Anda di halaman 1dari 2

Analisis Film “JAGAL – The Act of Killing” tahun 2012

Nama : Nur Dini Kholis


NIM : 6661200095

Sebuah film dokumenter yang menyorot bagaimana pelaku pembunuhan terhadap


jutaan orang komunis di Indonesia yang terjadi pada tahun 1965-1966. Joshua Oppenheimer,
Sutradara asal Amerika serikat yang telah berhasil menghasilkan film dokumenter
mengagumkan dimana para pelaku atau pembantai kejadian berdarah tersebut, berbicara dan
memperagakan ulang apa yang mereka lakukan pada tahun 1960an.
Seperti kita ketahui, pada tahun 1965-1966, rezim militer yang ingin merebut
kekuasaan di Indonesia melakukan genosida atau pembantaian besar-besaran secara
sistematis dengan brutal kepada jutaan orang, khususnya aktivis dan simpatisan PKI.
Dalam film ini, Anwar Congo sebagai tokoh utama sekaligus saksi sejarah bahkan
pembunuh. Menceritakan , bahwa dulu ia hanyalah seorang preman pencatut karcis bioskop
di Medan Sumatera Utara, lalu saat PKI berkuasa, mereka melakukan demo untuk
mengurangi produk barat seperti film film barat yang marak saat itu, akibatnya penghasilan
Anwar dan kawan-kawannya berkurang, dari situlah ia mulai membenci orang-orang partai
komunis Indonesia atau PKI.
Rezim militer saat itu merekrut secara besar-besaran paramiliter dan preman untuk
membunuh dan membasmi orang-orang komunis di Indonesia saat itu, termasuk Anwar dan
kawan kawannya. Film ini mengambil sudut pandang seorang pelaku pembunuh. Mereka
diajak untuk membuat sendiri film yang menceritakan pengalaman mereka.

Prespektif kemanusiaan

Apabila anda menonton film ini, bisa saja anda akan berfikir bahwa para pembunuh
ini lebih kejam dari pada komunis itu sendiri, dan itu yang mereka akui sebagai pembunuh.
Banyak sekali cara cara mereka dalam membunuh yang mereka anggap itu sebuah
permainan. Preman-preman ini disebut sebagai pemuda Pancasila, pemuda Pancasila sendiri
adalah organisasi paramiliter terbesar di Indonesia.
Anwar mengaku, sebelum dia membunuh dia akan memakai alkohol, mariyuana, dan
ekstasi agar bisa melakukannya sambil bersenang-senang. Dalam film berdurasi kurang lebih
dua jam ini, ada banyak sekali cara mereka dalam membunuh. Melalui imajinasi sakit para
preman preman yang direkrut, tidak habis habisnya car acara baru untuk menyiksa dan
membunuh. Ada yang di gantung, dipatahkan lehernya dengan kayu, di sodok anusnya
dengan kayu, digantung dengan kawat, diputuskan lehernya dengan kawat,
diikat,dipotong,dilindas,dimutilasi dan banyak lagi cara lainnya yang keji dan brutal yang
jauh dari kata memanusiakan manusia.
Belum selesai, lain halnya dengan pembasmian terhadap GERWANI atau Gerakan
Wanita Indonesia. Sebelum membunuhnya, mereka memperkosa terlebih dahulu anggota
organisasi itu, barulah di bunuh.
Selain itu, khusus warga tionghoa. Mereka akan merampok dulu harta hartanya ,
Mereka tidak pernah merasa bersalah, tekanan batin dan menganggap itu suatu
kemenangan diri. Bahkan para pembunuh ini menjadi kaya dari hasil rampokannya dimasa
lalu.
Seperti yang kita tahu bahwa aktivis dan simpatisan PKI itu terkenal kejam dalam
film dokumenter G30S/PKI. Kita juga tidak tahu film tersebut ditayangkan untuk mengingat
sejarah atau membelokkan sejarah. Saya pernah membaca “yang menang yang akan membuat
sejarah”, wallahualam. Intinya, dalam sisi kemanusiaan jelas sekali sangat jauh dari kata
HAM, pembunuhan dilakukan seperti membunuh hewan bahkan lebih buruk dari itu.
Walaupun tidak ada pembunuhan yang manusiawi tetapi tetap saja cara mereka menghabisi
korbannya yang sangat keji. Bahkan darah para korbanpun mereka jadikan makanan penutup
saat usai melayangkan tiap tiap nyawa.

Prespektif kekuasaan dan politik

Disini adalah Analisa dilihat dari pendekatan kekuasaan dan politik yang terjadi pada
saat itu. Baik tragedi G30S/PKI maupun pemberantasan terhadap kaum komunis, pastilah
ada sosok yang berkuasa yang memberikan perintah terhadap mereka dan permainan politik
para politikus dan penguasa. Bahkan media media dikerahkan untuk membuat berita berita
keburukan PKI , untuk membuat rakyat semakin benci, itulah alasan film G30S/PKI dibuat.
Siapa yang melakukannya? Tentu saja seseorang yang berkuasa pada saat itu, yang
menggunakan dalih G30S/PKI untuk menggulingkan Soekarno.
Untuk memberantas kaum komunis dengan segera, rezim militer sayap kanan
merekrut secara besar-besaran paramiliter dan preman preman di tiap tiap daerah, pada film
ini kebetulan berlatar Medan. Sejak saat itulah mereka berkuasa dan menindas lawan-
lawannya. Mereka mereka yang direkrut itu menjadi organisasi yang dikenal dengan Pemuda
Pancasila. Organisasi ini adalah misili sipil dari para preman yang di sponsori pemerintah dan
perusahaan-perusahaan swasta. Yang katanya untuk menjaga keamanan negara karena polisi
dan TNI kurang mumpuni.
Pemberantasan kaum pendukung soekarno, anggota Partai Komunis, serikat buruh
dan tani, serta cendekiawan dan orang Tionghoa yang dituduh terlibat G30S/PKI terus terjadi
selama setahun itu, jutaan orang dibunuh atas perintah yang berkuasa saat itu.
Ada adegan dimana ketua umum DPRD kota medan pada saat itu dan anwar sebagai
anggota ormas pemuda Pancasila Ketika diwawancarai “adakah bisnis illegal yang dilakukan
oleh pemuda Pancasila” lalu mereka menjawab judi dan pemerasan terhadap pengusaha
pengusaha yang menyelundupkan barang barang illegal. Miris sekali, mengingat itu adalah
pernyataan dari seorang ketua umum wakil rakyat.

Anda mungkin juga menyukai