Anda di halaman 1dari 21

1.

JUMLAH RESPONDEN 32 ORANG

1.2 Hasil Uji Kualitas Data

Setelah data dikumpulkan, terlebih dahulu diseleksi kelengkapannya untuk

dianalisis, setelah itu langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian terhadap

validitas dan reliabilitas data. Dalam penelitian ini pengujian validitas dan

reliabilitas data dilakukan secara keseluruhan pada seluruh jumlah item

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel penelitian dengan

menggunakan program SPSS versi 17.

4.3.1 Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut

(Ghozali, 2009).Pengujian dilakukan dengan metode korelasi product moment

dari Pearson dengan cara melihat angka koefisien korelasi (rxy) yang menyatakan

hubungan antara skor butir pertanyaan dengan skor total (item-total correlation).

Butir dikatakan sahih atau valid jika rhitung> rtabel.

Untuk menguji butir pertanyaan, maka nilai rhitung diperoleh dengan melihat

nilai Corrected Item-Total Correlation. Sedangkan rtabel diperoleh dengan

persamaan df= N-2= 32-2 = 30 = 0,349. Adapun hasil uji validitas variabel dapat

dilihat pada tabel masing-masing diberikut ini:


1. Variabel Hasil Kinerja Auditor Pemerintah

Pada penelitian ini untuk variabel hasil kinerja auditor pemerintah

digunakan 11 item pernyataan. Hasil pengujian validitas data dapat dilihat pada

tabel 4.4

Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Variabel Hasil Kinerja Auditor Pemerintah
Item r hitung r table Keterangan
HKAP1 0.965 0.349 Valid
HKAP2 0.901 0.349 Valid
HKAP3 0.842 0.349 Valid
HKAP4 0.609 0.349 Valid
HKAP5 0.937 0.349 Valid
HKAP6 0.938 0.349 Valid
HKAP7 0.924 0.349 Valid
HKAP8 0.767 0.349 Valid
HKAP9 0.777 0.349 Valid
HKAP10 0.706 0.349 Valid
HKAP11 0.764 0.349 Valid
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa hasil pengujian validitas

data menunjukkan bahwa nilai r hitung untuk masing-masing pernyataan hasil

kinerja auditor pemerintah adalah berkisar antara (0,965) sampai (0,764). Semua

nilai r hitung untuk masing-masing pernyataan tentang akuntabilitas publik lebih

besar dari r tabel (0,349). Sehingga dapat diartikan bahwa setiap butir pernyataan

dalam penelitian ini adalah valid karena Pearson Correlation lebih besar dari R

table.
2. Variabel Latar Belakang Pendidikan

Pada penelitian ini untuk variabel kecerdasan emosional digunakan 5 item

pernyataan. Hasil pengujian validitas data dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Latar Belakang Pendidikan
Item r hitung r table Keterangan
LBP1 0.872 0.349 Valid
LBP2 0.902 0.349 Valid
LBP3 0.700 0.349 Valid
LBP4 0.836 0.349 Valid
LBP5 0.680 0.349 Valid
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa hasil pengujian validitas

data menunjukkan bahwa nilai r hitung untuk masing-masing pernyataan hasil

kinerja auditor pemerintah adalah berkisar antara (0,872) sampai (0,680). Semua

nilai r hitung untuk masing-masing pernyataan tentang akuntabilitas publik lebih

besar dari r tabel (0,349). Sehingga dapat diartikan bahwa setiap butir pernyataan

dalam penelitian ini adalah valid karena Pearson Correlation lebih besar dari R

table.

1. Variabel Pendidikan Berkelanjutan

Pada penelitian ini untuk variabel pendidikan berkelanjutan digunakan 5

item pernyataan. Hasil pengujian validitas data dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Pendidikan Berkelanjutan
Item r hitung r table Keterangan
PBK1 0.821 0.349 Valid
PBK2 0.733 0.349 Valid
PBK3 0.934 0.349 Valid
PBK4 0.803 0.349 Valid
PBK5 0.909 0.349 Valid
Sumber: Data Olahan, 2017
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa hasil pengujian validitas

data menunjukkan bahwa nilai r hitung untuk masing-masing pernyataan hasil

kinerja auditor pemerintah adalah berkisar antara (0,821) sampai (0,909). Semua

nilai r hitung untuk masing-masing pernyataan tentang akuntabilitas publik lebih

besar dari r tabel (0,349). Sehingga dapat diartikan bahwa setiap butir pernyataan

dalam penelitian ini adalah valid karena Pearson Correlation lebih besar dari R

table.

2. Variabel Etika Profesi

Pada penelitian ini untuk variabel etika profesi digunakan 8 item

pernyataan. Hasil pengujian validitas data dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Etika Profesi
Item r hitung r table Keterangan
EP1 0.954 0.349 Valid
EP2 0.890 0.349 Valid
EP3 0.947 0.349 Valid
EP4 0.966 0.349 Valid
EP5 0.921 0.349 Valid
EP6 0.954 0.349 Valid
EP7 0.759 0.349 Valid
EP8 0.950 0.349 Valid
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa hasil pengujian validitas

data menunjukkan bahwa nilai r hitung untuk masing-masing pernyataan hasil

kinerja auditor pemerintah adalah berkisar antara (0,954) sampai (0,950). Semua

nilai r hitung untuk masing-masing pernyataan tentang akuntabilitas publik lebih

besar dari r tabel (0,349). Sehingga dapat diartikan bahwa setiap butir pernyataan
dalam penelitian ini adalah valid karena Pearson Correlation lebih besar dari R

table.

3. Variabel Budaya Organisasi

Pada penelitian ini untuk variabel budaya organisasi digunakan 8 item

pernyataan. Hasil pengujian validitas data dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi
Item r hitung r table Keterangan
BO1 0.880 0.349 Valid
BO2 0.855 0.349 Valid
BO3 0.815 0.349 Valid
BO4 0.808 0.349 Valid
BO5 0.781 0.349 Valid
BO6 0.853 0.349 Valid
BO7 0.877 0.349 Valid
BO8 0.661 0.349 Valid
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas, Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, dapat dilihat

bahwa hasil pengujian validitas data menunjukkan bahwa nilai r hitung untuk

masing-masing pernyataan hasil kinerja auditor pemerintah adalah berkisar antara

(0,880) sampai (0,661). Semua nilai r hitung untuk masing-masing pernyataan

tentang akuntabilitas publik lebih besar dari r tabel (0,349). Sehingga dapat

diartikan bahwa setiap butir pernyataan dalam penelitian ini adalah valid karena

Pearson Correlation lebih besar dari R table.

4. Variabel Pemahaman Good Governance

Pada penelitian ini untuk variabel pemahaman good governance digunakan

7 item pernyataan. Hasil pengujian validitas data dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Variabel Pemahaman Good Governance
Item r hitung r table Keterangan
PGG1 0.959 0.349 Valid
PGG2 0.913 0.349 Valid
PGG3 0.926 0.349 Valid
PGG4 0.731 0.349 Valid
PGG5 0.918 0.349 Valid
PGG6 0.620 0.349 Valid
PGG7 0.648 0.349 Valid
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan Tabel 4.9 diatas, Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, dapat dilihat

bahwa hasil pengujian validitas data menunjukkan bahwa nilai r hitung untuk

masing-masing pernyataan hasil kinerja auditor pemerintah adalah berkisar antara

(0,959) sampai (0,648). Semua nilai r hitung untuk masing-masing pernyataan

tentang akuntabilitas publik lebih besar dari r tabel (0,349). Sehingga dapat

diartikan bahwa setiap butir pernyataan dalam penelitian ini adalah valid karena

Pearson Correlation lebih besar dari R table.

4.3.2 Hasil Uji Reabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan uji cronbach alpha menggunakan SPSS

17,00. Uji reliabilitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel (Ghozali, 2009). Suatu

kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang dalam

kuesioner konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabillitas

penelitian ini dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja. Kriteria

pengujian uji reliabel adalah sebagai berikut:

 Cronbach Alpha> 0,6 Konstruk (variabel) memiliki reliabilitas

 Cronbach Alpha≤ 0,6 Konstruk (variabel) tidak memiliki reliabilitas


Uji reliabilitas hanya dilakukan atas data yang telah diuji validitasnya dan

dinyatakan valid. Hasil uji reliabillitas terhadap variabel latar belakang

pendidikan, pendidikan berkelanjutan, etika profesi, budaya organisasi,

pemahaman good governance dan hasil kinerja auditor pemerintah adalah sebagai

berikut disajikan pada Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas Data
Cronbach Total Cronbach alpha
Variabel Keterangan
alpha variabel
Hasil Kinerja Auditor
0,60 0.781 Reliabel
Pemerintah
Latar Belakang
0,60 0.799 Reliabel
Pendidikan
Pendidikan
0,60 0.815 Reliabel
Berkelanjutan
Etika Profesi 0,60 0.800 Reliabel
Budaya Organisasi 0,60 0.789 Reliabel
Pemahaman Good
0,60 0.796 Reliabel
Governance
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan pada tabel diatas, diketahui bahwa besarnya nilai Cronbach

Alpha pada seluruh variabel besar dari 0,60 dan sesuai dengan dasar pengambilan

keputusan, hal ini berarti bahwa butir atau item pernyataan tersebut reliabel dan

dapat digunakan dalam penelitian.

4.3.3 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi,variabel memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah jika

model regresi memiliki distrisbusi normal atau mendekati normal. Cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat

grafik normal. Jika pola menunjukkan penyebaran titik-titik di sekitar garis


diagonal, dan mengikuti arah garis diagonal mengindikasikan model regresi

memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan gambar 4.1 diatas dapat dilihat penyebaran titik-titik di sekitar

garis diagonal, dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat

diartikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Untuk melihat nilai unstardiized residual dengan metode kolmogorov

smirnov dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.11
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 32c
Exponential parameter.a,b Mean 1,2006648
Most Extreme Differences Absolute ,264
Positive ,103
Negative -,264
Kolmogorov-Smirnov Z ,951
Asymp. Sig. (2-tailed) ,326

a. Test Distribution is Exponential.


b. Calculated from data.
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,115.

Nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga data disimpulkan terdistribusi normal.
4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak, maka dilakukan

uji regresi linier berganda. Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil

koefisien regresi dapat dilihat pada tabel 4.13

Tabel 4.13
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) ,908 1,637 ,555 ,584

LTP ,219 ,181 ,120 1,214 ,236 ,148 6,752

PBK ,363 ,144 ,212 2,524 ,018 ,203 4,928

EP ,300 ,117 ,234 2,567 ,016 ,173 5,797

BO ,227 ,151 ,163 1,511 ,143 ,123 8,106

PGG ,531 ,174 ,358 3,051 ,005 ,104 9,600

a. Dependent Variable: KAP

a. Dependent Variabel: Hasil Kinerja Auditor Pemerintah


Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan hasil analisis regresi diatas, maka persamaan regresi yang

terbentuk pada uji regresi ini adalah :

Y = 0,908 + 0.219X1+ 0.363X2 + 0.300X3 + 0.227X4 + 0.531X5 + e

Keterangan:

Y : Akuntabilitas publik
X1 : Pengawasan fungsional
X2 : Penyajian laporan keuangan
X3 : Aksesibilitas laporan keuangan
Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Nilai a = 0.908 menunjukkan bahwa jika variabel Latar Belakang

Pendidikan, Pendidikan Berkelanjutan, Etika Profesi, Budaya Organisasi,

dan Pemahaman Good Governance bernilai 0 (nol) maka nilai kinerja

auditor buruk 0,908 satuan.

b. Nilai koefisien regresi variabel Latar Belakang Pendidikan (X 1) adalah

0.219 dan bertanda positif. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan satu

satuan pada variabel Latar Belakang Pendidikan (X1) dengan asumsi

variabel lainnya tetap, maka perubahan yang diperoleh pada variabel

kinerja auditor (Y) adalah sebesar 0.219 satuan dengan arah yang sama.

c. Nilai koefisien regresi Pendidikan Berkelanjutan (X 2) adalah 0.363 dan

bertanda positif. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan satu satuan pada

Pendidikan Berkelanjutan (X2) dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka

perubahan yang diperoleh pada variabel kinerja auditor (Y) adalah sebesar

0.363 satuan dengan arah yang sama.

d. Nilai koefisien regresi Etika Profesi (X 3) adalah 0.300 dan bertanda

positif. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan satu satuan pada Etika

Profesi (X3) dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka perubahan yang

diperoleh pada variabel kinerja auditor (Y) adalah sebesar 0.300 satuan

dengan arah yang sama.

e. Nilai koefisien regresi Budaya Organisasi (X 4) adalah 0.277 dan bertanda

positif. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan satu satuan pada Budaya

Organisasi (X4) dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka perubahan


yang diperoleh pada variabel kinerja auditor (Y) adalah sebesar 0.277

satuan dengan arah yang sama.

f. Nilai koefisien regresi Pemahaman Good Governanace (X5) adalah 0.531

dan bertanda positif. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan satu satuan

pada Pemahaman Good Governanace (X5) dengan asumsi variabel lainnya

tetap, maka perubahan yang diperoleh pada variabel kinerja auditor (Y)

adalah sebesar 0.531 satuan dengan arah yang sama.

4.7 Hasil Penelitian dan Hipotesis

4.7.1 Hasil Pengujian Hipotesis Pertama

Uji t statistik (t-test) bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan

dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Pengujian

hipotesis secara parsial dilakukan dengan cara membandingkan nilai thitung

dengan nilai ttabel. Nilai ttabel dengan α = 0,05 dan derajat bebas (db) = n-k-1 =

32-5-1 = 24 adalah 2,064.

Hasil pengujian hipotesis pertama pada penelitian ini adalah terdapat

pengaruh Latar Belakang Pendidikan Terhadap Hasil Kinerja Auditor Pemerintah,

dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:


Tabel 4.15
Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
Variabel Beta thitung ttabel Sig Keterangan
Independen
Latar Belakang
Pendidikan (X1) 0,580 3,289 2,035 0.002 Berpengaruh
a. Dependent Variable: Kinerja Auditor
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan tabel 4.15, diperoleh nilai thitung sebesar 3,289 dan ttabel sebesar

2,035. Serta Pvalue sebesar 0,002< 0,05. Karena thitung > ttabel dan nilai Pvalue lebih kecil

dari nilai alpa 0.05, maka hasil penelitian ini menerima hipotesis pertama yang

menyatakan terdapat pengaruh Latar Belakang Pendidikan terhadap hasil kinierja

auditor pemerintah. Dari hipotesis pertama ini artinya, dengan memiliki latar

belakang pendidikan yang baik maka akan meningkatkan hasil kinerja auditor

pemeritah.

Mulyono (2009) mendefinisikan kinerja merupakan kualitas dan kuantitas

dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas

tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh

dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi lebih baik. Hal ini dituangkan

pada standar umum pemeriksaan keuangan negara (SPKN) yang terdapat dalam

PSP standar umum 01- SPKN pada faktor yang pertama yaitu :

Keahlian/Kemampuan (Kompetensi Pemeriksa) pada paragraf 03 adalah

pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan prefesional yang memadai

untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Maka sangat jelas mengharuskan bagi

seorang auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) harus memiliki latar belakang

pendidikan yang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam melakukan pemeiksaan

atau audit. Dengan memiliki latar belakang pendidikan yang seusai dengan
profesinya maka akan mempermudah dan menghasilkan kinerja yang baik dalam

melaksanakan tugas sebagai seorag auditor pemerintah. Sehingga dapat

disimpulkan terdapat hubungan antara Latar Belakang Pendidikan yang baik dan

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai auditor akan turut

mempengaruhi hasil kinerja auditor pemerintah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dies

Pra Ayura (2013), yang menunjukan bahwa latar belakang pendidikan

berpengaruh terhadap kinerja aparat pengawas interen pemerintah /APIP. Dimana

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan mempengaruhi

kenaikan pada kinerja aparat pengawas interen pemerinta/ APIP.

4.7.2 Hasil Pengujian Hipotesis Kedua

Hasil pengujian hipotesis pertama pada penelitian ini adalah terdapat

pengaruh Pendidikan Berkelanjutan Terhadap Hasil Kinerja Auditor Pemerintah,

dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16
Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Variabel Beta thitung ttabel Sig Keterangan
Independen
Pendidikan
Berkelanjutan (X2) 0.120 1,214 2,035 0.236 Berpengaruh
a. Dependent Variable: Kinerja Auditor
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan tabel 4.16, diperoleh nilai thitung sebesar 1,214 dan ttabel sebesar

2,035. Serta Pvalue sebesar 0,236< 0,05. Karena thitung > ttabel dan nilai Pvalue lebih kecil

dari nilai alpa 0.05, maka hasil penelitian ini menerima hipotesis kedua yang
menyatakan terdapat pengaruh Pendidikan Berkelanjutan terhadap hasil kinierja

auditor pemerintah. Dari hipotesis kedua ini artinya, dengan mengikuti pendidikan

berkelanjutan sebanyak mungkin sesuai dengan profesi maka akan meningkatkan

keahlian dalam hasil kinerja auditor pemeritah.

Menurut Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK-RI) online tahun 2005,

pendidkan berkelanjutan adalah suatu program pendidikan yang dilakukan secara

terus menerus dengan tujuan memelihara kopetensi para pemeriksa. Menurut

Mulyono (2009) sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan yang

baik/tinggi akan meningkatkan kinerja auditor pemerintah, demikian sebaliknya

bila sertifikasi jabatan, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan rendah/buruk maka

kinerja auditor akan rendah/buruk. Sebagai seorang auditor pemerintah yang

bertugas memeriksa keuangan pemerintah tentu harus mengikuti banyak

pendidikan berkelanjutan atau pelatihan sebagai penambah ilmu, pengetahuan dan

memberparui ilmu-ilmu baru dalam melakukan pemeriksaan sebagai seorang

auditor. Dengan mengikuti pendidikan berkelanjutan atau pelatihan sesering

mungkin bagi seorang auditor pemerintah tentu akan lebih memudahkannya

dalam memeriksa keuangan negara dan akan menghasilkan kinerja yang lebih

baik lagi dari auditor pemerintah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan terdapat

hubungan yang menunjukkan bahwa semakin banyak pendidikan berkelanjutan

yang diikuti oleh seorang auditor pemerintah sesuai dengan profesinya akan

mempengaruhi hasil dari kinerja auditor pemerintah yang akan membaik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida

Bagus Satwika Adhi Nugraha dan I Wayan Ramantha (2015) yang menyatakan
bahwa pelatihan auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan

publik Bali. Sehingga bisa ditarik kesimpulan bawasanya pendidikan

berkelanjutan yang dilakukan oleh seorang auitor bisa meningkatkan mutu dari

kinerja yang dilakukannya. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dies Pra Ayura (2013) yang menghasilkan tidak berpengaruhnya pendidikan

berkelanjutan terhadap kinerja aparat pengawas interen pemerintah (APIP).

4.7.3 Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga

Hasil pengujian hipotesis pertama pada penelitian ini adalah terdapat

pengaruh Etika Profesi Terhadap Hasil Kinerja Auditor Pemerintah, dapat dilihat

pada tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.17
Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
Variabel Beta thitung ttabel Sig Keterangan
Independen
Etika Profesi (X3) 0.212 2.524 2,035 0.018 Berpengaruh
a. Dependent Variable: Kinerja Auditor
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan tabel 4.17, diperoleh nilai thitung sebesar 2.524 dan ttabel sebesar

2,035. Serta Pvalue sebesar 0,18< 0,05. Karena thitung > ttabel dan nilai Pvalue lebih kecil

dari nilai alpa 0.05, maka hasil penelitian ini menerima hipotesis ketiga yang

menyatakan terdapat pengaruh Etika Profesi terhadap hasil kinierja auditor

pemerintah. Dari hipotesis ketiga ini artinya, dengan mematuhi etika profesi yang

sesuai dengan SPKN maka akan meningkatkan hasil kinerja auditor pemeritah.

Berdasarkan Pasal 1 Peraturan BPK RI No 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik

Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah norma-norma
yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Badan Pemeriksa Keuangan, Pemeriksa, dan

Pelaksanaan BPK lainnya selama menjalankan tugasnya untuk menjaga Martabat,

Kehormatan, Citra, dan Krediabilitas Badan Pemeriksa Keuangan. Organisasi publik

BPK RI dalam melakukan aktifitasnya mengacu pada praturan BPK RI Nomor 2 Tahun

2011 Mengenai Kode etik Badan Pemeriksaan Keuangan yang terdiri dari tiga nilai dasar

Kode Etik yaitu indepedensi, integritas, dan profesionalisme. Kode Etik ini merupakan

norma-norma yang harus dipenuhi oleh setiap anggota BPK, Pemeriksaan Pelaksanaan

BPK lainnya selama menjalankan tugasnya untuk menjaga martabat, kehormatan dan

citra dan kreadibilitas Badan Pemeriksa Keuangan/ BPK. Dengan menjalankan dan

memgang teguh etika profesi oleh seorang auditor pemerintah tentu akan lebih

meningkatkan kualitas profesi dan kinerjanya dalam memeriksa keuangan negara dan

akan menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi dari auditor pemerintah tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang menunjukkan bahwa semakin

dipatuhinya etika profesi oleh seorang auditor pemerintah maka akan

mempengaruhi hasil dari kinerja auditor pemerintah yang lebih baik dan dapat

dipertanggung jawabkan.

Ada dua penelitian yang membuktikan bahwa etos kerja berpengarung

positif terhadap kinerja auditor yaitu hasil dari penelitian yag dilakukan oleh Ida

Bagus Satwika Adhi Nugraha dan I wayan Ramantha (2015) sejalan dan memiliki

hasil yang sama dengan Kadek Candra Dwi Cahyani, Gst Ayu Purnamawati dan

Nyoman Trisna Herawati (2015) yang menyatakan bahwa etos kerja berpengaruh

terhadap hasil dari kinerja auditor. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Nila

Agustia (2014) dan Yuskar dan Selly Devisia (2011) menghasilkan bahwa etika
profesi tidak berpengaruh positif serta tidak memiliki dampak langsung terhadap

kinerja auditor pemerintah.

4.7.4 Hasil Pengujian Hipotesis Keempat

Hasil pengujian hipotesis pertama pada penelitian ini adalah terdapat

pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Hasil Kinerja Auditor Pemerintah, dapat

dilihat pada tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18
Hasil Pengujian Hipotesis Keempat
Variabel Beta thitung ttabel Sig Keterangan
Independen
Budaya Organisasi
(X4) 0.163 1.511 2,035 0.433 Berpengaruh
a. Dependent Variable: Kinerja Auditor
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan tabel 4.18, diperoleh nilai thitung sebesar 1.511 dan ttabel sebesar

2,035. Serta Pvalue sebesar 0,433< 0,05. Karena thitung > ttabel dan nilai Pvalue lebih kecil

dari nilai alpa 0.05, maka hasil penelitian ini menerima hipotesis keempat yang

menyatakan terdapat pengaruh Budaya Organisasi terhadap hasil kinierja auditor

pemerintah. Dari hipotesis keempat ini artinya, dengan memiliki budaya

organisasi yang baik maka akan meningkatkan hasil kinerja auditor pemeritah

begitu juga sebaliknya.

Budaya organisasi adalah sehimpun nilai, prinsip-prinsip, tradisi dan cara-

cara bekerja yang dianut bersama oleh para anggota organisasi dan mempengaruhi

cara mereka bertindak (Robbins, 2008). Budaya organisasi juga membentuk dan

mengendalikan perilaku dalam keorganisasian. Budaya organisasi mempengaruhi

cara individu untuk merespons dan menafsirkan segala situasi dan permasalahan
yang terjadi di dalam organisasi. Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran

kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan

mengarahkan perilaku anggota-anggotanya. Budaya organisasi dapat menjadi

instrumen keunggulan kompetitif yang utama, yaitu bila budaya organisasi

mendukung strategi organisasi, dan bila budaya organisasi dapat menjawab atau

mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Dengan memiliki budaya

organisasi yang baik bagi seorang auditor pemerintah tentu akan lebih meningkatkan

kualitas profesi dan kinerjanya dalam memeriksa keuangan negara dan akan

menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi dari auditor pemerintah tersebut. Sehingga

dapat disimpulkan terdapat hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja

auditor, bahwa budaya dalam suatu organisasi mempunyai nilai tinggi yang dianut

bersama oleh anggota organisasi, cenderung membentuk perilaku kelompok

sehingga akan mempengaruhi kinerja seorang auditor menjadi lebih baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuskar

dan Selly Devisia (2011) dan Nilla Sekarsari (2014) yang menyatakan bahwa

budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Namun terdapat perbedaan

hasil yang tidak mendukung dengan Penelitian yang dilakukan Sri Trisnaningsih

(2007) yang menhasilkan budaya organisasi tidak berpengaruh terhadap kinerja

auditor. Namun penelitian ini sejalan dengan Yuskar dan Selly Devisia (2011) dan

Nilla Sekarsari (2014) yang menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh

terhadap kinerja auditor.

4.7.5 Hasil Pengujian Hipotesis Kelima


Hasil pengujian hipotesis pertama pada penelitian ini adalah terdapat

pengaruh Pemahaman Good Governance Terhadap Hasil Kinerja Auditor

Pemerintah, dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut:

Tabel 4.19
Hasil Pengujian Hipotesis Kelima
Variabel Beta thitung ttabel Sig Keterangan
Independen
Pemahaman Good
Governance (X5) 0.358 2.116 3,051 0.005 Berpengaruh
a. Dependent Variable: Kinerja Auditor
Sumber: Data Olahan, 2017

Berdasarkan tabel 4.19, diperoleh nilai thitung sebesar 2.116 dan ttabel sebesar

2,035. Serta Pvalue sebesar 0,042< 0,05. Karena thitung > ttabel dan nilai Pvalue lebih kecil

dari nilai alpa 0.05, maka hasil penelitian ini menerima hipotesis kelima yang

menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan Pemahaman Good Governance

terhadap hasil kinierja auditor pemerintah. Dari hipotesis kelima ini artinya,

dengan memiliki pemahaman good governance yang baik dan sesuai dengan

tujuan profesi dari seorang auditor pemerintah tentu akan dapat meningkatkan

hasil dari kinerja auditor pemeritah.

Pemahaman good governance diimplementasikan pada Audit Pemerintah

secara tepat, terutama untuk memperoleh karakter Auditor yang kuat dalam

menghasilkan manajemen kinerja yang unggul. Adapun prinsip sebagaimana

terkandung dalam pengelolaan keuangan negara sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 3 ayat 1

yang dinyatakan: Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung


jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Dengan memiliki

pemahaman good governance yang baik bagi seorang auditor pemerintah tentu akan

lebih meningkatkan kualitas profesi dan kinerjanya dalam memeriksa keuangan negara

dan akan menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi dari auditor pemerintah tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahawa peran dari pemahaman Good Governance

terhadap kinerja seorang auditor adalah membuat meningkatnya hasil kinerja yang

lebih baik bagi seorang auditor, jika pemahaman good governance ini diterapkan

secara baik dan benar akan dapat mempempengaruhi hasil dari kinerja yang

dilakukan oleh auditor pemerintah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elya

Wati, Lismawati, dan Nila Aprillia (2010) dan Nilla Sekarsari yang menyatakan

pemahaman good governance berpengaruh terhadap kinerja auditor pemerintah.

Dapat disimpulkan bahawa peran dari pemahaman Good Governance terhadap

kinerja seorang auditor adalah membuat meningkatnya kualitas kinerja yang lebih

baik bagi seorang auditor. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sri Trianingsih (2007) dan Yuskar dan Selly Devisia dalam penelitiannya

menyatakan bahawa pemahaman Good Governance tidak memiliki berpengaruh

terhadap kinerja auditor.

Anda mungkin juga menyukai