Anda di halaman 1dari 2

NAMA : GALANG RAMBU RYANTO

KELAS : XII MIPA 1

MAPEL : PPKN

PELANGGARAN HAM DI INDONESIA

Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia
memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia berlaku
kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak
dapat dicabut.

Pembersihan PKI (1965-1966)

kasus pelanggaran di indonesia di masa pki 1965

Berkaitan dengan dibunuhnya 30 jenderal dalam peristiwa 30 September 1965 (G30S/PKI),


pemerintahan Orde Baru menuding PKI sebagai biang keroknya.

Pada saat itu, pemerintah melakukan operasi pembersihan PKI dan simpatisannya untuk membubarkan
organisasi komunis tersebut.

Komnas HAM memperkirakan ada sekitar 500 ribu hingga 3 juta warga tewas terbunuh dalam operasi
tersebut.

Setelah lebih dari empat dekade, kasus pembunuhan massal 1965-1966 yang sebagian besar menimpa
anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia akhirnya dibuka kembali. Senin, 23 Juli 2012 ini,
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan peristiwa brutal yang diduga
menewaskan lebih dari 500 ribu jiwa itu merupakan pelanggaran HAM yang berat.
"Setelah melakukan penyelidikan selama empat tahun, bukti dan hasil pemeriksaan saksi menemukan
terjadinya sembilan kejahatan yang masuk kategori kejahatan terhadap kemanusiaan," kata Ketua Tim
Penyelidikan Pelanggaran Kemanusiaan 1965-1966, Nur Kholis, di kantor Komnas HAM.

Kesembilan pelanggaran HAM itu adalah pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau
pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau kebebasan fisik lainnya secara
sewenang-wenang, penyiksaan, pemerkosaan dan kejahatan seksual lainnya, penganiayaan, dan
penghilangan orang secara paksa. Sesuai dengan Undang Undang No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM, seluruh pelanggaran itu adalah kejahatan hak asasi manusia berat.

Nur Kholis mengatakan para korban dalam peristiwa ini mengalami kejahatan berlapis. "Banyak korban
yang diusir lalu dirampas kemerdekaannya, atau diperbudak," ujar dia. Kejahatan-kejahatan ini pun
diduga dilakukan secara meluas dan sistematis. Pasalnya, kejahatan terjadi merata di seluruh wilayah
Indonesia dalam kurun waktu bersamaan. Jenis kejahatan yang terjadi pun serupa. "Misalnya ada 15
orang dieksekusi di Maumere, dalam waktu hampir berbarengan ada kejadian serupa di Manado, Palu,
Medan, dan Palembang,” kata Nur Kholis.

Komnas HAM melakukan pengumpulan bukti dan pemeriksaan saksi di hampir seluruh wilayah
Indonesia. "Kami ingin menunjukkan bahwa tindakan ini terjadi merata di Indonesia," katanya. Meski
begitu, peristiwa ini tak termasuk genosida. Pasalnya pelaku kejahatan tak menyasar ras, agama, etnis,
atau kelompok kebangsaan tertentu.

Hasil penyelidikan Komnas HAM ini akan diserahkan ke Kejaksaan Agung dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Kedua lembaga ini yang kelak menentukan tindak lanjut atas temuan Komnas HAM ini. Kewenangan
untuk membuka pengadilan adhoc untuk pelanggaran HAM berat di masa lalu memang ada di tangan
Dewan Perwakilan Rakyat. Jika Indonesia memutuskan menggelar pengadilan HAM untuk kasus 1965, ini
akan menjadi kemenangan besar untuk barisan aktivis HAM dan demokrasi yang telah menuntut
penuntasan kasus ini sejak 1998. Argentina dan sejumlah negara Amerika Latin juga baru menggelar
pengadilan atas kejahatan HAM yang dilakukan rezim otoriter mereka pada dua tahun terakhir ini.

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan pergumulan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara atau pergumulan politik dan etika yang erat hubungannya dengan harkat dan martabat
manusia, tidak saja sebagai fenomena filosofis sosial tetapi juga fenomena yuridis konstitusional.

Anda mungkin juga menyukai