FINAL REPORT
PENDUGAAN POTENSI AIR BAWAH PERMUKAAN
(ELETRICAL& MAGNETOTELLURIC METHODE)
LOKASI BUKIT PELANGI, CIPAYUNG DATAR,
KECAMATAN MEGA MENDUNG, KABUPATEN BOGOR,
PROVINSI JAWA BARAT
Laporan ini adalah hasil survey menggunakan unit ADMT (MT electromagnetic geophysical
tools) dalam rangka pendugaan potensi sumber air bawah permukaan di Bukit Pelangi, Payung
Datar , Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawabarat
Kegiatan penyelidikan di daerah ini berlangsung baik dan tidak ada kendala yang berarti.
Terima kasih kami ucapkan atas kesempatan yang telah diberikan dalam melaksanakan
pekerjaan ini.
1
DAFTAR ISI
Page- 2
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Nilai tahanan jenis batuan (Lowrie 2007 & Milsom 2003) ........................................ 9
Tabel 2 Tabel Nilai resistivitas sebagian material-material bumi (Telford, 1990) ....................... 10
Tabel 3 Spesifikasi Unit ADMT-300HT2 ................................................................................................. 12
Page- 3
DAFTAR GAMBAR
Page- 4
DAFTAR FOTO
Page- 5
BAB I PENDAHULUAN
Airtanah bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor alam. Geologi dan
geomorfologi sangat menentukan prospek tanah di suatu daerah. Struktur geologi
mempengaruhi arah gerakan airtanah, jenis dan ketebalan akuifer. Stratigrafi dari beberapa
lapisan batuan dapat berpengaruh pada jenis, kedalaman, dan ketebalan akuifer. Sementara
itu, permeabilitas dan konsentrasi ion terlarut dipengaruhi oleh litologi akuifer. Morfologi relief
permukaan bumi mempengaruhi terjadinya dan arah gerakan airtanah. Perubahan topografi
permukaan mempengaruhi kedalaman muka airtanah dan arah gerakan airtanah. Morfogenesis
mempengaruhi permeabilitas, porositas, dan laju infiltrasi.
Kajian regional terhadap aspek-aspek di atas memberikan gambaran potensi akuifer di suatu
daerah. Dalam perkembangannya kajian regional belum cukup untuk menentukan potensi aktual
sehingga diperlukan teknologi tambahan dalam memetakan daerah dan mendapatkan
informasi yang lebih akurat.
ADMT adalah alat khusus studi geofisika yang memberikan gambaran detil vertikal resistivitas
batuan dan akuifer dari hasil data vertikal yang konsisten kearah kedalaman. Instrumen yang
digunakan adalah ADMT-300HT2 dimana hasil nilai resistivitas diperoleh dari pengujian
frekuensi tinggi hingga frekuensi rendah dalam satu pengukuran, frekuensi tinggi akan
menghasilkan data resitivitas pada kedalaman yang dangkal dan frekuensi rendah akan
menghasilkan data resistivitas pada kedalaman yg cukup dalam.
Lokasi survey dapat dicapai dari Kota Bogor melalui Jl. Tol Jagorawi, Jl. Labuan - Cianjur/Jl.
Tangkil – Agrabinta, Jl. Raya Puncak – Cianjur, Jl. Raya Pasir Angin/Jl. Raya Puncak, diteruskan
Jl. Cipayung Girang, hingga di Jl Cipayung Datar sejauh ±20.4KM selama ±35 menit.
Page- 6
Gambar 2. Peta Google Lokasi Survey
Lokasi survey
Gambar 3. Peta SRTM (menunjukan Lokasi Survey berada diketinggian ±585-590 m DPL)
Pelaksanaan survey menggunakan ADMT, dilakukan oleh Tim Pelaksana yang terdiri dari:
1. 1 (satu) orang Ahli Geofisika/Geologi
2. 1 (satu) orang Ahli Geologi/Operator ADMT
3. 1 (satu) orang Asisten
Page- 7
Peralatan yang digunakan:
1. Kompas Geologi
2. GPS Handheld Merk Garmin 76Csx
3. Kamera
4. Pita Ukur 50m
5. Mobile Phone dengan Aplikasi Aidu Prospecting
6. ADMT-300HT2 built in Sensor Elektromagnetik + Elektroda
7. Laptop
Page- 8
BAB II METODOLOGI INVESTIGASI GEOFISIKA
Alat geofisika yang digunakan dalam pendugaan potensi akuifer menggunakan unit tipe ADMT
yang sudah sukses digunakan negara-negara kesulitan bahan baku air seperi negara di Benua
Afrika, India, Thailand, dan sangat populer di China karena alat ini sederhana, mudah
dioperasikan, sensitif terhadap air, efisien, dan dapat dioperasikan di lahan beton/aspalt atau
berbatu.
Resistivitas adalah karakteristik batuan yang menunjukkan kemampuan batuan tersebut untuk
menghantarkan arus listrik. Aliran arus listrik dalam batuan dan mineral dapat digolongkan
menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi
secara dielektrik (Milsom, 2003).
Aliran arus listrik di dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Konduksi elektronik yang terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron
bebas sehingga arus listrik yang dialirkan dalam batuan oleh elektron-elektron bebas
tersebut;
2. Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat porous dan pori-porinya terisi
oleh cairan elektrolitik;
3. Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus
listrik dimana pada kasus ini terjadi polarisasi saat batuan dialiri arus listrik.
Tabel 1 Tabel Nilai tahanan jenis batuan (Lowrie 2007 & Milsom 2003)
Page- 9
Sifat konduktivitas listrik tanah dan batuan pada permukaan bumi sangat dipengaruhi oleh
jumlah air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana cara air didistribusikan dalam tanah
dan batuan tersebut. Konduktivitas listik batuan yang mengandung air sangat ditentukan
terutama oleh sifat air, yakni elektrolit (larutan garam yang terkandung dalam air yang terdiri
dari anion dan kation yang bergerak bebas dalam air). Adanya medan listrik eksternal
menyebabkan kation dalam larutan elektrolit dipercepat menuju kutub negatif sedangkan anion
menuju kutub positif. Tentu saja, batuan berpori atau pun tanah yang terisi air, nilai resistivitas
(ρ) listriknya berkurang dengan bertambahnya kandungan air. Begitu pula sebaliknya, nilai
resistivitas listriknya akan bertambah dengan berkurangnya kandungan air (Telford, 1990).
Air (Udara) 0
Sandstones (Batu Pasir 200 – 8.000
Sand (Pasir) 1 – 1.000
Clay (Lempung) 1 – 100
Ground Water (Air Tanah) 0.5 – 300
Sea Water (Air Asin) 0.2
Dry Gravel (Kerikil Kering) 600 – 10.000
Alluvium (Aluvium) 10 – 800
Gravel (Kerikil) 100 - 600
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus
listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron- elektron bebas tersebut. Aliran listrik
ini juga dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang dilewatinya.
Salah satu sifat atau karateristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang
menunjukkan kemampuan bahan untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai
resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik, begitu
pula sebaliknya. Resistivitas mempunyai pengertian yang berbeda dengan resistansi
(hambatan), dimana resistansi tidak hanya tergantung pada bahan tetapi juga bergantung
pada faktor geometri atau bentuk bahan tersebut. Sedangkan resistivitas tidak bergantung
pada faktor geometri (Lowrie, 2007).
Page- 10
elektrolitik, dimana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas
dan resistivitas batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas
akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya
resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang.
Menurut Todd (1980), airtanah adalah air yang terdapat dalam tanah atau batuan, menempati
ruang-ruang antar butir batuan serta berada dalam celah-celah batuan. Berdasarkan daur
hidrologi, airtanah berasal dari air hujan yang bergerak ke bawah melalui zona aerasi yaitu
zona yang berupa pori-pori tanah berisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda.
Air yang melalui zona aerasi ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang kecil atau
oleh tarikan molekuler di sekitar partikel-partikel tanah. Apabila kapasitas retensi dari tanah
pada zona ini telah dihabiskan, air akan bergerak ke bawah menuju poripori tanah atau
batuan yang jenuh air yang disebut sebagai zona jenuh air (zone of saturation). Air yang
terdapat pada zona jenuh air inilah yang disebut sebagai airtanah (Linsley, 1985). Perbedaan
kondisi fisik secara alami akan mengakibatkan air dalam zonasi ini akan bergerak/mengalir
baik secara gravitasi, perbedaan tekanan, kontrol struktur batuan dan parameter lainnya.
Kondisi inilah yang disebut sebagai aliran airtanah. Daerah aliran airtanah ini selanjutnya
disebut sebagai daerah aliran (flow zone).
Airtanah ditemukan pada formasi geologi permeabel (tembus air) yang disebut sebagai
akuifer. Akuifer merupakan formasi pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup
besar untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa.Pada akuifer, airtanah
menempati pori-pori batuan, retakan ataupun patahan pada suatu batuan. Secara umum
airtanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui
butiran antar batuan. formasi geologi merupakan faktor yang mempengaruhi proses
terbentuknya airtanah. Formasi geologi adalah formasi batuan atau material lain yang
berfungsi menyimpan airtanah dalam jumlah besar (Asdak, 1995).
Dalam proses pembentukan airtanah, formasi-formasi yang berisi dan memancarkan airtanah
dikenal sebagai akuifer (Linsley, 1985). Airtanah tidak dapat ditemukan di setiap tempat.Ada
tidaknya airtanah tergantung dari ada tidaknya lapisan batuan yang dapat mengandung
airtanah yang disebut dengan akuifer. Menurut PP No. 43 tahun 2008 akuifer merupakan
lapisan batuan jenuh airtanah yang dapat menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah yang
cukup.Artinya dapat mensuplai suatu sumur atau mata air pada suatu periode tertentu.
Page- 11
Menurut Krussman dan Ridder (1970) bahwa akuifer dapat dikelompokkan menjadi berbagai
macam, yaitu :
a. Akuifer bebas (unconfined aquifer) yaitu lapisan air yang hanya sebagian terisi oleh air dan
berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada akuifer ini disebut dengan water
table (preatik level), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama
dengan atmosfer. Airtanah yang berasal dari akuifer bebas pada umumnya ditemukan
pada kedalaman yang relatif dangkal atau kurang dari 40 m. Kasus khusus dari akuifer
bebas adalah akuifer menggantung (perched aquifer) yang terjadi akibat terpisahnya
airtanah dari tubuh airtanah utama oleh suatu formasi batuan kedap air (Kodoatie, 1996)
b. Akuifer tertekan (confined aquifer) yaitu akuifer yang seluruh jumlahnya dibatasi oleh lapisan
kedap air, baik yang atas maupun yang berada di bawah, serta mempunyai tekanan lebih
besar daripada tekanan atmosfer.
c. Akuifer semi tertekan (semi confined aquifer) yaitu akuifer yang seluruhnya jenih air, dimana
bagian atasnya dibatasi dengan lapisan semi lolos air pada bagian bawahnya merupakan
lapisan kedap air.
d. Akuifer semi bebas (semi unconfined aquifer) yaitu akuifer yang bagian bawahnya
merupakan lapisan kedap air, sednagkan material atasnya merupakan material berbutir
halus sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan
demikian akuifer ini merupakan peralihan antara akuifer bebas dengan akuifer semi
tertekan.
Perekaman resistivitas menggunakan alat ADMT yang dilakukan dengan dua (2) metode yaitu :
metode magnetik dan elektroda (sebagai pembanding) dengan spasi pengukuran horizontal 1
M. Metode perekaman dalam survey ini menggunakan mobil phone dengan koneksi via
bluetooth sedangkan untuk metode magnetik menggunakan wireless dan metode elektroda
menggunakan media patok tembaga, sedangkan data dan pengolahan menggunakan software
AIDU Prospecting. Prinsip kerja Intrumen dan spesifikasi unit ADMT diuraikan sebagai berikut :
Page- 12
Gambar 4. Perlengkapan yang digunakan ADMT-300HT2
Berdasarkan prinsip bahwa gelombang elektromagnetik dari frekuensi yang berbeda memiliki
skin depth yang berbeda pada media konduktif, urutan respon elektromagnetik bumi dari
frekuensi tinggi ke frekuensi rendah diukur di permukaan untuk mempelajari perbedaan variasi
listrik badan geologi bawah tanah pada kedalaman yang berbeda dan menentukan
genesanya.
Page- 13
1. Teori perambatan gelombang elektromagnetik, persamaan Helmholtz
koefisien rambat adalah k suatu bilangan kompleks, maka dimana: a disebut koefisien fasa, b
disebut koefisien absorpsi. Arus perpindahan biasanya dapat diabaikan dalam kisaran
frekuensi gelombang elektromagnetik yang diukur dengan seri ADMT probe geofisika medan
listrik alami (0,1 Hz ~ 5 KHz), ketika K lebih disederhanakan sebagai:
Page- 14
Pada media nonmagnetik rumus Skin Depth adalah:
Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa kedalaman penetrasi gelombang elektromagnetik
berhubungan dengan frekuensi dan resistivitas. Semakin rendah frekuensi semakin besar
kedalaman penetrasinya dan begitu sebaliknya
Page- 15
Gambar 6. Metode Pengukuran Metoda Elektroda
Dalam hal ini pemrosesan sepenuhnya dilakukan dengan menggunakan software AIDU
Prospecting, data pengukuran yang sudah selesai bisa langsung diproses menjadi
grafik 2D dan 3D, termasuk pengecekan data datum yang dihasilkan.
Page- 16
Interpretasi data lapangan berdasarkan tahanan jenis umumnya dilakukan dengan
menganalisa terhadap sifat fisika batuan, yaitu tahanan jenisnya, porositas,
permeabilitas batuan, kandungan mineral, keterdapatan air, pelapukan, rekahan dan
lain-lain.
Dari harga tahanan jenis dan ketebalan masing-masing lapisan batuan serta kontras
tahanan jenis yang kemudian dikorelasikan atau dibandingkan dengan data geologi
daerah penyelidikan dan data lainnya maka diperoleh gambaran litologi bawah
permukaan, karena data terbatas sehingga interpretasi menggunakan data singkapan
(jika ada), data pengamatan atau penemuan di lapangan, morfologi, referensi terkait ,
data geologi regional, data referensi terdahulu termasuk peta distribusi pemboran air
dan peta geohidrologi regional disekitar lokasi yang meliputi peta produktivitas akuifer
dan peta litologi akuifer.
Kegiatan survey ini sebanyak 3 (tiga) lintasan dengan ADMT-300HT2 dengan deteksi
kedalaman hingga 200m, yang ditampilkan adalah semuanya menggunakan metode magnetik
(sebagian diaplikasikan metode elektroda dan kedalaman 100m untuk perbandingan).
Page- 17
Foto 2 Lintasan Survey BPL-02
Page- 18
BAB III POTENSI AKUIFER DILOKASI SURVEY
Page- 19
III.2 Struktur Geologi dan Potensi Akuifer di Lokasi Survey
Penilaian geologi terhadap potensi air tanah dalam (groundwater) didasarkan pada aspek
geologi yaitu morfologi, batuan, dan struktur geologi. Lokasi survey dikategorikan masuk
kedalaman morfologi perbukitan landai-bergelombang, batuan penyusun merupakan breksi
dan lava dengan litologi akuifer bisa berupa tuff lapili, tuf abu dan lava andesit dan struktur
geologi sederhana. Produktivitas akuifer tergolong setempat produktif dimana sistem akuifer
melalui celahan dan ruang antar butir (gambar.11).
