Anda di halaman 1dari 7

PERAN SENI KEBUDAYAAN LOKAL DALAM

INTERNASIONALISASI BAHASA INDONESIA


1 2 3 4 5
Cintya Achiril , Firmanul Irsyad , Nur Wahyudi , Risti Indah ,Wardatul Kamaliyya

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jember

Abstrak:

Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan
kebudayaan. Kebudayaan tersebut terkenal hingga ke masyarakat mancanegara. Melalui
eksistensi tersebut kebudayaan lokal merupakan salah satu sarana terbaik guna
mengembangkan Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Internasional. Peranan budaya sangat
penting dalam mengenalkan bangsa Indonesia ke masyarakat mancanegara dengan lebih
menarik, merata, dan menyenangkan untuk menunjang proses Internasionalisasi Bahasa
Indonesia.
Kata kunci: Keberagaman Seni Budaya Lokal, Pengembangan Bahasa Indonesia,
Internasionalisasi Bahasa Indonesia, Peran Budaya

Pendahuluan

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan. Melansir dari laman indonesiabaik.id,


tercatat pada tahun 2021 terdapat kurang lebih 17.000 pulau yang ada di Indonesia yang
nantinya akan didaftarkan dalam pertemuan United Nation Group of Expert on Geographical
Names (UNGEGN) tahun 2022. Dengan jumlah pulau sebanyak itu yang melintang dari
sabang sampai merauke, tentunya memiliki banyak dampak. Salah satu dampak yang nyata
bisa kita lihat yakni, Indonesia memiliki keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan,
agama, dan bahasa. Tiap aspek keragaman tersebut jika kita kaji lebih dalam masih terdapat
macamnya lagi, contohnya dalam keragaman budaya. Keragaman budaya sendiri terdiri dari
makanan khas daerah, bahasa daerah, rumah adat, pakaian adat, bahkan dalam sisi kesenian
daerah.

Keberagaman budaya terutama dalam aspek kesenian juga terdiri dari banyak hal
seperti; tari daerah, lagu daerah, serta pertunjukkan rakyat. Dalam aspek tari, melansir dari
laman Wikipedia.org Indonesia tercatat memiliki lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Begitu
pula dalam aspek lagu, melansir dari laman Wikipedia.org, tercatat Indonesia memiliki 439
lagu daerah. Dari ke-3000 tarian serta 439 lagu daerah yang ada di Indonesia, tidak sedikit
yang eksistensinya tidak hanya pada penduduk lokal, namun juga merambat ke mancanegara.
Misalnya Tari Saman yang mendapatkan penghargaan sebagai “Representative List of the
Intangible Cultural Heritage of Humanity” oleh UNESCO pada tahun 2011, dan lagu Yamko
Rambe Yamko yang sempat dibawakan oleh The Resonanz Children’s Choir (TRCC), dan
mendapatkan kategori Children’s and Youth Choir, Claudio Monteverdi Choral Competition
2016 di Venesia, Italia.

Dengan kayanya keberagaman seni budaya di Indonesia, menimbulkan daya tarik


sendiri kepada masyarakat mancanegara. Dengan diadakannya BSBI atau Beasiswa Seni dan
Budaya Indonesia yang telah digelar selama 20 tahun terakhir. Pada program ini, puluhan
anak muda dari berbagai negara mendapat kesempatan mengenal Indonesia lebih dekat
selama tiga bulan lamanya. Tahun ini, sebanyak 72 pemuda dari 44 negara disebar ke
Yogyakarta, Banyuwangi, Padang, Kutai Kartanegara, Makassar dan Bali. Dengan
dihadirkannya program ini pula eksistensi seni budaya pada masyarakat mancanegara
semakin meningkat, beriringan dengan nama Indonesia yang makin dikenal oleh masyarakat
mancanegara.

Semakin eksisnya nama Indonesia di mancanegara akibat keragaman seni budaya,


merupakan sebuah potensi yang sempurna untuk Internasionalisasi Bahasa Indonesia. Proses
Internasionalisasi Bahasa Indonesia bisa lebih menunjang jika Indonesia sudah dikenal oleh
masyarakat mancanegara, pengenalan tersebut bisa lebih efektif melalui peran seni
kebudayaan lokal yang dipasarkan ke mancanegara.

Pembahasan

A. Urgensi Seni Kebudayaan Lokal terhadap Internasionalisasi Bahasa Indonesia.

Kebudayaan dan bahasa memiliki hubungan yang erat apabila dikaji dalam sudut
pandang sosiolinguistik. Kebanyakan ahli mengatakan bahwa kebudayaan merupakan
mainsystem dan bahasa adalah subsystem nya. Seperti yang disebutkan oleh Masinambouw
(1985) bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang “melekat” pada manusia
karena kebudayaan merupakan sistem yang mengatur interaksi manusia, sedangkan bahasa
atau kebudayaan merupakan sistem yang berfungsi sebagai sarana keberlangsungan sarana itu
(via Chaer, 1995 : 217--218). Jika diibaratkan sebuah kepingan uang logam: sisi yang satu
adalah sistem kebahasaan dan sisi lainnya adalah sistem kebudayaan yang mana hal ini
bermakna bahwa kebudayaan dan bahasa merupakan dua fenomena yang berbeda namun
memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain.

