Anda di halaman 1dari 24

ARSITEKTUR 

TROPIS

06
ARSITEKTUR TROPIS
PERTEMUAN

1. Menyediakan ventilasi yang maksimal dan pergerakan udara


bebas menggunakan bukaan yang lebar, namun tetap
mempertimbangkan inflitrasi serangga yang tidak diinginkan
masuk ke dalam bangunan (nyamuk, lalat dll.)
2. Menyediakan pembayangan yang optimal untuk menyaring
cahaya matahari langsung dan cahaya pantulan. 
3. Menghindari penyimpanan panas pada struktur bangunan.
4. Menggunakan permukaan luar bangunan yang bersifat
reflektif untuk memantulkan panas ke lingkungan.
5. Penggunaan ventilasi atap ganda.
6. Penggunaan vegetasi untuk mereduksi radiasi matahari dan 
untuk mengendalikan aliran angin diluar dan kedalam
bangunan.

1
ARSITEKTUR TROPIS

 Radiasi matahari yang sangat tinggi menyebabkan


overheating dan silau  memerlukan banyak
pembayangan
 Tersedia beraneka macam vegetasi dapat menjadi
perangkat yang sangat baik untuk meningkatkan kondisi
iklim.
 Penggunaan permukaan bangunan yang tidak mudah
panas namun ekonomis. Selain itu permukaan bangunan
harus diatur agar tidak menghalangi aliran udara masuk
ke dalam bangunan.

 Prinsip pengaturan panas menggunakan massa termal dan 


penyimpanan panas tidak dapat digunakan pada iklim ini, 
karena perbedaan temperatur antara siang dan malam hanya
sedikit.
 Penerapan desain terbatas pada pengaturan yang 
menghindari penyerapan dan penyimpanan panas oleh 
bangunan. 
 Penggunaan material yang memiliki massa termal yang 
rendah, permukaan yang sangat reflektif dan atau
penggunaan selubung bangunan ganda (double skin 
structures).

2
ARSITEKTUR TROPIS

 Temperatur di dalam bangunan sangat sulit dapat dipertahankan


jauh dari temperatur di luar bangunan.
 Dengan desain bangunan yang efisien, dapat menghindarkan
temperatur di dalam bangunan lebih panas dibandingkan
temperatur di luar bangunan. Temperatur di dalam bangunan juga 
dapat dipertahankan agar senantiasa sejuk. 
 Dengan penggunaan desain ventilasi yang sesuai, pada banyak
kasus bangunan, kondisi nyaman di dalam ruangan dapat
terpenuhi.
 Aliran udara yang tersedia harus digunakan semaksimal mungkin
untuk menyediakan pendinginan evaporative dan mencegah
perkembangan jamur/ cendawan.

 Penempatan area permukiman pada topografi tapak yang 


memiliki kecepatan angin yang maksimum dan lokasi yang 
terbayangi (misalnya oleh pegunungan)
 Orientasi permukiman diatur agar meminimalisir perolehan
radiasi matahari yang tidak diinginkan.
 Orientasi bangunan memaksimalkan ventilasi alami dengan
bantuan angin.
 Pola lay‐out permukiman yang menyebar (scattered, dapat
berupa pola papan catur/ checkerboard).
 Bencana alam utamanya banjir dan badai harus menjadi
pertimbangan dalam perencanaan.

3
ARSITEKTUR TROPIS

Pertimbangan lokasi topografi area permukiman meliputi:


1. Orientasi matahari
 Permukiman penduduk harus dilokasikan pada lereng 
bagian selatan atau utara, idealnya tidak menghadap ke
garis ekuator. 
 Zona iklim lembab yang hangat umumnya terletak di dekat
khatulistiwa. Akibatnya, lereng timur dan barat menerima
lebih banyak radiasi dibandingkan dengan lereng utara
dan selatan dan, oleh karena itu, tidak menguntungkan

Pertimbangan lokasi topografi area permukiman meliputi:


2. Orientasi Angin
Tapak yang ideal adalah lereng lereng yang menghadap
angin dan berada di dekat puncak atau di dekat pantai, 
tempat dimana terdapat arah angin terbanyak (prevailing 
wind). Efek bukaan oleh angin dapat ditingkatkan dengan
pengaturan vegetasi yang efektif.

4
ARSITEKTUR TROPIS

Pertimbangan lokasi topografi area permukiman meliputi:


3. Hazard
 Meskipun kecepatan nagin di daerah tropis hangat lembab
relatif rendah, terkadang terjadi badai (angin topan). Oleh 
karena itu, disyaratkan penggunaan struktur yang kuat.
 Banjir sering terjadi di lokasi dataran rendah sehingga
desain bangunan yang responsive terhadap banjir sangat
diperlukan. 

 ,NOLP 0 LNUR
 $ QJLQ
 2 SWLP DVL$ QJLQ

5
ARSITEKTUR TROPIS

 Iklim pada skala area yang lebih kecil dimana bentuk dan


sifat fisik dari area tersebut memodifikasi iklim makro.
 Iklim mikro dapat dikendalikan hingga kondisi tertentu
dengan desain tapak dan vegetasi.
 Iklim mikro (kecepatan angin, temperatur udara, dan curah
hujan) biasanya berbeda dengan hasil pengukuran pada 
stasion klimatologi setempat, meskipun jaraknya dengan
stasiun tersebut relatif dekat.
 Merupakan kondisi iklim yang paling penting bagi para 
desainer dimana areanya terbatas hingga radius 1km 
secara horizontal, dan 100 m secara vertikal.

 Alami  vegetasi setempat, topografi, altitude, jarak


dari laut.

(Samodra & Santoso, 2006)
 Buatan  keberadaan bangunan hingga skala kota.

6
ARSITEKTUR TROPIS

PERKIRAAN DIMENSI
KARAKTERISTIK IKLIM

SKALA
SKALA SKALA
HORIZONTAL VERTIKAL SKALA WAKTU
(KM) (KM)

IKLIM GLOBAL > 10.000 km 20 km – 100 km 1 – 6 bulan

IKLIM REGIONAL / 100 km – 10.000


1 km – 20 km 1 – 6 bulan
MACROCLIMATE km

IKLIM LOKAL /
1 km – 100 km 100 m – 1 km 1 – 24 jam
TOPOCLIMATE
IKLIM MIKRO /
1mm – 1 km 1 mm – 100 m 24 jam
MICROCLIMATE

PRINSIP (Lechner, 2007)
 Udara akan mengalir karena
arus konveksi alami
disebabkan oleh adanya
perbedaan suhu atau karena
adanya perbedaan tekanan.

7
ARSITEKTUR TROPIS

Empat tipe dasar dari aliran udara yaitu: 


 arus berlapis (laminar),
 arus terpisah (separate),
 arus bergolak (turbulent)
 arus berpusar (eddy). 
Bentuk arus‐arus dari aliran udara tersebut dapat dilihat dengan ujicoba
dengan menggunakan terowongan (wind tunnel) yang menggunakan
aliran‐aliran dari asap. 

 Tujuan Utama penghawaan alami sebagai pendinginan pasif


adalah untuk mencapai kecepatan angina yang tinggi dengan
temperature dan kelembaban yang sesuai
 Penghawaan alami umum digunakan untuk pertukaran udara
segar kedalam bangunan
 Faktor yang mempengaruhi parameter penghawaan alami
secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian
1. Lingkungan Luar (outdoor)
2. Komponen Bangunan

8
ARSITEKTUR TROPIS

1. Desain Lingkungan Luar
o Kecepatan dan arah angin
o Tata massa dan kepadatan
o Landsekap
2. Desain Elemen bangunan
o Morfologi Bangunan
o Orientasi bukaan
o Pertukaran massa udara
o Bentuk bangunan panggung
o Dinding berpori
o Penangkap angin

9
ARSITEKTUR TROPIS

10
ARSITEKTUR TROPIS

11
ARSITEKTUR TROPIS

Kecepatan Angin berdasarkan kekasaran permukaan (Terrain 


Roughnes)

12
ARSITEKTUR TROPIS

 Perbedaan
temperatur angin
yang melewati
kondisi lingkungan
yang berbeda.
 Area yg dipenuhi
vegetasi dan 
sumber air dapat
menurunkan
temperatur angin
yang panas

13
ARSITEKTUR TROPIS

 Mendesain dan 
melokasikan vegetasi, 
pagar dan permukaan
luar bangunan untuk
mengumpulkan angin
ke dan melalui
bangunan.
 Menyaring angin yang 
terlalu kencang (badai) 
dan menghilangkan
atau mendinginkan
angin panas terlebih
dahulu sebelum
meneruskannya ke
dalam bangunan.

 Pengaturan
vegetasi baik
pohon dan semak
untuk
mengarahkan
angin tepat ke
ketinggian bukaan.

14
ARSITEKTUR TROPIS

 Penggunaan
bentuk desain
bangunan yang 
cepat melepaskan
panas (honey‐bee 
form) 
 Penggunaan sirip‐
sirip bangunan
sebagai pengarah
angin sekaligus
pembayang dari
radiasi matahari
(Reardon & Clarke, 2013) (Gut, 1994) langsung.

Kategori efektifitas penghawaan alami

15
ARSITEKTUR TROPIS

https://i.pinimg.com/originals/4b/f2/a8/4bf2a82dce3d1e29839fd0f45616e0f5.jpg

 Sebuah ruang fungsional harus memiliki bukaan paling tidak di dua sisi. 


Bukaan satu sisi harus di hindari.
 Posisi bukaan pada dua sisi yang berbeda harus sejauh mungkin untuk
menghindari sirkuit pendek, atau sebaiknya diletakkan di sisi yang 
berlawanan. Direkomendasikan untuk memaksimalkan bukaan efektif.
 Untuk ruangan persegi, bukaan efektik yang optimal adalah 20% dari luas
lantai fungsional.

16
ARSITEKTUR TROPIS

https://swazischool.files.wordpress.com/2012/08/openings.jpg

6+ ,1 $ : $ 75$ 8 1 ,9 (56,7<7+ $ ,/$ 1 '* HGXQJ/DERUDWRULXP . DQWLQ

Bentuk dari potongan kantin


bertujuan untuk
mengumpulkan angin dan 
meningkatkan kecepatannya
menggunakan thermal 
chimney yang diletakkan
diatas bangunan

17
ARSITEKTUR TROPIS

18
ARSITEKTUR TROPIS

Hasil optimasi dimensi
bukaan pada Rumah Jawa
(Santosa, 2001)

19
ARSITEKTUR TROPIS

 Fungsi dari Menara 


angin adalah untuk
menangkap angin sejuk
yang tersedia di 
ketinggian dan 
mengarahkannya ke
dalam bangunan.
 Beberapa sumber
mengatakan bahwa
teknologi menara
penangkap angin
berasal dari Iran http://realiran.org/wp‐content/uploads/2014/08/16.jpg

 Berbagai desain
penangkap angin
adalah: satu arah (the 
uni‐directional), dua
arah (bi‐directional), 
dan multi arah (multi‐
directional)
http://realiran.org/wp‐content/uploads/2014/08/10.jpg

20
ARSITEKTUR TROPIS

https://www.flickr.com/photos/305
26676@N05/5615278065/

 Efek dari termal chimney berdasarkan


pada prinsip bahwa kerapatan udara
meningkat seiring meningkatnya
temperatur.
 Perbedaan temperatur antara ruang
dalam bangunan dan ruang luar
menciptakan dan antrara derah yang 
berbeda menciptakan tekanan yang 
berbeda dan menghasilkan arus udara

Wind catcher 
+ solar 
chimney

https://www.pinterest.com/pin/603552787 (Mahdavinejad & Khazforoosh,  2014)


