MAKASSAR
JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan study kasus
ini yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Gerak Dan Kelemahan
Pada Kedua Tungkai Et Causa Paraparese Post Op Mammae”.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan kami untuk mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak guna perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Makassar, 28 November 2022
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
DAFTAR ISI.....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................5
A. Latar Belakang....................................................................................................5
BAB II TINJAUAN KASUS............................................................................................8
A. Tinjauan Tentang Anatomi Fisiologi..................................................................8
B. Tinjauan Tentang Paraparese et causa Chemotherapy.....................................10
BAB III TINJAUAN ASSESMEN DAN INTERVENSI FISIOTERAPI......................17
A. Tinjauan Assesmen Fisioterapi.........................................................................17
B. Tinjauan Tentang Intervensi Fisioterapi...........................................................18
BAB IV PROSES ASSESMENT FISIOTERAPI..........................................................23
A. Identitas Pasien.................................................................................................23
B. History Taking..................................................................................................23
C. Inspeksi/Observasi............................................................................................23
D. Pemeriksaan/Pengukuran Fisioterapi................................................................24
E. Diagnosa Fisioterapi (ICF-ICD).......................................................................32
BAB V PROSEDUR INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI.......................34
A. Rencana Intervensi Fisioterapi..........................................................................34
B. Strategi Intervensi Fisioterapi...........................................................................34
C. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi....................................................36
D. Edukasi dan Home Program.............................................................................38
E. Evaluasi.............................................................................................................38
BAB VI PEMBAHASAN..............................................................................................40
A. Pembahasan Assessment Fisioterapi.................................................................40
B. Pembahasan Tentang Intervensi Fisioterapi.....................................................41
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................44
A. Kesimpulan.......................................................................................................44
B. Saran.................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................45
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
saat ini, istilah paraparese umumnya dipakai untuk semua keadaan kelemahan
Bagian posterior korpus vertebra hancur sehingga fragmen tulang dan diskus
dapat bergeser ke kanalis spinalis. Jika vertebra berkurang lebih dari 50%, gaya
bagian bawah . Hal ini terjadi karena adanya defek antara sendi facet superior
dan inferior (pars interartikularis). paraparese adalah adanya defek pada pars
memberikan hasil yang baik. paraparese dapat terjadi pada semua level
vertebrata, tapi yang paling sering terjadi pada vertebrata lumbal bagian
bawah(Iskandar, 2002).
5
Kondisi tersebut di atas dapat membawa konsekuensi langsung maupun
dalam mobilitas (duduk, berdiri, berjalan dan lari), sedangkan yang tidak
tulang lain yang berada di bawahnya yang di akibatkan kompresi pada tulang
operasi menggambarkan adanya nyeri. Nyeri berat yang bersifat radikuler, tidak
cidera pada tulang vertebra sekitar 70% karena trauma dan kurang lebih
setengahnya termasuk cedera pada vertebra , sekitar 50% dari kasus trauma
kecelakaan dirumah sekitar 10%. Mayoritas dari kasus trauma ditemukan adanya
fraktur atau dislokasi, kurang dari 25% hanya fraktur saja (Bromley, 1991).
adanya gangguan fungsional dasar seperti gangguan miring, duduk dan berdiri
6
Dalam hal ini fisioterapis berperan dalam pemeliharan dan peningkatan
lainnya pada kasus-kasus seperti ini sangat dibutuhkan, baik selama pasien
dirawat di rumah sakit maupun setelah kembali di keluarganya. Dalam hal ini,
gerak dan kelemahan pada kedua tungkai et causa paraparese post chemotherapy
7
BAB II
TINJAUAN KASUS
Medula spinalis berfungsi sebagai pusat refleks spinal dan juga sebagai
jaras konduksi impuls dari atau ke otak. Medula spinalis terdiri dari substansia
alba (serabut saraf bermielin) dengan bagian dalam terdiri dari substansia grisea
(jaringan saraf tak bermielin). Substansia alba berfungsi sebagai jaras konduksi
impuls aferen dan eferen antara berbagai tingkat medulla spinalis dan otak.
H capital, kedua kaki huruf H yang menjulur ke bagian depan tubuh disebut
kornu anterior atau kornu ventralis, sedangkan kedua kaki belakang dinamakan
Kornu ventralis terutama terdiri dari badan sel dan dendrit neuron-neuron
motorik eferen multipolar dari radiks ventralis dan saraf spinal. Sel kornu
ventralis (lower motor neuron) biasanya dinamakan jaras akhir bersama karena
setiap gerakan (baik yang berasal dari korteks motorik serebral, ganglia basalis
atau yang timbul secara refleks dari reseptor sensorik) harus diterjemahkan
sensorik yang akan menuju ke tingkat SSP lain sesudah bersinaps dengan
neuron asosiasi, serabut eferen sistem saraf otonom, serta aksonakson yang
berasal dari berbagai tingkatan SSP. Neuron internunsial menghantar impuls dari
satu neuron ke neuron lain dalam otak dan medulla spinalis. Dalam medulla
dengan yang lain, dan hanya beberapa yang langsung mempersarafi sel kornu
ventralis. Hanya sedikit impuls saraf sensorik yang masuk ke medulla spinalis
atau impuls motorik dari otak yang langsung berakhir pada sel kornu ventralis
lewat sel-sel internunsial dan kemudian impuls tersebut mengalami proses yang
penting, yang membawa serabut-serabut untuk jaras nyeri dan suhu. Jaras untuk
berbagai bagian otak yang menuju neuron-neuron motorik batang otak dan
traktus ini dapat hanya berjalan antara beberapa segmen medulla spinalis,
9
B. Tinjauan Tentang Paraparese et causa Post OP Mammae
adalah pola perjalanan yang singkat dan relative berat. Jadi, paraparesis
disebabkan olah lesi mekanisme saraf atau otot yang terjadi secara
Paraparesis juga dapat berasal dari lesi pada lokasi lain yang
LMN (lesi pada cornu anterior, kauda equina, dan neuropati perifer).
karena cedera pada neural sensori, motorik dan autonomi di dalam medulla
spinalis(Anwar,2006).
segmen dari medulla spinalis dapat rusak secara sekaligus. Infeksi langsung
1
Paraparese adalah suatu keadaan berupa kelemahan pada
sebabkan oleh berbagai macam hal. Diantaranya adalah genetik, infeksi dan
1
1. Jenis dan distribusi Lesi di otak: “distribusi piramidalis” yaitu
kelemahan bagian distal terutama otot-otot tangan;
ekstensor lengan dan fleksor tungkai lebih
lemah.
Lesi di medula spinalis: bervariasi, bergantung
lokasi lesi.
2. Tonus Spastisitas: lebih nyata pada fleksor lengan dan ekstensor
tungkai
3. Massa Otot Hanya sedikit mengalami atrophy
4. Refleks Fisiologis Meninggi
5. Refleks Patologis Ada
6. Fasikulasi Tidak ada
7. Konus Seringkali ada
metastase tumor. Pada anak-anak atau dewasa muda, sindrom ini lebih tidak
paraplegia pada spinal cord jarang terjadi. Sindrom tersebut biasanya terjadi
Jika refleks tendon hilang disertai tidak adanya sensorik pada pasien
dengan paraparesis akut maka kasus yang sering terjadi adalah sindrom
Guillain Barre. Ini terjadi pada semua umur. Hilangnya sensorik merupakan
1
pemeriksaan CSF dan elektromiografi (EMG). Pada negara berkembang,
spinalis yang terkena lesi, tonus otot bersifat flaccid dan reflex tendon
hematoma)
d) Mielitis transversa
Sindrom GuillainBarre atau oleh miopati dan pada kasus ini studi
kerusakan topisnya :
otot bagian tubuh yang terletak di bawah tingakt lesi. Lesi yang memotong
dapat mengakibatkan kelumpuhan UMN pada otot yang berada di bawah C5,
yaitu sebagian dari kedua otot – otot kedua lengan yang berasal dari
miotoma C6 sampai miotoma C8, kemudian otot – otot thorax dan dan
1
Akibat terputusnya lintasan somatosensory dan lintas autonom
penderita tidak dapat melakukan buang air besar dan kecil, serta tidak
dasarnya serupa dengan lesi yang terjadi pada daerah servikal yaitu pada
tingkat lesi terjadi gangguan motorik berupa kelumpuhan LMN pada otot-
otot yang merupakan sebagian kecil dari otot-otot toraks dan abdomen,
dapat mengenai kornu anterior medulla spinalis. Dan dibawah tingkat lesi
1
4. Gambaran Klinis et causa Chemotherapy
Paraparese memiliki gejala sendri yang spesifik, gejala utama adalah
(Japardi, 2004).
e) Kesulitan berjalan.
f) Goyah/mudah terjatuh.
Gejala ini mulai muncul dengan cepat dan pada saat yang sama
disimpan untuk waktu yang lama. Dalam kasus yang parah, paraparese
organ panggul. Selain itu dapat didiagnosis kelemahan otot yang parah,
manusia menjadi apati, hamper tidak makan dan tidur perubahan suasana
penyakit. Pada usia yang lebih tua, diagnosa harus baik dihapus atau di
dikakinya yang terkena , dia sering dapat dibakar atau menyakiti diri
sendiri dan tidak ada itu tidak merasa. Oleh karena itu orang-orang
(Hariyono S,2003).
1
BAB III
History
Taking
Inspeksi kemo terapi pada bulan 7
5 bulan yang lalu pasien melakukan
Statis: Pemeriksaan dan Pengukuran
2022, setelah melakukan kemo terapi, pasien mengalami drop, dan
kaki pingsan
pasien spastik,
selamakaki Nampak
3 hari. Setelahsemi fleksi, merasakan
itu pasien Kontrakturlemas, dan
Dinamis:
pasien datng menggunakan kursiVas
Palpasi roda MMT
Kesulitan melakukan Gerakan fullDiam: 0 Sinistra:3 Dextra: 3
Tidak
ROM terdapat Tekan: 5
Pasien Nampak meringis ketika menggerakkan
Gerak:
spasme pada otot- otottungkai (hamstring, 8 kaki
quadriceps,
Nyeri,keterbatasan gerak dan Gangguan gerak pada tungkai bawah akibat paraprese
1
B. Tinjauan Tentang Intervensi Fisioterapi
2. Terapi Latihan
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan
keseimbangan dan
1
kemampuan fungsional. Indikasi Terapi Latihan.
1
Indikasi terapi latihan berikut ini beberapa keadaan yang umumnya
a. Nyeri
bantuan, latihan aktif dengan bantuan mandiri, latihan aktif dan latihan
stretching (penguluran).
1) Latihan Pasif
2) Latihan Aktif
berdiri. Cara olahraga duduk berdiri pasine perlu dilakukan agar pasien
terbiasa melakukan latihan diatas dan mudah untuk dilatih ke tahap berjalan.
2
a. Tempatkan bantal di atas dudukan kursi roda dan kunci ban kursi roda
dengan kaki lurus dan tangan kanan pasien memegang pegangan kursi
roda
c. Latihan ini paling baik dilakukan sehari 2x atau pagi sore supaya pasien
e. Jika pasien kuat dengan pegangan di kursi roda maka tahap selanjutnya
pasien haruis dilatih di bawah atau di lantai namun pegangan masih erat
4. Balance
balance perception.
2
Keseimbnagan statis adalah keseimbangan yang
1. Berdiri di atas dasar yang sempit (balok keseimbangan, rel kereta api)
untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain titik dengan
a) Menari
c) Ski air
d) Skating
e) Sepatu roda
2
f) Latihan duduk dan tarik badan ke belakang
2
BAB IV
PROSES ASSESMENT FISIOTERAPI
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. R P
Umur : 60 thn
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Makassar
B. History Taking
C. Inspeksi/Observasi
1. Statis
b) Kontraktur
2. Dinamis
2
b) Pasien kesulitan mengangkat kedua kakinya
D. Pemeriksaan/Pengukuran Fisioterapi
1. Vital sign
d) Suhu : 36 C
2. Palpasi
a) Suhu : Normal
Dasar Hip
tahanan minimal
tahanan minimal
2
Abduksi ROM terbatas, ROM terbatas, Tidak Mampu
tahanan minimal
tahanan minimal
tahanan minimal
tahanan minimal
Knee
tahanan
tahanan minimal
Ankle
2
Gerak Aktif Pasif TIMT
tahanan
tahanan
Nilai otot
Grup otot Dextra Sinistra
Extremitas Inferior M. Hamstring 3 3
M. Quadriceps
M. Gastrocnemius
Nilai Keterangan
0 Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
1 Adanya kontraksi otot, dan tidak ada pergerakan sendi
2 Adanya kontraksi otot, dan adanya pergerakan sendi full ROM
3 Adanya kontraksi otot, dan adanya pergerakan sendi ROM dan mampu
melawan gravitasi
4 Adanya kontraksi otot, adanya pergerakan sendi full ROM, mampu
melawan gravitasi dan tahanan minimal
5 Mampu melawan tahanan maksimal
2
6. Visual Analog Scale
a) Nyeri diam = 0
b) Nyeri gerak = 8
c) Nyeri tekan = 6
2
2 = Berjalan dengan bantuan satu
orang
3 = Mandiri
10 Naik tangga 0 = Tidak mampu 1
mandiri 1 = Butuh
bantuan
2 = Mandiri
Total 0-8 7
Interpretasi :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9- 11 : Ketergantungan sedang
8-5 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
Hasil : 7 (Ketergantungan berat)
2
stool
Instruksi : Silahkan duduk dengan melipat tangan selama 2
menit. ( ) 4 Mampu duduk dengan aman selama 2 menit
( ) 3 Mampu duduk selama 2 menit dibawah
pengawasan ( ) 2 Mampu duduk selama 30 detik
( ) 1 Mampu duduk selama 10 detik
( ) 0 Tidak mampu duduk tak tersangga selama 10 detik
4. Berdiri ke duduk
Instruksi : Silahkan duduk.
( ) 4 Duduk aman dengan bantuan tangan
minimal ( ) 3 Mengontrol gerakan duduk dengan
tangan
( ) 2 Mengontrol gerakan duduk dengan paha belakang menopang
dikursi
( ) 1 Duduk mandiri tetapi dengan gerakan duduk tak terkontrol
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk duduk
5. Transfer
Instruksi : Atur jarak kursi . Mintalah subyek untuk berpindah dari kursi
yang memiliki sandaran tangan ke kursi tanpa sandaran atau dari tempat
tidur ke kursi.
( ) 4 Mampu berpindah dengan aman dan menggunakan tangan minimal.
(√ ) 3 Mampu berpindah dengan aman dan menggunakan tangan
( ) 2 Dapat berpindah dengan aba-aba atau dibawah pengawasan
( ) 1 Membutuhkan satu orang untuk membantu
( ) 0 Membutuhkan lebih dari satu orang untuk membantu
3
mampu berdiri 15 Detik
3
12. Menempatkan kaki bergantian ke stool dalam posisi berdiri tanpa
penyangga
Instruksi : Tempatkan kaki pada step stool secara bergantian.
Lanjutkan pada stool berikutnya
( ) 4 Mampu berdiri mandiri dan aman, 8 langkah selama 20 detik
( ) 3 Mampu berdiri mandiri dan aman, 8 langkah selama >20 detik
( ) 2 Mampu malakukan 4 langkah tanpa alat bantu dengan pengawasan
( ) 1 Mampu melakukan >2 langkah, membutuhkan bantuan minimal
( ) 0 Membutuhkan bantuan untuk tidak jatuh
tinggi
Dermatom
Interpretasi:
3
Adanya gangguan pada tes dermatom miotom L4 dan L5 yang mempengaruhi
3
Dermatom L4: Aspek media kaki ke ibu jari kaki
Miotom L4: Dorsofleksi pergelengan kaki/inversi pergelangan kaki
Dermatom L5: Dorsum sentral kaki ke jari tengah
Miotom L5: Ekstensi ibu jari
Problematik Fisioterapi
3
Keterbatasan ROM PFGD
2. Activity Limitation
3. Participation Retriction
3
BAB V
PROSEDUR INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI
1. Impairment
a. Nyeri pada kedua Untuk mengurangi nyeri TENS
lutut
2 Activity Limitation
3
a.Kesulitan Untuk mengembalikan pasif exercise, aktif
exercise
mengerakan kaki kemampuan melakukan
aktivitas menggerakkan
kaki tanpa keluhan.
b. Kesulitan saat duduk Untuk mengembalikan Latihan duduk ke
dan berdiri kemampuan duduk ke berdiri
berdiri tanpa keluhan.
3. Participan Restriction
Untuk mengembalikan Terapi Latihan, Ltihan
Kesulitan dalam Balance
aktivitas sosial baik di
melakukan kegiatan
lingkungan keluarga
sehari hari
maupun pekerjaan tanpa
keluhan dan hambatan
3
C. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi
Impairment
a. Nyeri pada kedua lutut Untuk mengurangi nyeri a. TENS
Posisi pasien :
supne lying
Posisi fisioterapis :
berada di samping
bed pasien
Penatalaksanaan :
pasien dalam posisi
berbaring, fisioterapi
memberikan
pemanasan TENS
pada bagian medial
dan lateral kedua
lutut pasien
3
c. Gangguan Untuk melatih a.Balance
Posisi pasien: duduk
keseimbangan keseimbangan pasien
Posisi Fisioterapis:
Berdiri di depan pasien
Penatalaksanaan: Pasien
dalam posisi duduk di
pinggir bed, kemudian
terapis membantu pasien
berdiri di dengan
tongkat 4 kaki,
kemudian terapis
melepaskan tubuh
pasien agar pasien bisa
menjaga
keseimbangannya
Activity Limitation
a.Kesulitan menggerakkan Untuk mengembalikana.pasif exercise
Posisi pasien:Supine
kaki kemampuan melakukan
lying
aktivitas menggerakkan Posisi fisioterapis:
berada di samping bed
kaki tanpa keluhan.