Mengambil dari pernyataan bahwa Bahasa merupakan identitas nasional yang mana
pernyataan ini telah disepakati oleh pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda yang
dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 1928, dan menjadi cika bakal lahirnya sumpah
pemuda ayat ketiga yang berbunyi, “ Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan, Bahasa Indonesia “. Begitu juga dengan kebudayaan lokal yang memiliki peranan
sebagai salah satu identitas bangsa Indonesia. Maka dua hal ini harus disadari oleh
masyarakat sebagai salah satu aspek penting yang harus dijaga dengan baik oleh masyarakat
Indonesia. Karena ketika masyarakat Indonesia sudah kehilangan bahasa maupun kebudayaan
lokal, dampak terburuk yang akan terjadi adalah Krisis Identitas Nasional.

Mengambil pernyataan dari Agnes Setyowati dalam laman nasional.kompas.com


yakni “ Kebudayaan sebagai pondasi karakter bangsa “. Maka kebudayaan perlu
mendapatkan perhatian khusus serta perhatian lebih, karena dengan keberadaan budaya
tersebut dapat menjadi suatu rujukan bagaimana masyarakat mancanegara mengetahui
karakter yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Dalam upaya menjaga kebudayaan tersebut maka perlu dilakukan sebuah usaha
pelestarian budaya lokal dengan tujuan memperkuat karakter bangsa sehingga masyarakat
mancanegara mampu mengenal bangsa Indonesia selayaknya bangsa Indonesia itu sendiri.
Bukan malah mengenal bangsa Indonesia yang terkontaminasi oleh budaya-budaya asing
sehingga nampak seperti sebuah bangsa yang tidak memiliki pendirian.

B. Peran Kebudayaan Lokal Dalam Internasionalisasi Bahasa Indonesia.

Pemantik Minat Penutur Asing Belajar Bahasa Indonesia.

Seperti yang dijelaskan pada bagian pendahuluan bahwa negara Indonesia adalah
sebuah negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya. Hal ini menjadi nilai jual
tersendiri di mancanegara sebagai keunikan dari negara Indonesia. Keragaman budaya yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia memberikan dampak positif dalam hal eksistensi Indonesia
dalam lingkup Internasional. Banyak dari masyarakat mancanegara yang mendapatkan minat
lebih untuk mengenal negara Indonesia, akibat dari kebudayaan-kebudayaan lokal yang
sudah Go International seperti contohnya Tari Saman yang mendapatkan penghargaan
“Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity” oleh UNESCO pada
tahun 2011, dan lagu Yamko Rambe Yamko yang sempat dibawakan oleh The Resonanz
Children’s Choir (TRCC), dan mendapatkan kategori Children’s and Youth Choir, Claudio
Monteverdi Choral Competition 2016 di Venesia, Italia. Ketertarikan akan kebudayaan lokal
oleh masyarakat mancanegara ternyata tidak berhenti dalam lingkup kesenian saja. Namun
juga menimbulkan minat bagi masyarakat mancanegara untuk mempelajari Bahasa Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh rasa cinta akan kebudayaan lokal yang ada di Indonesia yang
semakin besar, sehinggar dari awalnya yang hanya mencintai kebudayaan lokal saja berubah
menjadi rasa ingin tahu yang lebih akan Indonesia. Dan untuk memenuhi hasrat tersebut
secara tidak langsung masyarakat-masyarakat mancanegara tersebut akan mempelajari
Bahasa Indonesia.

Sebagai Materi Pembelajaran BIPA.

Usaha masayarakat mancanegara dalam mempelajari Bahasa Indonesia direspon


positif oleh Pemerintah Indonesia dengan cara diadakannya program BIPA ( Bahasa
Indonesia bagi Penutur Asing ). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud )
menciptakan program BIPA karena mendapati fakta-fakta positif dalam rangkan
Internasionalisasi Bahasa Indonesia. Seperti yang dilansir dari laman pusatbahasa.uinjkt.ac.id
bahwa Pada tahun 2009 lalu, bahasa Indonesia secara resmi ditempatkan sebagai bahasa
asing kedua oleh pemerintah daerah Ho Chi Minh City, Vietnam. Kemudian, berdasarkan
data Kementerian Luar Negeri pada 2012, bahasa Indonesia memiliki penutur asli terbesar
kelima di dunia, yaitu sebanyak 4.463.950 orang yang tersebar di luar negeri. Bahkan, Ketua
DPR RI dalam sidang ASEAN Inter-Parliamentary assembly (AIPA) ke-32 pada 2011
mengusulkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa kerja (working language) dalam
sidang-sidang AIPA.

