Orang-orang yang menuliskan catatan harian, pada awalnya, menulis untuk dirinya sendiri.
Lantas bergeser, menulis apa yang terjadi pada sekitarnya. Mereka percaya, orang-orang yang
membacanya, bisa berdialog dan mengubah dunia mereka sendiri. Tulisan mereka akan terbaca.
Kartini menulis surat-surat dan catatan sampai dunia membuka mata tentang Hindia Belanda di
mata seorang perempuan Jawa. Kartini memiliki visi, mimpi tentamg masa depan, dan
Leonardo Da Vinci menuliskan coretan yang sebagian besar tersandikan, hanya bisa dibaca
seorang ahli, bahkan kebanyakan belum selesai, namun ia tidak berhenti menuliskan catatan.
Kelak, ia mempunyai 400 lebih, karya yang belum dipatenkan. Tan Malaka sering hidup
berpindah, sangat terbatas dan kurang sehat, namun dari catatannya kita tahu seperti apa ia
menghargai perlawanan dan mengimajinasikan ideologi untuk Indonesia. Antonio Gramsci
menuliskan buku catatan, berjudul Notebooks from Prison, dari dalam penjara, juga Hitler
Catatan harian bisa menjadi tempat orang menuliskan yang paling rahasia. Apa keahlian yang
kamu miliki? Keputusan apa yang menurutmu sangat berarti bulan ini? Kapan kamu menjadi
kurang produktif? Bagaimana keadaan keluargamu? Apa pekerjaanmu yang belum selesai?
Sebagian besar orang, gembira menerima media sosial, tidak jarang, memfungsikan media
sosial sebagai catatan harian.
Beberapa akun kawan saya, berfungsi sebagai “catatan harian”. Mereka mengaku demikian.
Bisa dilihat dari bagaimana ia memposting menu makan, jalan-jalan, bertemu kawan, mengikuti acara,
melihat video, mereka share di Beranda. Tidak segan, hal-hal pribadi mereka share. Untuk
urusan yang rahasia, mereka atur privacy ke “Only Me” (hanya saya), dengan catatan, hanya Facebook
yang bisa begini. Medsos juga mengenalkan #hashtag (dulu dari Tumblr, kemudian
Saya juga termasuk orang yang share aktivitas harian di Twitter dan Instagram, namun hanya
pada hal-hal yang saya anggap boleh dilihat orang lain. Namun saya tidak memfungsikan media sosial
sebagai catatan harian.
Untuk pintasan praktis dan sekadar perbincangan publik, tidaklah masalah. Namun media sosial
hanyalah Timeline (kronologi) yang tidak memadai untuk sebuah catatan harian. Tepatnya, tidak
Singkatnya, memakai media sosial sebagai catatan harian, mengandung kelemahan mendasar.