Anda di halaman 1dari 3

Harimau Kota

Johnson lahir pada tanggal 11 Desember 1978, dari orang tua yang kaya raya. Orang tuanya
memiliki sebuah lahan yang luas di Jakarta. Dia adalah anak yang ceria dan sangat disegani
oleh orang di sekitarnya. Dia dianggap sebagai orang yang tampan dan memiliki kharisma
yang tinggi. Di sekolah John sangat menyukai pelajaran IPA dan pelajaran komputer. John
selalu pulang dari sekolah dengan muka yang bahagia.

“Kalau aku sudah dewasa aku ingin menjadi orang yang sukses dan bisa membanggakan
orang di sekitarku,” kata John.

“Bagus, impian yang sangat baik dan Ayah tunggu kesuksesanmu nanti,” jawab Ayahnya.

Hidupnya berubah secara drastis ketika dia masih berumur 11 tahun. John menonton film
kekerasan. Dia menonton film mengenai mafia dan cara pembunuhan yang mereka lakukan
sangatlah sadis. Di sekolah dia masih orang yang pintar, tetapi dia mulai nakal, seperti
merokok dan berkelahi. Setelah berumur 20 tahun, dia memulai aksinya sebagai pengedar
narkoba. Dia tidak takut dengan siapa pun. Saat pemimpin organisasi narkobanya meninggal,
John menggantikan posisinya. Di publik, polisi tidak pernah ada yang curiga dengan dirinya,
karena pergerakannya seperti orang pada umumnya dan sering memberikan makanan kepada
orang yang kurang mampu.

Tahun 2003 dia mencalonkan diri sebagai calon anggota Kongres Indonesia. Kalau dia
terpilih, dia akan menghadiri sidang kongres akhir. Motif John tampak jelas di mata Agus,
Menteri Kehakiman yang baru saja diangkat. Agus sangat membenci gembong narkoba yang
beredar.

Sejak itu, Agus mulai bertindak dan menangkap hampir semua pengedar narkotika.
Masyarakat sangat senang dengan Agus. Ketika menghadiri sidang kongres pertamanya, dia
langsung berhadapan dengan Agus. Agus akhirnya berdiri dan membeberkan siapa John
sebenarnya.

“Dia adalah orang yang jahat dan pengedar narkoba. Kalian semua jangan tertipu dengan
sikap baik harimau kota ini!”
“Banyak polisi kita telah diberi uang suap yang banyak agar tidak melaporkan aksi kejahatan
yang sesungguhnya!”

Hal itu mengagetkan seluruh kongres, karena semua orang mengira John orang yang
dermawan dan mempunyai muka yang tampan. John yang malu langsung keluar dari kongres.

“Aku akan memberi uang yang sangat banyak kepadamu asalkan kamu membunuh Agus”
kata John kepada kedua pembunuh bayaran. Dua hari kemudian, ada dua pengendara motor
yang membawa senapan berhasil menembak Agus di dada dan telinganya. Alhasil Agus
meninggal di tempat. Istrinya terlihat sangat sedih di pemakaman Agus. Dengan ini negara
siap berhadapan dengan John.

Hal ini mengejutkan seluruh negeri. John tahu betapa kejam dan ketatnya penjara. John ingin
mendapatkan rehabilitasi saja.

“Halo Pak Presiden Suryono, saya tidak ingin dipenjara seperti penjahat kebanyakan. Saya
ingin membuat penjara saya sendiri dan yang jaga adalah polisi-polisi pilihan. Anak wakil
presiden, Jojo, telah saya culik. Saya tidak segan-segan untuk membunuhnya kalau Anda
menolak permintaan ini,” kata John via telepon.

“Halo Pak Suryono tolong Jojo,” teriak Jojo

Pak Presiden menjawab, “Saya menolak permintaan ini, kalau mau dipenjara jangan di
penjara buatanmu sendiri dan polisi harus dijaga oleh polisi pilihan negara,”

Segera setelah Pak Presiden menolak permintaan dan mematikan ponselnya, John lalu
membunuh anak wakil presiden. Hal ini menggemparkan negara. Pak Presiden tidak mau
terjadi tumpah darah.

Presiden lalu membolehkan John membuat penjaranya sendiri. John hidup dengan senang
dalam penjara tersebut. Hari itu juga John kembali ke orang tuanya yang sudah sangat lama
tidak ditemui. John tampak bangga dengan apa yang dia telah raih.
“Ayah, apa pandangan pertamamu atas kesuksesanku? Semuanya bisa aku kendalikan,
Ayah!”

“Aku malu,“ jawab Ayahnya.

John sangat kecewa. Dia cuma sebentar saja di rumah, lalu kembali lagi ke penjaranya. Di
sana John mendapatkan kabar bahwa teman bisnisnya yang bernama Alya dan Alvin telah
melakukan korupsi. John mendapatkan bukti laporan keuangan yang tidak konsisten. Dia
tidak tinggal diam dan mengajak Alya dan Alvin makan malam di penjara mewahnya.
Setelah makan John memberi Alya dan Alvin minuman yang telah dicampuri dengan racun
sianida. Mereka meninggal di tempat.

Agen rahasia negara mengetahui hal ini dan melaporkannya kepada presiden. Hal ini
membuat presiden marah dan menyuruh semua tentara untuk memburu John. Seperti belut,
John berhasil kabur dari penjaranya sendiri.

Pada hari Senin, John berhasil dilacak karena sinyal gawainya terletak di rumah yang kecil di
Jakarta Timur. Ada tentara yang banyak datang dengan diam-diam. Mereka berhasil masuk
melewati jendela dan melihat John yang ditemani oleh empat penjaga dengan senjata api. Di
rumah mewahnya sempat ada aksi tembak menembak di lantai satu dan dua, tetapi semua
kaki tangan John berhasil dibunuh. Ketika terpojok, John memutuskan untuk mengakhiri
hidupnya sendiri. Karier kejahatannya berakhir pada 1 Desember 2003, 10 hari sebelum
usianya tepat 25 tahun.

Ayah John yang mendengar kabar tersebut memberikan suaranya ke media. “Saya sedih
bercampur lega. Tolong maafkan dia. Tetapi, jangan ikuti jalannya sebagai pembunuh dan
pengedar narkoba.”

Seluruh pasukan tentara Indonesia yang wafat dimakamkan di Makam Pahlawan. Harimau
mati meninggalkan belang, dan John tewas mencoreng nama baik keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai