Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM

ALIRAN FLUIDA

KELOMPOK :

1. Zainun Walit (201910120311214)


2. Naufal Nibros (201910120311215)
3. Muhammad Sasmito (201910120311216)
4. M Fariz Maulana (201910120311217)
5. Zidniy Alfian Barik (201910120311218)

FAKULTAS
TEKNIKJURUSANTEKNI
KMESIN
LABORATORIUMFENOMENADASARMESIN

i
LAPORAN PRAKTIKUM

ALIRAN FLUIDA

NAMA : NAUFAL NIBROS

NIM : 201910120311215

KELOMPOK : 33

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN

ii
LAPORAN PRAKTIKUM

ALIRAN FLUIDA

NAMA : MUHAMMAD SASMITO

NIM : 201910120311216

KELOMPOK : 33

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN

UNIVERSITASMUHAMMADIYAHMALANG
iii
FAKULTASTEKNIK
JurusanTeknik:Mesin,Sipil,Elrktro,Informatika,IndustridanD3elektro

Jl. RayaTlogomasNo.246Telp.(0341) 46431Psw.127Fak. (0341) 460782Malang

LEMBARASISTENSI

NAMA : Naufal Nibros


No. Induk : 201910120311215

No. Tanggal CatatanAsistensi Ket./Paraf

iv
i
UNIVERSITASMUHAMMADIYAHMALANG
FAKULTASTEKNIK
JurusanTeknik:Mesin,Sipil,Elrktro,Informatika,IndustridanD3elektro

Jl. RayaTlogomasNo.246Telp.(0341) 46431Psw.127Fak. (0341) 460782Malang

LEMBARASISTENSI

NAMA : Muhammad Sasmito


No. Induk : 201910120311216

No. Tanggal CatatanAsistensi Ket./Paraf

i
UNIVERSITASMUHAMMADIYAHMALANG
FAKULTASTEKNIK
JurusanTeknik:Mesin,Sipil,Elrktro,Informatika,IndustridanD3elektro

Jl. RayaTlogomasNo.246Telp.(0341)46431Psw.127Fak.(0341)460782Malang

LEMBARPENGESAHAN

LAPORANPRAKTIKUMFENOMENADASARMESIN

DisusunOleh:

Nama : Naufal Nibros

Kelas :V

NIM : 201910120311215

Fakultas :Teknik

Jurusan :TeknikMesin

BerdasarkanhasilPraktikumFenomenaDasarMesinyangtelahdilaksanakandi
LaboratoriumFenomenaDasarMesinUniversitasMuhammadiyahMalang.

DisetujuiOleh:

KepalaLaboratorium DosenPembimbing
FenomenaDasarMesin

(Ir.HerrySuprianto,M.T) (Ir.Sudarman,M.T.)

ii
UNIVERSITASMUHAMMADIYAHMALANG
FAKULTASTEKNIK
JurusanTeknik:Mesin,Sipil,Elrktro,Informatika,IndustridanD3elektro

Jl. RayaTlogomasNo.246Telp.(0341)46431Psw.127Fak.(0341)460782Malang

LEMBARPENGESAHAN

LAPORANPRAKTIKUMFENOMENADASARMESIN

DisusunOleh:

Nama : Muhammad Sasmito

Kelas :V

NIM : 201910120311216

Fakultas :Teknik

Jurusan :TeknikMesin

BerdasarkanhasilPraktikumFenomenaDasarMesinyangtelahdilaksanakandi
LaboratoriumFenomenaDasarMesinUniversitasMuhammadiyahMalang.

DisetujuiOleh:

KepalaLaboratorium DosenPembimbing
FenomenaDasarMesin

(Ir.HerrySuprianto,M.T) (Ir.Sudarman,M.T.)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Praktikum
Fenomena Dasar Mesin” ini tepat pada waktunya.

Laporan ini kami susun agar pembaca dapat mempelajari ilmu tentang
Fenomena Dasar Mesin khususnya “Aliran Fluida dan Getaran Paksa”. Laporan
ini kami susun dengan berbagai hambatan dan rintangan. Namun dengan penuh
kesabaran, kerja keras, kompak, disiplin, tanggung jawab, dan terutama
pertolongan dari Allah SWT akhirnya laporan ini dapat kami selesaikan dengan
baik sebaik mungkin.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang,19 Januari 2022

Penulis

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Fluida adalah salah satu jenis zat yang sering kita temui dikehidupan sehari-
hari, contohnya air yang kita gunakan untuk minum, mandi, mencuci, menyiram
tanaman dan angin bertekanan yang kita gunakan untuk mengisi ban kendaraan
bermotor. Pengertian sederhana dari fluida adalah suatu zat mampu alir dan dapat
menyesuaikan bentuk dengan bentuk wadah yang ditempatinya. Fluida dapat
berbentuk cair dan gas. Fluida juga mempunyai atau menunjukkan sifat-sifat atau
karateristik yang penting dalam dunia rekayasa.
Aliran fluida sering kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Umumnya fluida
mengalir didalam pipa akan mengalami penurunan tekanan,yang disebut juga
kerugian tekanan (pressure losses). Penurunan tekanan pada aliran fluida didalam
pipa memiliki nilai yang sebanding dengan panjang pipa yang dilalui. Kehilangan
energi terbesar pada sebuah aliran fluida didalam pipa adalah akibat dari gesekan
yang terjadi antara fluida dan dinding dalam pipa, yang disebut kerugian
gesekan(frictionlosses). Kerugian gesekan dipengaruhi oleh kekasaran pipa, panjang
dan diameter pipa, jenisfluida,kecepatan dan bentuk aliran fluida.
Pada perkembangan ilmu pengetahuan mengenai fluida, telah banyak
dikembangkan melalui penelitian untuk mengetahui penurunan tekanan,nilai bilangan
Reynold(Re) suatu fluida dan koefisien gesek(f) dari berbagai jenis pipa.Akan tetapi,
dalam praktek nya pipa-pipa yang tersedia secara komersial tidak diketahui dengan
pasti spesifikasinya.
Fluid friction asparatus model MF 101 merupakan peralatan yang dirancang
untuk mempelajari sifat-sifat aliran fluida tak mampu mampat didalam pipa. Melalui
percobaan yang dilakukan menggunakan peralatan ini,akan diketahui sifat-sifat aliran
fluida terutama hubungan antara perubahantekanan dengan debit aliran fluida melalui
pipa. Perubahan tekanan yangterjadi, erat kaitannya dengan perubahan tekanan masuk
pipa, kecepatan alirandan hambatan aliran fluida.

1.2 Rumusan Masalah


a. Mengapa mahasiswa melaksanakan praktikum aliran fluida ?
b. Bagaimana metode dan prosedur aliran fluida ?
c. Apa hasil dan kesimpulan dari alira fluida ?

v
1.3 Tujuan

a. Mahasiswa mampu membuktikan fenomena aliran dengan menggunakan


persamaan konversi massa, konversi energi untuk mendapatkan faktor faktor
koreksi dan koefisien dari kerugian energi.
b. Untuk memberikan mahasiswa tentang pemahaman lebih lanjut pada
praktikum aliran fluida
c. Untuk mengetahui bagaimana bentuk metode dan prosedur praktikum aliran
fluida
d. Didapat nilai rata-rata dari masing-masing perhitungan yang berfungsi sebagai
data pembanding sehingga diketahui secara jelas anomali yang terjadi selam
praktikum dilakukan.

vi
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Definisi Fluida dan Head


Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara kontinu (terus menerus) bila
terkena tegangan geser, berapapun kecilnya tegangan geser itu. Gaya geser adalah
komponen gaya yang menyinggung permukaan, dan gaya ini yang dibagi oleh luas
permukaan tersebut adalah tegangan geser rata-rata permukaan tersebut

Fluida diklasifikasikan sebagai fluida Newtonian dan non-Newtonian. Dalam


fluida Newtonian terdapat hubungan linear antara besarnya tegangan geser yang
diterapkan dan laju perubahan bentuk yang diakibatkan. Namun, apabila hubungannya
tak linear maka disebut non-Newtonian. Gas dan cairan encer cenderung bersifat
fluida Newtonian sedangkan hidrokarbon berantai panjang yang kental mungkin
bersifat nonNewtonian.

2.2 Sifat-sifat Fluida

Pada dasarnya aliran fluida dapat dibedakan atas dua jenis yaitu aliran
dalam saluran adalah aliran yang dibatasi oleh permukaan–permukaan keras, dan
aliran sekitar benda yang dikelilingi oleh fluida yang selanjutnya tidak terbatas.
Perbedaan demikian hanyalah untuk memudahkan peninjauan saja, karena gejala
dasar dan kelakuan fluida berlaku pada kedua keadaan tersebut. Aliran melalui pipa
dipilih untuk mewakili bentuk penampang lain karena dilapangan secara garis besar
dapat dijumpai dalam aplikasi lapangan (Ridwan, 1999).

Aliran fluida terbagi berdasarkan beberapa kategori diantaranya


berdasarkan sifat pergerakannya adalah sebagai berikut:
1. Uniform Flow Merupakan aliran fluida yang terjadi dimana besar dan arah dari
vaktor kecepatan konstan dari suatu titik ke titik selanjutnya.
2. Non Uniform Flow Aliran yang terjadi dimana besar dan arah vaktor kecepatan
fluida selalu berubah terhadap lintasan aliran fluida tersebut, hal ini terjadi
karena luas penampang medium fluida juga berubah.
3. Steady Flow Merupakan aliran yang terjadi apabila kecepatannya tidak
dipengaruhi oleh waktu, sehingga kecepatannya konstan pada setiap titik pada
aliran tersebut.
4. Non Steady Flow Merupakan aliran yang terjadi apabila ada suatu perubahan
kecepatan aliran tersebut terhadapperubahan waktu.

Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan


menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Fluida tak termampatkan (incompressible).
Pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan
tekanan, sehingga fluida tak termampatkan.
b. Fluida termampatkan (compressible).
Pada keadaan ini, fluida mengalami perubahan volume dengan adanya
perubahan tekanan, sehingga fluida ini secara umum disebut fluida
termampatkan.

vi
i
Fluida dapat juga dibedakan berdasarkan kekentalannya, yaitu fluida nyata
viscous fluid dan fluida ideal non viscous fluid. Fluida nyata adalah fluida yang
memiliki kekentalan, fluida ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari
contohnya air dan udara. Sedangkan fluida ideal, tidak ada dalam kehidupan sehari-
hari dan hanya dipakai dalam teori dan kondisi-kondisi khusus saja.