Penilaian akuifer harus didasarkan pada kaidah geologi sehingga berbagai konfigurasi
diperlukan dalam menganalisa keberadaan sistem celah atau zona void, lapisan batuan yang
berpotensi akuifer dan keberadaan lapisan impermeable bagian bawah dan atas untuk untuk
memastikan akuifer tertekan.
Hasil pengukuran nilai resistivitas dengan unit ADMT-300HT2 mengukur medan alami listrik
dimana medan magnetnya diasumsikan konstan (dengan konstanta tertentu yang merupakan
hasil riset dengan hak paten khusus untuk pendugaan akuifer). ADMT-300HT cukup sensitif
terhadap lapisan dan pergerakan air (khususnya konfigurasi 0), sedangkan konfigurasi 1 untuk
batuan dominan keras/kompak, konfigurasi 2 untuk batuan dominan lunak, dan konfigurasi
3/6/7 untuk menunjukan lapisan batuan, minimal 3 konfigurasi untuk menganalisa akurasi
dugaan akuifer dan memprediksi akuifer sistem celahan atau ruang antar butir.
Page- 20
Gambar 12. Line BPL-01 Gambar 13. Line BPL-01 Gambar 14. Line BPL-01
Konfigurasi-0 Penampang yang Konfigurasi-1 Penampang yang Konfigurasi-3 Penampang yang menunjukan
menunjukan pergerakan air maksimal menunjukan lapisan batuan dan lapisan lapisan batuan. Batuan kompak/keras
zona zenuh air. dikedalaman 80-118 m bisa berupa lava
andesit.
Gambar 12, 13 dan 14 line BPL-01 menunjukan nilai resistivitas kondisi jenuh air di 4-80
ohm.m dimana akuifer bebas terdapat di kedalaman 20-40 m sangat dipengaruhi oleh musim
penghujan fluktuasinya. Potensi Akuifer sistem celah dengan setempat produktif diduga
dikedalaman 77-85m, 118-128m dan 160-180m.
Page- 21
Gambar 15. Line BPL-02 Gambar 16. Line BPL-02 Gambar 17. Line BPL-02
Konfigurasi-0 Penampang yang Konfigurasi-1 Penampang yang Konfigurasi-3 Penampang yang menunjukan
menunjukan pergerakan air maksimal menunjukan lapisan batuan dan lapisan lapisan batuan. Batuan kompak/keras
zona zenuh air dikedalaman 75-105 m, 120-140m.
Gambar 15, 16 dan 17 line BPL-02 menunjukan nilai resistivitas kondisi jenuh air di 2-54
ohm.m dimana akuifer bebas terdapat di kedalaman 20-35 m sangat dipengaruhi oleh musim
penghujan fluktuasinya. Potensi Akuifer sistem celah dengan setempat produktif diduga
dikedalaman 78-86m, 110-122m dan 161-177m.
Page- 22
Gambar 18. Line BPL-03 Gambar 19. Line BPL-03 Gambar 20. Line BPL-03
Konfigurasi-0 Penampang yang Konfigurasi-1 Penampang yang Konfigurasi-3 Penampang yang menunjukan
menunjukan pergerakan air maksimal menunjukan lapisan batuan dan lapisan lapisan batuan. Batuan kompak/keras
zona zenuh air . dikedalaman 85-115 m, 122-135m.
Gambar 18, 19 dan 20 line BPL-03 menunjukan nilai resistivitas kondisi jenuh air di 3.3-72
ohm.m dimana akuifer bebas terdapat di kedalaman 20-32 m sangat dipengaruhi oleh musim
penghujan fluktuasinya. Potensi Akuifer sistem celah dengan setempat produktif diduga
dikedalaman 70-80m, 115-126m dan 163-180m.
Page- 23
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Lokasi survey didominasi akufer sistem celah berdasarkan indikasi akuifer setempat-
setempat (warna biru) yang berkembang pada batuan kompak berupa lava ataupun
breksi.
