Diterbitkan oleh:
Book Division - ALHakam Private Service
Jl. Agastya VI Q3 No. 4 Pharmindo, Cimahi Selatan 40534
podomakmur@hotmail.com
Pengantar Penulisan
Kehadiran blog di zaman Web 2.0 ini telah menjadi semacam media ekspresi
alternatif terutama untuk ragam budaya tulis. Banyak pribadi yang menjadikan
media ini sebagai ruang ekspresi dan berkarya baik untuk mereka yang ingin
mendapatkan pengakuan dan eksistensi maupun mereka yang merasa cukup untuk
menerbitkan idenya saja. Kumpulan tulisan ini menghimpun semua tulisan yang
terbit di blog pribadi penulis, selendangwarna.blogspot.com sepanjang tahun
2009. Dari situ harus dimaklumi kiranya oleh pembaca bahwa kumpulan tulisan ini
memang mengandung tendensi yang sangat pribadi (Self-appreciation) terutama
untuk alasan pendokumentasian tulisan yang bersifat reflektif.
*****
1
“Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara”, Seno Gumira Ajidarma, Bentang Pustaka, 2005,
hal. 130.
i
Ide awal penulisan kembali tulisan-tulisan tersebut muncul ketika saya
membuka kembali buku “Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara” karya
Seno Gumira Ajidarma. Buku itu berisi tentang kumpulan-kumpulan tulisan yang
hampir semuanya membahas perkara Insiden Dili 1991 dan implikasinya terhadap
kebebasan pers. Sehingga, boleh dibilang pada masanya tulisan-tulisan didalam
buku itu cukup kontroversial karena berhadapan langsung dengan kontrol ketat
media massa versi Orde Baru.
Berbagai tulisan yang hadir dalam kumpulan tulisan ini adalah sebagai
konteks konstruksi fiksi, non-fiksi (fakta), dan realitas yang membaur dan padu
dalam bentuk tulisan bebas dan cerpen. Fakta maupun fiksi hanyalah cara manusia
memberi makna kepada dunia dan kehidupannya. Di dalam makna itulah
terkandung tanggapan dan tafsiran manusia. Fakta bisa merentang dari sekedar
sebuah laporan jurnalistik sampai kepada hasil penelitian yang paling ilmiah. Fiksi
dalam peradaban manusia telah memperkenalkan seribu satu macam bentuk. Fakta
diterima berdasarkan suatu konsensus yang telah disetujui bersama, itulah
konsensus tentang bagaimana caranya segala hal yang masuk akal diterima sebagai
kenyataan. Fiksi tidak mempunyai konsensus, karena tidak ada kategori dan kriteria
apa pun yang bisa berlaku bagi imajinasi, namun tetap ada suatu konsensus bahwa
dengan suatu cara tafsir-menafsir dalam persetujuan tertentu, maka fiksi dianggap
mencerminkan kembali kenyataan.2
*****
2
Ibid, hal. 153.
ii
DAFTAR ISI
Pengantar Penulisan ……………………………………………………………….i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………iii
Kumpulan Tulisan
Catatan dari Aninda ……………………………………………………………….1*
Bayangan Sepanjang Perjalanan ………………………………………………….2*
Tentang Tuhan di Facebook ……………………………………………………… 5*
Cerita Untuk Sebuah Nama ………………………………………………………..7*
Pada Suatu Pagi …………………………………………………………………….9*
Hanya Sekedar Cerita ………………………………………………………………12*
Haji dan Babi ………………………………………………………………………. 16*
Perlawanan dari Catalan ……………………………………………………………19*
Yang Belum Terkirim (1): Saya, Jombang, dan Emha ……………………………23
Yang Belum Terkirim (2): Tetapkan Hatimu, Sayang …………………………….26*
Yang Belum Terkirim (3): Jilbabku, Jilbabmu ……………………………………..29
Tentang Dua Perempuan …………………………………………………………..31*
Catatan di Hari Jum’at (Kemarin) …………………………………………………..35*
Catatan Politik Seorang Rakyat …………………………………………………….39
Tentang Debat Semalam ……………………………………………………………43*
Nobody’s Note ………………………………………………………………………46
JK: Jaga Kemaluan(mu) ………………………………………………………………49
JK: Jaga Kehormatan(mu) ……………………………………………………………52
Olenka ………………………………………………………………………………..54
Pada Suatu Pagi ……………………………………………………………………..55*
3 Malam, 3 Cerita (puisi) ……………………………………………………………58
Kita Adalah Teroris ………………………………………………………………….60
We Hate It When Our Friends Become Successful ………………………………..62
Puasa di Jakarta (dan sedikit cerita lainnya) ………………………………………..65*
Tentang Ia yang Ternyata Itu Aku ………………………………………………….68*
Mudik ………………………………………………………………………………..70*
Batik, Identitas, dan Bencana ………………………………………………………72
Golkar dan AC Milan ………………………………………………………………..76
Cintaku Kandas di Tapal Batas Ambalat …………………………………………...80*
Golkar dan Kekuasaan ………………………………………………………………84
Kita Ini ………………………………………………………………………………..86*
Cinta Dalam Sepotong Artikel ……………………………………………………..88*
Potongan E-mail dan Sumpah Pemuda ……………………………………………91*
Pembangunan dan Perubahan ………………………………………………………93
Kemenangan Guru, Kemenangan Pendidikan? ……………………………………..95
Karir dan Kadal ………………………………………………………………………..98
Patung dan Eksistensi ……………………………………………………………….100
"Aku tidak tahu harus menulis apa malam ini. Aku benar-benar tidak tahu.
Sudah beberapa bulan ini engkau tidak lagi menulis disini. Aku memang tidak
sedang menunggumu. Tapi, entah mengapa setiap hari setelah tulisan terakhir
disini membuatku mendadak ingat padamu. Maka, engkau pun sudah tahu, esok
harinya aku menunggumu disini. Barangkali engkau menuliskan sesuatu.
Nyatanya, tidak satu huruf pun engkau tuliskan. Tidak ada lagi cerita yang
engkau tuliskan. Kemanakah engkau? Engkau yang selalu menuliskan cerita
untukku. Kemanakah engkau yang selalu memujaku sambil menyanyikan lagu
itu? Sudah nyaris 2 bulan ini engkau menghilang. Kau tahu rasanya kehilangan?
Rasanya seperti itu.
Sudah tak terhitung waktu untuk melupakanmu tapi tetap saja aku tak
mampu menahan perasaanku sendiri. Aku tahu aku ini memang bukan siapa-
siapa untukmu dan kau juga tahu perasaanku padamu. Tapi kenapa, sirkuit
kemelut ini malah menemuiku hanya karena dirimu. Karena Dirimu. Dirimu!
Aninda
1
Februari
Bayangan Sepanjang Perjalanan
Kemanapun aku pergi
Bayang bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
S'lalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri *)
Aku ingat pada senyuman itu. Dengan wajah berseri dan selalu bersuara
"Selamat pagi...". Ia duduk disitu dekat jendela. Ia ditemani dua murid kecilnya
yang sudah menunggu. Aku ingat semuanya. Aku perlahan tersenyum sendirian.
Sialan. Memori itu masih ada dibenakku.
Aku kini sedang berada dalam bis malam yang akan membawaku ke
Surabaya. Malam mulai meninggi. Jalanan sudah sepi. Hanya keremangan
malam yang menemaniku. Aku lihat tidak banyak penumpang yang masih
terjaga. Kecuali aku dan seseorang di dekat toilet. Kondektur dan sopir pun
seakan khusyuk sekali memandang jalanan di depan.
***
Dia bukan apa-apa. Maksudku, dia hanya seorang guru, dan hanya itu
saja. Kita dipertemukan oleh takdir yang sudah seharusnya terjadi. Aku
mengenalnya karena sering bertemu saja. Lainnya, tidak ada. Tapi mengapa
*)
Dari lirik lagu “Aku Ingin Pulang” dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade
2
saat ini seakan aku merasa dekat sekali dengannya. Aku bisa rasakan
hembusan nafasnya dibelakang tengkuk leher ini. Hmm, aku jadi merinding.
Aku segera tersadar bahwa aku hanya tertidur sesaat. Itu pun kalau
bukan karena klakson bis malam yang berpapasan. Aku menghela nafas
panjang. Aku lihat disekelilingku hanya aku saja yang masih terjaga. Aku ingin
terus terjaga.
***
Lewat dini hari aku tidak tahu sudah sampai mana. Yang pasti bis akan
memasuki kota Madiun. Semuanya masih gelap. Hanya keremangan lampu
jalanan saja yang menemani. Aku masih menatap jendela. Aku merasa sangat
lelah. Tekanan darahku yang diatas normal agaknya mempengaruhi keadaan
fisik sekarang ini. Aku tidak tahu perkara pastinya. Apa karena Soto Ambengan
kemarin malam, atau karena Gulai Sapi kemarin siangnya. Ah, aku tidak ingin
memikirkannya.
Dia telah menjelma menjadi sebuah buku yang bisa dibaca kapanpun aku
menginginkannya. Dia adalah buku itu yang hanya dibaca saat weekend.
Tentunya, dia menghasilkan sebuah perasaan yang menyenangkan dan
menenangkan. Tetapi rupanya dia ingin lebih dari itu. Dia inginkan sesuatu yang
bernama komitmen. Komitmen. Sekali lagi komitmen.
3
mau pergi ini. Untuk apa mereka ada saat ini? Aku sedang tidak melarikan diri
dari mereka tapi kenapa seakan dia dan dia tidak rela untuk ditinggalkan.
***
4
Tentang Tuhan di Facebook
Pada suatu sore yang mendung di Kelapa Gading, ada satu SMS yang
berkata:"Temui aku di dekat pintu masuk La Piazza, tepat 17.00". Siapa
pengirimnya, aku tak tahu. Barangkali, seseorang yang memang kenal denganku
dan kebetulan juga ia sedang kehabisan pulsa. Lagipula, aku tidak keberatan.
Mungkin saja ada kejutan disana. Siapa tahu.
Aku berjalan kaki saja sepanjang jalan Boulevard Barat. Sore ini, tidak
seperti biasanya. Dealer mobil banyak yang tutup. Jalanan lengang. Memang
tidak seperti biasanya. Sore itu nampak mendung masih menutupi kawasan
sekitar Kelapa Gading. Aku terus berjalan dalam sore yang semakin mendung.
Dari kejauhan aku melihat seseorang yang sedang bermain gitar tidak
jauh dari La Piazza. Sepertinya seseorang yang sudah aku kenal. Semakin
dekat, semakin jelas bahwa ia bukanlah orang biasa. Tuhan sedang turun ke
bumi dan menjelma menjadi seseorang. Untuk apa ia datang lagi? Pasti ada
sesuatu yang membuatnya gundah diatas sana sehingga ia mesti turun sampai
ke bumi. Pasti ada sesuatu yang penting sekali sehingga ia tidak butuh malaikat
untuk menyampaikannya.
Ia hanya duduk saja di halaman depan toko yang sudah tutup. Ia tahu aku
datang. Ia langsung menyodorkan secarik kertas. Semacam tulisan. Aku baca
catatan di kertas itu:
Hal 57:
Negara punya kekuasaan hampir mutlak atas anda, sementara Tuhan tak punya
negara. Tuhan tidak diperkenankan oleh hamba-hambaNya untuk secara formal
mengatur kehidupan manusia. Tuhan dilarang menerapkan nilai dan hukumNya
pada system nilai negara. Tuhan dicekal Memanifestasikan aspirasiNya ke
dalam pasal-pasal hukum formal negara.
Kalau peraturan negara dilanggar, pelanggarnya dihukum. Kalu peraturan Tuhan
dilanggar, secara resmi manusia dilarang menghukum pelanggarnya.
Hal 59:
Kita boleh pakai peci, meskipun sehari-hari kita nyopet. Kita boleh pakai surban,
meskipun kita penjahat. Kita boleh menyelempangkan sajadah di badan, meski
kita koruptor besar.
*)
Dari potongan lirik lagu “Penyanyi Tua” dinyanyikan oleh Koes Plus
5
Setelah selesai membaca, aku duduk disampingnya dan bersandar.
Apakah karena tulisan dari penulis yang bermukim di Kadipiro, Yogyakarta itu
Tuhan jadi tersinggung?. Aku tidak tahu pasti. Tuhan hanya berkata pelan,"
Silakan liat sendiri di Facebookmu, lihat mereka yang mengaku-ngaku menjadi
Fans padaku, dan bandingkan dengan tulisan itu".
Kasihan Tuhan. Sudah tidak punya negara tapi malah banyak juga
manusia yang mengaku-ngaku menjadi penggemarnya. Mirip dengan manusia
fansnya Mick Jagger. Kita mengaku seperti itu cuma supaya jadi identitas kalau
kita ini orang Islam. Kita mengaku hanya karena ingin supaya dilihat "baik" dan
"alim" oleh orang lain disekitar kita. Kita mengaku hanya karena kepalsuan
belaka. Dan hebatnya, ada manusia yang menjadikannya objek. Tidak hanya
Tuhan saja, tetapi juga Muhammad SAW, Ka'bah, bahkan Al-Qur'an sekalipun.
Kita boleh mengaku jadi Fans Allah SWT, walaupun ternyata kita sendiri
tidak pernah tahu seberapa dekat Allah SWT dengan hambaNya. Kita boleh
mengaku menjadi Fans Nabi Muhammad SAW, padahal kita tidak pernah
bershalawat dan melaksanakan segala sunahnya. Kita boleh mengaku menjadi
Fans Al-Qur'an padahal tidak ada satupun dari ayatnya yang kita amalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
**)
Penggalan kalimat ini bisa ditemukan dalam Pengantar Bab I dalam buku “Kebebasan Pengarang dan
Masalah Tanah Air”, Iwan Simatupang, Penerbit Kompas, 2004.
6
Maret
Cerita Untuk Sebuah Nama *)
Mengapa jiwaku mesti bergetar
Sedang musikpun manis kudengar
Mungkin karena kulihat lagi
Lentik bulu matamu
Bibirmu dan rambutmu yang kau biarkan
Jatuh berderai di keningmu
Makin mengajakku terpana
Kau goreskan gita cinta
Ya, mengapa harus jiwaku yang bergetar kala melihatmu disana. Lagu itu
mengalun lagi, menambah haru jiwa padamu. Sungguh aku lihat engkau disana.
Lengkap dengan bulu mata yang lentik, dan rambut panjangmu yang terikat. Aku
terpana. Sungguh terpana. Semakin aku larut dalam pesonamu semakin aku
menginginkanmu.
Mengapa aku mesti duduk disini? Sudah memang takdirku hanya bisa
duduk disini. Tepat dihadapanmu. Aku duduk hanya untuk melihatmu saja.
Bukan menatap kosong pada layar LCD yang penuh angka-angka sialan itu. Aku
hanya ingin duduk disini saja, melihatmu dari kejauhan.
Tapi seperti yang sudah-sudah, aku tidak pernah melakukan itu. Aku
menginginkanmu tapi tidak pernah berusaha untuk menunjukkannya. Aku hanya
*)
Adaptasi dari judul lagu Ebiet G. Ade, “Lagu Untuk Sebuah Nama”
7
bisa seperti itu saja, menatapmu dari kejauhan dan terkadang cuma curi-curi
pandang saja kala engkau ada didekatku.
Ada getar yang terasa kala mendengar ataupun melihat namamu. Ada
yang merasa, entah hatiku yang sebelah mana. Semuanya terasa begitu
menggetarkan dengan sama getirnya dengan kehilangan yang paling
menyakitkan sekalipun. Aku tidak pernah peduli engkau tahu apa tidak. Takdir
pun sudah menyaratkan bahwa kau memanglah bukan untukku. Aku tidak
peduli.
Kalau ini bisa dibilang cinta, apalagi yang akan aku katakan? Apa aku
harus ikut-ikutan bilang, "Cinta tak selalu harus memiliki", "Mencintai tidak harus
selalu memiliki", dll. Tidak, aku tidak akan seperti itu. Aku tahu engkau dan aku
takkan bersatu maka kucukupkan sampai disini saja. Aku cukupkan untuk hanya
merasakanmu lewat pertemuan-pertemuan kita yang selalu biasa seperti itu.
Kalau memang cinta punya bayangan, akan seperti apa jadinya? Tentu
dunia ini akan penuh dengan bayang-bayang cinta yang wujudnya tidak terlihat
tetapi bayang gelapnya terlihat. Untung saja cinta tidak pernah berbayang walau
pernah berbekas. Karena itu pula, hanya akan kucumbui bayanganmu.
Bayanganmu yang ada dikepalaku saja. Bayanganmu yang selalu hadir dalam
mimpi-mimpi malam. Adapun tentang harapan-harapan itu, akan kubiarkan
mereka terbang larut bersama angin dan debu yang selalu menerpa wajahmu itu
hingga mereka akhirnya jatuh berderai membelai keningmu.
**)
Lirik lagu didalam tulisan ini diambil dari lagu yang sama (Lagu Untuk Sebuah Nama).
8
April
Pada Suatu Pagi
Pada gerimis pertama di Bulan Mei. Dalam kabut tebal menutupi
keremangan pagi. Matamu masih terpejam bersama nyanyian pagi dari burung-
burung yang hinggap di dahan pohon itu. Engkau masih saja melanjutkan mimpi
yang terpenjara karena ruang dan waktu. Selimutmu masih melingkari lekuk
tubuhmu, mengingatkanku pada Megan Fox yang telanjang ria didalam selimut
kala photoshoot untuk sebuah majalah. Tapi, tentu kau bukan dia. Kau hanyalah
kau seorang. Seperti yang ada didalam kepalaku.
Aku beranjak menyambut pagi. Dengan secangkir kopi panas dan roti sisa
semalam. Aku duduk di teras sambil menatap kosong pada jalanan yang sepi.
Kabut masih ada Cuma tipis saja. Aku biarkan pintu jendela terbuka supaya kau
terjaga. Dalam pagi yang seperti ini apa yang akan aku lakukan, aku tidak tahu.
Aku hanya ingin menikmatinya saja.
Mendung masih menjagal pagi ini. Aku pikir hujan akan turun sebentar
lagi. Aku masuk ke dalam sebentar, ia masih tertidur. Lelap. Rasanya, tak ada
beban yang hinggap di matanya. Semoga kedamaian menghiasi tidurnya.