Mengutip dari pernyataan Pangesti Wiedarti dari laman pusatbahasa.uinjkt.ac.id.


Pangesti mengatakan, dalam Program DRI ( Darmasiswa Republik Indonesia ), bahasa
Indonesia menjadi jurusan favorit para peserta (survei tahun 2012: 65% bahasa Indonesia;
30% seni-budaya, culinary & tourism 3%, lain-lain 2%). Program DRI adalah program
beasiswa bagi mahasiswa asing yang negaranya memiliki hubungan diplomatik dengan
Indonesia, untuk belajar di Indonesia.

Dari pernyataan Pangesti diatas dapat kita ketahui bahwa Bahasa Indonesia dan Seni-
budaya mendapatkan peringkat teratas dalam minat peserta program DRI tersebut. Oleh
karena itu dengan memanfaat daya tarik tersebut maka Bahasa serta Seni-budaya lokal yang
ada di Indonesia merupakan salah satu sarana yang tepat untuk menyongsong program BIPA
yang diadakan oleh Kemendikbud dalam upaya Internasionalisasi Bahasa Indonesia.

Dalam program tersebut ( BIPA ), Kemendikbud dapat memanfaatkan potensi Seni-


budaya lokal dalam mengait minat masyarakat mancanegara untuk lebih mengenal bangsa
Indonesia dan menstimulus masyarakat tersebut untuk semangat mempelajari bahasa
Indonesia. Dengan mengenalkan budaya-budaya yang belum terekspos secara internasional
melalui literatur mengenai kesenian lokal yang dipublikasikan melalui internet, akan
menunjang eksistensi seni budaya di mata dunia. Seiring dengan eksisnya kesenian lokal di
mancanegara maka upaya Internasionalisasi Bahasa Indonesia dapat segera tercepai seperti
yang sudah dijelaskan diawal mengenai keterkaitan Bahasa dan Seni-budaya lokal.

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara
kepulauan yang terdapat kurang lebih 17.000 pulau, memiliki 3000 tari daerah dan 439 lagu
daerah. Mendapatkan nilai unik sendiri di mata masyarakat mancanegara untuk mengenal
lebih terhadap bangsa Indonesia. Dengan mengaitkan serta memanfaatkan hubungan erat
antara bahasa dan budaya serta minat tertinggi peserta program DPI, merupakan sarana
terbaik dalam proses Internasionalisasi Bahasa Indonesia melalui program pembelajaran
BIPA yang diadakan oleh kemendikbud.

Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan artikel di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Setelah membaca artikel ini,
diharapkan mahasiswa dapat mengetahui, mengambil, memahami, dan menambah wawasan
mengenai peran kebudayaan lokal dalam internasionalisasi bahasa indonesia. Semoga
artikel ini dapat dijadikan referensi sumber belajar yang memberikan pemahaman kepada
mahasiswa.
Daftar Pustaka

Antari, L. P. S. 2019. BAHASA INDONESIA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL


INDONESIA. Stilistika. 8(1): 92-108

Ernawati, J., dan D. Adrianjara. 2018. Jadi Negara Teraman, Seni dan Budaya RI
Kian Dikenal Dunia. https://www.viva.co.id/berita/dunia/1047463-jadi-negara-teraman-seni-
dan-budaya-ri-kian-dikenal-dunia. [ Diakses pada 21 Juni 2022 ].

Frida, T. 2022. Jumlah Pulau di Indonesia Terbaru, Mulai dari Kecil hingga Terbesar.
https://www.viva.co.id/edukasi/1466964-jumlah-pulau-di-indonesia#:~:text=Melansir
%20dari%20laman%20indonesiabaik.id,UNGEGN)%20di%20tahun%202022%20ini..
[ Diakses pada 21 Juni 2022].

Mujib, A. 2009. HUBUNGAN BAHASA DAN KEBUDAYAAN (Perspektif


Sosiolinguistik). Adabiyyāt. 8(1): 142-154.

Pusatbahasa. 2013. BIPA, Tingkatkan Fungsi Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa


Internasional. https://pusatbahasa.uinjkt.ac.id/bipa-tingkatkan-fungsi-bahasa-indonesia-
menjadi-bahasa-internasional/. [ Diakses pada 21 Juni 2022 ].

Setyowati, A. 2019. Pentingnya Kebudayaan sebagai Pondasi Karakter Bangsa.


https://nasional.kompas.com/read/2019/12/24/06360051/pentingnya-kebudayaan-sebagai-
pondasi-karakter-bangsa?page=all. [ Diakses pada 21 Juni 2022 ].

Soeprapto, S., dan Jirzanah. 1996. PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN SEBAGAI


IDENTITAS BANGSA. Jurnal Filsafat. 14-24.

Anda mungkin juga menyukai