pasien
Penatalaksanaan:Pasien
dalam posisi baring,
fisioterapi menggerakan
kaki pasien secara pasif
b.Aktif exercise
Posisi pasien: Supine
lying
Posisi
Fisioterapis:berada di
samping bed pasien
Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan:Pasien
dalam posisi baring,
fisioterapi
mencontohkan Gerakan
kepada pasien kemudian
menginsturksikan pasien
untuk mengulangi
Gerakan secara mandiri
c.Latihan Balance
Posisi pasien: duduk
Posisi Fisioterapis:
Berdiri di depan pasien
Penatalaksanaan: Pasien
dalam posisi duduk di
3
pinggir bed, kemudian
terapis membantu pasien
berdiri di dengan
tongkat 4 kaki,
kemudian terapis
melepaskan tubuh
pasien agar pasien bisa
menjaga
keseimbangannya
a. Edukasi
b. Home Program
E. Evaluasi
Evaluasi
No Problematik Intervensi Fisioterapi
Awal Terapi Akhir Terapi
Evaluasi Jangka Pendek
1 Nyeri pada TENS VAS : VAS :
kedua lutut Nyeri diam : 0 Nyeri diam : 0
Nyeri tekan : 6 Nyeri tekan : 5
Nyeri gerak : Nyeri gerak :
8 7
2 Kelemahan Strengthening,
MMT MMT
pada
Aktif exercise
ekstremitas -Dextra: 3 -Dextra: 3
superior sisi
-Sinistra: 3 -Sinistra:4
dextra dan
sinistra
4
3 Gangguan Latihan Balance BBS: 4(Resiko jatuh BBS: 7 (Resiko
Keseimbangan tinggi) jatuh tinggi)
4
BAB VI
PEMBAHASAN
1. History Taking
oleh pasien melalui tanya jawab, pada saat melakukan anamnesis seorang
2. Inspeksi
yaitu inspeksi statis (inspeksi pada saat diam atau tidak bergerak) dan
3. Pemeriksaan/Pengukuran Fisioterapi.
dari ”tidak nyeri, ringan, sedang atau berat” . Secara operasional VAS
4
pasien saat ini.
dan pasien akan diminta menahan dorongan tersebut, lalu nilai atau skor
perangsangan saraf secara elektris melalui kulit. Dua pasang elektroda yang
frekuensi denyut listrik yang dihasilkan oleh mesin. Denyut ini menghambat
pesan nyeri yang dikirim ke otak dari rahim dan leher rahim serta merangsang
listrik melalui kulit untuk kontrol rasa sakit, dihubungkan dengan kulit
4
b. Terapi Latihan
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan
menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk pemeliharaan
kemampuan fungsional.
bantuan, latihan aktif dengan bantuan mandiri, latihan aktif dan latihan
stretching (penguluran).
• Latihan Pasif
• Latihan Aktif
Latihan duduk berdiri dapat melatih penguatan otot punggung dan otot
terbiasa melakukan latihan diatas dan mudah untuk dilatih ke tahap berjalan.
d. Balance
4
(kaki) dan meningkatkan sistem vestibular atau kesimbangan tubuh, dimana
sangat kecil.
4
BAB VII
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
kelemahan kedua anggota gerak bawah yang dialami pasien sejak ± 5 bulan
pada kedua tungkai dam tidak bisa berdiri. Awal bulan September pasien mulai
B. Saran
tetap rutin membawa pasien untuk terapi serta home program yang diberikan
4
DAFTAR PUSTAKA
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/1091/AYU%20MELINDA%20KT I.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
http://eprints.ums.ac.id/36344/7/BAB%20I.pdf
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-3_Trauma-
Medulla-Spinalis.pdf
https://www.bing.com/search?q=tens&qs=n&form=QBRE&sp=-1&pq=t&sc=10-
1&sk=&cvid=DC2656FEDB62456C9E55F2F58A351D67&ghsh=0&ghacc=0&ghpl=
https://www.bing.com/search?q=terapi+latihan&qs=n&form=QBRE&sp=-
1&pq=&sc=0-
0&sk=&cvid=B83DABC5709140349976F691070395BE&ghsh=0&ghacc=0&ghpl
=