Perlahan waktu beranjak. Aku tidak ingin melakukan apa-apa. Aku habiskan kopi
dan roti itu. Lumayan, sekedar pengganti sarapan.
Aku ingin menikmati hari liburku ingin dengan santai saja. Entah kenapa
aku seperti ingin berjalan-jalan. Baiklah, aku akan jalan keluar sebentar, sekedar
menyapa tetangga yang sedang nongkrong di teras sambil baca koran atau
menyapu halaman. Tapi, aku harus meninggalkan dia. Tak apa. Hanya sebentar
saja.
Aku tidak sedang merokok. Hanya diam saja termenung sendirian sambil
menyandar pada dinding bilik yang basah karena embun. Dalam lembap, seribu
tanya menghujam. Tiba-tiba saja aku teringat dia. Dia yang sedang kutinggalkan
sendirian di rumah. Dia yang kutinggalkan dalam tidurnya yang hening. Aku
belum benar-benar mengenal dia. Siapa dia, darimana asalnya, aku belum tahu.
Aku belum tahu apa memang aku yang lupa? Aku tidak yakin.
9
Rasanya kemarin tidak ada seorang perempuan pun yang tidur di kasur
itu. Lalu kenapa pagi ini dia ada disitu? AKu malah tambah bingung. Aku benar-
benar tidak ingat kejadian semalam. Padahal semalam aku tidak mampir
kemana-mana, langsung pulang setelah bekerja. Aku hanya ingat kalau pagi ini
aku bangun setelah tertidur diatas sofa. Tak ada perasaan aneh kala melihat dia
ada di tempat tidur. Apa yang telah terjadi semalam? Aku bangun sambil masih
mengenakan baju yang kupakai seharian kemarin. Lalu, dia masih tertidur
dengan pakaian yang lengkap-tidak telanjang. Tidak ada botol minuman hanya
ada gelas-gelas bekas minum kopi yang belum dicuci.
Aku melangkah pulang. Pagi masih mendung. Gerimis masih turun. Tak
ada sinar matahari. Kabut menipis. Burung-burung masih diam di dahan seperti
enggan untuk terbang. Perutku mulai lapar, tandanya minta sarapan.
Aku tiba di rumah. Dia masih tertidur. Tidak terganggu dengan jendela
yang kubiarkan terbuka. Semakin kutatap wajahnya, semakin aku tidak ingin
membangunkannya. Tidak ada yang ingin kulakukan dengannya. Maka aku
biarkan saja. Radio kunyalakan, beritanya masih seputar pemilu dan jalanan
yang macet. Resiko hidup di kota besar. Televisi...ah tidak ingin aku
menontonnya. Lagipula, pag-pagi seperti ini acaranya hanya penuh omong
kosong ala selebriti. Aku membuat sarapan pagi. Seperti biasa hanya nasi dan
telur dadar saja.
Sepertinya, akan lebih baik jika dia saja yang membuatkan sarapan
untukku. Alangkah nikmatnya hidup kalau seperti itu. Tidak perlu lagi
melakukannya sendirian. Hahaha. Tapi memang hidupku ya begini ini.
Semuanya harus kulakukan sendirian.
10
tidak mengenalnya. Dan yang paling penting, aku tidak melakukan apa-
apa dengannya.
11
Hanya Sekedar Cerita
Apa yang bisa dikira dari sebuah senyuman manis di pagi hari?
Senyuman yang biasakah? Atau sekedar senyuman pelapis rasa hormat pada
atasan dan rekan sejawat?
Dalam kesepian yang Cuma sekilas itu aku memutar kembali memori
kepadanya. Aku merasa pernah melihatnya dalam sebuah pertemuan. Aku lupa
entah dimana, namun aku masih ingat lekuk wajahnya.Ah, aku hentikan saja
pikiranku. Aku tidak ingin pikiranku terbang melayang kesana.
Aku masih melamun. Aku tidak mau melanjutkan pekerjaan. Aku tidak
tahu lagi harus bagaimana. Maka, akan lebih baik diam saja. Dalam diam aku
teringat lagi padanya. Bukankah ia perempuan yang waktu itu tidur di rumahku?
Bisa saja. Pertemuan bisa terjadi kapan saja dimana saja dengan siapa saja.
Ya, aku ingat. Ia adalah perempuan yang waktu itu dirumahku. Aku ingat
sekarang. Dunia ternyata terlalu sempit sampai kita selalu bertemu dengan
seseorang yang itu-itu lagi. Ada gejolak dalam hatiku yang ingin bicara
dengannya. Tapi, aku kira aku tidak harus melakukannya. Aku tidak ingin
membuka sekedar percakapan dengannya. Aku anggap pertemuan yang aneh
itu hanya romantika hidup belaka.Aku sama sekali tidak ingin mengenalnya
lantas mengajaknya bercinta. Tidak, aku tidak ingin.
Aku hanya inginkan hidup yang biasa saja. Tidak perlu ada kejutan juga
tidak apa-apa. Yang jelas segala sesuatunya sudah begitu adanya sehingga tak
perlu lagi ada banyak tanya mengghinggap. Kalau suatu saat hidup ini ternyata
penuh kejutan maka akan kuterimakan juga sebelum ternyata kusadari bahwa
kejutan adalah bagian dari hidupku juga. Apakah hidup ini terlalu
membosankan? Tidak juga. Hidup ini tidak pernah terasa membosankan jika kau
tahu bagaimana membuatnya menjadi menyenangkan. Hidup adalah permainan.
Ada yang menang, selalu ada yang kalah. It’s just a game. Yeah...lets play.
12
Mainkan apa saja dalam hidupmu. Bolehlah sekali-kali supaya tidak stuck
di pekerjaanmu yang sekarang ini. Anggap saja pekerjaanmu itu Cuma main-
main. Buatlah aturanmu sendiri. Tidak usah ikuti aturan atasan atau perusahaan.
Your game, your rules! Buatlah semacam itu, agar engkau merasa nyaman
dengan dirimu sendiri. Mainkan saja peranmu. Jalankan strategi. Cari banyak
kawan lalu kalahkan musuh. Mengalah untuk menang. Menikam dari belakang.
Kembali pada hidupku. Aku rasa aku sudah selesai dengan perempuan
itu. Yang penting aku sudah benar-benar yakin bahwa memang itu dia. Selesai
sudah. Tak usah diperpanjang. Tak usah kau tanyakan lagi siapa dia yang tidur
dirumahku, apa yang telah aku lakukan padanya. Tidak usah lagi ada
pertanyaan.
*****
Hidup ternyata hanya berlalu begitu saja. Setidaknya buatku, aku tidak
tahu apa-apa tentang hidupmu. Dalam keadaan seperti ini aku selalu merasa
harus pergi. Aku akan pergi. Jauh dari hidup yang sekarang ini. Aku akan
membuka lagi lembaran baru sejarah. Aku pergi bukan karena aku merasa
bosan pada keadaanku yang sekarang. Bukan pula karena perempuan itu.
Perempuan yang kutemukan di pagi hari yang berkabut. Tiada kesan khusus.
Aku telah bersiap untuk memulai perjalanan kembali. Aku belum tahu
kemana tujuanku. Aku tidak lagi bangun pagi-pagi dengan mata yang perih. Aku
tidak lagi tergesa-gesa untuk sarapan. Aku tidak perlu lagi bersusah payah
mengerjakan seluruh file-file yang berserakan di meja keparat itu. Aku tidak perlu
lagi membuat laporan-laporan sialan yang akan segera jadi omong kosong. Aku
bersyukur untuk tidak perlu merasakannya lagi. Setidaknya untuk beberapa saat
karena aku tidak pernah tahu kemana takdir memaksaku.
Bisa saja setelah engkau membaca tulisanku ini aku akan kembali
terperangkap menjadi seorang pekerja lagi. Atau malah aku menjadi pembunuh
bayaran yang selalu disewa untuk membunuh seseorang. Bisa itu seorang caleg
pemenang suara terbanyak di Pemilu kemarin, atau juga Anggota DPR yang
sedang dalam proses penyidikan oleh KPK. Apalagi di waktu sekarang ini
13
sehabis Pemilu yang gombal dan krisis yang masih belum mau pergi. Apapun
bisa terjadi. Semua kemungkinan masih terbuka. Tiada yang tak mungkin.
Aku melangkah. Sekali, dua kali, terus melangkah dengan perasaan yang
biasa saja. Seperti sudah aku bilang, aku merasa harus segera pergi. Maka aku
terus melangkah maju. Tak ada yang kusesali. Semua telah kutinggalkan. Tiada
lagi tersisa bahkan mimpi kubawa.
*****
Aku tidak pernah berharap untuk melibatkan Tuhan dalam setiap hal yang
kulakukan. Aku hanya jalani hidup yang Cuma begini ini. Aku tidak pernah tahu
agama itu apa. Aku punya agama hanya karena turunan dari orang tuaku saja,
selebihnya aku tidak pernah tahu agama itu untuk apa dan apa gunanya. Aku
pernah dengar bahwa Tuhan memang berkuasa atas segalanya. Aku tidak yakin.
Aku tidak pernah tahu Tuhan itu ada. Aku hanya tahu dunia ini sudah begini dari
sananya. Tidak ada sesuatu pun yang menjaganya.
Tapi, belakangan ini aku justru cenderung untuk berpikir bahwa Tuhan itu
memang ada. Aku belum belajar lagi tentang agama tapi seakan semua
pertanda jelas adanya. Tuhan memang selalu ada dalam setiap perkara yang ku
alami. Agaknya, aku mulai termakan omongan seorang teman. Temanku itu
bilang kalau Tuhan memang ada dan semua yang terjadi di dunia ini sudahlah
tentu dibawah kuasaNya. Hebat sekali omongannya bukan? Tahu darimana dia
tentang Tuhan. Sedang aku tahu sendiri kalau kelakuannya jauh dari apa yang
Tuhan ajarkan. Lho, tahu darimana aku tentang ajaran Tuhan. Sudahlah, aku
tidak mau mengingatnya lagi. Kalau memang Tuhan itu ada, biar Tuhan sendiri
saja yang mengingatkanku nanti. Sekali lagi, kalau memang Tuhan itu ada dan
Tuhan tidak lupa.
Jenuh aku berpikir tentang Tuhan. Aku tidak mau lagi memikirkannya.
Setidaknya, sampai suatu saat nanti dimana Tuhan benar-benar tidak lupa untuk
mengingatkanku. Dalam perjalanan ini banyak hal yang tiba-tiba menyeruak ke
dalam pikiranku. Semua kenangan, pahit, getir, manis, rindu, kehilangan,
kecewa, itu hanya sebagian saja. Aku menatap mereka kembali satu persatu
pada cermin masa lalu.
*)
Dari lirik lagu “One of Us”, dinyanyikan oleh Joan Osborne
14
Kenangan. Bicara tentang kenangan tanyakanlah pada Merbabu yang
menjadi saksi atas kerinduan yang tidak pernah tersampaikan. Tanyakan
padanya tentang bagaimana kenangan itu terbuat dari serpihan debu yang
bercampur dalam kabut kerinduan. Tanyakan padanya tentang siapa pula yang
telah menjadikan kenangan itu pernah menjadi berarti sebelum akhirnya tidak
jadi apa-apa. Aku terkenang padanya. Perempuan yang lahir di bulan Januari
yang pernah menyita perhatianku untuk beberapa masa. Aku terkenang padanya
kala membayangkan sore itu dengan Merbabu yang kini sedang tegak
dihadapanku. Waktu itu Merbabu memaksaku untuk merindukan seseorang dan
entah kenapa pilihannya ada perempuan itu.
Entah sudah sejauh mana perjalanan ini kutempuh. Dalam malam gelap
yang Cuma hitam disekelilingku ini. Malam bagaikan selimut tebal raksasa.
Pekat. Malam adalah misteri. Misteri dalam kegelapan yang menebal. Sekarang,
aku terjebak didalamnya. Aku berjalan kaki saja setelah turun dari bis. Aku
nyalakan rokok dan mulai menikmatinya.
Ada banyak cerita, ada banyak kisah. Semua terangkum jadi satu dalam
setiap lembaran memori. Banyak yang terungkap, ada yang tiba-tiba menyublim
dalam hening. Semuanya meradang jadi satu dalam debur hati yang tak pernah
berhenti terbantah oleh sepi.
15
Mei
Haji dan Babi
Babi dan haji, belakangan telah menjadi bintang baru dalam jagad
pemberitaan sebelum ketiga isu diatas menggantikannya. Babi dan haji, sekilas
adalah dua hal yang bertentangan. Tentu bila kita melihatnya dari sudut pandang
yang mana, kalau dari sudut pandang agama, sudah tentu bertentangan apabila
kita mencoba mengkaitkannya. Babi adalah binatang yang diharamkan secara
syar’i oleh Islam. Sedangkan, haji adalah ibadah rukun islam yang ke-5. Haji
adalah ibadah yang istimewa dan hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup.
Kecuali, jika anda memang mampu untuk melaksanakannya berulang-ulang
dengan tidak melanggar prinsip-prinsip syar’i pelaksanaannya.
Ibadah yang kita lakukan adalah untuk Allah SWT, bagaimana bisa kita
mendapatkan pahalanya bila dalam ibadah itu masih tercampur dengan yang
haram? Sama saja dengan kita menyumbang dan menyandang dana
pembangunan masjid tetapi uangnya dari hasil korupsi, tipu sana-sini, dan malah
16
hasil judi. Nah, semuanya jadi percuma kan? Tidak akan berarti apa-apa. Ibadah
kok dicampur yang haram.
Sudah berapa banyak haji dan hajjah yang pulang dari Tanah Haram
Mekkah, tapi justru tidak ada perubahan yang signifikan dalam tatanan hidup
masyarakat. Ataukah memang berhaji ke tanah suci itu hanya jadi syarat dan
sekedar status saja? Tanpa peduli bagaimana caranya memberikan
endorsement kepada masyarakat sekitar untuk lebih meningkatkan kualitas
hidupnya melalui ibadah.
Maka dari itu, kepada anda yang membaca tulisan ini, mari kita pikirkan
solusinya agar kesucian ibadah seperti ibadah haji ini tetap terjaga dan tidak
bercampur dengan hal-hal yang haram dan dilarang oleh syariat. Apakah selama
ini tidak ada usaha untuk mencari alternatif lain? Apakah kondisi darurat itu akan
masih terus diberlakukan? Sudah seharusnya pemerintah (dalam hal ini Depkes,
Depag, dan MUI) saling bekerjasama untuk mencari dan menemukan unsur-
unsur yang halal dan baik untuk vaksin meningitis, sehingga calon jamaah haji
tidak lagi khawatir akan kesucian ibadahnya.
Jangan sampai noda setitik macam ini mengotori kesucian niat dan
ibadah haji. Ibadah itu adalah semacam ungkapan terima kasih untuk Tuhan dan
Tuhan sendiri yang akan membalasnya. Masalahnya, kalau Tuhan tidak terima
ibadah kita Cuma gara-gara hal seperti ini, apa mau dikata?
*****
17
Hmm. Siapa pula manusia yang menulis catatan macam begini?
18
Perlawanan dari Catalan
Selamat pagi. Apa kabar Anda hari ini , Bung? Semoga Tuhan selalu
memberkati dan merahmati. Bagaimana akhir pekan Anda kemarin? APakah
menyenangkan? Saya harap anda tidak hanya sekedar berdiam diri di rumah
saja. Mengantri di buffet lines bersama istri bisa jadi suatu momen yang lebih
menyenangkan dan membahagiakan bukan? Saya harap begitu.
Begitupun saya, Bung. Saya tentu tidak akan hadir disana dan
menyaksikan langsung bagaimana sepakbola indah ditampilkan oleh maestro
dari masing-masing tim finalis. Saya cukup menonton lewat TV di rumah saja.
Anda pun tahu, tak lama setelah Puyol atau Neville mengangkat trofi saya akan
kembali bergulat dengan rutinitas pekerjaan yang masih begitu-begitu saja.
Mungkin dengan mata yang masih pedas karena rasa kantuk yang masih
tertahan di kepala.
Suguhan Final musim ini rasanya lebih menarik daripada musim kemarin.
Anda tentu masih ingat bahwa musim kemarin terjadi All England Battle. Kalau
saja bukan karena John Terry yang tergelincir mungkin ceritanya akan lain.
Musim ini, raksasa dari Catalan, Spanyol kembali menantang Setan Merah dari
Manchester di final. Musim kemarin, keduanya bertemu di semifinal. Satu gol
dari Scholes sudah cukup untuk membungkam public Catalan dan
melenggangkan jalan United ke final. Kini, El Azulgrana kembali untuk
menghadang Setan Merah di final. Sebuah duel yang ideal sebagai pembuktian
talenta-talenta hebat yang dimiliki keduanya.
19
Persaingan Liga Champions musim ini memang sangat ketat. Terbukti
dengan adanya 3 dari The Big Four Premiership di semifinal. United, Arsenal,
dan Chelsea. Anda tentu sudah tahu kalau diantara ketiganya saya lebih suka
untuk pegang United namun kalau ada Liverpool tentu ceritanya akan lain.
Awalnya, saya begitu yakin dan ikut mendukung United untuk jadi juara dua kali
berurutan dan menyempurnakan raihan gelar sebelumnya, Premiership dan
Piala Dunia Antar Klub.
Final musim ini bukan sekedar adu gengsi La Messias dari Argentina
dengan CR7 Made in Portugal. Bukan sekedar pertarungan khas Kick and Rush
versus Sepakbola Indah khas Matador. Bukan hanya adu pintar dua manajer,
yang tua versus yang muda. Ada sesuatu yang menggelitik pikiran saya dan
rasanya terlalu sayang untuk dilewatkan dan dibuang begitu saja.
20
dengan public Catalan sebagai pendukungnya. Tidak semua public Catalan
adalah pendukung Barcelona. Mereka terbagi menjadi dua kelompok karena
Barcelona punya rivalitas dengan tim sekotanya, Espanyol. Persaingan yang
tentunya mirip dengan Internazionale dengan A.C Milan di Italia sana atau Persib
dengan Persikab untuk lebih gampangnya.
Layaknya di Italia. Setiap klub dari bagian selatan negeri adalah wakil dari
kaum kelas pekerja dan proletarian. Sedangkan, klub yang berada di utara
dianggap sebagai simbol kemapanan. Begitupun yang terjadi di Spanyol.
Barcelona adalah lambang perlawanan terhadap kemapanan yang terjadi di
ibukota negara kerajaan, Madrid dengan simbolnya Real Madrid. Tim sekota,
Espanyol pun dianggap sebagai cerminan dari kaum penguasa yang bermodal.
Dalam konteks keindonesiaan, musuhnya wong cilik.
Kekuatan modal ini juga lah yang menurut saya akan dan telah
menimbulkan suatu bentuk perlawanan. Kita boleh bilang bahwa model
21
perlawanan masih seputar perlawanan antara si miskin dan si kaya. Identiknya
seperti itu. Namun, konteks historis dan ideologis itu tadi masih punya peranan
penting. Begitu pun final esok lusa. Ada semangat perjuangan dan perlawanan
kelas yang akan mewarnai pertandingan. Anda masih ingat gol Iniesta yang
langsung menyentak publik Stamford Bridge. Chelsea menangis. Tim yang
dibangun dengan semangat kejayaan dan modal yang luar biasa banyaknya.
Chelsea dan United mewakili simbol dari kemapanan modern dalam sepakbola,
terutama di Eropa. Tidak hanya membeli pemain bintang, kucuran dana yang
tidak sedikit itu digunakan pula untuk ekspansi bisnis mereka. Liberalisasi dan
kapitalisasi memang telah menjadi bagian yang integral dari sepakbola modern.
Final hari Rabu nanti akan menyajikan sebuah tontonan yang menarik dan
berkualitas. Bukan karena aksi spektakuler Messi, Xavi, Iniesta, atau Rooney,
CR7, dan Giggsy. Publik Catalan akan menyerahkan sepenuhnya perjuangan
dan perlawanan mereka pada prajurit-prajurit Barca dengan komandannya,
Carles Puyol dan Jenderal Guardiola. Maka dari itu, resmilah saya menyatakan
dukungan saya untuk F.C Barcelona.
25 Mei 2009
22
Yang Belum Terkirim (1): Saya, Jombang, dan Emha
Hari ini, Rabu, 27 Mei 2009, setidaknya ada dua momen (selain gajian
tentunya) yang ada di catatan saya. Miladnya Emha dan Final Liga Champions
Eropa Season 08-09 di Roma sana. Kemarin, secara resmi saya telah
mempublikasikan dukungan saya pada F.C Barcelona lewat tulisan yang anda
semua bisa baca di selendangwarna.blogspot.com. Maka, tulisan ini akan
bercerita sedikit tentang Jombang dan Emha Ainun Nadjib. Bukan karena isu
bahwa Final di Roma sana akan dipindahkan dengan alasan keamanan ke
Stadion Brawijaya kandang Persik Kediri atau Si Jalak Harupat kebanggaan
masyarakat Soreang. Bukan juga karena tiket Manchester United Goes to
Senayan rata-rata naik Rp. 250.000. Ibarat murid yang sedang belajar menulis,
saya ini hanya bercerita saja tentang apa yang ada di kepala lalu saya jadikan
tulisan.
Kalau ada yang saya ingat tentang Emha selain bukunya yang saya
punya, “Jejak Tinju Pak Kiai” dan “Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki” adalah
album Emha bersama Kiai Kanjeng yang rilis waktu Orde Baru masih berkuasa
sekitar tahun 1997. Saya lupa judul albumnya karena saya tidak membawanya
ketika saya pindahan ke Ibukota ini. Kalau saya tidak salah, ada sepuluh lagu di
album itu. Semuanya bernuansa rohani yang kental dengan paduan puisi dan
lirik-lirik pujian.
Sebelum masyarakat kita ngeh sama lagu “Tombo Ati”nya Opick, Emha
sudah jauh-jauh hari sebelumnya menyanyikan lagu itu diiringi dengan musik
gamelan Kiai Kanjeng. Kalau anda sepintas mendengar akan terdengar seperti
musik keroncong. Tapi lebih daripada itu, komposisi yang dalam lagu “Tombo
Ati”nya Emha tetap menampilkan suatu penghayatan yang kuat atas penyerahan
jiwa manusia sepenuh hati kepada Tuhan.
23
Bedanya dengan yang punya Opick itu hanya dalam penerjemahannya
saja. Opick menyanyikan versi jowo terlebih dahulu diikuti dengan versi bahasa
Indonesia. Sehingga, masyarakat awam yang tidak mengerti bahasa Jawa pun
akan cepat paham. Sedangkan, Emha dan Kiai Kanjeng menyelipkan
terjemahannya di sampul kaset/CD. Maka, tak banyak dari kita yang tahu bahwa
lagu itu sudah duluan ada. Satu lagi yang berkesan kuat di dalam album itu
adalah performance mereka dalam komposisi instrumental berjudul “Parados”.
Tidak ada vokal. Hanya iringan musik saja, paduan gamelan dan musik modern
full band. Rasanya, layak disandingkan dengan komposisi intstrumental David
Foster.
Bapak saya dulu sengaja membeli album berbentuk kaset itu. Mungkin
karena mereka sama-sama orang Jawa Timur dan punya ikatan historis yang
kuat dengan tanah kelahiran Emha, Jombang. Dulu, Kakek sering mengajak
Bapak saya naik sepeda ontelnya boncengan berdua saja dari Pare, Kediri
sampai ke Jombang kurang lebih sejauh 29 KM. Waktu itu belum banyak
angkutan umum. Kebetulan kakek saya sering mengisi ceramah dan pengajian
di beberapa pesantren dan masjid di sekitar Jombang. Hingga wafatnya pun
Kakek saya dikuburkan di Jombang juga. Kini, Jombang seakan menyimpan
memori itu. Bahkan, setiap melintas Stasiun Jombang, saya masih bisa
merasakan ada sesuatu yang hilang, tersimpan dan tertinggal disana.
Saya hanya pernah sekali singgah di Jalan Raya Bypass arah Madiun
untuk shalat maghrib. Itupun hanya sebentar saja. Jangan heran bila anda
melewati jalan itu anda melihat banyak masjid di pinggir jalan. Begitu adzan
24
berkumandang dan waktu shalat tiba masyarakat sekitar yang anak kecil,
remaja, pemuda, bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-nenek akan segera datang dan
memenuhi ruangan masjid. Itulah yang membuat saya takjub akan kota ini.
Istilahnya, berhenti dimana pun masih bisa minggir buat istirahat dan sholat
dengan suasana berjamaah yang khas warga Nahdliyin (sebut saja warga NU).
Saya hanya bisa berencana mudah-mudahan suatu saat saya bisa merasakan
goyangan air suspension*) Scania milik P.O Harapan Jaya untuk mengantarkan
saya ke Jombang. Lalu, disambung minibus ke Kediri dan Pare.
Saya tutup tulisan ini dengan kutipan dari tulisan Emha. Semoga anda
dan saya bisa mengambil pelajaran.
“Kalau engkau berbuat baik seribu kali, bersiaplah untuk tidak menunggu satu
orang pun melirik seribu kebaikanmu itu satu kali saja pun. Sebaliknya, kalau
engkau berbuat buruk satu kali saja, bahkan sekedar diduga, dituduh atau
difitnah berbuat buruk satu kali saja, maka persiapkan dirimu untuk
mendengarkan seribu orang memperkatakan seribu keburukanmu yang mereka
karang-karang sebanyak seribu kali.” **)
*)
Air Suspension adalah sistem suspensi yang menggunakan udara sebagai bantalannya menggantikan
cairan hidrolik/oli. Konsep ini telah digunakan oleh merek bis dan truk terutama yang berasal dari Eropa.
Belakangan, Hino telah mengadopsi konsep tersebut tetapi masih belum bisa menyaingi empuknya
suspensi Mercy.
**)
Emha Ainun Nadjib, dalam tulisan berjudul “Para Pendendam Indonesia” dalam buku “Kiai Bejo, Kiai
Untung, Kiai Hoki”, hal. 125, Penerbit Buku Kompas, 2007.
25
Yang Belum Terkirim (2): Tetapkan Hatimu, Sayang
Tapi memang rupanya kita ini butuh sebuah ketetapan. Ketetapan status,
ketetapan penghasilan, dan ketetapan lainnya selain ketetapan untuk tetap
menjadi manusia tentunya. Ketetapan status sangat diperlukan setidaknya untuk
menjaga gengsi pribadi. Berangkat pagi hari, pakai kameja necis, pakai sepatu
hitam mengkilap, sambil menggendong tas yang ada tulisannya “Polo
Executive”, padahal Cuma mampu naik bis kelas eksekusi. Status menjadi
sangat penting ketika berhadapan dengan persepsi orang lain. Untuk anda yang
mampu mengendalikan persepsi orang lain berbahagialah karena anda telah
berhasil memukau mereka dengan segala yang ada pada diri anda-karir dan
kesuksesan. Ketetapan penghasilan menjadi penting kala berhadapan dengan
pihak lain yang akan segera jadi bagian dari diri anda. Entah berhadapan
dengan calon mertua ataupun untuk sekedar duduk manis di meja credit officer
perusahaan leasing yang memberi anda keleluasaan untuk memiliki Mercy seri C
keluaran terbaru-walau cicilannya belum tentu lunas saat anda pensiun nanti.
26
Yang paling penting adalah anda harus punya ketetapan bahwa anda
masih jadi manusia. Manusia yang diberkahi dan dilengkapi akal oleh
penciptanya. Tetap menjadi manusia artinya anda tidak punya naluri kehewanan
yang bersemayam dalam jiwa anda. Anda akan tetap menjadi manusia selama
anda merasa belum ada yang berubah dalam seluruh elemen entitas hidup.
Menjadi manusia adalah berkah tersendiri. Anda tidak perlu menjadi bagian dari
mereka yang mengaku berakal namun tidak pernah tahu apa yang dilakukannya.
Sudah cukup negeri ini dengan manusia macam mereka. Anda harus menjadi
manusia yang seutuhnya sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang
dasar negara ini.
*****
Tetap itu artinya ajeg, rigid, tidak berubah bentuk dan substansinya. Tidak
ada perubahan selama batas waktu tertentu juga bisa diartikan tetap. Pada satu
sisi, ketetapan membuat seluruh sistem dan sub-sistem yang berada didalamnya
berjalan sesuai dijalurnya masing-masing. Semua bergerak selaras, tidak ada
yang teriak protes. Sedangkan pada sisi lainnya ketetapan menimbulkan suatu
suasana yang sangat tidak menyenangkan. Sama tidak menyenangkannya
dengan bangun di pagi hari untuk berangkat ke kantor. Karena tekanan untuk
lepas dari ketetapan itu begitu hebatnya maka terjadilah sebuah perlawanan.
Lagi-lagi, perubahan yang diusung sebagai new way atau new era itu
menciptakan suatu pemahaman tentang ketetapan model baru. Ketetapan yang
dinamis yang memungkinkan perubahan dalam sebuah ketetapan. Ketetapan
yang berubah-ubah menurut bentuk dan esensinya. Ketetapan yang statis
seperti hukum-hukum fisika hanya akan membahayakan ketetapan itu sendiri.
Dengan demikian pilihan akan jatuh pada ketetapan yang dinamis ini.
27
Ketetapan yang memungkinkan perubahan sewaktu-waktu ternyata tidak
lebih berbahaya dari ketetapan statis. Perubahan memang terjadi kapan saja.
Dalam hitungan detik dan milidetik semuanya bisa berubah. Ketetapan model ini
telah menjadi sebuah fenomena hingga dibutuhkan ilmu tersendiri untuk
mempelajari dan menafsirkannya. Ketetapan yang berlaku universal ini telah
menjadi inti dan pusat dari struktur kosmisnya. Sedangkan, ketetapan yang
dinamis ini telah menjadi pion-pion yang mengitarinya. Seperti Merkurius dan
Saturnus yang masih tetap mengelilingi matahari.
*****
28
Yang Belum Terkirim (3): Jilbabku, Jilbabmu
Pun ketika jilbab yang wis kadung jadi komoditas politik dipadukan
dengan bisnis. Kekuatannya akan berubah lebih kuat dari sekedar peluru. Ia
akan menjadi racun dalam pikiran. Racun yang menyerang isi kepala orang
awam yang tidak pernah mengerti politik. Sampai disini anda masih mengerti apa
yang saya bahas kan?
*****
Yang patut dihindari adalah menjadikan jilbab sebagai peluru, racun, dan
kendaraan politik. Jilbab dijadikan simbol keberhasilan kekuasaan. Bangunlah
semangat memakai jilbab sebagai sebuah budaya baru. Semangat untuk
menutupi aurat bangsa. Jadikanlah semangat jilbab ini untuk menutupi apa yang
sudah seharusnya tidak dilihat orang. Kemiskinan masih membayangi negara
yang pertumbuhan ekonominya paling tinggi di ASEAN sejak dilanda krisis ini.
Negeri yang implementasi pendidikan murahnya masih menjadi pertanyaan
besar dan sengketa pemerintah pusat dan daerah. Pengangguran angkanya
masih juga belum berkurang. Penanganan pasca bencana yang carut-marut.
29
Dan masih banyak lagi masalah yang belum reda dan usai. Jadikanlah
semuanya tertutupi oleh jilbab yang kita kenakan sebagai bangsa yang besar.
Insya Allah, bila jilbab dikembalikan kepada fitrahnya dan juga tanpa
kehilangan semangatnya negeri ini tidak akan lagi menjadi negeri yang
diremehkan dalam lingkungan pergaulan internasional. Kesuksesan dalam
memaknai jilbab yang bukan sekedar simbol ini akan berpengaruh besar bagi
budaya bangsa. Jadikanlah jilbab bukan sekedar komoditas politik-bisnis
semata. Jadikan semangat berjilbab ini sebagai mentalitas bangsa. Bahkan, ada
yang bilang bahwa kesuksesan seorang suami dalam mendidik istrinya terlihat
dari jilbab istrinya. Apabila sebelum berumah tangga istrinya masih belum
mengenakan jilbab dan setelah berumah tangga istrinya berjilbab barulah
seorang suami dicap sukses mendidik istri. Nah, kalo yang sebelum nikah sudah
berjilbab, bagaimana cara mengukur kesusksesannya? Saya belum tahu. itu
cuma obrolan warung kopi.
30
Juni
Tentang Dua Perempuan
Perempuan itu masih duduk bersandar dengan mata yang telah terbuka.
Ia menghirup rokoknya lagi. Menatap kosong pada butiran hujan yang hinggap di
kaca. Segalanya tampak samar dihadapannya, ia tidak peduli. Dalam kosong
31
tatapannya itu ia kembali termenung. Masih lekat ingatannya pada kekasih
perempuannya itu. Ia tak bisa lagi merasa kecewa karena ia tahu bahwa semua
ini akan berakhir dengan cara yang menyakitkan atau malah biasa saja.
Kekasih perempuannya itu akan pulang tepat jam 22.00. Sebuah BMW
seri 7 akan segera menjemput kekasihnya. Maka, akan sangat bencilah ia kalau
mendengar suara mobil itu. Namun, ia tidak mampu menghalangi kekasihnya. Ia
sangat kelelahan karena menikmati percintaan yang begitu dahsyat dengan
kekasihnya. Bagaimana pun ia telah menikmati suatu kebahagiaan yang hanya
didapatkan dengan kekasihnya. Lainnya ia tidak mau peduli, tidak juga pada
siapa yang menjemput kekasihnya. Ia tidak pernah peduli. Ia tidak pernah mau
bertanya dan membahasnya. Justru itulah yang membuat ia tersadar, bahwa
kekasih perempuannya itu telah mengkhianatinya setiap malam setiap mereka
selesai bercinta. Lelaki yang mobilnya BMW itu menjemput kekasih
perempuannya. Kemudian, mereka akan hanyut bersama dalam permainan cinta
yang tak kalah dahsyatnya. Mereka akan kembali bercinta memacu emosi jiwa
dibawah langit Jakarta yang tidak pernah nampak terlalu tua.
*****
Dalam keremangan senja seperti ini apalagi yang bisa dilakukan seorang
perempuan yang terjebak didalam kemacetan. Tidak ada yang bisa ia lakukan
selain menatap rintik gerimis yang segera disapu wiper mobilnya. Ia raih
handphone dari tasnya. Ketika sudah sampai pada nama orang yang akan
dihubunginya, ia malah melempar handphone itu. Hatinya serasa panas terbakar
dan pilu semakin menyayat bila ingat lagi pada satu nama itu. Nama seorang
perempuan yang pernah begitu mencintainya.
*)
Dari lirik lagu Nuansa Bening, Keenan Nasution dipopulerkan kembali oleh Vidi Aldiano
32
Mendadak ia sandarkan keningnya pada lingkaran setir. Ia pejamkan
kedua matanya. Ia hirup nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya lagi perlahan-
lahan dan teratur. Ia praktekkan latihan pernafasan ala yoga yang membuatnya
kembali tenang. Ia membuka matanya lalu bersandar. Kendaraan disekelilingnya
belum juga bergerak. Semuanya seakan bisu dalam macetnya Jakarta.
Semuanya telah hilang, pergi, dan berlalu dari hidupnya. Yang tertinggal
hanyalah hidupnya yang sekarang. Hidup yang hanya dimilikinya saja. Semua
kenangan indah bersama kekasih perempuannya ia simpan dan kubur dalam-
dalam dihatinya. Sedangkan perasaan sakit yang ia lampiaskan pada
kekasihnya yang lelaki ia biarkan berlalu dalam setiap hembusan angin yang
menerpa wajahnya. Gerimis perlahan masuk melalui jendela maka ia tutup lagi
jendelanya.
33
Buatnya, kebahagiaan dan perpisahan adalah sama saja. Tidak ada yang
lebih indah. Semua punya kadarnya masing-masing. Lantas, ketika akhirnya
mereka berpisah pun keduanya sudah merasa sama-sama bahagia. Dan mereka
telah yakin bahwa hal itu akan terjadi menimpa mereka. Cepat atau lambat.
Perempuan yang masih diam dalam macetnya itu merasa semakin tenang. Tidak
ada beban lagi yang menggelayuti pikirannya.
Perempuan itu berharap perempuan yang pernah jadi kekasihnya itu pun
selalu merasa bahagia. Dimana pun bersama siapa pun. Kebahagiaan tidak
melulu harus bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Kebahagiaan bisa
ditemukan dimana saja tergantung pada sejauh mana pengertian kita tentang
bahagia dan kebahagiaan itu sendiri. Begitulah harapan perempuan yang masih
terjebak dalam macetnya Jakarta itu. Bila Tuhan mengizinkan, ingin sekali ia
katakan itu dihadapan perempuan yang pernah jadi kekasihnya. Sambil
memeluk tubuhnya lalu mengecup keningnya. Sekali lagi. Sekali saja.
*****
34
Catatan di Hari Jum’at (Kemarin)
Aku nyalakan radio. Aku tidak ingin mendengarkan berita. Aku ingin
mendengarkan lagu saja. Tetapi, apa yang telah terjadi pada dunia ini?
Semuanya menyiarkan berita yang sama di pagi ini. Kemacetan disana-sini,
harga minyak dunia yang diperkirakan akan bertahan di level $70 per barel
hingga akhir tahun ini, Prita Mayasari eh Prita Mulyasari yang masih akan
menjalani persidangan, kekhawatiran menggunakan e-mail, retorika isu ekonomi
dan politis untuk saling serang diantara tim sukses capres, dan bla bla bla
huekkkk.
*****
Tidak ada yang tahu agenda sebenarnya dibalik kunjungannya ini. Hubungan
Amerika Serikat dan Islam (arab) masih menyisakan remeh-remeh yang belum
selesai. Iran masih dianggap sebagai sebuah ancaman bagi dunia dengan
program nuklirnya. Konflik di Afghanistan masih tak kunjung reda. Pendudukan
di Irak pun masih belum pulih benar dan mengembalikan Irak kepada rakyatnya.
Patut ditunggu apalagi kejutan yang akan dilakukan Obama sebagai pemimpin
negara adikuasa yang masih berstandar ganda itu. Jangan kaget bila suatu saat
ia mampir ke kantor anda sambil berkata bahwa ia mau istirahat sejenak
sebelum singgah di Menteng.
*)
Isu-isu diangkat dari Harian Republika, Jum’at, 5 Juni 2009
35
20 Tahun Tiananmen
Kejadian seperti ini mirip dengan apa yang terjadi di Indonesia. Tindakan represif
dari aparat telah mencoreng muka bangsa ini dengan apa yang disebut sebagai
Hak Asasi Manusia. Tetapi, jauh sebelumnya, bangsa ini telah mencatat sejarah
kelam dengan hilangnya beberapa aktivis. Sama seperti korban Tiananmen yang
tidak pernah dirilis resmi berapa jumlahnya hingga saat ini pun keberadaan para
aktivis itu masih menjadi tanda tanya.
36
GM Bankruptcy
Kalau memang harus demikian, agama diatas politik, lantas kemarin itu posisi
agama dimana? Apakah sama dengan politik atau malah dibawah politik.
Penempatan agama diatas politik ini harus dilandasi dengan semangat politik
yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan. Sebagai sebuah entitas yang berada
diatas politik agama harus mampu memberi pengaruh yang kuat terhadap politik
dan segala hal lainnya yang ada dibawahnya.
Agama tidak pernah menjadikan bangsa ini benar-benar yakin kepada Tuhan.
Agama hanya dijadikan simbol saja terutama bagi mereka yang menginginkan
kekuasaan. Agama bukan lagi pijakan untuk melakukan hal yang baik dan benar,
buruk dan salah.
Masalahnya, negara kita ini tidak peduli betul terhadap yang seperti ini. Siapa
peduli hal yang demikian di negara yang katanya berketuhanan ini tapi nyatanya
sekuler ini.
37
Tetapi, belakangan LSI menyebutkan nama FOX Indonesia sebagai satu pihak
yang mendanai survey tersebut. Pikiran awam kita akan segera mendatangkan
perasaan curiga bahwa ada kepentingan dibalik pengungkapan survey ini.
Sederhananya begitu. LSI menjadi mobil sewaan dari setiap pasangan capres-
cawapres untuk menilai progress dan popularitasnya.
Ambil positifnya, Bung! Berarti, masyarakat kita sudah mengerti betul dengan
siapa yang bakal jadi pemimpinnya.
*****
Aku terbangun oleh suara handphone sialan itu yang menunjukkan nama
“kutukupret” dilayarnya. Mau apa lagi dia? Halo?
38
Catatan Politik Seorang Rakyat
Semakin hari semakin riuh hingar bingar politik negeri ini. Disana-sini
dimana-mana terdengar janji-janji dan slogan para kontestan. Kampanye telah
bergulir untuk mereka yang menyatakan dirinya sebagai calon presiden dan
wakil presiden negara yang sejatinya bernama Republik Indonesia. Seluruh
bagian dari negeri ini dari yang terpadat jumlah penduduknya hingga desa-desa
kecil yang kekurangan penduduk ikut merasakannya serta tak luput jadi sasaran
lumbung suara pemilih.
Anda sibuk apa Bung? Berapa persen waktu yang anda investasikan
untuk mengamati hal ini? Apakah anda sedang bersama rakyat? Mendidik
mereka untuk tahu caranya berpartisipasi dalam hajatan politik yang entah
keberapa pada tahun ini? Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada rakyat?
Rakyat. Kemanakah rakyat yang selalu dieluka-elukan dan menjadi jargon utama
dalam setiap kampanye. Rakyat adalah peluru emas untuk memperebutkan
senjata politik dan ekonomi semata. Senjata itu kemudian akan segera merubah
dirinya menjadi pusaka masa kini dan masa depan bagi mereka yang
memenangkannya dan bagi beberapa golongan yang merasa perlu bersatu
untuk tujuan dan kepentingan yang sama.
Rakyat negeri ini sudah pintar, Bung! Mereka tidak perlu lagi diberi
pelajaran dan mata kuliah mengenai pendidikan pemilih. Rakyat sudah terlalu
paham dan sangat mengerti carut-marut dunia politik negeri ini jauh sebelum
segelintir orang yang mengatasnamakan kaum muda berani mengajukan diri
sebagai calon presiden independen. Rakyat sudah tahu bagaimana caranya
menghadapi situasi politik yang tidak pernah menentu dibandingkan dengan
seorang ahli politik yang paling politis pikirannya sekalipun.
39
Betapa rakyat negeri ini telah mengalami segala konsekuensi yang
dimungkinkan oleh politik. Jatuh bangunnya mempertahankan kekuasaan dari
oposan, eksistensi kepemimpinan dan kekuasaan yang menimbulkan status quo,
hingga zaman neoliberal saat ini. Rakyat telah dikhianati oleh Orde Lama.
Kemudian terbuai dalam alunan wacana “pembangunan” dan “tinggal landas”
sebelum akhirnya tersadar bahwa selama 4 windu mereka dikempongi* oleh
Orde Baru.
Rakyat mengalami suka cita yang luar biasa saat menyambut makhluk
bernama reformasi. Reformasi selalu menempatkan rakyat sebagai subjek
utama politik di negeri ini. Apa-apa atas nama rakyat. Apa saja asal menyebut
nama rakyat pasti laku dan populer. Tapi justru itulah yang menyebabkan rakyat
kembali terkapar. Luka lama itu kembali menganga kala menyaksikan kelakuan
para pengiring reformasi yang ternyata tidak kalah serakahnya dari Orde Baru.
Mereka yang dulu ikut teriak dan sepakat mendukung reformasi telah menelan
kembali omongannya sendiri. Keadaan seperti ini menciptakan “kaum pesakitan”
model baru yang telah menjadi sebabnya.
Rakyat tidak ingin terlalu lama diajak berpikir apa itu neo-liberalisme yang
menjadi tren saat ini. Rakyat juga tidak ingin terlalu sering mendengarkan
nyanyian lagu ekonomi kerakyatan yang lagi-lagi mengatasnamakan mereka
padahal belum ada perubahan nyata atas keadaan ekonomi mereka. Tidak usah
kita berlama-lama lagi membahas tentang neoliberalisme, ekonomi kerakyatan,
dan ekonomi jalan tengah hingga ke akar-akarnya.
40
Liberalisme dalam ekonomi negeri kita ini sudah dimulai sejak
demokrasinya menganut demokrasi liberal mirip di negerinya Obama. Hanya
saja, kita tidak pernah dibiarkan untuk tahu dan sengaja tidak diberi tahu. istilah
neoliberalisme yang segera menjadi kosakata baru dalam obrolan sehari-hari itu
hanya pengembangan dari ide-ide sebelumnya tentang liberalisme. Cara-cara
baru dalam menyikapi perubahan dunia, globalisasi, hingga kapitalisasi
menyebabkan lahirnya aliran baru ini. Neoliberalisme ini sudah dimulai sejak
ditandatanganinya nota kesepakatan antara Pemerintah dengan IMF tahun
1999. Jadi, yang terjadi sekarang ini adalah buah dari kesepakatan yang lalu
tersebut.
Tidak perlu lagi kita menempeli label dedengkot neolib pada Boediono
kalau ternyata Sri Mulyani Indrawati, menteri yang pernah nongkrong di IMF itu
lebih neolib pemikirannya. Beliau tentu lebih mengerti bagaimana menciptakan
liberalisasi gaya baru ini dan meleburnya bersama kapitalisasi pasar sehingga
tidak perlu lagi teriak-teriak “ekonomi kita itu neolib lho….”
*****
Begitulah, Bung. Politik dan Ekonomi masih menjadi isu yang tidak pernah
berhenti untuk dibahas. Isu-isu seputar siapa menjadi siapa dan siapa makan
apa tetap selalu mengisi wajah media kita. Tidak usah kita bicara tentang
pendidikan. Pendidikan diperuntukkan bagi mereka yang merasa perlu saja.
Pendidikan tidak ada sangkut pautnya dengan agenda-agenda politik dan
kemapanan ekonomi. Pendidikan tidak mengurusi etika dan perilaku berpolitik.
Pendidikan tidak juga mengintervensi sistem ekonomi makro maupun mikro.
Jadi, jangan salah paham bila tidak ada satu pun pasangan capres-cawapres
yang menjadikan pendidikan sebagai satu dari sekian agenda utamanya.
41
Padahal kan Bung tahu sendiri, kalau pendidikan akan berimplikasi
terhadap banyak hal. Mulai dari kesadaran berpolitik hingga caranya mencari
makan. Saya setuju pada pendapat anda di seminar kemarin. Pendidikan adalah
kunci untuk kemajuan bangsa ini. Anda berani mengatakan itu ditengah orang-
orang yang disebut cendekiawan padahal tidak ada satupun dari mereka yang
berani mengkritik ide anda. Mereka yang mengaku kaum cendekiawan itu masih
setuju pada anggapan yang pernah anda bantah dahulu. Pendidikan akan
menjadi prioritas kala cari makan sudah jadi hal yang mudah. Saya tidak tahu
kelanjutannya. Bung tentu lebih tahu. Saya hanya rakyat yang biasa melihat ke
atas tanpa pernah terlihat dari dari atas. Saking seringnya saya melihat ke atas
saya hampir lupa untuk melihat keadaan sekitar kita. Semua sudah berubah.
Rakyat sudah berubah.
42
Juli
Tentang Debat Semalam
This was a whole lot more than a simple affair. This was a love story.*)
Hanya itu saja yang bisa dia bilang tadi malam. Hanya beberapa kata
"Aku benci kamu!." Aku pun masih tidak mengerti sebabnya. Tidak ada
pertengkaran semalam. Hanya sebuah perdebatan saja. SBY dan JK sedang
bicara bagaimana caranya supaya RUU Tipikor dapat segera disahkan jadi UU,
lalu bagaimana mereka menghandle isu-isu tentang Hak Asasi Manusia, hingga
hutang luar negeri yang selalu jadi perdebatan sejak bangsa ini mengenal hingga
akhirnya bisa melunasi hutang dari IMF.
Sedangkan, aku dan dia berdebat panjang tentang urusan lebaran nanti.
Maunya, segala sesuatu sudah mulai dipersiapkan dari sekarang. Kue-kue
kaleng untuk tamu. Minyak Goreng yang harganya selalu melambung tinggi
menjelang lebaran. Baju baru, kerudung baru, dan segala tetek bengek lainnya
yang tidak pernah aku mau dengar. Aku hanya diam saja. Tak ada komentar
mengalir dari mulutku.
*****
"OK. Kamu boleh nggak suka dengan caraku, that will not stopping me!"
Aku masih diam. Mengikuti kemana saja langkahnya. Aku sengaja biarkan
dia yang memilih saja semua kebutuhan itu. Aku tidak peduli walau pada
akhirnya tagihan kartu kredit akan membengkak. Aku biarkan saja. Aku
menunggunya didalam mobil. Aku mencoba mencari kesibukan sendiri sambil
menunggu dia datang.
*****
*)
Time Magazine, 13 July 2009, p.11
43
perkenalan semata, tapi aku serasa masih menginginkannya. Aku tahu ia sudah
bersuami, sama sepertiku yang sudah beristri. Kita saling memahami satu sama
lain. Seperti ketika suatu siang ia mengajakku lunch bersama. Obrolan yang kita
bahas bukan masalah kejenuhan berumah tangga atau pun hal-hal lainnya yang
masih berkaitan dengan keluarga dan rumah tangga.
Bukan saat yang tepat untuk berkeluh-kesah tentang keluarga dan rumah
tangga serta tetek bengeknya dengan seseorang yang baru kita kenal. Kita bisa
bicara panjang lebar tentang debat capres dan cawapres yang kehilangan
esensinya sebagai debat publik. Belum lagi tentang serangkaian manuver politik
kontestan pemilu capres. Ia terlihat paham sekali isu-isu yang berkembang saat
ini. Mulai dari bagaimana neo-lib menancapkan tiangnya di negeri ini hingga
konsep ekonomi kerakyatan yang tidak pernah menyentuh masalah rakyat yang
paling utama. Ia juga tidak suka dengan konsep pemilu yang satu putaran saja.
Tidak demokratis katanya.
Sudah dua bulan ini aku mengenalnya dan aku merasa dekat dengannya.
Setiap membayangkannya, aku ingin segera menemuinya. Aku ingin selalu
bersamanya kalau bukan karena bayangan istriku yang selalu menghujam
jantungku. Harus kuakui, masih lebih baik mengangkat batu ke puncak gunung
daripada bertengkar dengan istriku. Sangat tidak menyenangkan sekali rasanya
ketika harus menghadapi marah seorang istri. Mungkin itu sebabnya, banyak
suami yang kelihatan tangguh namun ternyata malah lebih takut sama istrinya
sendiri. Dan aku termasuk salah satunya.
44
Semakin lama, semakin lucu. Tidak pernah ada rasa curiga dari istriku.
Aku masih bisa menyembunyikannya. Aku tidak sedang menuai badai karena
aku tidak (atau belum) melibatkan perasaanku dengan perasaannya. Tidak ada
cinta dalam hubunganku dengannya. Kemungkinan itu masih selalu ada, dan
aku tidak ingin memulainya duluan. Sudah beberapa hari ini aku semakin dekat
dengannya. Kita jadi lebih sering bertemu. Entah bagaimana pun caranya ada
saja kesempatan. Terlebih lagi istriku ternyata lebih senang menghabiskan
waktunya di rumah saja.
*****
45
Nobody's Note
Cerita di Hari Jum’at: Ibroh dari Sebuah Suplemen
Adalah kebiasaan saya untuk membeli Koran Harian Republika setiap hari
Jum’at. Bila sedang tidak pulang ke Bandung tentu hal itu adalah menu wajib di
Jum’at petang. Alasan yang utama adalah segala intisari berita sepekan terakhir
terkadang direview dalam sebuah kesimpulan menjelang akhir pekan. Selain itu
juga, di edisi Jum’at, Republika menyertakan bonus suplemen Dialog Jum’at.
Lumayan, hitung-hitung untuk belajar agama dan meneguhkan iman yang makin
menipis ini seminggu sekali.
Pun, Jum’at kemarin (3/7) saya membeli Koran seperti biasa di kios
langganan. Pertama menyentuh rasanya seperti tidak biasa. Terasa lebih tebal.
Perasaan , suplemen Dialog Jum’at belum akan ditambah jatah halamannya.
Mungkin, ada rubrik lain. Itulah yang ada di benak saya kemudian. Saya tidak
sempat menengok seluruh halaman karena mengejar waktu shalat maghrib yang
selalu singkat. Saya hanya membaca headline yang berjudul “Satu Putaran
Panaskan Debat”.
Anda semua tentu menyimak debat terakhir di malam Jum’at itu kan?
Satu debat yang entah diposisikan sebagai debat yang berkonotasi saling serang
pendapat dari kontestan atau diskusi untuk mencari penyelesaian dan jalan
keluar. Sedikit mengulas kembali, tidak banyak yang berubah dalam debat
tersebut. Megawati masih dengan pendapat-pendapatnya yang terkesan sangat
normative. SBY yang masih tampil jaim, dan JK yang terlihat santai namun lebih
serius dalam pembahasan masalah.
Setelah shalat maghrib dan makan sebungkus nasi padang. Saya mulai
membuka halaman satu per satu. Beritanya masih dihiasi kabar dari kematian
tragis Michael Jackson yang membuat DEA (Drugs Enforcement Agency) turun
tangan, Franck Ribery yang keukeuh (ngotot-pen) ingin pindah ke Real Madrid,
Semifinal Wimbledon, dan yang paling menyita perhatian saya adalah Operasi
Khanjar (Operasi Tebasan Pedang) yang dilakukan oleh Marini AS di
Afghanistan , operasi militer terbesar dibawah kepemimpinan Barack Obama.
Alangkah terkejutnya ketika mengetahui sebab Koran hari ini berasa lebih
tebal. Terselip satu lagi suplemen yang berfungsi sebagai alat kampanye SBY-
Boediono dengan judul “Amanah untuk Rakyat”. Suplemen yang berjumlah 16
halaman ini bercerita tentang profil SBY dan Boediono dari mereka lahir hingga
mereka meniti karir masing-masing. Diceritakan bagaimana SBY lahir dan
tumbuh dalam lingkungan masyarakat pesantren, bersekolah negeri di Pacitan,
sekolah militer di AKABRI, hingga karir militer dan sipilnya sampai saat ini.
Begitu pun dengan pasangannya, Boediono. Cerita dimulai dengan masa kecil
Boediono yang santun dan sederhana sebagai anak pedagang batik di Blitar.
46
Lalu, diceritakan pula bagaimana perjalanan pendidikan dan karir Boediono
sampai saat ini pula.
Bagi saya apa yang terjadi hari ini adalah sebuah keanehan. Aneh karena
menurut saya media telah kehilangan independensinya. Media, terlebih di zaman
pemilu yang kesekian ini telah menjadi senjata yang ampuh bagi setiap insane
politik yang ingin menegaskan eksistensinya. Aneh. Sama anehnya ketika Metro
TV menjadi corong dan wahana pencitraan dari satu kandidat capres lainnya.
Begitu juga ketika menjelang pemilu legislative, masih di harian yang sama,
terpampang iklan full page dari PDIP yang menyangkal seluruh pencapaian di
masa pemerintahan SBY-JK demi menegaskan citra partai yang peduli wong
cilik yang juga tentu sudah terlanjur melekat pada partai berlambang banteng
ireng (banteng hitam) tersebut.
Bila suatu hari nanti anda ada yang membacanya dan kagum dengan isi
suplemen tersebut tolong beri tahu saya. Itu artinya anda masih waras. Sama
seperti saya. Saya mengagumi kisah-kisah didalam suplemen tersebut. Tetapi,
dalam situasi politik saat ini bahasa penyampaian yang digunakan pun memang
bahasa dengan kesan positif yang pada akhirnya menggiring kesadaran
pembaca untuk kemudian bersimpati lalu memilih pasangan tersebut pada
pemilu 8 Juli nanti. Semuanya telah direncanakan dengan sedemikian matang.
Bukan tanpa alasan tim sukses SBY-Boediono menempatkan public profiling
tersebut pada harian Republika yang punya credo “Pegangan Kebenaran”.
47
garuda dipadu dengan kecepatan berpikir menuntun anda semua untuk memilih
kandidat yang pantas untuk memimpin Indonesia.
48
JK: Jaga Kemaluan(mu)
*****
Media masih menari diatas arus pusaran berita suksesi incumbent yang
berhasil mengalahkan lawan politiknya dengan kemenangan mutlak. Berita-
berita seminggu kedepan akan masih dihiasi kilauan-kilauan kemenangan ini.
Masalah kisruh DPT, dan gugatan kecurangan lainnya mungkin hanya akan jadi
penggembira saja di headline-headline media cetak. Sementara, kandidat yang
kalah mungkin sedang mempersiapkan dirinya masing-masing untuk melakukan
apa yang terlanjur diucapkannya ketika tidak terpilih nanti dalam suatu debat.
Ada yang tetap berjuang dan ada yang akan pulang kampung. Untuk yang masih
berjuang, semoga Tuhan bersama anda yang terus membela kepentingan rakyat
kecil. Untuk yang akan pulang kampung, semoga kepulangannya membawa
manfaat dan berkah bagi kampung halaman.
Tidak usah bicara tentang bagaimana selebrasi dari tim sukses yang
benar-benar sukses mengantarkan kliennya meraih kursi presiden. Mereka tentu
sudah bosan karena dari tiap menit tidak ada perubahan yang signifikan pada
hasil quickcount. Paling tidak mereka baru akan melirik pada setiap statement
yang dilontarkan lawan politik mereka. Mereka dengarkan dan kalau perlu tidak
sekedar diamati, dicatat dan dianalisis. Kalau bisa, sumpah serapah dan segala
tudingan itu mereka buat jadi bom Molotov yang sewaktu-waktu mereka
lemparkan. Mungkin mereka hanya akan tertawa sambil bertepuk tangan untuk
menyenangkan hati mereka sendiri setelah melakukan pembalasan yang selalu
lebih indah.
49
Bung! Kecuali kalau memang anda kemarin memang menunggangi kendaraan
yang sama dengan para pecundang yang maunya main aman supaya kebagian
jatah menteri boleh saja. Memang tidak salah berjudi dengan menawarkan diri
untuk menunggangi mesin politik yang masih bertenaga. Belum lagi, tanpa ada
hambatan dan lawan yang berarti. Serasa ngebut di jalan tol Jagorawi di tengah
malam tentunya dengan Maseratti atau Cabriolet pujaan.
Kalau kau sadari, pihak mana yang sebenarnya diuntungkan dari pemilu
kemarin? Anda makin bingung? Atau malah mau menjawab bahwa sebenarnya
pihak-pihak yang paling dirugikan dari pemilu kemarin adalah mereka yang
menginginkan pemilu ini berjalan dua putaran. Mungkin ada benarnya. Pemilu
dua putaran seperti 2004. Tapi ingat juga Bung, waktu itu calonnya ada 5
pasangan, jadi dua putaran adalah hal yang wajar. Saya pun begitu. Saya
sangat ingin pemilu ini berjalan dua putaran. Tak perlu lah kita bahas
penghematan anggaran negara sebesar Rp. 25 Trilyun untuk kelancaran proses
demokrasi.
Apakah demokrasi negeri ini hanya seharga 25T saja? Namun, kenyataan
memang selalu berbeda. Rakyat seakan terbungkam oleh iklan-iklan dan
propaganda bahwa pemilu ini cukup satu putaran saja. Rakyat tentu tidak akan
berpikir panjang tentang proses demokrasi yang akan melegitimasi kekuasaan.
Mereka hanya tahu bahwa semakin cepat selesai mereka akan bisa focus
kembali pada apa yang telah mereka kerjakan. Mereka mungkin juga sudah tahu
bahwa apapun hasilnya, siapapun pemenangnya belum tentu ada perubahan
yang signifikan dalam kehidupan mereka. Yang penting besok masih bisa makan
nasi.
*****
*)
Demokrasi La Roiba Fih, Emha Ainun Nadjib, Penerbit Kompas, 2009
50
Allah, berteriak-teriak kesana kemari hanya untuk meyakinkan hati hamba
bahwa pemilu kemarin akan berjalan dua putaran. Hamba juga yang mengajak
kawan-kawan di facebook untuk bersama-sama menjadikan pemilu kemarin
supaya berjalan dua ronde. Hamba juga lah yang selalu bercerita pada setiap
kawan yang hamba temui bahwa pemilu dua putaran adalah pemilu yang ideal
untuk iklim demokrasi saat ini. Hamba sungguh tidak bisa menjaga kemaluan.
Sungguh tidak bisa. Sungguh hamba malu sekali Ya Allah. Hamba malu. Malu.
Malu sekali.
51
JK: Jaga Kehormatan(mu)
Jum’at pagi, hampir semua wajah media cetak dipenuhi headline yang
serupa. JK ucapkan selamat pada SBY. Ucapan selamat tersebut sebagai reaksi
atas jumlah perolehan suara pemilu presiden via quickcount yang dikeluarkan
oleh berbagai lembaga survey. Sedangkan KPU sendiri masih baru akan
mengumumkan hasil resmi pemilu presiden pada 25 Juli 2009 nanti.
Tentu, mereka masih akan duduk bersama, satu meja dengan menteri-
menterinya untuk membahas perihal RAPBN 2010 serta keadaan politik, hukum,
ekonomi, dan keamanan pasca pemilu presiden. Kiranya, para menteri juga
masih akan menunjukkan dedikasi dan integritas moralnya tanpa harus grasak-
grusuk supaya nanti terpilih lagi untuk periode selanjutnya.
*****
52
Ucapan selamat di malam Jum’at dari Menteng ke Cikeas adalah sebuah
penghormatan. Penghormatan yang timbul dari kejujuran. Kejujuran untuk
mengakui kekalahan dan keadaan diri sendiri yang memang kurang berdaya
melawan saingannya. Sikap seperti itu tidak akan pernah menimbulkan suatu
tindakan perendahan diri. Tetapi, sikap yang demikian adalah sikap yang akan
menjaga kehormatan. Welcome back, Yudhoyono!
53
Olenka
Olenka,
Seminggu sudah kau bersamaku. Seminggu itu pula kau telah tidur
bersamaku. Bersama kita menatap kelam langit Jakarta yang kadang ada bulan
menggantung disana. Selama itu pula aku belum menyentuhmu. Bagiku, apa
yang terdapat dibalik wajahmu yang baru masih sebuah misteri.
Olenka,
Seminggu sudah tanda tangan penciptamu menancap di kulit mukamu.
Seminggu itu pula aku semakin merasa yakin bahwa kau memang aneh dan
cukup memenuhi syarat untuk dianggap kontroversial. Pada zaman engkau lahir,
tentu belum banyak yang mengerti akan maksudmu. Mereka masih terpaku pada
pola pikir linier yaitu pola pikir yang masih menghendaki adanya benang merah
dan hubungan sebab akibat pada setiap sosok yang menyerupaimu. Namun,
engkau tidak begitu.
Olenka,
Aku pernah mengenalmu dalam balutan wajah lamamu. Aku pernah
menjamahmu tapi aku tidak dapat merasakan sebuah sensasi. Aku hanya
mencari-cari siapakah engkau yang sebenarnya. Adakah Olga Semyonovna
adalah wujud pasti dirimu? Atau mungkin, Olga Semyonovna telah
menghibahkan rahimnya untuk mengandungmu? Aku hanya mencari tahu siapa
engkau sesungguhnya. Tidak lebih.
Olenka,
Engkau tentu masih ingat siang yang tidak terlalu panas itu. Suatu siang
dimana engkau akhirnya berlabuh ke pelukanku. Aku memang sudah berniat
memboyongmu ke kamarku sejak mereka memasang namamu disitu.
Beruntunglah, Tuhan memberikanku kemampuan untuk sekedar mengajukan
pertanyaan pada penciptamu. Rupanya, Tuhan masih berbaik hati hingga
mengizinkanmu untuk benar-benar berada di genggamanku.
Olenka,
Aku masih menatapi wajahmu. Aku baru tersadar kalau Seno Gumira
Ajidarma menulis sesuatu di wajahmu. Kau pun tahu dia penulis favoritku kan?
Kiranya, setelah menulis catatan ini, ingin sekali aku menghabisimu. Menelan
setiap kata dan kalimat dalam dirimu. Sampai akhirnya aku benar-benar paham
siapa dirimu, Olenka.
54
Pada Suatu Pagi (2)
Tenggelam lagi dalam kepulan asap rokok dan pekatnya kopi. Begitulah
yang kujalani akhir-akhir ini. Aku merasa tekanan ini begitu menghimpitku
sehingga butuh pelarian seperti itu. Padahal, itu tidak terlalu penting. Aku tidak
ingin merasa dibebani oleh pekerjaan kalau ternyata tekanan itu lebih
disebabkan oleh perasaan, Cuma oleh sekedar perasaan.
Mendengar lagu itu aku sedikit merasa lebih baik. Ingin sekali aku
memeluknya dimalam ini. Hilangkan gelisah setiap malam. Aku tahu dia pasti
merindukan kehadiranku. Dia selalu ada disana. Selalu menungguku untuk
menceritakan segala kepalsuan di dunia ini. Bila sudah begitu, seakan jauh
rasanya dari dosa yang selalu mengepungku.
Sementara, malam bertambah pekat dalam balutan sunyi sepi. Aku masih
sendiri. Aku merasa menjadi orang yang paling berbahagia malam ini. Betapa
bahagianya aku malam ini. Aku masih bisa merasakan tekanan perasaan yang
bertubi-tubi dan takkan pernah hilang walau teracuni kafein dan nikotin. Aku
masih bisa bahagia dalam bayangan senyumannya. Aku masih bisa berbahagia
walau hanya dengan hidup yang begini-begini saja, tanpa variasi. Aku masih
merasa bahagia walau hanya mengkhayal tentangnya.
*)
Dari lagu “Selamat Malam”, dinyanyikan oleh Evie Tamala
55
Rindu ini memang terasa berat. Andai aku bisa menjadikannya sebagai
puisi. Sudahlah, itu semua tidak mungkin. Tidak mungkin kalau aku akan kembali
menemuinya setelah sekian lama menghilang tanpa pesan. Kalaupun bisa aku
tidak akan pernah kembali padanya. Lagipula untuk apa kalau selama ini
ternyata sudah ada satu hati yang melengkapi hatinya yang lain.
Sebuah lagu lama yang kembali terdengar merdu dan mesra. Siapakah
yang ingin selalu ditemani kesendirian? Siapakah yang tak ingin ditemani dalam
malam yang sepi ini? Aku rasa jawabannya bukanlah aku. Aku tidak pernah tahu
jawaban itu. Terlalu subjektif. Aku dengarkan lagu itu sampai selesai. Radio
kumatikan sambil melangkah pulang.
Aku sampai di rumah dengan perasaan yang datar. Tidak ada yang aneh.
Aku memastikan semuanya baik-baik saja. Aku tidak ingin lagi terbangun dengan
keadaan tidak menentu lalu menemukan seorang perempuan lagi. Aku hanya
menemukan sebuah surat dibawah pintu. Entah dari siapa, tidak ada nama
pengirimnya. Sebuah amplop warna merah muda dengan bekas tanda ciuman
bibir. Aku bisa lihat dari sisa lipstik yang masih menempel pada amplop itu.
Sepertinya surat ini belum lama sampai.
Aku sama sekali tidak merasa penasaran. Aku simpan surat itu. Aku baca
besok pagi saja. Aku ingin segera tidur lalu lupakan semua yang terjadi. Namun,
rupanya paduan nikotin dan kafein dalam tubuhku mulai bekerja. Aku tidak bisa
tidur lelap, bahkan untuk memulainya saja pun tidak bisa. Aku merasakan detak
jantungku mengencang, tidak seperti biasanya. Lalu, mata ini belum mau
terpejam juga.
Aku duduk sambil melamun. Tiba-tiba, pikiranku terarah pada surat itu.
Aku akan segera membacanya.
Sayang,
Maafkan atas kelancanganku kemarin. Aku masuk ke rumahmu tanpa izin. Aku
tahu kamu pasti kaget melihatku ada di tempat tidurmu. Kamu tidak perlu tahu
aku ini siapa. Aku hanyalah seorang perempuan biasa, sama seperti yang biasa
kau temui di lingkungan kantormu. Aku sama seperti mereka.
**)
Dari lagu “Tak Ingin Sendiri”, dinyanyikan oleh Dian Pisesha
56
Malam itu kebetulan aku lewat depan rumahmu sebelum aku melihat ada
sesuatu yang aneh. Rumahmu memang aneh (aku harus akui itu). Pintu
masuknya terbuka, pagar tidak dikunci, belum lagi jendela yang selalu terbuka
karena angin. Ketika itu aku masuk. Dan tanpa sengaja aku langsung menuju
satu-satunya kamar. Lalu, aku duduk di tempat tidurmu.
Aku merasa nyaman sekali disitu. Udaranya begitu sejuk, mungkin karena kamu
pandai mengurusi tanaman di taman depan itu. Aku pun langsung merebahkan
tubuhku. Perlahan tapi pasti aku tertidur. Dalam tidurku itu aku merasa ada
seseorang lain di rumah ini. Aku bisa rasakan ia masuk kedalam kamar. Aku
masih tetap tertidur. Lalu, aku merasa seperti ada yang membuka kancing
kamejaku. Tak hanya itu, perlahan ia menciumi leherku. Perlahan juga aku
merasa payudaraku diremas-remas. Aku rasa aku sedang dalam permainan
cinta yang dahsyat. Aku merasakan sebuah kenikmatan namun masih dalam
keadaan tertidur.Nafsuku terbakar. Dadaku berdegup kencang. Aku tidak
sanggup membuka mata ini. Aku dikepung sejuta nafsu dalam kenikmatan. Aku
malu untuk bilang padamu kalau aku telah mencapai orgasme. Tapi, apa boleh
buat. Aku telah mengatakannya padamu.
Setelah itu, aku benar-benar kelelahan. Aku yakin kalau si pemilik rumah ini telah
memberiku kenikmatan yang paling dahsyat dalam hidupku. Aku tahu permainan
cinta macam apa yang paling disukai seorang wanita. Sudah berkali-kali aku
melakukannya. Tetapi tidak ada seperti yang kamu berikan. Kamu adalah lelaki
paling hebat. Hanya kamu saja yang pernah melakukannya. Tidak seperti yang
lain.
Aku hanya berharap suatu saat dapat kembali berada di kasur itu dan melakukan
hal yang sama denganmu. Ingat, hanya denganmu saja. Kita mainkan lagi
permainan cinta yang paling dahsyat yang hanya kamu saja yang punya. Kamu
tidak perlu menungguku. Aku akan datang kapanpun kamu mau.
Peluk hangat,
*****
p.s: Pada Suatu Pagi bagian pertama dapat dilihat di edisi April
57
Agustus
3 Malam, 3 Cerita
Bird Song
I remember everything
Every joy and pain
Every hurts and tears
Every rain spots on the window
They're watching us
Walking down to easy winter evening
That's all going wet
*****
Everyone can go
Everything will leave
Only desire still remain
Keeping silences in reminiscing place
Where do i find you?
*****
58
Titip Rindu buat Ibu*)
*)
Sama dengan judul novel Novia Syahidah, “Titip Rindu Buat Ibu”
59
Kita Adalah Teroris*)
Bom meledak lagi. Kemudian meledak lagi. Dan tetap meledak lagi. Bom
meledak, teroris tertawa. Bom kembali berjoget. Menebar ketakutan, menakar
kewaspadaan. Bom terlanjur jadi momok melebihi setan dan narkoba. Sudah
cukup bangsa ini melihat bom sebagai wujud teror. Teror yang dilakukan
segelintir manusia yang pikirannya ngawur.
Siapa yang tak kenal Amrozi, santri dari Pesantren yang tidak terkenal di
Lamongan itu telah tiada. Pun begitu dengan kompatriotnya, Imam Samudra dan
Doktor Azahari. Tapi bom masih juga meledak. Konon katanya, Noordin M Top
lah dalangnya. Detasemen khusus telah dibentuk untuk menanggulangi setiap
peristiwa yang berkaitan dengan teror bom. Interpol juga turun tangan untuk
membekuk manusia pengebom itu.
Akhir pekan lalu ketika Temanggung, kota kecil di Jawa Tengah tiba-tiba
jadi pusat perhatian dunia. Untuk masyarakat di Indonesia, mereka semua
penasaran bagaimana caranya Polisi untuk menangkap buronan paling dicari di
seantero jagad perIndonesiaan. Belum lagi, masyarakat internasional yang juga
ikut menaruh perhatian karena Noordin sudah terlanjur mereka nilai sebagai
pejuang penebar teror.
Teror ada dimana-mana. Ia hadir didalam hati, pikiran, dan tingkah laku
kita. Maka, kita pun bisa dengan mudah menjadi Noordin-Noordin yang baru.
Kita bisa dengan mudah menjadi seperti Noordin tanpa harus berilmu pada eks
mujahidin Afghanistan yang pernah merakit high explosive bomb dan C4 untuk
meledakkan tank-tank Rusia. Tidak perlu kita belajar teknologi bom nuklir di MIT
sana karena ternyata seorang Amrozi pun bisa membuat ledakan yang tak kalah
dahsyat dengan yang jatuh di Hiroshima dan Nagasaki. Dengan apa yang ada
pada diri kita saja sudah mudah bagi kita untuk menjadi teroris.
Fenomena teror muncul akibat pola resistensi kultural dan psikologis dari
mereka-kaum yang terbuang dan terpinggirkan dari arus zaman. Karena mereka
harus bertahan hidup maka masalah ideologis yang kental menjadi solusi
pemecahan masalah. Dalam perasaan terbuang dan terpinggirkan itu mereka
*)
Terinspirasi dari tulisan berjudul “Santri Teror” dalam buku “Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki”
Penerbit Buku Kompas, 2007. Hal. 91
60
menanam dendam dalam hati dan jiwa mereka. Tubuh mereka terlanjur jadi bom
waktu yang bisa meledak seenaknya mereka. Kalau sudah begitu, tinggal
mencari pembenaran yang bisa melegalkan pikiran macam mereka sehingga
mereka tidak ragu lagi bahwa teror adalah semacam jalan perjuangan.
Tetapi, kita pun tidak perlu menunggu atau bahkan harus merasa
terbuang dan terpinggirkan lebih dahulu kalau mau jadi seperti mereka. Dalam
kondisi normal pun kita sudah bisa jadi pelaku teror. Mau naik jabatan, teror saja
saingan. Mau naik gaji, merongrong atasan dengan segenap alasan
produktivitas dan kinerja. Mau korupsi, teror saja polisi.
*****
Kita adalah teroris. Dimanapun kita berada kita dapat merubah diri
secepat mungkin. Berbagai jerat lingkungan yang menghiasi hidup kita bisa
menjadi penunjuk jalan kea rah sana. Berhati-hatilah, karena setiap
ketidakpuasan yang anda alami akan menggoyahkan jiwa dan pikiran anda.
Lebih parah, hati anda tergerak untuk melakukan sesuatu yang radikal seperti
teror itu tadi. Teror tidak selalu harus teror bom. Masih ada teror lainnya. Teror
psikologis, teror sosial, ataupun teror budaya.
Kita adalah teroris. Teroris pada diri sendiri. Selalu menolak pada
kemapanan sistem birokrasi yang terlanjur membudaya dan mengontrol tata
kosmos kehidupan ini. Jiwa-jiwa teroris dalam diri terbentuk dari keengganan
untuk beradaptasi. Jiwa-jiwa teroris ini tetap hidup dalam jiwa yang selalu
memberontak. Jiwa-jiwa teroris adalah jiwa yang melawan segala sistem yang
bobrok yang tidak lagi menjadikan manusia sebagai manusia. Bila Tuhan bisa
diteror, tentu akan kita teror juga. Sayangnya, Tuhan punya sistem peringatan
teror yang canggih dibanding dengan CIA sekalipun. Sebelum kita meneror
Tuhan, kita sudah keok duluan.
61
We Hate It When Our Friends Become Successful*)
Mungkin juga, saat tulisan ini ditulis, JK sedang menggumamkan lagu itu
sambil berkemas untuk meninggalkan rumah dinasnya dan kembali ke kampung
halamannya di Makassar sana. Sambil mendendangkan lagu itu juga, bisa saja
JK sedang duduk di kursi malasnya sambil membaca berita dari harian-harian
ibukota yang headlinenya dipenuhi polemik setelah usainya pemilu presiden. JK
tentu sedang fokus pada gugatan yang diajukannya pada MK dan itu pula yang
akan menjadi pusat perhatiannya.
Adalah kawan kita juga yang mengalahkan kita, kawan yang pernah
bersama-sama menuntaskan kasus Balibo Five lalu membujuk Hassan Tiro
untuk menandatangani perjanjian perdamaian. Kawan kita juga yang menemani
di ruangan siding untuk bertukar pendapat mengenai masalah rakyat. Mulai dari
bagaimana caranya membagi subsidi minyak pada rakyat hingga menutup
semburan lumpur Lapindo.
*)
Dari lagu “We Hate It When Our Friends Become Successful”, dinyanyikan oleh Morissey
62
*****
Kalau bukan karena mesin politik yang mogok dan sedang turun mesin di
bengkel sebelah tentu akan jadi lain ceritanya. Sebab musabab mogoknya mesin
politik JK ini masih menjadi pertanyaan besar yang perlahan mulai terkuak.
Padahal, perolehan jumlah suara Partai Golkar di Pemilu Legislatif kemarin
cukup besar. Dengan menjadi runner-up dibelakang Partai Demokrat dan sedikit
diatas PDI-P, seharusnya jumlah perolehan suara JK di Pilpres tidak anjlok
secara drastis.
Dengan kata lain, JK dan Golkar dikompori dan digembosi oleh kadernya
sendiri. Ketika hasil pemilu legislatif melalui quickcount merebak diberbagai
media, muncul isu dan wacana bahwa Golkar harus mengusung calon presiden
sendiri bila perolehan suaranya mampu melewati 20% electoral threshold. JK
sebagai Pemimpin Partai tentu saat itu sedang bingung. Jalan manakah yang
harus ditempuh. JK mungkin masih ingin menjadi pendamping SBY dengan ikut
berkoalisi ke Demokrat tetapi suara-suara dari daerah menyatakan bahwa
sebagai partai yang eksistensinya telah diakui (secara politis) harus mampu
mengusung calon presiden sendiri. Tidak asal sekedar berkoalisi. Dalam hatinya
mengisyaratkan bahwa ia masih ingin punya kuasa atas negeri ini.
Sebagai partai yang punya harga diri, Golkar telah memutuskan untuk
menceraikan JK dari SBY dan jadi the real contender for next presidential bid
(mengikuti istilah The Jakarta Post). JK pun menerima keputusan tersebut dan
maju jadi capres yang diusung koalisi Golkar dan Hanura. Saat itu, saya yakin JK
telah bersiap untuk menerima hasil yang terburuk sekalipun, yaitu kekalahan.
63
Kekalahan yang dimaksud adalah tidak lagi menjadi wakil presiden bersama
SBY lalu tidak kebagian posisi sentral dalam tata pemerintahan Kabinet
mendatang. Agaknya, inilah yang sempat membuat JK kelihatan ragu untuk maju
sebagai capres. Sebagian bisnis JK memang berurusan dengan negara.
Pemilihan Sofyan Jalil sebagai Meneg BUMN pun tidak lepas dari peran JK
untuk mengamankan bisnisnya.
*****
64
September
Puasa di Jakarta (dan sedikit cerita lainnya)
Ramadhan kali ini rasanya berlalu begitu saja. Sama seperti yang telah
kulalui pada tahun-tahun sebelumnya. Tiba-tiba sudah tengah bulan. Harus
kuakui kualitas ibadahku masih sama-sama saja. Aku masih menjalankan shalat
lima waktu, kadang-kadang ditambah shalat sunat rawatib. Tilawah qur’an
kadang-kadang sehabis maghrib. Itu pun melanjutkan bacaan yang tidak selesai
sejak Ramadhan-Ramadhan kemarin, bukan dimulai dari potongan ayat pertama
Al Fatihah. Disaat kawan yang lain berlomba mengkhattamkan Qur’an, aku
malah asyik menamatkan Plan of Attack dari Dale Brown yang tebalnya 510
halaman itu.
Rupanya, aku terbawa alur cerita buku itu yang bercerita tentang
proliferasi nuklir Rusia yang berimplikasi pada serangan udara pesawat bomber
Rusia ke target-target anti serangan di wilayah Amerika Utara, USA dan Canada.
Membaca buku itu ibarat menonton film perang buatan Hollywood. Kurang lebih
sama dengan ketika kau menonton Tom Cruise di film “Top Gun”. Mungkin itu
sebabnya, ada buku yang diangkat kisahnya untuk dijadikan film atau film yang
dibuat berdasarkan pelebaran jalan cerita pada suatu buku tertentu. Kisah
seorang pilot ternyata bisa lebih menarik dari tenggelamnya Fir’aun ditelan Laut
Merah.
Aku lihat status facebook dan ternyata telah banyak terjadi perubahan.
Status kawan-kawan kini lebih banyak dihiasi dengan ucapan syukur atau
minimal ucapan-ucapan lainnya yang menyertakan nama Tuhan disana. Ada
65
yang bahagia dan mengucap syukur. Ada yang kecewa sambil tetap optimis
bahwa Tuhan tidak akan pernah salah dalam member ujian. Ada yang tidak tahu
harus berbuat apalagi sehingga “memaksa” Tuhan untuk memberikan
petunjuknya. Ada juga yang cukup menulis juz yang sedang dibacanya sehingga
semua Jamaah Al Fasbukiyah mengetahui dan menulis komentar bernada
semangat untuk mengkhattamkan Qur’an. Aku rasa hal seperti itulah yang tidak
perlu. Soal ibadah biar diri sendiri dan Tuhan saja yang tahu. Khawatir menjadi
riya’. Bila sudah begitu percuma saja pahala yang sudah terkumpul lenyap begitu
saja bagai api memakan kayu bakar. Begitulah yang kupahami dari Guru Agama
waktu sekolah di SMA.
Untuk yang masih muda, nongkrong dan belanja di distro masih akan jadi
budaya setidaknya 10 tahun lagi. Untuk yang beranjak dewasa, belanja barang
branded dengan harga sale bisa jadi pilihan utama ketika THR telah dibayarkan.
Untuk kaum dewasa menjelang tua dimana belanja bukan lagi kebutuhan utama
mereka hanya cukup menerima pemberian saja dari anak-anak atau keluarga
terdekat. Toh, dengan begitu lebaran masih akan tetap semarak.
Kalau ada yang sampai membuatku sibuk menjelang lebaran ini adalah
persiapan mudik. Aku akan bersama jutaan warga kota ini akan terlibat bersama
dalam sebuah ritual tahunan. Tujuanku tidak jauh, hanya sampai ke Bandung
saja. Namun, esensinya masih akan tetap sama. Mudik ya pulang ke kampung
halaman. Kira-kira begitu tafsirnya walau tentu berbeda dengan ketika pulang
pas bukan waktunya mudik. Kalau lebaran tahun ini tidak diundur dan di
suspend, Insya Allah ini akan jadi mudik pertama. Jadi aku belum akan terlalu
banyak cerita karena aku belum mengalaminya.
*****
Pelan lagu mengalun dari speaker. Sebuah lagu lama dari Krisdayanti
zaman dulu dia belum terkenal dan seheboh sekarang. Dulu lagu itu memang
hits. Aku masih ingat cuplikan video klipnya. Ternyata, dari zaman dulu selingkuh
itu memang sudah ada dan tercipta. Maka, aku tidak heran apabila sekarang
*)
Dari lagu “Terserah (Buku Harian)”, dinyanyikan oleh Krisdayanti. Ngetop pada zamannya.
66
cerita dalam lagu itu menimpa si penyanyinya. Aku memang tidak mengikuti
berita perceraian Krisdayanti. Aku hanya baru tahu kejelasan ceritanya dari
tulisan di kolom kecil The Jakarta Post hari ini. Anang mengaku kehilangan
separuh jiwanya. What a sad story. But that’s reality. Once you get betrayed,
you’ll get another betrayal. Kadang cinta dan pengkhianatan menjadi sebuah
ikatan yang utuh tanpa harus saling melepaskan. Dan inilah waktu yang tepat
untuk berkata "I'm sorry goodbye"**)
Lagu lainnya yang keluar dari speaker yang bermerek sama dengan nama
atasanku terdengar sedikit aneh.
Aku jadi teringat kisah seorang anak kecil. Ia selalu tidur bersama ibunya
setiap malam. Pada suatu purnama yang sempurna, ia terbangun dari tidurnya
dan tidak mendapati sang ibu disampingnya. Mungkin karena sudah menyimpan
rasa curiga ia pergi mengambil sebilah pisau di dapur. Kemudian, ia berjalan
keluar rumah diterangi purnama yang bagaikan bola lampu neon besar.Entah
bagaimana, dalam kegelapan kamar, ia kini mendapati ibunya sedang hanyut
dalam pelukan seorang lelaki yang tidak ia kenal. Keduanya tidak bangun dan
tidak tahu bahwa ada seorang anak kecil dengan sebilah pisau tengah menanti
mereka untuk memberi izin pada Izrail untuk mencabut nyawa keduanya. Singkat
cerita, si anak kembali pulang ke rumah dengan pisau berlumuran darah. Ia tidak
tahu apa-apa. Tidak ada pula teriakan kesakitan ketika akhirnya Izrail
melaksanakan tugasnya.
Mengerikan memang. Tapi, apapun masih bisa terjadi dalam hidup ini.
Semuanya kadang bisa jadi kejutan tanpa harus menunggu keajaiban.
*****
Senja telah turun di Jakarta. Matahari kini bagaikan bola merah membara.
Sinarnya kini menembus jendela ruanganku. Gemuruh terdengar tandanya
pekerja pulang ke rumah. Semua saling berlomba. Mengejar adzan maghrib
katanya. Aku tahu maghrib pun akan segera menghampiriku tepat dalam
macetnya Jakarta. Debu, cinta, dan rindu berkejaran menghiasi kota yang tidak
pernah diam sepi.
**)
Dari lagu “I’m Sorry Goodbye”, dinyanyikan juga oleh Krisdayanti
***)
Dari lagu “Maklum Poek”, dinyanyikan oleh The Panas Dalam. Penampilan liriknya dalam bahasa
sunda tergolong cukup ekstrim tapi menghibur.
67
Tentang Ia yang Ternyata Itu Aku
Dia sudah sampai disitu setiap jam setengah tujuh pagi. Ia lalu berjalan
menuju gedung berlantai lima. Kemudian ia mengisi buku tamu yang untuk
sebulan mendatang bakal jadi kartu absennya. Setibanya di ruangan, ia akan
menyalakan komputernya. Lalu mengklik ikon kecil di sebelah tombol start.
menunggu sebentar, dan kemudian muncullah aplikasi yang selalu ia jumpai
setiap harinya. Ia ambil majalah satu persatu, ia buka dan kemudian ia mulai
mengetik apa yang dibacanya dari majalah tadi.
Entah berapa hari telah ia lalui, ia sendiri tak tahu pasti karena selama itu
pula ia tidak pernah mengisi lagi buku hariannya. Yang ia tahu hanya bangun
pagi, membukakan pintu garasi, nebeng mobil karyawan di gedung sate, turun di
kantor gubernur, kemudian berjalan menuju kantor perusahaan telekomunikasi
tempat ia melakukan Praktek Kerja Lapangan.
Alunan lagu itu terngiang di kepalanya. ia ingat betul karena tepat saat ini
ia sedang menulis kisah yang dialaminya setiap hari setidaknya sampai akhir
bulan ini. Banyak yang ia lewatkan setiap harinya, mulai dari highlights
sepakbola, berita pagi hingga breaking news bahkan gosip-gosip yang selalu
sama setiap harinya. Tak terkecuali waktu kumpul bersama keluarga, dan jadwal
rutin bermain futsal bersama teman sepermainannya. Ia tidak pedulikan itu
semua, karena untuknya, hari ini adalah apa yang akan terjadi semua ini sudah
terkehendak atas namanya sehingga ia anggap semua ini adalah kemestian.
68
menikmati beberapa fasilitas perusahaan lainnya. Itu semua cuma mimpi. Mimpi
yang diharapkan akan terlaksana tidak hanya olehnya tetapi oleh setiap 'calon
pengangguran' tentunya.
Banyak sekali pengaruh penulis itu terhadap dirinya. Awal tahun kemarin,
sekembalinya dari Surabaya, ia mau menjalani hidup dengan tidak peduli seperti
robot. Persis seperti pada buku yang ia biasa baca. Buku berjudul "Atas Nama
Malam" yang ia beli di sebuah toko buku besar di Bandung. Selama kurang lebih
3 bulan ia menjalani hidup yang seperti itu akhirnya ia bosan juga, karena pada
dasarnya ia tidak mendambakan hidup yang seperti itu.
*****
Hari beranjak sore ditempat ia menulis kisah ini. Ruangan yang tadinya
sempat sepi sudah mulai ramai lagi dengan suara speaker komputer, maupun
tuts-tuts keyboard. Ia masih duduk disitu memikirkan apa lagi yang harus ia
ceritakan. Sebenarnya banyak sekali yang ingin ia tulis. Tentang kisah-kisahnya
yang lalu, tentang kelulusan SPMB yang membuatnya menangis sepanjang 6
km, tentang bagaimana mewujudkan keinginan agar bisa terwujud, tentang
nasibnya yang pernah seperti pemain sepakbola pinjaman, tentang kekecewaan
yang pernah ia alami hingga membuatnya kebal dan tak tahu rasanya kecewa,
setidaknya hingga saat ini
Banyak lagi yang ingin ia ceritakan padamu, entah hari ini, nanti, esok, ia
tak tahu. Yang ia tahu sekarang, ia harus segera turun ke masjid, solat ashar,
lalu bersiap pulang.
69
Mudik
Aku telah rasakan sendiri bagaimana kini kota yang tidak pernah sepi ini
tiba-tiba jadi sepi gara-gara ditinggal penggemarnya. Deru kota yang selalu
berseru kini hilang bingarnya. Perlahan seakan pasti kota ini semakin sepi.
Jutaan pemudik meretas mimpi untuk kembali. Aku lihat juga wajah-wajah penuh
semangat dan kerinduan pada kampung halaman. Lihat pula senyuman mereka
yang tidak ada beban sama sekali tersirat sekalipun beban hidup ini barangkali
sudah terlalu berat.
Aku telah lihat pula kegembiraan dan suka cita dalam menyambut hari
raya. Semuanya adalah hal yang biasa. Namun, kebiasaan itu juga adalah
sesuatu yang luar biasa setiap tahunnya sehingga selalu menimbulkan
kewajiban untuk melakukannya. Pekerja yang punya THR, bagi-bagi jatah. Yang
ini untuk mudik, yang ini untuk belanja, yang ini buat ngasih, selesai. Tidak
sampai disitu saja.
Aku masih belum akan berangkat mudik. Aku masih akan menyelesaikan
beberapa hal yang belum selesai. Urusan pekerjaan tentunya. Kau tahu sendiri
rasanya menahan rasa ingin pulang. Kurang lebih begitulah yang kurasakan.
Aku juga masih belum tahu mudik naik apa. Semuanya masih memungkinkan.
Entah dengan bis, kereta, pesawat terbang, atau sepeda motor.
*****
Hei, kau! Apa yang sudah kau siapkan untuk mudikmu yang sekarang?
Ingin sekali aku berteriak seperti itu supaya setiap orang sadar. Sadar bahwa
mereka sedang ada dalam balutan penuh kerinduan dan bisa jadi semu. Kalau
mudikmu cuma buat pamer tentang hidupmu di kota tolong buang saja niat
mudikmu itu. Entah siapa yang berteriak dalam kepalaku yang masih meradang
ini.
*)
Dari lagu “Mudik”, dinyanyikan oleh P Project. Album "O Lea... O Leo...."
70
Sampai disini aku tidak tahu apa yang harus kutulis lagi. Pahala Kencana
jurusan Jakarta-Madura melintasi didepanku. Ia bagaikan kereta kencana yang
akan mengantarkan mereka yang telah membenamkan mimpinya. Sementara,
Sinar Jaya masih jadi primadona untuk pemudik tujuan Jawa Tengah. Sebutan
Antar Kota Antar Kecamatan membuatnya tidak pernah kehilangan penggemar
setia.
*****
71
Batik, Identitas, dan Bencana
“Merenungkan Indonesia adalah juga merenungkan identitas kebangsaan kita.”*)
Jadi, kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan
Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya.
Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan
khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX.
Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX
dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun
1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah
pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik
menjadi alat perjuangan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedagang Muslim melawan
perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang
menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu.
Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk
pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari
pengikut raja yang tinggal diluar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh
mereka keluar keraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya
meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi
waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga
keraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun
pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
*)
Jamal D. Rahman, dalam kolom Catatan Kebudayaaan, Majalah Horison, Edisi September 2009
72
adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa
dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit.
Identitas Bangsa
Batik menjadi tema hari ini, 2 Oktober 2009, dimana UNESCO sepakat
untuk menamakan batik sebagai world heritage kepunyaan Indonesia. Siapa
yang menyangka bahwa hari ini batik akan mendapatkan rekognisi dari
UNESCO? Kita sebagai bangsa Indonesia tentunya berbangga bahwa (akhirnya)
batik secara resmi telah mendapatkan klaim dari dunia internasional sebagai
warisan budaya nusantara. Hari ini juga seruan untuk mengenakan batik
merebak dimana-mana dan menjadi satu tren yang happening. Entah untuk
menghargai niat baik UNESCO atau kita memang masih menghargai warisan
budaya nenek moyang sendiri.
Pengukuhan ini juga membuat lega perasaan kita dari ancaman dan
rongrongan Malaysia yang selalu tanpa malu mengklaim beberapa dari budaya
Indonesia sebagai kepunyaannya. Perdebatan pun selalu meruncing dan tiba
pada satu guyonan bahwa Malaysia adalah Truly Maling Asia.Kita ini bangsa
Indonesia, bangsa yang punya identitas kuat baik secara sosiologis, historis, dan
kultural walau memang masih ada keterkaitan hubungan dengan bangsa
Melayu.
**)
Sekilas tentang sejarah batik dikutip dari http://pesonabatik.site40.net/Sejarah_Batik.html
73
Batik tidak hanya digunakan dalam acara yang sifatnya resmi saja seperti
undangan pernikahan maupun jamuan resmi lainnya. Bahkan sejak lama pun
anak-anak sekolah sudah menggunakan batik setiap hari Jum’at. Kini, giliran
orang-orang kantoran pun mengikuti tren tersebut yang dimulai dengan PNS
yang selalu mengenakan batik KORPRI.
Nasionalisme
Nasionalisme kita kita ini terbentuk dari perasaan khawatir. Khawatir akan
meledaknya bom akibat teroris keparat pelarian dari Negeri Jiran. Khawatir akan
dicaploknya Reog Ponorogo, Tari Pendet, dan Ambalat oleh negeri yang merasa
jadi pusatnya peradaban bangsa Melayu (dengan Kerajaan Melayu sebagai
basisnya). Karena perasaan khawatir itu terus menggelora dan dikhawatirkan
bila dibiarkan akan merusak sendi-sendi identitas kebangsaan maka kita pun
mulai sadar bahwa kita itu cenderung memandang remeh dan lengah pada apa
yang telah kita miliki dalam hal yang berhubungan dengan konteks sosiologis-
historis-kultural.
74
Identitas dan Nasionalisme
Bencana
Negeri kita ini masih dirundung duka akibat bencana. 5 tahun yang lalu
saat SBY mengawali kepemimpinannya negeri ini dilanda Tsunami yang
menghanyutkan ribuan rakyat Aceh. 5 tahun kemudian bom dan gempa silih
berganti mewarnai kedukaan negeri ini. Gempa menjalar dari selatan Jawa Barat
hingga ke Pariaman dan Jambi lalu ke Manado.
Penutup
Batik telah menjadi identitas satu bangsa yang kini sedang dilipur lara
akibat bencana. Mari kita berdoa kepada Tuhan secara vertikal, tidak tanggung-
tanggung, supaya doa kita tidak menggantung di langit dan diterima oleh Tuhan.
Mintakan agar bangsa ini tidak kehilangan identitas, rasa nasionalisme, dan
semangat dalam membangun negeri yang sedang ditimpa banyak ujian ini.
75
Golkar dan AC Milan
Golkar adalah sebuah sejarah yang sedang berlangsung. Satu partai yang
masa kejayaannya dimulai sejak Pemilu 1971 hingga Pemilu 1997 dengan
pendapatan jumlah suara sebesar 74,5 persen. Kemerosotan Golkar dimulai
sejak Pemilu 1999, Pemilu 2004 hingga anti-klimaksnya di Pemilu 2009 kemarin.
Berturut-turut Golkar hanya mendapatkan 22,4 %, 21,6 %, dan 14 %.
76
pucuk kekuasaan. Sederhana saja, uang bisa membeli apapun termasuk
kekuasaan.
*****
AC Milan. Siapa yang tidak kenal klub sepakbola dari pusat mode di Italia
ini yang juga klub sekota rival Internazionale Milan. Sejarah telah menuliskan
Ruud Gullit, Van Basten, Frank Rijkaard, Franco Baresi, hingga Paolo Maldini
meraih puncak karirnya sebagai pemain di klub yang bermarkas di San Siro. AC
Milan telah menjadi suatu kekuatan yang pernah merajalela di Italia maupun di
Eropa. Pada saat itu, semua klub berusaha sebisa mungkin mengalahkannya.
Tak apa tak jadi juara. Asalkan bisa mengalahkan AC Milan itu sama rasanya
dengan jadi juara.
AC Milan juga adalah satu dari 10 klub paling kaya di dunia. Klub yang
dimiliki oleh politisi partai Forza Italia merangkap Perdana Menteri Italia, Silvio
Berlusconi tak hentinya membuat sensasi. Siapa yang kenal Ricardo Icezson
Santos Leite de Kaka medio 2003? Tidak banyak orang yang tahu siapa dan
bagaimana sepak terjangnya. Namun, final Liga Champions 2003 jadi bukti
bahwa membeli Kaka bukanlah keputusan yang terlalu salah. Milan juara
Champions 2003. Setelah kalah tragis di Final Liga Champions 2005 oleh
Liverpool, 2 tahun kemudian mereka membalasnya. Nama Kaka pun masuk
daftar buruan Real Madrid. Semuanya terjadi di masa kepelatihan Carlo
Ancelotti.
*****
77
Nah, apa hubungannya Golkar dengan AC Milan. Keduanya sama-sama
punya modal (uang) yang banyak. Namun, keduanya juga masih terlihat sangat
hati-hati sekali dan terlalu pelit dalam menghamburkan uangnya. Bukankah uang
yang habis untuk kekuasaan akan mudah diperoleh kembali ketika nanti
berkuasa? Bila memang kekuasaan sudah mantap kejayaan itu akan datang
dengan sendirinya bukan?
78
dipermalukan oleh tamu dari Zurich. AC Milan butuh sosok pemimpin yang bisa
membuat ide-ide dan terobosan baru dalam cara bermain. Tidak hanya sebagai
pelatih tapi juga sebagai pemain. Pelatih yang membuat kodenya, lalu pemain
yang menerjemahkannya.
*****
Yang terjadi pada Golkar dan AC Milan adalah juga cerminan bangsa ini.
Bangsa yang sejatinya bangsa yang besar namun masih dianggap bangsa yang
kerdil oleh tetangganya sendiri. Indonesia belum punya sosok yang mampu
menyatukan kehendak rakyat yang diwakilinya dalam suatu bentuk
pemerintahan yang benar-benar menjunjung tinggi UUD 1945. Indonesia masih
terjebak dalam permainan politis-birokratif karangan para politisi busuk yang
menghuni gedung MPR-DPR di Senayan sana.
79
Cintaku Kandas di Tapal Batas Ambalat
Pada suatu ketika, perang telah berlangsung di blok Ambalat. Perang ini
konon disebabkan oleh Tentara Laut Diraja Malaysia yang selalu menerobos
perbatasan wilayah laut Indonesia tanpa izin. Awalnya, kedua negara yang
bersengketa, Indonesia dan Malaysia sepakat untuk menghindari perang.
Indonesia tidak punya dana yang cukup untuk berperang. Belum lagi alat tempur
yang semuanya sudah uzur. Meskipun di level prajurit mereka sudah siap untuk
mengibarkan Merah Putih di tanah Ambalat.
*)
Peti mati tua yang bisa terbang, istilah ini popular setelah terjadi kecelakaan pesawat terbang Hercules C-
130 milik TNI AU di Magetan, Jawa Timur bulan Mei 2008.
**)
“Seribu Kunang-kunang di Manhattan”, sebuah judul kumpulan cerpen Umar Kayam.
80
hitam***) bila dilihat dari angkasa sana. Mereka siap dengan meriam dan long-
range missiles buatan Lockheed Engineering-perusahaan yang juga membuat
F16 Eagle. Sekali rudal jelajah itu melesat ia siap merontokkan apa pun
termasuk kapal-kapal perang Malaysia yang akhirnya kandas di perairan sebelah
barat daya Tarakan. Operasi kapal selam pun berhasil dipatahkan TNI AL.
Torpedo-torpedo berhulu ledak nuklir telah lebih dahulu menghancurkan
pangkalan Tentara Laut Diraja Malaysia.
*****
Pemenang perang berhak atas blok Ambalat yang katanya punya banyak
cadangan minyak. Sudah puluhan perusahaan minyak beserta kontraktor-
kontraktor pengeborannya datang dibawah koordinasi BP MIGAS. Ada
rombongan Chevron Pacific Indonesia, disusul kontingennya Schlumberger. Ada
juga Pertamina yang menggandeng Halliburton sebagai rekanan. Belum lagi
Petrobras, British Petroleum, CNOOC, ExxonMobil, Santander, Petrol Ofisi ,
Total EP, dan tak ketinggalan beberapa perusahaan lokal seperti Indika Energy,
Medco EP serta beberapa dari Timur Tengah. Tentu saja Petronas merasa
kecewa dengan hasil perang ini. Investasi yang sudah direncanakan kini tidak
lagi berarti.
Minyak yang dihasilkan di blok Ambalat sudah lebih dari cukup untuk
menjaga stok BBM nasional 150 tahun kedepan. Industri otomotif nasional
kembali bergairah dengan dibelinya beberapa anak perusahaan General Motors
yang menyatakan kebangkrutannya pada bulan Juni 2009. PT. Timor Putra
Nasional kembali bangkit dengan membeli Chevrolet. Konsorsium bentukan
Toyota-Daihatsu membeli GMC, Buick, dan Saturn yang kolaps bersama dengan
GM (bukan Gunawan Muhammad tentunya). Gaikindo pun turun dengan
membentuk perusahaan yang mengambil alih SAAB. Kejadian ini menyebabkan
Indonesia menempati urutan teratas dalam jumlah produksi kendaraan bermotor.
Bahkan bukan itu saja. Kelebihan uang dari penjualan minyak ini telah
dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur industri militer nasional. PT.DI
yang pernah berjaya dibawah nama IPTN kini telah menjadi pusat riset
kendaraan tempur termasuk pesawat terbang. PT. Pindad yang menjadi
perusahaan supplier untuk TNI kini lebih disegani dalam kancah industri militer
dan pertahanan secara global. Departemen riset Pindad telah mengembangkan
berbagai macam rudal jelajah dan beberapa torpedo berhulu ledak nuklir.
Pemerintah tidak pernah khawatir lagi oleh embargo senjata dari Amerika Serikat
walaupun untuk pesawat jet tempurnya masih disuplai oleh Rusia melalui
program “Rice for Sukhoi”.
81
juga yang dihibahkan untuk korban bencana alam di luar negeri sana. Maka dari
itu, kalaulah kelebihan beras ini sudah cukup untuk ditukar dengan satu pesawat
tempur Sukhoi 27 Flanker atau Sukhoi 30 Mk II itu artinya pengadaan pesawat
tempur tidak lagi membebani APBN. Dengan ide yang dilontarkan oleh Menteri
Pertanian itu pemerintah dapat mengalihkan biaya pengadaan alutsista untuk
dialokasikan pada sektor pendidikan.
*****
Perang telah usai dan semua telah kembali pada keadaan semula. Aku
rindukan kekasihku yang jauh di Ambalat sana. Kandas di tapal batas. Sukhoi
yang diterbangkannya jatuh ditembak Tentara Darat Diraja Malaysia. Kata
teman-temannya, sebenarnya kerusakan pesawatnya tidak terlalu parah dan
masih bisa terbang kembali ke pangkalan namun ia lebih memilih untuk
mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pilot-pilot
Jepang pada waktu Perang Dunia II, harakiri. Aku tidak pernah tahu sejak kapan
TNI-AU mulai membiasakan diri dengan hal itu.
Perang memang telah usai namun badai masih menggulung hatiku. Aku
masih menatap matahari senja yang berkilauan. Aku harap ini bukan senja yang
terakhir. Bukan juga senja penghabisan. Aku menantap matahari yang bagaikan
bola emas raksasa. Sinarnya belum juga redakan badai hati ini.
82
Kekasihku, seorang pilot berpangkat kapten yang punya mata setajam
elang itu kini mungkin sudah sampai di pintu surga. Tuhan pernah menjanjikan
siapapun yang berangkat menunaikan tugas mempertahankan kedaulatan
bangsanya akan dimasukkan ke dalam golongan penghuni surga. Aku tahu
bahwa kekasihku melakukan sesuatu yang benar. Untuk negaranya, Untuk
cintanya-bukan padaku.
83
Golkar dan Kekuasaan
"Bargaining Golkar Sudah Lemah." *)
Maka, ketika muncul wacana untuk jadi oposisi beberapa kadernya mulai
bereaksi dengan menggulirkan isu munas dengan tujuan untuk mengambil
langkah nyata dan sikap Golkar dalam pemerintahan SBY 2.0. Opsi untuk jadi
oposisi hanya akan semakin menjauhkan Golkar dari kekuasaan.
Sikap yang demikian adalah wajar untuk negara dengan sistem kabinet
presidensial seperti Indonesia. Partai politik tidak perlu untuk menampakkan
wajahnya secara terang-terangan. Punya dua muka pun bukan hal yang salah.
Tentu akan berbeda bila sistem kabinet yang digunakan adalah kabinet
parlementer. Disitu diperlukan adanya dua sisi yang berbeda. Hitam dan putih.
Koalisi dan oposisi. Moderat dan konservatif.
*)
Tifatul Sembiring, Harian Republika 9 Oktober 2009
84
kritik. Lantas, jangan juga Golkar hanya bisa cuci tangan bila keputusan
pemerintah tersebut tidak berimplikasi apa-apa pada kualitas hidup rakyat.
85
Kita Ini
Sambil bergegas menuju lift Bedul berkata, “Mau diakui atau tidak, kita ini
terlalu sibuk untuk menulis dan bercerita. Ternyata kita lebih senang
mengomentari status facebook kawan-kawan kita sambil mengcopy-paste tulisan
orang lain untuk kemudian diklaim sebagai buah pikiran kita. Tanpa disadari kita
sudah jadi seperti Malaysia yang asal caplok sesuka hatinya. Kita ini terlalu sibuk
untuk menyuarakan gagasan. Kita selalu punya sesuatu untuk dibahas walau
intinya masih itu-itu juga. Gempa Padang dan Jambi, Pelantikan Mewah Anggota
DPR, Penggembosan KPK, Skandal Bank Century, Uji coba rudal Iran, Soto Mie
Bogor, Blackpepper KFC, Pelantikan SBY, Taufik Kiemas lidahnya keseleo, dan
masih banyak lainnya.”
Sambil terus melangkah keluar lift Bedul masih terus mengoceh, “Kita ini
hanya menang status saja. Dianggap pekerja kantoran di ruangan yang berAC.
Berangkat pagi, pulang sore. Pakai kameja rapi bahkan kadang-kadang berdasi
dan menenteng BB (yang pasti bukan Batu Bata). Pakai parfum bermerek HB
yang tentunya bukan singkatan dari Hamengkubuwono dan belinya di tempat
refill pula. Juga memakai sepatu hitam mengkilat yang ada labelnya “YK” alias
Yongki Komarudin. Kita ini cuma menang status sebagai orang kantoran yang
kerjanya duduk menghadap layar LCD padahal hanya untuk buka facebook, YM,
email sambil sesekali ‘cuci mata’. Kau paham maksudku, kan?”
“Kita ini disibukkan cuma untuk mengisi waktu sebelum tanggal gajian.
Percayalah, bahwa kita tidak pernah menginginkan semua ini. Kalau bisa kita
hanya ingin gajiannya saja tanpa perlu mengerjakan apa-apa sekalipun.
Persetan dengan motivasi, performance indicator, appraisal dan jargon-jargon
sialan lainnya. Kita mengenal semua omong kosong itu hanya karena kebetulan
saja pekerjaan memilih kita, padahal kita belum tentu atau malah tidak
menginginkannya sama sekali. Kita tidak pernah tahu alasan mengapa kita
terlibat didalamnya tetapi malah semakin menginginkannya supaya atasan tahu
kalau kita ini benar-benar kerja.”