2.3 Persamaan Kontiunitas

Persamaan kontinuitas adalah persamaan yang menghubungkan


kecepatan fluida dalam dari satu tempat ke tempat lain. Sebelum menurunkan
hubungan, Anda harus memahami beberapa istilah dalam aliran fluida. Garis aliran
(stream line) diartikan sebagai jalur aliran fluida ideal (aliran lunak). Garis
singgung di suatu titik pada garis memberikan kita arah kecepatan aliran fluida.
Garis alir tidak berpotongan satu sama lain. Tabung air adalah kumpulan dari garis-
garis aliran.  Dalam aliran tabung, fluida masuk dan keluar melalui mulut tabung.
Untuk itu, semua fluida tidak boleh dimasukkan dari sisi tabung karena dapat
menyebabkan persimpangan/perpotongan garis-garis aliran. Hal ini akan
menyebabkan aliran tidak tunak lagi.

Persamaan di atas adalah persamaan kontinuitas. Karena sifat fluida yang


inkonpresibel atau massa jenisnya tetap, maka persamaa itu menjadi: A1.v1 =
A2.v2  Menurut persamaan kontinuitas, perkalian antara luas penampang dan
kecepatan fluida pada setiap titik sepanjang tabung aliran adalah konstan.
Persamaan di atas menunjukkan bahwa kecepatan fluida berkurang ketika melalui
pipa lebar dan bertambah ketika melewati pipa sempit. Karena itulah ketika kita
sedang berperahu disebuah aliran sungai, perahu akan melaju semakin cepat ketika
celah hujan semakin menyempit.

vi
ii
2.4 Persamaan Bernoulli

Fluida dinamis mempunyai sebuah hukum yang digunakan acuan yakni


Hukum Bernoulli. Dalam Hukum Bernoulli terdapat persamaan bernoulli yang
mendasari seluruh aplikasi - aplikasinya. Pada artikel ini akan dibahas konsep dari
persamaan bernoulli.
Persamaan Bernoulli berhubungan dengan tekanan, kecepatan, dan ketinggian
dari dua titik aliran fluida dengan massa jenis tertentu. Persamaan ini berdasarkan
kekekalan energi mekanik dan tekanan di mana:

Tekanan+Ekinetik+Epotensial=konstan

sehingga,

dengan:
P = tekanan pada ujung pipa (Pa)
ρ = massa jenis fluida (kg/m^3kg/m3)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s^2m/s2 )
h= ketinggian (m)

ix
2.5 Jenis Aliran Fluida

Aliran fluida dalam pipa dapat bersifat laminar, transisi, dan turbulen.
Parameter yang digunakan untuk mengetahui jenis aliran tersebut adalah bilangan
Reynolds (Re). Dari hasil analisa dimensional diperoleh persamaan:

Keterangan:
ρ = massa jenis, kg/m3
𝑣 = kecepatan rata-rata, m/s
D = diameter, m
μ = viskositas dinamik, kg/m.s

1. Aliran Laminer
Aliran yang bergerak dalam lapisan-lapisan, laminan-laminan dengan satuan
lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar ini, viskositas berfungsi
untuk merendam kecenderungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan.

2. Aliran Turbulen
Aliran dimana penggerak dari partikel-partikel fluida yang sangat tidak menentu
karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida
yang lain dalam skala yang benar. Dalam keadaan aliran turbulen, maka
turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh
fluida sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran.

3. Aliran Transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.
Konsep dasar bilangan Reynolds, merupakan bilangan tak berdimensi yang
dapat membedakan suatu aliran itu dinamakan laminar, transisi atau turbulen.
Bilangan Reynolds adalah bilangan yang tidak berdimensi. Titik kritis aliran
inkompresibel di dalam saluran adalah Re=2000. Jika suatu aliran memiliki
Re2000 disebut aliran turbulen.

2.6 Head Loss


Pada setiap instalasi pipa air bertekanan pasti akan mengalami head loss. Head
loss adalah penurunan tekanan pada fluida yang mengalir di dalam pipa. Head loss
pada instalasi pipa disebabkan oleh beberapa hal, secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu major head loss dan minor head loss. Major head loss disebabkan oleh gesekan
antara fludia yang mengalir dengan dinding pipa dan minor head loss disebabkan oleh
beberapa hal antara lain, aliran masuk fluida ke dalam pipa (inlet), aliran keluar fluida
dari pipa (outlet), sambungan pipa/ fitting atau sambungan pipa tanpa fitting/ butt
fusion, dan yang terakhir katup/ valve. Dibawah ini merupakan gambar yang
menjelaskan tentang posisi terjadinya head loss pada sebuah instalasi perpipaan.

x
Major head loss dapat dihitung dengan menggunakan rumus persamaan dari Hazen-
Williams yang dapat dilihat dibawah ini.

Dengan keterangan:
hf        = Kehilangan tekanan/ head loss (m)
C         = Koefisien pipa (Pipa PVC, PE, PPR = 150)
Q         = Debit air (lt/s)
d          = Diameter pipa (mm)
L          = Panjang instalasi pipa (m)

Perhitungan diatas hanya berlaku untuk instalasi pipa lurus tanpa ada
penggunaan fitting. Jika instalasi pipa terdapat fitting (belokan dan percabangan)
ataupun terdapat aksesoris seperti valve maka perhitungan perlu ditambahkan
koefisien kehilangan teknanan dari penggunaan fitting atau aksesoris pipa (minor
head loss) yang besarnya disebut k value. k value atau nilai k dipengaruhi dari bentuk
fitting, jenis fititng serta bentuk dari beberapa aksesoris perpipaan yang akan
mempengaruhi aliran fluida yang ada didalam pipa. Nilai k adalah sebuah koefisien
yang telah ditentukan oleh para ahli. Untuk menentukan besarnya minor head
loss dapat dihitung dengan persamaan Darcy-Wisbach sebagai berikut.

Dengan keterangan:
hf        = Kehilangan tekanan/ head loss (m)
k          = Besarnya minor head loss
v          = Kecepatan aliran (m/s)
g          = Gaya gravitasi (m/s2)

xi
Lalu untuk menentukan besarnya tekanan yang hilang dapat dihitung dengan rumus
persamaan dibawah ini.

p = 0,0981 x hf x g

Dengan keterangan:
p          = Tekanan (bar)
hf        = Kehilangan tekanan/ headloss (m)
g          = Gaya gravitasi (m/s2)

Perhitungan diatas sangat berguna dalam menentukan kekuatan pompa air


yang dibutuhkan dalam instalasi perpipaan didalam maupun luar bangunan. Jadi, jika
anda menginginkan seberapa besar tekanan air yang akan mengalir didalam instalasi
pipa anda maka hal pertama yang harus dilakukan bukan membeli pompa dengan
kekuatan tekanan yang besarnya sama seperti besar tekanan air yang anda inginkan
namun, yang perlu dilakukan pertama kali adalah mendesain instalasi perpipaanya dan
menghitung besarnya head loss yang akan terjadi pada instalasi perpipaan tersebut.
Setelah itu baru tentukan besarnya kekuatan pompa dengan cara menghitung besarnya
tekanan rencana ditambahkan dengan besarnya head loss.

xi
i
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

 Stopwatch
 Flow Meter untuk megukur debit aliran dengan bantuan stopwatch
 Rotameter untuk mengukur debit aliran menggunakan ambang
 Ventury Meter untuk mengukur debit aliran menggunakan manometer
hVenturi
 Pengukur tinggi air pada V-notch Weir menggunakan penunjuk tinggi
permukaan hWeir
 K1 : katup utama perpipaan minor losses
 K2 : katup untuk pengaturan pada minor losses
 K3 : katup untuk pengaturan pada pengukuran kerugian tekanan sepanjang
pipa tembaga BWG 3/8”
 K4 : katup untuk pengaturan pada pengukuran kerugian tekanan sepanjang
pipa tembaga AW 1/2”

 K5 : katup untuk pengaturan pada pengukuran kerugian tekanan sepanjang
pipa tembaga AW 3/4”
 S1 : saluran untuk tekanan keluar dari pipa-pipa
 S2 : saluran untuk tekanan dari pipa besar pada pengecilan mendadak
 S3 : saluran untuk tekanan dari pipa kecil pada pengecilan mendadak
 S4 : saluran untuk tekanan dari pipa besar pada pembesaran mendadak
 S5 : saluran untuk tekanan dari pipa kecil pada pembesaran mendadak
 S6 : saluran untuk tekanan keluar katup untuk pengujian koefisien gesekan
pada katup K2

3.2 Cara Percobaan

Mengukur diameter dalam pipa tembaga BWG 3/8”, PVC AW 1/2”,


dan PVC AW3/4”dengan mistarcorng(Vernier caliper).

A. Pengujian koefisien DischargeV-notch Weir dan VenturyMeter.


1. PersiapanPercobaan
a. Tutupsemuakatuppada instalasi(K)dan pembagisaluran (S)
b. Hidupkanmesindengan menekantombolkearahON
c. Birakanmesinbekerjabeberapamenit
d. Persiapkanpenggaris,stopwatch,danlembarcatatan
2. SaatPercobaan
a. Katup saluran pipa K3 dibuka penuh
b. PastikankedudukanairpadaV-
notchWeirsegarisdengansisiterbawahV dan berilah tanda
c. Pastika kedudukan air raksa pada pipa U Ventury meter
dalamkeadaansetimbang (tandai)
d. Buka katup utama secara periodik setiap kalipengukuran
AlatUkur Aliran Fluida (boleh dari bukaan penuh menuju
tertutup) dan lakukan pekerjaan ini bersamaan
xi
ii
1) Ukur debit aliran dari meter-air dari mulai melihat
(denganmenekan tombol start stopwatch) dan akhiri
dengan digit yangdapat anda baca (dan tombol stop
pada stopwatch ditekan).Ulangi hingga 4kali
pengamatan pada tiap bukaan katup.Catat semua data.
2) Catat beda tinggi air raksa (D), ulangi jika terjadi
perubahan.Catatsemua data
3) Catattinggiukur airpada V-Weir. Catat semua data

3. Mengakhiri Percobaan
a. Tutup semua katup yang telah dibuka
b. Pompa tidak perlu dimatikan

B. Pengukuran Kerugian Mayor (dalam pipa dan saluran)


1. Saat percobaan
a. KatupS1terbukapenuh
b. Bukakatuputamapenuh
c. Buka katup K3 secara periodik setiap kali pengukuran (boleh
daribukaanpenuhmenujutertutup)danlakukanpekerjaaninibersa
maan
1) Ukur dan catat semua data debit air meter-air dari mulai
melihat(dengan menekan tombol start stopwatch) dan
akhiri pada digityang dapat anda baca (dan tombol stop
pad stopwatch ditekan).Ulangi hingga 4kali pengamatan
padatiap bukaan katup
2) Catattekanasisi masukP1dan sisi keluarP2
d. Tutup katup K3dan buka katup K4secara periodik setiap
kalipengukuran(bolehdaribukaanpenuhmenujutertutup)danlak
ukanpekerjaan ini bersamaan
1) Ukur dan catat semua data debit air meter-air dari mulai
melihat(dengan menekan tombol start stopwatch) dan
akhiri pada digityang dapat anda baca (dan tombol stop
pad stopwatch ditekan).Ulangihingga4kali
pengamatanpadatiap bukaankatup
2) Catattekanasisi masukP1dan sisi keluarP2
e. Tutup katup K4dan buka katup K5secara periodik setiap kali
pengukuran (boleh dari bukaan penuh menuju tertutup) dan
lakukan pekerjaan ini bersamaan
1) Ukur dan catat semua data debit air meter-air dari mulai
melihat(dengan menekan tombol start stopwatch) dan
akhiri pada digityang dapat anda baca (dan tombol stop
pad stopwatch ditekan).Ulangi hingga 4kali pengamatan
padatiap bukaan katup
2) Catat tekan asisi masuk P1dan sisi keluar P2

2. MengakhiriPercobaan
a. Tutup semua katup yang telah dibuka
b. Pompa tidak perlu dimatikan

xi
v
C. Pengukuran Kerugian Minor (dalam pipa dan saluran)
1. SaatPercobaan
a. KatupS1terbukapenuhdan lainnyatertutup
b. Bukakatup KutamadanK1penuh dan lainnyatertutup
c. Bukakatup K2100%terbuka
d. BukaS6,catatP2danDebitMeterAir(Qmeter-air)kemudianditutup.
UlangilangkahiniuntukS2,S3,S4,danS5bergantianberurutan
e. Kembalikelangkah
(b)untukpembukaankatupK2dibawah100%dan ulangi
hinggakatup tertutuprapat
2. MengakhiriPercobaan
a. Tutupsemuakatup yang telah dibuka
b. Matikanpompa
c. Rapikandanbersihkanalatdantempat kerja

D. Selesai

x
v
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Percobaan

4.1.1 Perbandingan Flow Meter


1 liter = 1 (dm3) = 1 x 10-3 (m3)

No Derajat Qmeter-air Qmeter-air hventury hventury hweir hweir


o 3 3
() (dm /s) (m /s) (cm) (m) (cm) (m)
1 15 1 liter / 205,2 4,873x10-6 18,5 0,185 1,6 0,016
2 30 1 liter / 74,4 1,344x10-5 19 0,19 2,5 0,025
3 45 1 liter / 30,6 3,267x10-5 19,6 0,196 3 0,03
4 60 1 liter / 24,6 4,065x10-5 20,4 0,204 3,5 0,035
5 75 1 liter / 20,4 4,901x10 -5
21,4 0,214 3,8 0,038
6 90 1 liter / 18,6 5,376x10 -5
22,2 0,222 4 0,04

4.1.2 Head Losses Pada Pipa Tembaga BWG 3/8”


1 liter = 1 (dm3) = 1 x 10-3 (m3)

No Derajat Qmeter-air Qmeter-air P1 P2


o 3 3 3 3
() (dm /s) (m /s) (kg/cm ) (kg/cm )
1 15 1 liter / 130,2 7,680x10-6 2,4 0
2 30 1 liter / 66 1,515x10-5 2,1 0
3 45 1 liter / 26,4 3,787x10 -5
1,8 0
4 60 1 liter / 21,6 4,629x10-5 1,4 0
5 75 1 liter / 19,2 5,208x10-5 1,2 0
6 90 1 liter / 18,6 5,376x10-5 1,1 0

x
vi
4.1.3 Head Losses Pada Pipa PVC AW 1/2”
1 liter = 1 (dm3) = 1 x 10-3 (m3)

No Derajat Qmeter-air Qmeter-air P1 P2


o 3 3 3 3
() (dm /s) (m /s) (kg/cm ) (kg/cm )
1 15 1 liter / 26,4 3,787x10-5 1,8 0
2 30 1 liter / 15 6,667x10-5 0,4 0
3 45 1 liter / 14,4 6,944x10-5 0,2 0
4 60 1 liter / 13,8 7,246x10 -5
0,2 0
5 75 1 liter / 13,2 7,575x10 -5
0,1 0
6 90 1 liter / 13,2 7,575x10-5 0,1 0

4.1.4 Head Losses Pada Pipa PVC AW 3/4”


1 liter = 1 (dm3) = 1 x 10-3 (m3)

No Derajat Qmeter-air Qmeter-air P1 P2


o 3 3 3 3
() (dm /s) (m /s) (kg/cm ) (kg/cm )
1 15 1 liter / 96 1,041x10-5 2,1 0
2 30 1 liter / 22,2 4,504 x10-5 1,3 0
3 45 1 liter / 15,6 6,410x10-5 0,5 0
4 60 1 liter / 14,4 6,944x10 -5
0,3 0
5 75 1 liter / 13,8 7,246x10 -5
0,2 0
6 90 1 liter / 13,2 7,575x10-5 0,1 0

4.1.5 Head Losses Minor


1 liter = 1 (dm3) = 1 x 10-3 (m3)

Tekanan P2 Pada Pembukaan


No Derajat Qmeter-air Qmeter-air Katup (kg/cm3) P1
o 3 3 3
() (dm /s) (m /s) S2 S3 S4 S5 S6 (kg/cm )
1 15 1 liter / 96 3,3112x10-5 0,9 1,9 0 0 1,9 2,3
2 30 1 liter / 79,2 2,4390x10-5 0,9 1,6 0,1 0,1 1,6 2
3 45 1 liter / 20,4 3,125x10-5 0,9 1,4 0,7 0,7 1,4 1,3
4 60 1 liter / 19,2 3,2258x10-5 0,8 1,1 0,7 0,7 1,1 1,1
5 75 1 liter / 18 3,3333x10-5 0,8 0,9 0,8 0,8 0,9 0,9
6 90 1 liter / 17,4 3,4482x10-5 0,85 0,85 0,9 0,9 0,85 0,9
Construction Enlargement
Gesekan Katup (S6-S2)

x
vi
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Perbandingan Flow Meter
Perhitungan Tabel A untuk baris ke-1 :

*Untuk baris ke-2 sampai ke-6 menggunakan rumus yang sama pada baris ke-1

Qmeter-air Hventury hweir Qventury CD-ventury


No 3 3 3 Qweir CD-weir
(m /s) (m) (m) (m /s) (m /s)
1 4,873x10-6 0,185 0,016 2,537x10-4 0,0192 1,4345x10-4 0,0339
2 1,344x10-5 0,19 0,025 2,571x10-4 0,0522 4,377x10-4 0,0307
3 3,267x10-5 0,196 0,03 2,612x10-4 0,1250 6,905x10-4 0,0473
4 4,065x10-5 0,204 0,035 2,664x10-4 0,1525 1,015x10-3 0,0400
5 4,901x10-5 0,214 0,038 2,729x10-4 0,1795 1,2469x10-3 0,0393
6 5,376x10-5 0,222 0,04 2,779x10-4 0,1934 1,4176x10-3 0,0379

4.2.2 Head Losses Pada Pipa Tembaga BWG 3/8”


Diameter Dalam Pipa ( Ol) = 9,525 mm
Tebal Pipa (t) = 1,245 mm
Diameter Dalam Pipa ( Od) = 0,007035 m
2
Luas Penampang (A) = 0,00003885 m
Panjang Pipa (L) = 1,88 m
3
Viscositas Kinematis = 0,804x10-6 m /s
Angka Reynolds (ReD) = VD/v
Perhitungan tabel B untuk baris ke-1 :

x
vi
No Qmeter-air P1 P2
3 V (m/s) hl (m) Ƒ Re
(m /s) (Kpa) (Kpa)
1 7,680x10-6 2,4 0 0,1976 0,2447 0,4601 1729
2 1,515x10-5 2,1 0 0,3899 0,2141 0,1033 3402,875
3 3,787x10 -5
1,8 0 0,9747 0,1835 0,0141 8528,625
4 4,629x10 -5
1,4 0 1,1915 0,1427 0,00737 10425,625
5 5,208x10 -5
1,2 0 1,3405 0,1223 0,00499 11729,375
6 5,376x10 -5
1,1 0 1,3837 0,1121 0,00429 12107,375
Untuk baris ke-2 sampai ke-6 menggunakan rumus yang sama pada baris ke-1

4.2.3 Head Losses Pada Pipa PVC AW 1/2”


Diameter Dalam Pipa ( Ol) = 22 mm
Tebal Pipa (t) = 2,4 mm
Diameter Dalam Pipa ( Od) = 0,0172 m
2
Luas Penampang (A) = 0,000232 m
Panjang Pipa (L) = 1,88 m
3
Viscositas Kinematis (v) = 0,804x10-6 m /s
Angka Reynolds (ReD) = VD/v

Perhitungan Tabel C untuk baris ke-1 :

xi
x
No Qmeter-air P1 P2
3 3 3 V (m/s) hl (m) Ƒ Re
(m /s) (kg/cm ) (kg/cm )
1 3,787x10-5 1,8 0 0,1632 0,1835 1,2367 3491,343
2 6,667x10-5 0,4 0 0,2873 0,0407 0,0885 6146,218
3 6,944x10 -5
0,2 0 0,2993 0,0203 0,0407 6402,835
4 7,246x10 -5
0,2 0 0,3123 0,0203 0,0373 6681,044
5 7,575x10 -5
0,1 0 0,3265 0,0101 0,0170 6984,825
6 7,575x10 -5
0,1 0 0,3265 0,0101 0,0170 6984,825
Untuk baris ke-2 sampai ke-6 menggunakan rumus yang sama pada baris ke-1

4.2.4 Head Losses Pada Pipa PVC AW 3/4”

Diameter Dalam Pipa ( Ol) = 26 mm


Tebal Pipa (t) = 2,5 mm
Diameter Dalam Pipa ( Od) = 0,021 m
2
Luas Penampang (A) = 0,000346 m
Panjang Pipa (L) = 1,88 m
3
Viscositas Kinematis (v) = 0,804x10-6 m /s
Angka Reynolds (ReD) = VD/v
Perhitungan Tabel D untuk baris ke-1 :

x
x
No Qmeter-air P1 P2
3 3 3 V (m/s) hl (m) Ƒ Re
(m /s) (kg/cm ) (kg/cm )
1 1,041x10-5 2,1 0 0,03008 0,2141 51,858 785,671
2 4,504 x10 -5
1,3 0 0,1301 0,1325 1,7156 3398,134
3 6,410x10 -5
0,5 0 0,1852 0,0509 0,3252 4837,313
4 6,944x10 -5
0,3 0 0,2006 0,0305 0,1661 5239,552
5 7,246x10 -5
0,2 0 0,2094 0,0203 0,1014 5469,402
6 7,575x10-5 0,1 0 0,2189 0,0101 0,0461 5717,537
Untuk baris ke-2 sampai ke-6 menggunakan rumus yang sama pada baris ke-1

4.2.5 Head Losses Minor

a. Sudden Construction
Diameter Dalam Pipa PVC AW 3/4” (D) = 0,021 m
2
Luas Penampang Pipa PVC AW 3/4” (A) = 0,000346 m
Panjang Pipa PVC AW 3/4” (L) = 1,88 m
3
Viscositas Kinematis (v) = 0,804x10-6 m /s

Angka Reynolds (Re) = VD/v

Perhitungan Tabel a untuk baris ke-1 :

x
xi
Untuk baris ke-2 sampai ke-6 menggunakan rumus yang sama pada baris ke-1

3
Qmeter-air P2 (kg/cm )
No V (m/s) hl (m) Kv Re
3
(m /s) S2 S3
1 1,78571x10-5 0,9 1,9 0,0516101 -10 -73584,55541 1213,67536
2 2,27273x10-5 0,9 1,6 0,0656858 -7 -31912,62689 1544,68287
3 2,5641x10-5 0,9 1,4 0,0741069 -5 -17844,68076 1742,71545
4 2,94118x10-5 0,8 1,1 0,0850052 -3 -8137,41264 1999,00246
5 3,33333x10-5 0,8 0,9 0,096339 -1 -2111,79522 2265,5308
6 3,7037x10-5 0,85 0,85 0,107043 0 0 2517,2486

b. Sudden Enlargement
Diameter Dalam Pipa Tembaga BWG 3/8” (D) = 0,007035 m
2
Luas Penampang Pipa Tembaga BWG 3/8” (A) = 0,00003885 m
Diameter Dalam Pipa PVC AW 3/4” (D) = 0,021 m
2
Luas Penampang Pipa PVC AW 3/4” (A) = 0,000346 m
3
Viscositas Kinematis (v) = 0,000000893 m /s
Angka Reynolds (Re) = VD/v
Perhitungan Tabel b untuk baris ke-1 :
Note : Karena katup berada pada pipa yang memiliki diameter yang sama, maka :
D1=D2=D
A1=A2=A

x
xi
Untuk baris ke-2 sampai ke-6 menggunakan rumus yang sama pada baris ke-1

3
Qmeter-air P2 (kg/cm ) hl Re BWG Re PVC
No 3
V1 (m/s) V2 (m/s) Kv
(m /s) S4 S5 (m) 3/8” AW 3/4”
1 1,78571x10-5 1,9 1,9 0,0459642 0,0516101 0 0 362,10319 1213,67536
2 2,27273 x10-5 1,6 1,6 0,0585001 0,0656858 0 0 460,86025 1375,70224
3 2,5641 x10-5 1,4 1,4 0,066 0,0741069 0 0 519,94401 1552,,07167
4 2,94118 x10-5 1,1 1,1 0,075706 0,0850052 0 0 596,40729 1780,32027
5 3,33333 x10-5 0,9 0,9 0,0858 0,096339 0 0 675,92721 2017,69317
6 3,7037 x10-5 0,85 0,85 0,0953 0,107043 0 0 750,76764 2241,09742

c. Koefisien Gesekan Katup


Diameter Dalam Pipa Tembaga BWG 3/8” (D) = 0,007035 m
2
Luas Penampang Pipa Tembaga BWG 3/8” (A) = 0,00003885 m
3
Viscositas Kinematis (v) = 0,000000893 m /s
Angka Reynolds (Re) = VD/v

Perhitungan Tabel c untuk baris ke-1 :

x
xi
Untuk baris ke-2 sampai ke-6 menggunakan rumus yang sama pada baris ke-1

3
Qmeter-air P2 (kg/cm )
No 3 V (m/s) hl (m) Kv Re
(m /s) S6 S2
1 2,73224x10-6 1,9 0,9 0,0703279 10 39627,8739 554,03894
2 8,19672x10-5 1,6 0,9 2,10984 7 30,82159 16621,19194
3 1,78571x10-5 1,4 0,9 0,459642 5 463,85972 3621,03188
4 3,0303x10-5 1,1 0,8 0,78 3 96,64694 6144,79283
5 0,00004 0,9 0,8 1,029601 1 18,4892 8111,13442
6 4,16667x10-5 0,85 0,85 1,0725 0 0 8449,09015

x
xi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

x
x
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan praktikum dan mendapatkan data diatas maka dapat kami
simpulkan bahwa:

Semakin besar angka Reynold (Re), maka hambatan akan semakin kecil, sebaliknya
apabila angka Reynold (Re) semakin kecil maka kecepatan dan nilai hambatan akan
semakin besar . Hubungan antara angka Reynold (Re) dan faktor gesekan (F) yaitu :
semakin besar Re, maka F akan semakin kecil dan jenis alirannya adalah aliran
0,25
turbulen dengan Re > 4000, atau dapat dilihat dari persamaan F, F = 0,8976/Re .
Sebaliknya jika semakin kecil Re maka F akan semakin besar, Re < 2300 Adalah
aliran Laminar.

1. Hubungan antara angka Reynold dengan faktor gesekan pada pipa tembaga BWG
3/8”, pipa PVC AW 3/8”, dan pipa PVC 1/2”, dapat simpulkan bahwa semakin
kecil koefisien gesek (f) maka semakin besar nilai bilangan Reynolds.

2. Hubungan perbandingan faktor gesekan dengan table standar yang disebabkan oleh
perubahan penampang dan katup pada pipa PVC ¾” dan pipa tembaga BWG 3/8”
dapat disimpulkan bahwa semakin kecil data percobaan maka akan berbanding
terbalik dengan data pada tabel.
o
3. Pada pipa tembaga BWG 3/8”, bukaan katup pertama (15 ) Aliran yang terbentuk
o
adalah aliran Laminer karena Re < 2300. Sedangkan untuk bukaan katup 30
o
sampai dengan 90 aliran yang terbentuk adalah aliran turbulen karena Re > 4000.

4. Pada pipa PVC ½”, untuk bukaan 15o dan 30o aliran yang terbentuk adalah aliran
laminar karena Re < 2300. Sedangkan untuk bukaan 45 o sampai dengan 90o aliran
yang terbentuk adalah aliran transisi karena 2300
<Re ≤ 4000.
x
x
5. Pada pipa PVC ¾”, untuk bukaan 15o sampai dengan 60o aliran yang terbentuk
adalah aliran laminar karena Re < 2300. Sedangkan pada bukaan 75o dan 90o aliran
yang terbentuk adalah aliran transisi karena 2300 < Re ≤ 4000.

x
x
5.2 Saran

1. Sebaiknya lebih teliti dalam melakukan percobaan agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengambilan data percobaan.

2. Dalam pengolahan data sebaiknya lebih diperhatikan, karena akan berpengaruh pada
hasil akhir.

3. Dalam proses praktikum berlangsung, alangkah baiknya untuk semua praktikan dapat
mengenakan alat perlindungan diri secara lengkap untuk mencegah/mengurangi tingkat
resiko kecelakaan kerja.

4. Saran kepada pihak yang bersangkutan agar perkakas yang berhubungan dengan
Praktikum Fluida Aliran lebih dilengkapi.
DAFTAR PUSTAKA

Efek Venturi. Wikipedia. 30 Oktober 2020. Diakses pada 28 Desember 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Efek_Venturi

Eswanto, Eswanto, and Dian Syahputra. "ANALISA DISTRIBUSI KAPASITAS ALIRAN


FLUIDA DI DAERAH PERCABANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN." JTT (Jurnal
Teknologi Terapan) 3.1 (2017).

MODUL Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Universitas Muhammadiyah Malang

Moody diagram. Wikimedia. 10 Oktober 2020. Diakses pada 28 Desember 2020.


https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Moody_diagram.jpg

Permata, Irtia. 13 Februari 2015. Fluida Dinamis. Diakses pada 12 Januari 2021.
https://fluidadinamis.weebly.com/venturimeter.html

Persamaan Kontinuitas dan Hukum Bernoulli. 05 Desember 2015. Diakses tanggal 12 Januari
2021. http://riandamesin13.blogspot.com/2015/12/ persamaan - kontinuitas-dan-
hukum.html

Prinsip Bernoulli. Wikipedia. 20 Oktober 2020. Diakses pada 28 Desember 2020.


https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip_Bernoulli

Anda mungkin juga menyukai