537587241/

21
ARSITEKTUR TROPIS

Udara segar masuk melalui


jendela kemudian dikeluarkan
melalui solar chimney

https://images.adsttc.com/media/images/5015/f4b2/28ba/0d15/9800/0374/slideshow/stringio.jpg

https://ars.els‐cdn.com/content/image/1‐s2.0‐S0306261911007720‐gr14.jpg

• Aliran udara panas ditangkap masuk kedalam bangunan melalui wind


catcher kemudian didinginkan dan dilembabkan menggunakan
percikan air pada alat pendingin (cooler pads).
• Udara yang telah menjadi dingin kemudian diteruskan ke dalam
bangunan melalui ventilasi bawah dan masuk kedalam ruang yang
akan dikondisikan.
• Setelah melalui ruang dalam, udara kemudian dikeluarkan melalui
ventilasi atas untuk diteruskan ke solar chimney

22
ARSITEKTUR TROPIS

 Ventilator angin pasif, adalah strategi pengeluaran angin


melalui sebuah ventilator yang diletakkan diatas atap tanpa
menggunakan bantuan motor.
 Prinsip kerjanya dengan menggunakan energi gerak angin
untuk menciptakan aliran udara menggunakan gaya
sentrifugal.

https://www.bestconsumerreviews.com/wp‐
content/uploads/2014/06/Sloping‐Roof‐Exhaust‐
Turbine‐Vent.jpg

 Gaya sentrifugal yang disebabkan oleh putaran kipas


menciptakan area bertekanan rendah yang akan menarik
udara panas dari ruang bawah atap (attic) keluar bangunan
melalui turbin exhaust.
 Udara yang keluar melalui turbin exhaust secara terus
menerus akan digantikan oleh udara segar dari luar
bangunan

23
ARSITEKTUR TROPIS

(Reardon & Clarke, 2013)
http://www.yourhome.gov.au/sites/prod.yourhome.gov.a
u/files/images/Pd‐PC‐RoofSpaceDesignAQ‐02_fmt.png

 Allard, Francis (Ed). (1998), Natural Ventilation In Building, James & James, London
 Gut, Paul. & Ackerknecht, Dieter. (1993). Climate Responsive Building ‐ Appropriate 
Building Construction in Tropical and Subtropical Regions, SKAT, Switzerland.
 Koeningsberger et al. (1978), Manual of Tropical Housing and Building Part 1: Climatic 
Design, Longman, London. 
 Lechner, Norbert. (2007), Heating, Cooling, Lighting: Metode Desain untuk Arsitektur, Alih
Bahasa Sandriana Siti, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
 Mahdavinejad, M., and Khazforoosh, S. (2014). “Combination of Wind Catcher and Chimney 
for More Energy Efficient Architectural Buildings”, Sustainable Energy, 2014, Vol. 2, No. 1, 
35‐38 (DOI:10.12691/rse‐2‐1‐7)
 Malama, Albert and Sharples, Steve. (1997), “Thermal Performance of Traditional and 
Contemporary Housing in The Cool Season of Zambia”, Building and Environment, Vol. 32, 
No. 1, p 69‐78.
 Markus, T.A and E.N Morris. (1980), Buildings, Climate and Energy, Pitman, London.
 Moore, Fuller. (1993), Environmental Control Systems: Heating Cooling Lighting, McGraw‐
Hill, USA.
 Raof, Binaee Yaseen. (2018). “Developing Vernacular Passive Cooling Strategies in Kurdistan‐
Iraq” International Journal Of Scientific & Technology Research,Vol: 7, Issue: 3, 14‐20. 
(http://www.ijstr.org/final‐print/mar2018/Developing‐Vernacular‐Passive‐Cooling‐
Strategies‐In‐kurdistan‐iraq.pdf)
 Reardon, Chris., & Clarke, Dic. (2013). “Passive cooling. Your Home, 135‐148. 
(http://www.yourhome.gov.au/passive‐design/passive‐cooling)
 Szokolay, Steven V. (2001), “Building Envelope” in Climate Responsive Architecture, A Design 
Handbook for Energy Design Building, Eds. Arvind Krishant, Tata McGraw‐Hill, New Delhi, p 
97‐109.

24

Anda mungkin juga menyukai