangan
menyelenggarakan fungsi pelaksanaan analisis, penyelesaian, dan
penyiapan Rancangan Keputusan Presiden mengenai grasi, amnesti,
abolisi, rehabililitasi, ekstradisi, remisi perubahan dari pidana
penjara seumur hidup menjadi pidana sementara, dan naturalisasi.

b) Presiden menilai hukuman yang dijatuhkan pada kasus tersebut


diatas menuai simpati dan solidaritas yang luas di masyarakat. Pada
intinya, masyarakat berpendapat bahwa pemidanaan terhadap
kasus diatas bertentangan dengan rasa keadilan yang berkembang
di masyarakat. Sehingga Presiden sebagai pimpinan negara
memberikan surat kepada DPR berisi permintaan pertimbangan
permohonan amnesti. Setelah DPR menyetujui pertimbangan
pemberian amnesti yang diajukan oleh Presiden, kemudian Presiden
menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) mengenai
pemberian amnesti tersebut.
Bahkan pada tahun 1945, berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang
Darurat Nomor 11 Tahun 1954 Tanggal 27 Desember 1954 Tentang
Amnesti dan Abolisi, Presiden atas kepentingan Negara dapat
memberi amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang telah
melakukan suatu tindakan pidana. Presiden memberi Amnesti dan
Abolisi ini setelah mendapat nasihat tertulis dari Mahkamah Agung
yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri Kehakiman
(saati ini disebut Menteri Hukum dan HAM). Jadi, berdasarkan
penjelasan tersebut, amnesti tidak melangkahi putusan hakim.

4. Lapas Sukamiskin diketahui merupakan lapas khusus yang diperuntukkan 2


bagi napi terkait kasus korupsi, sedangkan Lapas Nusakambangan 5
diperuntukan untuk terpidana terorisme. Sudah banyak berita yang
beredar mengenai kedua lapas dimulai banyak beredarnya video
mengenai kondisi lapas yang cukup layak sampai perilaku yang diterima
napi yang berbeda padahal kedua lapas ini diperuntukan agar para
terdakwa menerima bimbingan dan perilaku yang layak.

Jawablah pertanyaan dibawah ini:


a) Dari paparan diatas cobalah analisa apakah lapas tersebut telah
memenuhi ketentuan Pasal 5 UU 12 Tahun 1995 ? Mengapa ?
b) Terdapat video dan berita beredar terkait Lapas Nusakambangan yang
telah melanggar HAM, hal itu dikarenakan adanya narapidana yang
dipukuli hingga diseret oleh petugas. Apakah hal tersebut dapat disebut
dengan melanggar HAM melihat bahwa dalam sistem pemasyarakatan
menganut asas hilangnya kemerdekaan selama menjadi narapidana?
Berikan pandangan dan dasar yang kuat!
JAWABAN

a) Dari paparan diatas cobalah analisa apakah lapas tersebut telah


memenuhi ketentuan Pasal 5 UU 12 Tahun 1995 ?

Pasal 5

Huruf a

Yang dimaksud dengan "pengayoman" adalah perlakuan terhadap


Warga Binaan Pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat
dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh Warga Binaan
Pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidup kepada Warga Binaan
Pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna di dalam
masyarakat.

Huruf b

Yang dimaksud dengan "persamaan perlakuan dan pelayanan" adalah


pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada Warga Binaan
Pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan orang.

Huruf c dan Huruf d

Yang dimaksud dengan "pendidikan dan pembimbingan" adalah bahwa


penyelenggaraan pendidikan dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan
Pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan,
pendidikan kerohanian, dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.

Mengapa ?

Jadi menurut saya atas dasar dari UU No 12 Tahun 1995 lapas


sukamiskin dan lapas nusakambangan sebenarnya sudah memenuhi
kriteria yang baik dan operasionalnya produktif, akan tetapi untuk
memenuhi syarat kriteria yang lebih baik dan di inginkan masyarakat
adalah bahwa pada hakikatnya Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai
insan dan sumber daya manusia harus diperlakukan dengan baik dan
manusiawi dalam satu sistem pembinaan yang terpadu.

Bahwa perlakuan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan


berdasarkan sistem kepenjaraan tidak sesuai dengan sistem
pemasyarakatan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan.

b) Telah terjadi insiden-insiden pelanggaran terhadap standar operasional


prosedur," kata Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Produksi
Kemenkum HAM, Junaedi, dalam jumpa pers di Lapas Narkotika
Cipinang, Jakarta Timur, Kamis (2/5/2019).

Peristiwa itu disebut terjadi Kamis 28 Maret 2019 saat proses


pemindahan 26 narapidana dari Bali ke Lapas Nusakambangan. Masing-
masing 10 orang napi dari Lapas Krobokan dan 16 orang dari Lapas
Bangli.
Dari video berdurasi 1 menit 22 detik yang diperoleh detikcom, para
napi ini tampak dalam kondisi tangan dan kaki terborgol. Mata mereka
tertutup oleh kaos yang mereka kenakan. Ada napi yang terlihat
dipukul. Ada juga yang diseret-seret. Napi yang lain tampak berjalan
jongkok menuju kapal.

Dalam kasus ini, Kalapas Narkotika Nusakambangan HM dinilai lalai


karena tidak mampu mengendalikan anak buahnya sebanyak 13 orang
sehingga terjadi pelanggaran prosedur. Seluruh petugas tersebut
sudah diperiksa dan membenarkan adanya tindakan kekerasan
tersebut.

Jadi menurut pendapat saya lapas yang seharusnya membina


masyarakat menjadi lebih baik dan menjadi didikan teladan ternyata
salah, dan masih banyak sekali oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab atas kejadian insiden yang tidak baik itu, jadi menurut saya masih
harus di kembangkan kembali binaan dan didikan dari lapas- lapas yang
ada di seluruh republik indonesia ini, agar tidak terjadi lagi kasus-kasus
yang sangat merugikan banyak orang ini.

Skor 100
Total

Anda mungkin juga menyukai