86
Pun ketika akhirnya kami berdua duduk di bangku pojok PPD, Bedul
makin menjadi-jadi. “Kita ini terlalu sibuk untuk beribadah hingga larut dalam
segala omong kosong pekerjaan. Tidak ada lagi waktu untuk sekedar membaca
Al Fatihah, Alif laamiim, atau Ayat Kursi. Bila pun waktunya sempat kita
pamerkan di status Facebook. Ramadhan yang telah berlalu pun itu jadi
semacam kursus singkat untuk berpikir tentang akhirat. Kita masih terlalu sibuk
untuk memikirkan hal itu seakan semua itu telah jadi kebiasaan atau malah
pembenaran atas segala macam bentuk ibadah yang sudah ditunaikan.”
*****
Sambil pamit duluan, aku hanya tersenyum saja padanya seakan aku
membenarkan semua yang telah dikatakannya. Setelah aku turun dari bis, aku
tersenyum simpul sambil berkata dalam hati, “Kita? Loe aja kali….!”
87
Cinta Dalam Sepotong Artikel
From : Cinta (cinta@kantorberita.net.id)
To :bedul@kempos.com
Title : Article
Cinta
*****
Ia hanya mengangguk saja dan tidak banyak bicara. Sorot matanya tajam
seakan ia tahu betul apa yang ada di pikiranku. Pun ketika akhirnya waktu
pertemuan kami habis ia tidak berkata apa-apa. Ia hanya tersenyum sambil
mempersilakanku keluar ruangan.
Karzai and Adbullah have both said they welcome the IEC's ruling, while
world leaders, including US President Barack Obama and UN Sercretary General
Ban Ki Moon, also hailed the decision to hold second vote.
88
The German Foreign Ministry said Berlin was pleased that a way forward
had been found.
"It is important for all those involved to show responsibility, calm and
moderation during the current situation and ensure there is a credible
continuation of the electoral process," the ministry said in an official statement.
But Afghans living in Germany are skeptical about how credible any
election results can be.*)
*****
*)
Berita dikutip dari www.dw-world.de
89
Rupanya, Hamid Karzai tidak bisa menyatukan seluruh masyarakat
Afghanistan. Karzai kurang bisa menyatu dan menyublim dalam hati masyarakat
yang dipimpinnya. Sempat beredar dugaan bahwa kemenangannya di Pemilu
kemarin itu hanyalah omong kosong yang dikarangnya sendiri. Untung dia masih
sedikit legowo untuk menerima keputusan KPU-nya Afghanistan untuk
melaksanakan pemilu ulang.
*****
Otong Koil masih berteriak ketika aku tak tahu apalagi yang harus kutulis.
Aku cek email yang masuk sejak aku mulai menulis tadi. Beberapa komentar
atas tulisan sebelumnya, undangan pernikahan seorang sahabat, undangan
pembukaan pameran, dan informasi lomba karya tulis, semua jadi satu di
tumpukan berkas email.
Aku baca kembali email darinya yang entah untuk keberapa kalinya. Aku
berhenti pada kalimat terakhir. Aku baru menyadarinya kalau ada sesuatu yang
aneh disitu. Aku menahan nafas sejenak. Mengucek mata barangkali ada yang
salah dengan mataku. Namun, semuanya semakin jelas. Aku belum sampai
membaca kembali tulisanku. Aku masih terhenti pada email darinya Aku
menatap pesannya semakin dalam. Mencari arti dalam cinta yang ia titipkan
dalam potongan artikel itu.
90
Potongan E-mail dan Sumpah Pemuda
"Memang Cikeas, beberapa Menteri dan Panitia Harkitnas pusat tidak kenal
wacana apapun kecuali 'merekrut' mereka: kaum muda yg bertekad
meneguhkan kebangkitan generasi muda mandiri itu. Bisa dipahami kenapa tak
pernah lahir manusia baru Indonesia, setiap yg tumbuh selalu diletakkan sebagai
ekor dari generasi sebelumnya.
Tapi saya percaya itu tak akan lantas kalah oleh tantangan dan halangan,
mereka tak akan menjebak diri menjadi benih2 murni nasionalisme yang balik ke
mainstream untuk hanya menjadi penempuh2 karier pribadi yg egosentris dan
primordial.
*****
Satu email dari seorang sahabat yang juga 'orang dalam' di lingkungan
rumah tangga kepresidenan cukup mengejutkan. Ditengah situasi politik saat ini
yang membuat siapapun mau merapat lebih dekat dengan kekuasaan tiba-tiba
saja ia agak berontak. Mungkin ia sudah waras dan mulai paham serta sadar
posisinya. Ia mungkin sudah sadar bahwa yang ada disekelilingnya hanyalah
omong kosong belaka adanya. Budaya birokrasi yang terlanjur mengakar kuat
tanpa terasa telah menjerat semua urusan yang ada disana.
Pesan itu lebih cocok tendensinya kalau lagi musimnya bahas wacana
kebangkitan nasional yang selalu diperingati pada bulan Mei. Tapi, aku pikir ini
masih ada hubungannya dengan Sumpah Pemuda yang gegap gempitanya
hilang begitu saja hari ini oleh gemuruh yang selalu datang di akhir bulan,
apalagi kalau bukan gajian. Sumpah pemuda yang tak lagi muda. 81 tahun
sudah setelah para pemuda dari seluruh negeri berikrar untuk Indonesia yang
merdeka.
91
Sumpah Pemuda mengandung makna tekad, upaya, dan ikhtiar pemuda
dalam meraih cita-cita kebangsaan melalui satu tanah air, satu bangsa, dan satu
bahasa: Indonesia. Melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 bangsa ini
memulai suatu pergerakan baru menuju Indonesia merdeka setelah diawali
dengan berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908.
Kaum muda selayaknya jadi generasi mandiri yang lahir menjadi manusia
baru Indonesia. Sayangnya, setiap mereka yang tumbuh selalu dijadikan ekor
dari generasi sebelumnya. Mereka sengaja diposisikan seperti itu oleh
bermacam-macam alasan dan kepentingan agar mindsetnya mentok Cuma
sebatas ekor atau pengikut saja tanpa ada breakthrough. Mereka hanya akan
mengikuti siapa yang lebih menguntungkan. Menguntungkan untuk karir pribadi-
pribadi yang sangat egosentris dan primordial.
92
November
Pembangunan dan Perubahan
“Time goes on, people touch and they’re gone…”*)
Saya baru sadar kemarin, ketika melihat truk molen pengaduk pasir beton
hilir mudik keluar masuk komplek. Oh ya, saya lupa kasih tahu Bung kalau saya
tinggal di sebuah komplek perumahan di pinggiran kota. Kebetulan dibelakang
komplek ini telah dibangun sebuah megaproyek untuk ukuran kota Cimahi.
Lahan yang dulunya adalah persawahan dengan hasil yang lumayan kini telah
berganti dengan deretan gedung. Tentu bukan deretan gedung seperti di ruas
Jalan Thamrin-Sudirman, Jakarta.
Begitulah Bung. Setiap harinya 3-4 unit truk molen mengantri menunggu
giliran untuk melaksanakann tugasnya: menumpahkan adukan semen dan pasir.
Pemandangan serupa tentu bukan yang pertama kali saya lihat. Sudah ratusan
mungkin ribuan kali saya berpapasan dengan truk molen dengan label
perusahaan yang berbeda. Yang membuatnya terasa berbeda kali ini adalah
bahwa truk-truk itu kini beroperasi di dekat rumah saya tinggal lalu saya merasa
bahwa telah terjadi banyak perubahan. Terutama dalam waktu setahun terakhir
ini.
*)
Dari lagu “For Just a Moment” yang juga OST. St. Elmo’s Fire, dinyanyikan oleh David Foster & Olivia
Newton John,
93
Berbeda jauh dengan kondisi beberapa tahun ke belakang dimana suasana
komplek cenderung lebih statis dan monoton. Pembangunan rusunami itu akan
membuka akses yang lebih luas dengan komplek kami sebagai sentral dari
pertumbuhannya.
Kemudian, kami yang seumuran dengan saya dan dengan Bung juga
mulai memasuki usia produktif menurut angkatan kerja. Beragam pekerjaan kami
jalani. Ada yang jadi kru event organizer, ada yang merantau ke luar kota, ada
yang jadi pekerja part-time, ada yang kerja di bank dan gajian setiap tanggal 25,
ada yang jadi guru olahraga, ada yang jadi guru TK, ada yang jadi staf marketing
dealer motor, ada yang kerjanya di rumah saja-seperti saya ini.
94
Kemenangan Guru, Kemenangan Pendidikan?
Selamat malam, Bung? Apa kabar anda hari ini? Apakah kopi yang anda
hirup pagi ini masih sama dengan ketika di warung kopi dulu? Saya harap anda
dapat menikmati bagian-bagian hidup anda bahkan yang terkecil sekalipun.
Sudah lama sekali saya tidak menjumpai anda lewat tulisan saya. Anda tentu
menganggap itu ada hubungannya dengan pensiunnya saya dari sekolah sialan
itu kan? Ada benarnya namun itu kita bahas nanti saja di warung kopi langganan
kita di pojok jalan itu.
*****
Saya belum paham detail dari berita itu. Saya hanya mendengar berita
sepintas saja. Diberitakan bahwa mereka mengadakan syukuran untuk
kemenangan yang disahkan melalui putusan Mahkamah Agung. Bisa saya
bayangkan bahwa sorak-sorai perasaan gembira para guru yang menggugat
sama riuhnya dengan nyanyian kawan-kawan Imparsial pasca Pidato Presiden
SBY menanggapi kasus kriminalisasi KPK dan aliran dana Century.
95
dibongkar pasang oleh kekuatan apapun-termasuk kekuatan ekonomi.
Menyeluruh artinya sistem itu juga harus mampu memberikan esensi-esensi dari
pendidikan secara merata dan mendalam pada setiap jenjang pendidikan.
Perlu dilihat pula faktor-faktor lainnya. Faktor mental, psikis, dan kognitif
bisa menjadi sumber masalah lainnya yang belum sempat terdeteksi. Dalam
kasus yang demikian banyaknya, terdapat banyak hal yang bersifat emosional
dalam pengambilan keputusan. UN hanyalah satu tolak ukur sejauh mana
pemahaman peserta didik melalui ujian dengan kualitas soal standar kurikulum
yang berlaku.
Perlu diakui juga bahwa masih terdapat kesenjangan yang sangat jauh
antara proses pendidikan di kota-kota besar dengan di daerah-daerah terpencil.
Itu bukan alasan untuk sebuah penolakan atas satu grand design bernama UN.
Kesenjangan itu dapat diatasi dengan semakin banyaknya forum-forum dan
media sosialisasi guru. Sehingga aksesibilitas seharusnya tidak lagi jadi alasan
untuk sebuah kegagalan.
Serius sekali ya, Bung. Lagi-lagi saya berpikir bahwa anda sedang
membaca tulisan saya ini sambil tersenyum. Entah tersenyum kagum atau sinis
karena tulisan ini ditulis oleh seseorang yang pernah menjadi objek pendidikan
dalam karir kependidikannya dan kebetulan pernah bekerja di satu institusi
pendidikan swasta penganut mazhab Cambridge aliran Singapura. Apapun
96
reaksi dari anda saya hargai itu dan saya anggap sebagai partisipasi anda dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
NB: Kalau Bung nanti buka sekolah internasional, masih mau ngikutin sistemnya Diknas?
97
Desember
Karir dan Kadal
Mbak,
Tadinya saya mau bahas ini semua di kantor saja, namun entah mengapa
waktu saya main ke ruangan Mbak, saya tidak lihat Mbak disana. Mungkin saya
yang kepagian. Salah saya juga tidak kasih kabar kalau mau mampir.
Tidak ada salahnya memang berlaku seperti itu. Lagipula bukan untuk
menghadiri acara resmi seperti undangan resepsi pernikahan. Seperti biasa,
mereka nantinya akan menabur asa pada setiap lembar ijazah dan berkas surat
lamaran yang akan segera disebar pada stan-stan pemberi kerja sambil
berharap ada walk-in interview sehingga mereka pun langsung tanggap bahwa
mereka akan mengeluarkan segenap kemampuan terbaiknya.
98
Sejauh pengamatan saya, mereka memang membutuhkan orang yang
benar-benar mau untuk bekerja. Lebih-lebih lagi kalau ternyata banyak kandidat
yang masih muda dan baru lulus. Pengalaman bisa dinomorduakan melalui
serangkaian program training dan upgrading. Jadi karena begitu, ada banyak hal
yang menurut saya terlalu menguntungkan pihak perusahaan. Mereka selalu
menuntut produktivitas yang lebih dari pegawainya dengan atau tanpa
kompensasi tambahan yang dijargonkan sebagai “dedikasi dan profesionalisme”.
Ibaratnya mereka terlalu mudah dan gampang sekali untuk dikadalin apalagi di
masa ekonomi serba susah seperti sekarang. Maaf, ini tidak ada hubungannya
dengan adu reptil versi POLRI VS KPK.
99
Patung dan Eksistensi
Tidak ada muatan dan esensi lokal dari patung Obama itu. Sehingga
kalau kini terdengar gugatan atasnya mudah-mudahan itu jadi tanda bahwa
nurani kita masih hidup untuk menggugah rasa nasionalisme dan patriotisme
dalam jiwa kita bukan sebagai penanda eksistensi belaka.
100
mengambil alih jabatan dari Bush Jr tahun lalu. Pada KTT Asean yang
berlangsung tahun ini di Singapura pun Obama tidak menyempatkan singgah di
Indonesia.
Kalau ia nanti jadi singgah apalagi yang akan Negara ini buat? Masih
ingat waktu Bush Jr mampir ke Istana Bogor sambil naik helikopter? Obama
sempat bilang bahwa ia akan berkunjung ke Indonesia tahun depan pada saat
anak-anaknya liburan sekolah. What a nice Daddy!
Kalau sekali nanti anda mampir ke kota Firenze di Italia sana yang ada
patungnya Gabriel Omar Batistuta anda bisa lihat bahwa patung itu dibuat bukan
karena alasan keberadaan dan eksistensi Batistuta yang melegenda di klub
Fiorentina tetapi lebih sebagai simbol penghargaan dan penghormatan kepada
Batigol (julukan Batistuta) yang telah membuat semarak kehidupan kota itu.
Semarak kehidupan yang berasal dari euphoria sepakbola yang menembus
celah-celah dan lorong-lorong gang kecil di setiap sudut kota Firenze.
Saya kira, begitu juga yang terjadi dengan patung-patung lainnya yang
ada di belahan dunia yang lain. Patung-patung itu dibuat dengan berbagai latar
belakang dan sejarah yang menghiasinya. Patung Lenin di Leningrad, Patung
Stalin di Stalingrad untuk memperingati aksi heroik Pasukan Merah Rusia ketika
mengusir Tentara Jermannya Hitler, Patung Kim Jung Il di Korea Utara sana,
Patung Napoleon, hingga Patung Pemain Sepakbola di Jalan Tamblong
Bandung, bukannya patung seorang yang menunggu kekasihnya*) buatan Seno
Gumira Ajidarma.
*)
Cerita tentang patung ini bisa dibaca pada kumpulan cerpen Seno Gumira Ajidarma “Iblis Tidak Pernah
Mati”, Galang Press, 2005.
101
CATATAN LAINNYA
Pulang
“Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu” *)
Setiap mau pulang ke Cimahi via Bandung, memang benar lirik lagu
diatas. Ada setangkup haru dalam rindu yang berkelebat. Aku dapat melihatnya
berkejaran sepanjang jalan tol yang membentang dari Jakarta-Cikampek, turun
naiknya ruas Cipularang, hingga datarnya ruas Padalarang-Cileunyi yang
berujung di Pintu Tol Pasir Koja. Perasaan itu begitu megah terasa. Perasaan itu
kian terbawa dalam riuh rendah mesin Hino Primajasa yang terus mengerang
sepanjang perjalanan. Ada sesuatu yang kembali.
Yang menarik, jalur itu bagaikan jalan raya di Amerika sana. Jalan Elang
yang membentang tak lebih dari satu kilometer itu memiliki jalur yang
berlawanan dengan jalur di Indonesia pada umumnya. Yang biasa di kanan, ada
di kiri. Begitupun sebaliknya. Itulah yang aku suka. Aku kenal sekali daerah itu.
Kurang lebih 4 tahun aku selalu menaiki bis kota favorit, DAMRI jalur 6, Elang –
Jatinangor via Tol, satu-satunya angkutan antar kota, antar kecamatan untuk
menuju kampus Unpad dibelahan bumi Jatinangor.
102
yang kelewat panjang karena harus melewati pusat kota Cijerah. Tapi, aku lebih
menyukai naik si Hijau ini walau harus sedikit lebih lama menahan rindu. Justru
karena aku ingin menikmati kembali saat-saat dulu waktu masih sekolah. Kisah
perjalananku tidak lepas dari Si Hijau ini.
Berjalan kaki tentu akan membuat perutku semakin lapar. Energi yang
dihasilkan dari semangkuk kecil bubur kacang hijau pun rasanya belum cukup.
Namun, aku selalu sabar untuk terus berjalan melewati gang sempit jalan pintas
satu-satunya. Tak lama kemudian, terpampanglah “Jl. Agastya VI Cimahi 40534”
dengan message tambahan dari sponsor: “Hati-hati banyak anak kecil”. Pesan
tambahan itu seperti sudah menjadi budaya bagi penghuni sebuah komplek
perumahan. Tujuannya adalah memperingatkan pengendara agar berhati-hati.
Tapi, pernahkah terpikir olehmu bila suatu saat pesan itu bisa saja diganti jadi
begini: “Anak-anak dilarang main disini.” Untuk komplek perumahan dengan
system blok dan jalan yang lebarnya hanya 5 meter itu aku rasa itu tidak akan
pernah terjadi. Kecuali, dengan satu syarat bahwa penghuni jalan tersebut
semua adalah kakek-kakek dan nenek-nenek.
103
ya, bila kau temui cahaya terang di sekitar teras rumahku yang tipe 36 itu kau
akan jumpai Arwana Irian memberi salam selamat datang padamu. Tentu tidak
dengan gaya yang seperti Tugu Selamat Datang yang menyambutmu di ibukota.
Atau bahkan mengikuti gaya Tukul di Bukan Empat Mata. Ia hanya akan melirik
padamu saja.
Tulisan ini dibuat sebagai partisipasi dalam Diary Project Vol.2: Aku dan Kota
Tempat Tinggalku, sebuah online literacy project yang digagas oleh Komunitas
Tobucil Bandung.
104