Anda di halaman 1dari 59

Penyempurnaan

kenampakan
& pegangan
Caoting - Pengkakuan –
Kain keras - Interlining
Penggunaan kain lapis lekat adalah untuk
mendapatkan bentuk (shape & form)dan
peningkatan nilai estetika pakaian jadi.
Kain dengan pegangan/kenampakan kaku dan
diberi zat pengisi dilakukan untuk menaikkan
beratnya.
• Pengkakuan/pemberatan bahan tekstil dapat
divariasikan tanpa batas dan memungkinkan
untuk menaikkan berat hingga 200% - 300%,
meskipun hal ini menggunakan bahan-bahan
tertentu.
• Yang diperlukan dari produk : keawetan bentuk
dan ukurannya
• Sifat yang dihasilkan : tahan cuci berulang atau
tidak tahan cuci, tergantung penggunaan akhir
produk tersebut.
Metoda yang digunakan:
1. Kain kapas dilewatkan pada larutan asam
sulfat konsentrasi tinggi, kemudian dengan
segera kain dilewatkan pada air dingin dan
dicuci untuk menambah aksi selanjutnya
pada kapas.
• Hasil kain kapas menjadi kaku dan tahan
pencucian, tapi proses ini berbahaya dan
harus dikontrol dengan cermat kondisi
waktu, suhu dan konsentrasinya.
2. Penggelatinan, dengan menutup permukaan
serat kapas dengan cara pelapisan.

• Hasil kain kapas menjadi kaku, mudah dicuci


pada air dingin kain akan lemas dan pada
pengeringan menjadi keras kembali.
• Efek kaku dan tidak berubah pada pencucian
berulang.
3. Pelapisan tipis (fine coating)

• Bahan tekstil diberi lapisan polimer tinggi dalam


bentuk larutan dan/atau dispersi dalam jumlah 5-
40 gram padatan/m2, tetapi sifat bahan dasarnya
masih dapat dipertahankan.
• Prosesnya dapat dikerjakan sebelum atau
sesudah atau digabungkan dengan proses
penyempurnaan biasa, seperti tahan kusut, tahan
kotor, dsb.
• Efek kain menjadi tidak transparan &
penambahan berat kain.
DEFINISI
• Coating adalah penerapan zat kimia yang sesuai
untuk membentuk lapisan senyawa pelapis pada
substrat.
• Coating adalah proses di mana lapisan polimer
diterapkan langsung pada salah satu atau kedua
permukaan kain.
POLIMER YANG DIGUNAKAN
UNTUK COATING
 • Polyvinyl chloride  Styrene butadine
 (PVC) rubber(SBR)
• Polyvynilidene  Natural rubber (NR)
 chloride (PVDC)  Silicone
 • Polyurethane  Polyolefins ,
 (PU) Acrylic Polypropylene
• Ethylene vinyl
 acetate (EVA)
• Poly tetra fluoro
ethylene (PTFE)
PHYSICAL FORMS OF
COATING COMPOUNDS
 Solvent based systems

 Waterbased systems-dispersions and emulsions.

 100% solids materials -Film, Powder, Hot Melt.


COATING PROCESS

Process flow diagram of coating


SUBSTRATE
• Berbagai macam bahan tekstil digunakan sebagai substrat untuk
kain proses coating.
- Kain tenun
- Kain rajut
- Nirtenun (Non woven )
• Cotton, Rayon, Nylon, Polyester dan campuran seperti polyester
dengan kapas atau rayon digunakan sebagai substrat.
• Polypropylene dapat juga digunakan sebagai serat pilihan karena
berat jenisnya yang rendah, sifat kekuatan, sifat kimiawi inert dan
biaya rendah.
PEMILIHAN KAIN
Aspek yang dipertimbangkan :
• Kekuatan dan modulus
• Perilaku menyebar (creep behaviour)
• Ketahanan terhadap asam dan bahan
kimia Persyaratan adhesi
• Resistensi terhadap serangan
mikrobiologis
• Durability
• Satbilitas dimensi
• Biaya
Parameter untuk Keseragaman
Proses Coating
Parameter yang diperlukan untuk keseragaman dalam
penambahan zat coating adalah sebagai berikut:
• Ketegangan substrat
• Viskositas bahan pelapis
• Keseragaman substrat dan porositas
• Setiap variasi dalam parameter ini dapat
menyebabkan lapisan yang tidak seragam.
• Rentang lapisan dibatasi ketebalannya sekitar 0,02
hingga 0,5 mm
 .
APPLICATIONS FOR COATED
FABRICS
 Agriculture - Bulk containers, Fencing,
Seed/crop covers, Bags, Irrigation systems, Pond
liners.
 Construction - Safety fencing, wind cover,
Safety vests, Hose, Conveyer Belting, Drainage
ditches, Architectural Structures.
 Clothing - Shoe uppers and linings, Artificial
leather, Rainwear ,Garment linings, Water/stain,
repellants, Gloves, Hats.
 Geotextiles - Settling pond
liners, Irrigation liners,
Landfill liners & covers,
Soil stabilizers, Erosion
barriers.
 Home Furnishings –
Upholstery, Trim, Carpet
backing, Drapery backing,
Bedding, Artificial leather.
 Industrial - Conveyor belts,
Filtration, Barrier materials,
Field covers.
 Medical – Implants, plaster, Gloves,
Upholstery.
 Transportation - Seating/Trim for,
automotive, trucks, aircraft, buses,
Belts,Tires, carpet, airbag.
 Sport/Leisure - Athletic shoes,
Artificial leather/bags/belts, Rainwear,
football.
 Protective – Gloves, Aprons, Chemical
Suits, Footwear Space Suits, Ballistic
Protection.

 Packaging - Bulk containers,Gas


holding, Barrier packaging, Liquid bulk
storage/hauling, Waterproof materials
ADVANCED COATING TECHNIQUES

 Atmospheric Plasma Coating


 Phase Change Material Coating
ATMOSPHERIC PRESSURE PLASMA COATING

 Water-repellent and self-cleaning coatings can be produced with


the aid of atmospheric-pressure plasma processes.
 The basis of these coatings is aA microstructured surface which
has been provided with a hydrophobic top layer.
PHASE CHANGE MATERIALS
 Phase change materials (PCM) take advantage of latent heat that
can be stored or released from a material over a narrow
temperature range. Working principle of PCM :

Figure . Perubahan Fasa Metrial dengan


Perubahan Suhu
 Sifat dari PCM ini akan berguna untuk membuat tekstil
pelindung di semua musim.
 Serat, kain dan busa dengan PCM dapat menyimpan
panas yang dihasilkan tubuh kemudian melepaskannya
kembali ke tubuh, sesuai kebutuhan.
 Coating, laminasi, finishing, pemintalan leleh, ekstrusi
serat sintetis bikomponen, pencetakan, teknik busa
adalah beberapa proses yang nyaman untuk
penggabungan PCM ke dalam matriks tekstil.
Phase change material
Impregnasi (perendamperasan):
• Dalam proses pelapisan tipis (fine coating)
dikerjakan dengan cara impregnasi (perendam-
perasan), yang dilakukan dengan cara
melewatkan kain dalam bak perendaman dan
kemudian diperas dengan rol-rol pemeras dari
mesin padder.
• Tekanan rol harus tetap sama.
• Tujuan pemerasan adalah untuk membuang
pelapisan tipis yang berlebih, mencegah
kekusutan dan memasukkan larutan pelapisan
tipis (fine coating) kedalam kain dengan tetap dan
tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan
larutan pelapisan tipis:
1. Zat- zat yang terdapat pada kain, seperti
kanji, zat warna, minyak, dsb.
2. Tegangan permukaan dari larutan
3. Suhu dari larutan
4. Lama perendaman dan kecepatan kain
5. Besarnya regangan pada kain
6. Bulu-bulu kain
7. Tetal kain atau berat kain per satuan panjang.
4. Proses fusing
• Proses perekatan interlining pada bagian-bagian
tertentu garmen, seperti kerah (top collar),
penyangga kerah (collar band), manset (cuff) dan
plaket (front strap) dengan menggunakan mesin
fusing pada suhu, tekanan dan waktu tertentu.
• Proses fusing akan menentukan kekuatan rekat
dari bahan yang dihasilkan, juga akan
menentukan ada atau tidaknya cacat yang akan
ditimbulkan.
Contoh fusible interlining untuk jaket,
jas pria
Contoh penggunaan interlining untuk
jaket, gaun, blus, rok & celana wanita
Interlining
Fusible interlining atau interlining

• Suatu kain lapis yang biasanya pada (satu)


permukaannya dilapisi dengan polimer,
dimana polimernya bersifat termoplastik.
• Dapat menempel ke bahan lainnya dengan
cara diberi pemanasan dan tekanan selama
waktu tertentu.
FUSING
• Proses fusing merupakan salah satu metode
alternatif pelapisan kain yang banyak digunakan
untuk pemasangan interlining.
• Fusing adalah proses memasang atau
memperbaiki interlining yang digunakan untuk
memperkuat dan mengontrol area garmen
seperti collar, hem, facings dan bagian depan
jaket dan coats.
Fusible Interlining
• Interlining yang digunakan antara dua
lapisan kain dengan menggunakan panas
dan tekanan untuk waktu tertentu disebut
Fusible Interlining.
• Interlining yang dapat menyatu digunakan
untuk semua jenis pakaian.
Jenis fusible interlining
Berdasarkan lapisan resin dan sifatnya, fusible
interlining dapat diklasifikasikan sebagai berikut
Polyethylene coated interlining
Polyamide coated interlining
PVC coated interlining
Polyester coated interlining
Polypropylene coated interlining
PVA coated interlining
Diagram Alir Proses Fusing Garment
Bagian garmen yang akan diproses digelar

Permukaan interlining yang diresin diposisikan
untuk pemberian tekanan dan suhu

Resin pada pelapisan interlining meleleh oleh
panas masuk ke kain dengan tekanan

Resin akan menjadi dingin dan mengeraskan
kedua kain dan interlining sudah menempel
Fusing Equipements
• Pengoperasian jenis pengepres ini (Gambar) bergantung
pada sabuk konveyor yang terus bergerak, yang
menggerakkan kain muka dan komponen interlining ke dalam
dan ke luar ruang pemanas.
• Ruang pemanas dari mesin press advance kontinu terdiri dari
beberapa (hingga 7, 9 atau 12) zona pemanas terpisah yang
dikontrol secara individual untuk distribusi panas yang
merata.
• Suhu untuk zona pemanas atas (yang memanaskan
interlining) dan zona pemanas bawah (yang memanaskan
kain muka) dapat disetel secara terpisah dan tepat
menggunakan sistem kontrol panas khusus.
• Ruang pemanas yang panjang dengan beberapa zona
pemanasnya memperpanjang waktu pemanasan dan
memastikan peningkatan suhu secara bertahap sehingga
komponen yang dipotong dapat menyatu dengan sempurna
bahkan di bawah suhu yang lebih rendah, menghindari
penyusutan dan pemudaran kain.
Mesin fusing
Rotary fusing
Bagian mesin fusing:
• Conveyor penyuap
• Elemen pemanas
• Rol penekan (pressing)
• Plat pendingin
• Unit pendingin
Continuous fusing press

1, loading and feed (lower) conveyer belt; 2, upper conveyer belt; 3,


upper heating zone; 4, lower heating zone; 5 and 6, pressure rolls;
7, exit conveyer.
Setting dimensions for each model
• Kapasitas pemanasan dan geometri ruang
pemanas menentukan bahan yang akan diproses
fusing.
• Kain yang lebih ringan membutuhkan kapasitas
pemanas yang lebih rendah dan ruang pemanas
yang lebih pendek dengan zona pemanas yang
lebih sedikit.
• Panas utama harus datang dari sisi kain muka,
agar resin leleh mengalir ke kain muka.
• Untuk kain yang lebih berat, diperlukan kapasitas
pemanasan yang lebih tinggi dan ruang pemanas
yang lebih panjang dengan beberapa zona
pemanas.
• Pemanasan dari sisi atas dan bawah, dengan
kontrol suhu terpisah, memastikan keseimbangan
suhu yang tepat.
Hand iron
• Hanya interlining yang dapat menyatu pada suhu yang
relatif rendah, tekanan rendah, dan dalam waktu yang
relatif singkat yang cocok untuk fusing dengan setrika
tangan.
• Ada sejumlah kesulitan.
• Operator tidak dapat mengetahui suhu di batas resin dan
tidak dapat memberikan tekanan secara seragam.
• Hanya sebagian kecil yang dapat menyatu , dan
kemudian hanya dengan menekan setrika selama
beberapa waktu ke fusible, menutupi area secara
bertahap dan menggunakan uap untuk membantu
perpindahan panas.
Steam press
• Suhu batas resin dicapai dengan uap dari
bagian ujung penekan.
• Suhu yang dicapai tergantung pada
tekanan uap di ujung alat penekan dan
efisiensi pengepres.
• Tekanan disediakan secara mekanis atau
pneumatik Vakum di bagian bawah alat
pres, membantu pendinginan cepat.
Methods of Fusing
• Reverse fusing – Dalam teknik ini, kain luar
ditempatkan di atas fusible.
• Sandwich fusing – Metode ini dapat dilakukan
hanya jika panas diterapkan dari atas dan
bawah fusible seperti pada mesin press
kontinyu horizontal.
• Double fusing – Dalam metode ini, dua jenis
interlining disatukan ke kain luar dalam satu
proses seperti peleburan kerah kemeja dan
bagian depan jaket pria.
Keuntungan interlining bagi pembuat
garmen
• Memperpendek waktu manufacturing
(mengurangi biaya buruh langsung)
• Tidak perlu keterampilan tinggi (mengurangi
waktu pelatihan)
• Lebih mudah untuk mendapatkan kualitas
yang sama
• Mengurangi stitch pucker dan pergeseran
antar bahan saat dijahit
• Garmen kelihatan lebih rapih.
Keuntungan interlining bagi pemakai:
• Daya tahan garmen bertambah besar
• Bentuk garmen akan kembali seperti semula
setelah dry cleaning atau pencucian
• Lebih tahan kusut
Kain dasar (based cloth)
• Substrate atau bahan interlining yang salah
satu permukaannya diberi lapisan resin
termoplastik:

Kain tenun
Kain rajut
Nir tenun (non woven)
Macam-macam kain dasar interlining
Kain tenun:
• Digunakan untuk segala jenis garmen yang
membutuhkan kekuatan, stabilitas dan
jatuhnya kain.
• Harga relatif mahal dibandingkan jenis
lainnya.
Kain rajut:
• Banyak digunakan untuk pakaian wanita
• Pegangan lebih alami dan harga lebih murah
Nir tenun (non woven):
• Harga yang paling murah
Interlining for structure
Sifat garmen yang dipengaruhi oleh
pemilihan kain dasar:
 Pegangan dan keempukan
 Bentuk
 Mengkeret
 Kemampuan kembali dari adanya lipatan
 Kenampakan saat dipakai
 Kenampakan setelah pencucian
 ketahanannya
Faktor yang berpengaruh:
 Suhu :
• Suhu harus seoptimal mungkin agar polimer/
resin dapat meleleh rata pada permukaan kain.
• Bila suhu terlalu rendah, pelelehan polimer akan
jelek dan kekuatan hasil perekatan rendah
• Bila suhu terlalu tinggi, pelelehan polimer akan
berlebih dan menghasilkan kenampakan yang
tidak baik pada kain
Tekanan :
• Tekanan harus rata dan stabil
• Bila tekanan terlalu rendah, akan mengurangi
daya penetrasi polimer terhadap kain
sehingga perekatan kurang kuat.
• Bila tekanan terlalu tinggi, maka daya
penetrasi polimer terhadap kain akan
berlebihan sehingga menghasilkan efek strike
back & strike through
Waktu :
• Perlu waktu yang cukup agar polimer dapat
meleleh rata .
• Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan pemakaian suhu dan tekanan.
• Makin tinggi suhu dan tekanan yang
digunakan makin cepat waktu yang
dibutuhkan untuk pelelehan polimer.
• Biasanya waktu disesuaikan dengan
kemampuan kain terhadap suhu tinggi dan
target produksi.
Letak polimer di dalam bahan dan
hasil fusing
a. Sebelum proses fusing c. Hasil fusing sempurna
b. Hasil fusing kurang d. Hasil fusing tidak benar
sempurna
Sebelum dan sesudah di- interlining
Urutan proses pelekatan
pada mesin fusing:
1. Mesin dijalankan, atur suhu, tekanan dan waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan proses pelekatan (fusing)
2. Cek suhu, tekanan dan waktu agar sesuai dengan
kebutuhan
3. Kain & interlining disusun bertumpuk, letakkan diatas
conveyor penyuap
4. Oleh conveyor penyuap, kain & interlining tsb dibawa
menuju bagian pemanasan, bagian pressing dan bagian
pendinginan
5. Setelah melalui bagian pendinginan, kain & interlining
yang telah difusing dibawa keluar mesin oleh conveyor.
Zat-zat yang digunakan:

• Larutan asam sulfat konsentrasi tinggi


• Kanji polivinil alkohol (PVA)
• Polivinil asetat (PVAc)
• Resin poliuretan
• Resin poliakrilat
• Resin polyester
• Resin polyethylene
• Resin polyamide
Polimer:
• Senyawa organik dan mempunyai berat molekul
yang tinggi
• Terbentuk oleh adanya polimerisasi
• Molekul yang sangat besar, tersusun oleh
pengulangan unit kimia kecil yang sederhana atau
monomer
• Polimer liniear, tersusun oleh rantai karbon yang
sangat panjang, bila dipanaskan akan melunak,
karena molekulnya menyerap energi panas dan
dapat bergerak bebas.
Polimer polietilena
• Polimer liniear dari monomer etilena
• Dilapiskan pada interlining dengan tingkat
kepadatan molekul yang berbeda-beda
 Semakin tinggi kepadatan molekul
penyusunnya, semakin tinggi ketahanannya
terhadap panas.
• Tidak larut dalam air
• Bersifat termoplastik (menjadi plastis bila
dilakukan pemanasan
• Mulai melunak pada suhu 145⁰C
Uji hasil dari proses fusing:
1. Delaminasi, cacat akibat interlining tidak
melekat secara permanen pada kain, sehingga
timbul gelembung-gelembung kecil yang
tampak pada permukaan kain. Pada proses
selanjutnya interlining akan terkelupas dari
kain.
2. Mengkeret, terjadi saat pemakaian terlalu
tinggi atau saat pencucian.
3. Kekuatan rekat, bila suhu terlalu rendah maka
kekuatan rekat rendah
Contoh zat pengkakuan kain/kain keras
Senyawa Nama dagang Produk Serat
kimia
Dispersi Appretan AM Semua jenis
Polivinil asetat Ucar latex 401 Dian Kimia serat
(nonionik)
Resin EP 667 BASF Semua jenis
Poliakrilat serat
Binder Voncoat R3310 BASF Semua jenis
kopolimer serat
akrilat
Resin Evafanol AP-12 Semua jenis
Poliurethan serat
(Nonionik)

Anda mungkin juga menyukai