Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MID PKN

“FILM DOKUMENTER JAGAL: THE ACT OF KILLING”

OLEH:

NAMA : RASYANTI

NIM : D1B121297

KELAS : 03/ALIH JENJANG 2021

DOSEN : Nur Alim Qalby, SH., LLM

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2022
 Latar belakang film Jagal: The Act of Killing
Film dokumenter Jagal (The Act of Killing) ini mengungkapkan
realita kekejaman pada tahun 1965 terhadap anggota Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang ada di Medan, Sumatera Utara. Di tempat ini terjadi
pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu suku bangsa
atau kelompok dengan maksud memusnahkannya (genosida) dilakukan
oleh seorang preman bersama kelompoknya yang mengatasnamakan
Pemuda Pancasila. Organisasi Pemuda Pancasila (PP) berdiri pada 28
Oktober l959 di Jakarta, yang awalnya bernama Ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia (IPKI) merupakan sayap politik dari para petinggi
militer yang masih aktif. Tokoh-tokoh pendirinya adalah A.Yani,
A.H.Nasution, Gatot Subroto dan masih banyak lagi. Mereka tidak dapat
langsung bermain di kancah politik, karena memang undang-undang
melarang militer aktif melakukan kegiatan politik praktis. PP dilahirkan
guna mengemban tugas mulia yakni melindungi NKRI dari rongrongan
bahaya laten komunis yang kala itu dimotori oleh PKI.
Setelah PKI dituduh oleh TNI sebagai pelaku G30S pada tahun
1965, seorang preman bernama Anwar Congo yang dianggap sebagai
tokoh oleh kawan-kawannya, dari preman kelas teri pencatut karcis
bioskop menjadi pemimpin pasukan pembunuh. Anwar dan kawan-
kawannya membantu tentara membunuh lebih dari satu juta orang yang
dituduh komunis, etnis Tionghoa, dan intelektual, dalam waktu kurang
dari satu tahun. Sebagai seorang algojo dalam pasukan pembunuh yang
paling terkenal kekejamannya di Medan, Anwar telah membunuh ratusan
orang dengan tangannya sendiri. dikutip dari booklet Sebuah Film Karya
Joshua Oppenheimer, Jagal/The Act of Killing (2012:1).
Jagal adalah sebuah perjalanan menembus ingatan dan imajinasi
para pelaku pembunuhan dan menyampaikan pengamatan mendalam dari
dalam pikiran para pembunuh massal. Jagal adalah sebuah mimpi buruk
kebudayaan banal yang tumbuh di sekitar impunitas ketika seorang
pembunuh dapat berkelakar tentang kejahatan terhadap kemanusiaan di
acara bincang-bincang televisi, dan merayakan bencana moral dengan
kesantaian dan keanggunan tap-dance (2012:2). Dalam Jagal, Anwar dan
kawan-kawan bersepakat untuk menyampaikan cerita pembunuhan
tersebut kepada sutradara. Tetapi, idenya bukanlah direkam dalam film
dan menyampaikan testimoni untuk sebuah film dokumenter. Sutradara
menangkap kesempatan ini untuk mengungkap bagaimana sebuah rezim
yang didirikan di atas kejahatan terhadap kemanusiaan yang belum pernah
dinyatakan bertanggung jawab memproyeksikan dirinya dalam sejarah.
Dalam Jagal, Anwar dan kawan-kawan bersepakat untuk
menyampaikan cerita pembunuhan tersebut kepada sutradara. Tetapi,
idenya bukanlah direkam dalam film dan menyampaikan testimoni untuk
sebuah film dokumenter. Sutradara menangkap kesempatan ini untuk
mengungkap bagaimana sebuah rezim yang didirikan di atas kejahatan
terhadap kemanusiaan yang belum pernah dinyatakan bertanggung jawab
memproyeksikan dirinya dalam sejarah.
Pembuatan film ini berawal ketika Joshua membuat film
Globalisation Tapes pada tahun 2003. Ia sudah bertemu dengan pelaku
pembantaian di daerah perkebunan sekitar kota Medan. Mereka selalu
sesumbar mengenai pembantaian yang mereka lakukan pada tahun 1965.
Namun, pertemuan dengan Anwar baru terjadi pada 2005. Nama Anwar
disodorkan kepada Joshua oleh beberapa veteran pelaku pembantaian.
Film telah menjadi suatu objek pengamatan yang menarik untuk diteliti.
Selain berfungsi sebagai media massa yang menjadi bagian dari
komunikasi massa, film juga terdapat tanda dan makna yang terkandung di
dalamnya.
Kekhasan film dokumenter adalah posisinya yang
mengombinasikan dua hal: sains dan seni. Dengan kata lain, film
dokumenter adalah “fakta yang disusun secara artistik,” mengungkapkan
berbagai kondisi dan masalah manusia. Hasilnya kadang terasa
kontroversial, karena kebanyakan yang diungkap adalah masalah-masalah
yang tak terpecahkan. Film dokumenter adalah ekspresi perjuangan
manusia untuk memahami dan memperbaiki kualitas hidupnya.
Keberadaan film dokumenter memberikan makna pada masyarakat,
sehingga dapat dipandang secara baik atau buruk sesuai simbol, makna
dan tanda pada film tersebut.
Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Makna Kekerasan pada Film Dokumenter Jagal
(The Act of Killing)” (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film
Dokumenter Jagal (The Act of Killing) tentang Pembunuhan Anti-PKI
pada Tahun 1956-1966, Karya Joshua Oppenheimer).

