Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. i


BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Program .............................................................................................. 2
1.4 Luaran Program .............................................................................................. 2
1.5 Manfaat Program ............................................................................................ 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2
2.1 Cerebral Palsy ................................................................................................ 2
2.2 Myoware Muscle Sensor................................................................................. 3
2.3 Smartphone dan Sistem Android .................................................................... 4
2.4 Modul Bluetooth ............................................................................................. 4
2.5 Orthosis........................................................................................................... 4
BAB 3. TAHAP PELAKSANAAN .............................................................................. 5
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................................... 5
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................... 5
3.3 Cara Kerja....................................................................................................... 6
3.4 Sistem Kerja Alat ........................................................................................... 8
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ............................................................ 9
4.1 Anggaran Biaya .............................................................................................. 9
4.2 Jadwal Kegiatan.............................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10
LAMPIRAN ................................................................................................................ 11
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota serta Dosen Pembimbing yang
Ditandatangani......................................................................................................... 11
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ............................................................ 16
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas ................ 19
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ...................................................... 20
Lampiran 5. Gambaran Teknologi yang Akan Dikembangkan............................... 21

i
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cerebral Palsy (CP) pertama dipublikasikan oleh William John Little pada
tahun 1861 dan dikenal dengan istilah ‘cerebral paresis’. Menurut National Institute of
Neurological Disorder and Stroke (NINDS), cerebral palsy disebabkan oleh kelainan
di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot (Ni’amah, 2017). Cerebral palsy
terjadi karena cedera pada sel-sel otak, cacat motorik yang mungkin progresif dan
mempengaruhi sepanjang hidup mereka. Mekanisme keseimbangan yang terganggu,
tonus otot yang tidak normal, kelemahan otot, dan hilangnya kontrol motorik selektif
menyebabkan ketidakmampuan untuk meregangkan otot dan fungsinya yang tepat, dan
ini menyebabkan kontraktur dan deformitas pada pasien (Himmelmann, 2013)
Di Indonesia penderita CP diperkirakan sekitar 1-5 per 1000 kelahiran hidup
dengan 80% merupakan tipe CP Spastik. Dalam survei kesehatan publik, 54% dari 380
penderita dengan diagnosa cerebral palsy menggunakan alat penunjang atau orthosis.
Banyak penderita Cerebral Palsy memiliki kemungkinan untuk berjalan. 60% dengan
tanpa alat bantu, 10% berjalan dengan alat bantu, 30% menggunakan kursi roda atau
alat bantu ambulatori. Namun tanpa latihan dan rehabilitasi medis, penderita dengan
Cerebral Palsy dapat mengalami penurunan fisik (Ni’amah, 2017).
Orthosis didefinisikan oleh International Standards Organisation sebagai
perangkat yang diterapkan secara eksternal yang digunakan untuk memodifikasi
karakteristik struktural dan fungsional dari sistem neuromuskuler dan kerangka
(Eddison and Chockalingam, 2012). Tujuan utama dalam penggunaan orthosis adalah
untuk memperbaiki postur dan kontraktur otot, untuk mendukung posisi sendi normal,
memfasilitasi atau meningkatkan fungsi gerak untuk ambulasi penderita, pembatasan
penggunaan Range of Motion (ROM) penting untuk membantu otot yang lemah,
melawan kekakuan otot, meningkatkan keseimbangan, menjaga jaringan halus paska
operasi, atau meningkatkan pola gerakan untuk penderita yang memiliki kontrol gerak
yang lemah mendekati normal (Ni’amah, 2017). Perlu dilakukan evaluasi terhadap
orthosis yang digunakan pasien agar mengetahui perkembangan aktifitas fungsional
pada pasien CP dan kemampuan berjalan pada penderita.
Pada era digital ini, diperlukan alat evaluasi yang dapat dikontrol melalui
android sehingga dapat diketahui perkembangan penggunaan orthosis dengan
menampilkan grafik sinyal otot pada smartphone. Berdasarkan permasalahan yang
dialami penderita CP dan hasil penelitian yang ada maka perlu adanya alat evaluasi
orthosis untuk pasien CP. Maka pada kegiatan ini diusulkan rancangan konseptual
evaluasi bagi penderita Cerebral Palsy dengan Myoware Muscle Sensor yang dapat
dikontrol melalui aplikasi android pada smarthphone. Sehingga dapat membantu
pencegahan deformitas struktur penderita dan meningkatkan kemandirian aktivitasnya.
2

Secara ringkas kegiatan ini merupakan Cerebral Palsy Muscle Sensor yang kemudian
dinamakan CYLOR.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan:
bagaimana membuat rancangan konseptual dan prototype CYLOR (Cerebral Palsy
Muscle Sensor) dengan Myoware Muscle Sensor berbasis android pada smartphone
sebagai alat evaluasi orthosis pasien Cerebral Palsy?
1.3 Tujuan Program
Kegiatan karsa cipta ini bertujuan untuk :
a. Merancang konsep desain CYLOR sebagai alat evaluasi orthosis yang digunakan
oleh pasien Cerebral Palsy dengan Myoware Muscle Sensor berbasis android pada
smartphone.
b. Membuat prototype CYLOR sebagai alat evaluasi orthosis yang digunakan oleh
pasien Cerebral Palsy dengan Myoware Muscle Sensor berbasis android pada
smartphone.
1.4 Luaran Program
Luaran kegiatan kegiatan karsa cipta berupa:
a. Laporan kemajuan;
b. Laporan akhir;
c. Prototype atau produk fungsional; dan
d. Artikel ilmiah
1.5 Manfaat Program
Adapun manfaat dari kegiatan karsa cipta yang dimaksud yaitu
a. Sebagai alat evaluasi orthosis bagi penderita CP dalam perbaikan postur dan
pola jalan bagi penderita CP sehingga meningkatkan aktivitas fungsional pada
penderita.
b. Mempunyai publikasi ilmiah yang paten dalam perkembangan teknologi
sebagai evaluasi orthosis pasien Cerebral Palsy.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Cerebral Palsy
Cerebral Palsy (CP) pertama dipublikasikan oleh William John Little pada tahun
1861 dan dikenal dengan istilah ‘cerebral paresis’. Menurut National Institute of
Neurological Disorder and Stroke (NINDS), cerebral palsy disebabkan oleh kelainan
di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot (Ni’amah, 2017). Cerebral palsy
terjadi karena cedera pada sel-sel otak, cacat motorik yang mungkin progresif dan
mempengaruhi sepanjang hidup mereka. Disfungsi serebral juga dikaitkan dengan
gerakan dan gangguan pada postur atau keseimbangan. Mekanisme keseimbangan
3

yang terganggu, tonus otot yang tidak normal, kelemahan otot, dan hilangnya kontrol
motorik selektif menyebabkan ketidakmampuan untuk meregangkan otot dan
fungsinya yang tepat, dan ini menyebabkan kontraktur dan deformitas pada pasien
(Himmelmann, 2013).

Gambar 2.1 Jenis- jenis Cerebral Palsy, (Ni’amah, 2017)


Di Indonesia penderita CP diperkirakan sekitar 1-5 per 1000 kelahiran hidup
dengan 80% merupakan tipe CP Spastik Gambaran klinis penderita CP membentuk
karakteristik berupa ritme berjalan yang dikenal dengan jalan menggunting (scissors
gait). Berdasarkan penelitian dari NINDS Amerika Serikat, Cerebral Palsy tidak dapat
disembuhkan tetapi pengobatan akan meningkatkan kemampuan penderita. Banyak
penderita CP memiliki kemungkinan untuk berjalan. 60% dengan tanpa alat bantu, 10%
berjaan dengan alat bantu, 30% menggunakan kursi roda atau alat bantu ambulatori.
Namun tanpa latihan dan rehabilitasi medis, penderita dengan CP dapat mengalami
penurunan fisik (Ni’amah, 2017)
2.2 Myoware Muscle Sensor
Myoware muscle sensor adalah sebuah modul pembacaan sinyal otot. Muscle
sensor ini menangkap sinyal otot dengan menempelkan surface electrode kepada
objek. Myoware muscle sensor bekerja pada suplai level 3.3V - 5V, dengan pengaturan
penguatan pada sensor mulai dari 0,01Ω - 100Ω dan suplai arus yang diberikan antara
9 mA - 14 mA (Fadhlillah, R; Susmartini, S; Herdiman, 2020). Myoware muscle sensor
didesain khusus untuk berintegrasi dengan mikrokontroler (arduino) dan adjustable
gain. Secara garis besar, sensor ini bekerja dengan mendeteksi kemudian menguatkan
sinyal listrik yang ditangkap pada otot kemudian mengubahnya menjadi sinyal analog
sederhana yang mudah dibaca oleh mikrokontroler dengan analog to digital converter
(ADC) (Rohman, 2019).
4

Myoware Muscle Sensor ini membutuhkan 3 elektroda untuk dapat mengambil


sampel sinyal otot (mid-end-reference electrode) (Fadhlillah, R; Susmartini, S;
Herdiman, 2020). Sensor elektroda pada kulit yang terbuat dari bahan Ag│AgCl
merupakan sensor yang dapat digunakan untuk membantu mendeteksi sinyal
bioelektrik yang dikeluarkan oleh tubuh manusia melalui kulit. Sinyal dengan
amplitudo besar diperoleh di area serat otot dekat elektroda (Fahmi, Mukhlis and
Siregar, 2019) .
2.3 Smartphone dan Sistem Android
Smartphone merupakan telepon yang internet–enabled yang biasanya menyediakan
fungsi Personal Digital Assistant (PDA). Smartphone mempunyai fungsi yang sama
menyerupai komputer, sehingga kedepannya teknologi smartphone akan
menyingkirkan teknologi komputer desktop terutama dalam hal pengaksesan data dari
internet. Sistem operasi yang digunakan pada telepon seluler pintar berbeda-beda tetapi
yang paling banyak digunakan saat ini adalah sistem operasi yang berbasis android dari
Google (Fatoni et al., 2014). Android adalah sistem operasi untuk telepon seluler yang
berbasiskan linux, android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang untuk
menciptakan aplikasi mereka sendiri sehingga dapat digunakan oleh berbagai macam
piranti penggerak (Destiana, 2019).
2.4 Modul Bluetooth
Bluetooth merupakan perangkat yang digunakan untuk menghubungkan satu
perangkat dengan perangkat lainnya tanpa menggunakan media kabel, misalnya
smartphone dengan smartphone ataupun dengan perangkat lain yang terpasang
bluetooth. Pada sistem ini, bluetooth digunakan sebagai media komunikasi antara
smartphone sebagai pengirim dengan sistem pada mikrokontroler (arduino) sebagai
penerima. Modul bluetooth yang digunakan sebagai penerima dengan empat pin
diantaranya: Vcc (3,6-6 V), Gnd, Tx, dan Rx. Modul ini dapat langsung diintegrasikan
dengan modul arduino melalui pin yang tersedia (Kholilah, Rafi and Tahtawi, 2016)
2.5 Orthosis
Orthosis didefinisikan oleh International Standards Organisation sebagai
perangkat yang diterapkan secara eksternal yang digunakan untuk memodifikasi
karakteristik struktural dan fungsional dari sistem neuromuskuler dan kerangka
(Eddison and Chockalingam, 2012). Orthosis digunakan untuk ambulasi penderita,
pembatasan penggunaan Range of Motion (ROM) penting untuk membantu otot yang
lemah, melawan kekakuan otot dan meningkatkan pola gerakan untuk penderita yang
memiliki kontrol gerak yang lemah mendekati normal (Ni’amah, 2017).
Di Indonesia, penggunaan dan pengembangan alat bantu orthosis untuk penderita
CP masih kurang. Orthosis yang dipakai tidak dapat memperlihatkan perkembangan
kontraksi otot yang berperan dalam kemampuan berjalan, sehingga tidak dapat
dilakukan evaluasi terkait pemakaian orthosis pasien Cerebral Palsy (Ni’amah, 2017).
5

BAB 3. TAHAP PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Waktu
Waktu yang diperlukan untuk pembuatan alat Cerebral Palsy Muscle
Sensor yaitu selama 4 bulan. Bulan pertama melakukan persiapan terkait
pembuatan alat dan memulai tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan yang
terdapat di bulan pertama adalah identifikasi masalah dan pengumpulan data.
Setelah latar belakang masalah dan data terkumpul maka dilakukan penyusunan
konsep Cerebral Palsy Muscle Sensor yang membutuhkan waktu 2 bulan,
dengan rincian bulan pertama penyusunan konsep bersama identifikasi masalah
dan data sedangkan bulan kedua bersama dengan pembuatan desain rancangan
dan memulai tahap awal pembuatan prototype. Pada bulan ketiga melakukan
tahap finishing prototype,evaluasi prototype dan perbaikan. Kemudian bulan
terakhir untuk penyusunan laporan terkait luaran yaitu prototype yang
dihasilkan.
3.1.2 Tempat
Tempat pembuatan prototype ini dapat menyesuaikan di setiap tahap
pelaksanaannya. Sesuai situasi dan kondisi pandemi Covid-19 maka tempat
pembuatan prototype juga bisa dilakukan dengan tetap mematuhi protokol
kesehatan. Tahap identifikasi masalah dan pengumpulan data dapat dilakukan
dengan wawancara virtual narasumber dari YPAC Surabaya untuk
mendapatkan informasi terkait masalah-masalah yang dialami pasien Cerebral
Palsy. Tahap penyusunan konsep, desain rancangan, pembuatan prototype
dapat dilakukan di lingkungan kampus Universitas Airlangga. Kemudian untuk
tahap evaluasi dan perbaikan dapat dilakukan di YPAC Surabaya atau di rumah
pasien untuk mengetahui apakah alat evaluasi tersebut dapat terintegrasi dengan
baik. Namun kegiatan tersebut dilakukan dengan tetap mematuhi protokol
kesehatan seperti menjaga jarak, menggunakan masker dan mencuci tangan.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Cerebral Palsy Muscle Sensor
- Kain spandex
- Saklar on/off
- Power Supply
- Baterai
- Myoware Muscle Sensor
- Elektrode
6

- Modul Bluetooth HC-05


- Kabel Konektor
- Arduino uno
3.2.2 Aplikasi
- Pemrograman untuk arduino konfigurasi pin dan bluetooth.
- Frameware, platform, dan software development
- Bahan aplikasi seperti tampilan grafik sinyal otot
- Smartphone Android

3.3 Cara Kerja


Cara kerja diperlihatkan pada Gambar 3.1 Diagram ini memuat tahapan
pelaksanaan, metode yang digunakan setiap tahap, dan hasil atau output dari
setiap tahapan.

Gambar 3.1 Skema cara kerja

3.3.1 Identifikasi Masalah


Tahapan identifikasi masalah ini bertujuan untuk mengetahui keluhan-
keluhan tentang penggunaan orthosis yang sudah beredar di Indonesia dengan
cara melakukan analisa terhadap postur jalan penderita Cerebral Palsy dan
observasi terkait kebutuhan dari user experience yang belum terakomodir oleh
orthosis yang diproduksi di Indonesia. Keluhan tersebut akan diformulasikan
menjadi masalah yang hendak diselesaikan dengan cara menetapkan tujuan
pada kegiatan PKM-KC ini.
3.3.2 Pengumpulan Data atau Literatur
7

Pengumpulan data/ literatur bersumber dari pustaka acuan seperti buku


referensi, skripsi, tesis, artikel jurnal ilmiah, dan sumber informasi lainnya. Dari
data literatur tersebut didapatkan informasi mengenai karakteristik penderita
CP, penelitian dan informasi mengenai alat bantu orthosis, data antropometri
yang dibutuhkan dalam mendesain alat evaluasi orthosis, data biomekanik
terkait orthosis, studi terkait Myoware Muscle Sensor, regulasi dan standarisasi
sistem android. Data literatur berguna mendukung data primer dan memperkuat
konsep desain.
Pengumpulan data juga bersumber dari stakeholder. Data dari
stakeholder merupakan data primer yang menjadi sumber utama untuk
mengidentifikasi permasalahan dan menentukan konsep desain pada
perancangan ini. Stakeholder disini merupakan direct user dan user pasif, yaitu
penderita CP dengan tingkat GMFC level I- IV, orang tua penderita,
fisioterapis, dan lembaga pendidik terkait atau Yayasan Pendidikan Penderita
Cacat (YPAC).
3.3.3 Penyusunan Konsep
Penyusunan konsep ini adalah membuat sketsa rancangan awal desain
CYLOR berdasarkan data-data yang telah diperoleh yang nantinya akan
digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan desain CYLOR. Output pada
penyusunan konsep yang dimaksud adalah alat berbentuk celana berbahan
spandex yang dilengkapi dengan sensor otot untuk mendeteksi adanya
kontraksi otot pada pasien Cerebral Palsy pengguna orthosis. Sensor otot
nantinya akan terintegrasi melalui tampilan grafik sinyal otot pada smartphone
android.
3.3.4 Pembuatan Desain
Pembuatan desain CYLOR didapatkan dari rancangan konsep yang
telah dibuat dengan melakukan eksplorasi terkait referensi penggunaan
orthosis, karena desain dari alat evaluasi ini belum ada alat yang serupa dengan
CYLOR sehingga dalam pembuatan desain memperhatikan keluhan-keluhan
pasien dan data yang terkumpul terkait penggunaan orhosis. Selain itu, sebisa
mungkin penempatan sistem dan kabel untuk memberikan rasa nyaman,
sehingga alat evaluasi dengan sistem sensor dapat bekerja dengan baik.
3.3.5 Pembuatan Prototype dan Evaluasi
Pembuatan prototype sesuai dengan konsep dan desain yang telah
didapatkan sebelumnya. Proses prototiping dilakukan dengan pembuatan
celana dan penyusunan sistem sensor. Proses paling akhir yang dilakukan
adalah proses finishing yang meliputi pemasangan sistem android, pemberian
label produk, dan proses packaging atau pengemasan. Pembuatan prototype
juga termasuk pembuatan perangkat lunak pada sistem android. Perancangan
8

perangkat lunak ini menggunakan software Arduino Uno dengan mengaktifkan


bluetooth pada smartphone untuk selanjutnya dilakukan pemrograman pada
android.

3.4 Sistem Kerja Alat

Gambar 3.2 Sistem kerja alat

Elektrode yang merupakan penghubung antara permukaan kulit dengan


alat diletakkan pada daerah quadriceps femoris, hamstring, dan calf muscle
untuk mendeteksi kontraksi otot tersebut karena selama berjalan ketiga area
otot tersebut bekerja. Saat fase kontak awal, gluteus maximus dan biceps
femoris mengontrol fleksi hip sedangkan tibialis anterior mengontrol dan
memperlambat kaki. Selama double support pertama, rectus femoris memiliki
peran ekstensor untuk mengontrol dan memperlambat fleksi lutut serta sebagai
shock absorber selama loading response. Pada saat yang sama, kerja hamstring
berkurang untuk memflesikan lutut dan kerja gluteus maximus meningkat yang
memungkinkan untuk akselerasi hip, serta gluteus medius untuk menstabilkan
pelvis. Di akhir fase stance, tibialis anterior memulai fase swing. Selama fase
swing, otot-otot flexor hip (adductor longus, sartorius, illiacus, dan gracilis)
memiliki aktivitas berkelanjutan untuk memajukan hip dan fleksi lutut. Sebagai
tambahan, biceps femoris meningkatkan fleksi lutut dan tibialis anterior serta
extensor digitorum longus mengangkat kaki dari plantar fleksi. Selama fase mid
swing, hip terus bergerak maju dan terdapat kesejajaran vertikal antara tibia
dengan kaki. Aktivitas Iliacus, sartorius, rectus femoris dan gracilis telah
berhenti. Tibialis anterior mendukung dan mempertahankan posisi ankle.
Gluteus medius contro-lateral mendukung posisi pelvis. Fase terminal swing
(akhir siklus gait), hamstring bekerja pada sendi hip dan lutut untuk
9

memperlambat gerakan kaki ke depan. Rectus femoris mengekstensi lutut dan


tibialis anterior memposisikan sendi ankle untuk memastikan kontak dengan
tanah.

Sinyal otot akan yang telah ditangkap elektrode akan dibaca oleh
Myoware muscle sensor. Arduino UNO, yang merupakan pusat control sistem
yang akan mengolah data input dan output, akan membaca data dari Myoware
muscle sensor dan mengirimkan data digital serta ditampilkan pada Bluetooth
HC-05 yang telah terhubung dengan pin RX-TX pada arduino. Bluetooth HC-
05 harus sudah terhubung pada koneksi bluetooth android, sehingga pada
aplikasi bluetooth Terminal HC-05 di android akan menerima data yang dikirim
melalui bluetooth HC-05.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)

1 Peralatan penunjang Rp 8.340.000,-

2 Bahan habis pakai Rp 270.000,-

3 Perjalanan Rp 100.000,-

4 Lain-lain (administrasi, publikasi, laporan) Rp 1.290.000,-

Jumlah Rp 10.000.000,-

4.2 Jadwal Kegiatan


Bulan Person
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 Penanggung-jawab
1. Persiapan Lusiana Regita C.
2. Pelaksanaan
- Identifikasi masalah Lusiana Regita C.
- Pengumpulan data Indah Putri I.
- Penyusunan konsep Indah Putri I.
- Desain rancangan Aditya Nurdian R.
- Pembuatan prototype Aditya Nurdian R.
- Evaluasi dan perbaikan Aditya Nurdian R.
3. Penyusunan laporan Lusiana Regita C.
10

DAFTAR PUSTAKA
Destiana (2019) ‘Pengaruh teknologi informasi berbasis android (Smartphone) dalam
pendidikan industry 4.0’, Prosiding seminar nasional pendidikan program
pascasarjana universitas pgri palembang, pp. 190–197.

Eddison, N. and Chockalingam, N. (2012) ‘The effect of tuning ankle foot orthoses –
footwear combination on the gait parameters of children with cerebral palsy’. doi:
10.1177/0309364612450706.

Fadhlillah, R; Susmartini, S; Herdiman, L. (2020) ‘Realtime health monitoring system


design for children with cerebral palsy using internet of things Realtime health
monitoring system design for children with cerebral palsy using internet of things’,
Journal of Physics: Conference Series. doi: 10.1088/1742-6596/1450/1/012119.

Fahmi, F., Mukhlis, H. and Siregar, B. (2019) ‘Electrical signal recording on leg muscle
for footwear ergonomic analysis Electrical signal recording on leg muscle for
footwear’. doi: 10.1088/1757-899X/505/1/012036.

Fatoni, A. et al. (2014) ‘PERANCANGAN PROTOTYPE SISTEM KENDALI


LAMPU MENGGUNAKAN HANDPHONE ANDROID’, 1(September).

Himmelmann, K. (2013) ‘Epidemiology of cerebral palsy’, 111, p. 536832.

Kholilah, I., Rafi, A. and Tahtawi, A. (2016) ‘Aplikasi Arduino-Android untuk Sistem
Keamanan Sepeda Motor’, 1(1), pp. 53–58.

Ni’amah, S. (2017) ‘DESAIN ORTHOSIS UNTUK PENDERITA CEREBRAL


PALSY SPASTIK DENGAN KONSEP EASY TO USE , LIGHTWEIGHT , DAN
SOCIAL CONFIDENT’.

Rohman (2019) ‘BAB II Tinjauan Pustaka ESI’, Psikologi Perkembangan,


1995(October 2013), pp. 1–224.
11

LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota serta Dosen Pembimbing yang


Ditandatangani
12
13
14

Lampiran Biodata Dosen Pembimbing

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Martha Kurnia Kusumawardani


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
4 NIP 197703022014122001
5 Tempat dan Tanggal Lahir Sidoarjo, 2 Maret 1977
6 Alamat E-mail dr.marthakurnia.spkfr@gmail.com
7 Nomer Telepon/HP 081330306757
B. Riwayat Pendidikan
Gelar Akademik Sarjana S2/Magister
Nama Institusi Uniersitas Airlangga Universitas Airlangga
Ilmu Kedokteran Fisik dan
Jurusan/Prodi Kedokteran Umum Rehabilitasi
Tahun Masuk-Lulus 1995-2001 2008-2013
C. Rekam Jejak Tri Dharma PT
C.1. Pendidikan/Pengajaran
No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1 Aktifitas Fungsional Wajib 2
2 Muskuloskletal Wajib 2
3 Neuropsikiatrirehabilitasi Wajib 2
Keterampilan Medik dan
4 Tutorial Wajib 2
5 Rehabilitasi Stroke Wajib 2
C.2. Penelitian
Penyandang
No Judul Penelitian Tahun
Dana
1 Profil Gangguan Fungsi dan Tata Mandiri 2019
Laksana Rehabilitasi Medik pada
Penderita Stroke di Ruang Rawat
Inap Seruni A RSUD Dr Soetomo
Surabaya tahun 2018
2 Komparasi efektivitas terapi bekam Penelitian 2018
terhadap opioid oral pada hewan Unggulan FK
coba nyeri inflamasi UNAIR
15

3 Increasing of Tibial Inclination Gait Analysis 2019


Using GRAFO in Weakness of Project
Dorsiflexion Muscle : A case series
4 Clinical Profile of Stroke: The Penelitian Divisi 2018
Experience in Dr. Soetomo General Neuromuskuler
Academic Hospital
5 Review on Machine Learning Program 2019
Applications in Assisted Treadmill Penelitian
for Stroke Rehabilitation Kolaborasi
Indonesia
(PPKI)
6 Design of Multi-Sensor Wireless Program 2019
Nodes and Gateway for Machine Penelitian
Learning Controller Kolaborasi
Indonesia
(PPKI)
7 Design of Framework for Program 2019
Rehabilitation System Penelitian
Kolaborasi
Indonesia
(PPKI)
C.3. Pengabdian Kepada Masyarakat

Judul Pengabdian kepada


No Penyandan Dana Tahun
Masyarakat
1 Pelatihan Prolanis Like System BPJS Regional 2015
oleh BPJS Regional Jatim dan Jatim dan
PERDOSRI Jatim Pelayanan PERDOSRI
Rehabilitasi Medik Dasar dan Jatim
Rujukan Balik untuk FKTP se-
Surabaya (topik : Stroke)
2 Diklat JKN UPTD Puskesmas UPTD 2016
Dupak (Rehabilitasi Puskesmas
Osteoarthritis dan Stroke) Dupak
3 Pengabdian Masyarakat Dinkes Kab 2017
Fakultas Kedokteran Univ. Sidoarjo
Airlangga - Dinkes Kab
Sidoarjo
16
17

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Perlengkapan yang Harga Satuan
Volume Nilai (Rp)
diperlukan (Rp)
- Myoware Muscle
6 Rp 765.000,- Rp 4.590.000,-
Sensor
- Elektroda 18 Rp 97.000,- Rp 1.746.000,-
- Microcontroller 2 Rp 113.000,- Rp 226.000,-
- Modul Bluetooth 2 Rp 60.000,- Rp 120.000,-
- Baterai min 9 Volt 2 Rp 50.000,- Rp 100.000,-
- Rangkaian kabel 10 Rp 10.000,- Rp 100.000,-
- Software dan aplikasi 1 Rp 1.140.000,- Rp 1.140.000,-
- Arduino 1 Rp 318.000,- Rp 318.000,-
- SUB TOTAL(Rp) Rp 8.340.000,-
2.Bahan Habis Harga Satuan
Volume Nilai (Rp)
(Rp)
- Kain Spandex 6 Rp 45.000,- Rp 270.000,-
- SUB TOTAL(Rp) Rp 270.000,-
3. Perjalanan Harga Satuan
Volume Nilai (Rp)
(Rp)
- Keperluan pembelian
5 Rp 10.000,- Rp 50.000,-
bahan
- Keperluan uji coba
(kampus ke lokasi uji 5 Rp 10.000,- Rp 50.000,-
coba pp)
- SUB TOTAL(Rp) Rp 100.000,-
4. Lain-lain Harga Satuan
Volume Nilai (Rp)
(Rp)
- Biaya jasa layanan
1 Rp 125.000,- Rp 125.000,-
instrumentasi android
- Biaya jasa
pembuatan celana 2 Rp 100.000,- Rp 200.000,-
atau legging
- Biaya jasa perakitan 2 Rp 105.000,- Rp 210.000,-
- Biaya jasa animasi 1 Rp 500.000,- Rp 500.000,-
- Biaya uji coba
2 Rp 95.000,- Rp 190.000,-
produk
- Biaya publikasi 1 Rp 35.000,- Rp 35.000,-
18

- Biaya administrasi 1 Rp 30.000,- Rp 30.000,-


- SUB TOTAL (Rp) Rp 1.290.000,-
TOTAL 1+2+3+4 (Rp) Rp 10.000.000,-
(Terbilang Sepuluh Juta Rupiah)
19

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas

Program Bidang Alokasi Waktu


No. Nama/NIM Uraian Tugas
Studi Ilmu (jam/minggu)
1 Lusiana Regita D-IV Kesehatan 12 jam/ -Analisis
C. / Fisioterapi minggu perkembangan
151910283008 penggunaan
orthosis pasien
Cerebral
Palsy.
-Pengumpulan
data atau
literatur.
- Evaluasi
perbaikan.
2 Indah Putri D-IV Kesehatan 12 jam/ -Menyusun
Insani/15191028 Fisioterapi minggu rancangan
3009 konsep
Myoware
Muscle Sensor
-Menyusun
rancangan
sistem android
pada
smartphone
dan cara kerja
alat
3 Aditya Nurdian D-IV Kesehatan 12 jam/ -Perancangan
R/15191028301 Fisioterapi minggu mekanisme
5 kerja alat
- Mendesain
3D prototype
CYLOR
20

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana


21

Lampiran 5. Gambaran Teknologi yang Akan Dikembangkan

Myoware dan
Elektrode

Rangkaian Sistem Bluetooth Android pada smartphone

Anda mungkin juga menyukai