Pada line BPL-01 menunjukan nilai resistivitas kondisi jenuh air di 4-80 ohm.m dimana
akuifer bebas terdapat di kedalaman 20-40 m sangat dipengaruhi oleh musim
penghujan fluktuasinya. Potensi Akuifer sistem celah dengan setempat produktif diduga
dikedalaman 77-85m, 118-128m dan 160-180m.
Pada line BPL-02 menunjukan nilai resistivitas kondisi jenuh air di 2-54 ohm.m dimana
akuifer bebas terdapat di kedalaman 20-35 m sangat dipengaruhi oleh musim
penghujan fluktuasinya. Potensi Akuifer sistem celah dengan setempat produktif diduga
dikedalaman 78-86m, 110-122m dan 161-177m.
Pada line BPL-03 menunjukan nilai resistivitas kondisi jenuh air di 3.3-72 ohm.m dimana
akuifer bebas terdapat di kedalaman 20-32 m sangat dipengaruhi oleh musim
penghujan fluktuasinya. Potensi Akuifer sistem celah dengan setempat produktif diduga
dikedalaman 70-80m, 115-126m dan 163-180m.
Urutan Prioritas : BPL01, BPL02, dan BPL03
IV.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pemboran batuinti (Coring) pada posisi mendekati dugaan top
dan bottom akuifer (minimal 3 meter sebelum dan sesudah perkiraan posisi
kedalaman akuifer)
Selama pelaksanaan pemboran sebaiknya diukur perubahan muka air tanah (MAT)
sehingga dapat diketahui apakah posisi potensi akuifer sudah tertembus atau belum
(dapat dilihat dari perubahan MAT, jika MAT naik signifikan bisa diasumsikan
menembus MAT, jika turun signifikan bisa diasumsikan water lost dikarenakan masuk
ke zona rekahan atau berongga).
Untuk mengetahui debit optimal yang bisa diambil sebaiknya dilakukan Pumping
Test.
Page- 24
Saran lokasi Rencana Pemboran (11 m dari titik awal line BPL-01, total pemboran 90m
atau 130m atau 185m)
Page- 25
Saran lokasi Rencana Pemboran (1.5 m dari titik awal line BPL-02, total pemboran 90m
atau 125m atau 180m)
Page- 26
Saran lokasi Rencana Pemboran (1.5 m dari titik awal line BPL-03, total pemboran 85m
atau 130m atau 185m)
Page- 27
DAFTAR PUSTAKA
A. C. Effendi, Kusnama, dan B. Hermanto dengan skala 1:100.000, Peta Geologi Regional
Lembar Bogor, Pusat Survey Geologi, 2011.
Distamben Jabar & DTLGKP, 2002, Peta Zonasi Konservasi Air Bawah Tanah Jawa Barat.
Krussman, G.P. and Ridder, N.A., 1970. Analysis and Evaluation of Pumping Test Data.
International Institude for Land Reclamation and Improvement, Wegeningnen.
Linsley, R.K. 1985. Hidrologi Untuk Insinyur. Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta.
Loke, M.H., 2004. 2-D and 3-D Electrical Imaging Surveys. Penang. Malaysia.
Loke, M.H., Barkers, R.D. 1996, Rapid Least-Square Inversion of Apparent Tahanan jenis
Pseudesection. Geophysics Prospection, 44.
Milsom, John. 2003. Field Geophysics, 3rd Edition. England: John Willey & Sons Ltd.
Reynolds, J.M., 1997. An Intruduction to Applied and Enviromental Geophysics. hlm 418. Jhon
Wiley & Sons Ltd. Chichester.
Sukri M, Dasar-dasar Metode Geolistrik, Syiah Kuala, University Press, Januari 2020.
Telford, M. W., Gerdart, L. P., Sheriff, R. E, Keys, D. A. 1990. Applied Geophysics. USA:
Cambrige University Press
Todd, D.K. 1980. Groundwater Hydrology. New York: John Wiley & Sons.
Page- 28
Page- 29