 Jenis-jenis Pelanggaran HAM yang Terdapat dalam Peristiwa


Pemberantasan PKI 1965-1966 di Film The Act of Killing
Berdasarkan Poin yang Diatur Dalam Universal Declaration of
Human Rights:
1. Pasal 1: Semua orang dilahirkan merdeka, memiliki hak dan martabat
yang sama.
Melanggar pasal 1, karena dimana dalam film tersebut terjadi
penghilangan martabat dasar manusia.
2. Pasal 3: Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan, dan
keselamatan.
Melanggar pasal 3 karena dimana dalam film tersebut seorang
pembunuh genosida Anwar kongo membunuh lebih dari seribu orang.
3. Pasal 5: Tidak seorang pun boleh disiksa dan diperlakukan dengan
kejam.
Melanggar pasal tersebut karena didalam film tersebut Anwar kongo
mencekik korbannya, menusuk dan mengiris anak manusia, dan
membakar hidup-hidup banyak manusia, dan satu anggota pankreas
mengakui memperkosa banyak wanita.
4. Pasal 10: Setiap orang berhak diadili dengan adil dan terbuka.
Melanggar pasal tersebut karena dimana dalam film tersebut keluarga
korban maupun korban yang dipenjara tanpa proses pengadilan.
5. Pasal 11: Semua orang tidak bersalah hingga terbukti bersalah
Melanggar pasal tersebut karena dimana dalam film tersebut
Pembunuh genosida membunuh banyak orang tak bersalah laki-laki,
perempuan dan anak-anak.
6. Pasal 14: Setiap orang berhak mendapatkan perlindungan.
Melanggar pasal tersebut karena dimana dalam film tersebut jika
seseorang diidentifikasi komunis, mereka akan dieksekusi dan tidak
adanya perlindungan sama sekali baik dari pihak mana pun.
7. Pasal 16: Laki-laki dan perempuan dewasa berhak untuk menikah dan
membentuk keluarga.
Melanggar pasal tersebut karena dalam film tersebut hak asasi
seseorang yang diidentifikasi komunis hak asasi nya dibatasi karena
mereka dilarang menikah.
8. Pasal 23: Setiap orang berhak atas pekerjaan.
Melanggar pasal tersebut karena dalam film tersebut hak asasi
seseorang yang diidentifikasi komuinis hak asasinya dibatasi karena
dilarang mencari pekerjaan.
9. Pasal 26: Setiap orang berhak memperoleh pendidikan.
Melamggar pasal tersebut karena dimana dalam film tersebut hak asasi
seseorang yang diidentifikasi komunis maka hak asasinya dibatasi
karena dilarang belajar di sekolah.
10. Pasal 2: Hak asasi manusia berlaku untuk semua
Melanggar pasal tersebut karena dalam film tersebut jika seseorang
diidentifikasi komunis maka hak asasi keluarga mereka juga akan
dibatasi.
11. Pasal 9: Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan, dibuang
sewenang-wenang.
Melanggar pasal tersebut karena dalam film tersebut keluarga korban
maupun korban dipenjara tanpa adanya proses pengadilan dan
membuaang banyak orang ke dalam api dengan sewenang-wenang.
12. Pasal 7: Semua orang setara dan berhak atas perlindungan hukum.
Melanggar pasal tersebut karena orang yang teridentifikasi komunis
dibatasi hak asasinya, dipenjara, bahkan dibunuh dengan sadis.

Peran pemerintah dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM


tersebut dengan cara:
a. Pembentukan Komnas HAM

Komnas HAM atau Komisi Nasional Hak Asasi Manusia adalah lembaga
independen yang memiliki fungsi untuk mengadakan pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM.
Pada pelaksanaannya, setiap warga negara yang merasa hak asasinya
dilanggar dapat mengadukan pelanggaran HAM kepada Komnas HAM.
Lembaga ini memiliki beberapa wewenang, antara lain:
Melakukan pendidikan dan penyuluhan tentang HAM
Melakukan pemantauan dan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM
Melakukan pengkajian dan penelitian tentang HAM
Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi
manusia kepada pemerintah.

b. Pembentukan Instrumen HAM

Instrumen HAM adalah alat yang digunakan untuk menjamin


perlindungan dan penegakan HAM. Instrumen ini berupa peraturan
perundang-undangan dan lembaga-lembaga penegak HAM, seperti Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Pengadilan HAM.
Tujuan dari instrumen HAM yaitu untuk menjamin kepastian hukum dan
memberikan arahan yang jelas dalam penegakan HAM..

c. Pembentukan Pengadilan HAM

Pengadilan HAM merupakan pengadilan yang dibentuk secara khusus


untuk menangani pelanggaran HAM berat. Adapun tujuan adanya
pengadilan HAM yaitu agar dapat melindungi hak asasi manusia, baik
perseorangan maupun masyarakat. Tak hanya itu, pembentukan
pengadilan ini dapat menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum,
keadilan dan perasaan aman, baik perseorangan maupun masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai