Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN

PRAKTIKUM HIDRAULIKA

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1A

MUHAMMAD GHAFAR (2003120082)


EVIN ANANDA (2003120105)
FAHRUL ROZI (2003120119)
QURATUL ALHAQQI (2003120120)
NADHIV HIRBA UTOMO (2003120098)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
BATOH-BANDA ACEH
2022
LEMBAR PENILAIAN
PRAKTIKUM HIDRAULIKA

Tanggal Praktikum : 30 November - 4 Desember 2021


Lokasi : Laboratorium Hidroteknik Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Syiah Kuala
Pelaksana : Kelompok 1A

Sebagai Tugas Praktikum Mata Kuliah Hidraulika


Kepada yang bersangkutan diberi nilai masing-masing :
No Nama NIM Paraf Nilai
1 MUHAMMAD GHAFAR 2003120082
2 EVIN ANANDA 2003120105
3 FAHRUL ROZI 2003120119
4 QURATUL ALHAQQI 2003120120
5 NADHIV HIRBA UTOMO 2003120098

Bathoh, 4 Januari 2022


Dosen Mata Kuliah Hidrolika Ketua Kelompok 1A

AKMAL.ST.,M.Eng,IPM MUHAMMAD GHAFAR


NIDN:13080968301 NPM : 2003120082

Ketua Program Studi Teknik Sipil


Universitas Muhammadiyah Aceh

Ir. Tamalkhani, S.T., M.Eng Sc., IPM., ASEAN Eng


NIDN : 132710820

i
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dari Kelompok 1A
telah dapat menyelesaikan Praktikum Hidrolika beserta laporan praktikum ini
dalam waktu yang telah ditetapkan. Shalawat dan salam kami sanjungkan kepada
nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam jahiliyah
kepada alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Tamalkhani, S.T., M.Eng.Sc., IPM., ASEAN Eng sebagai Ketua
Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Aceh.
2. Bapak Amir Fauzi, S.T., M.Sc sebagai Kepala Laboratorium Hidroteknik
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
3. Bapak Akmal, ST.,M.Eng,.IPM selaku dosen pengasuh mata kuliah Hidrolika
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh.
4. Seluruh asisten Laboratorium Hidroteknik Fakultas Teknik Universitas Syiah
Kuala.
5. Teman-teman sesama mahasiswa yang telah membantu pelaksanaan
praktikum Hidrolika.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan praktikum dan
penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kebaikan di
masa akan datang.

Banda Aceh, 4 Januari 2022

Kelompok 1A

ii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN PENILAIAN ........................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

BAB II PERCOBAAN TEKANAN HIROSTATIS (HYDROSTATIC

PRESSURE) .............................................................................. 3

BAB III PERCOBAAN TINGGI METASENTRUM (METACENTRIC

HEIGHT) ................................................................................... 12

BAB IV PERCOBAAN UJI MOMENTUM (IMPACT OF JET) ....... 20

BAB V PERCOBAAN PANCARAN MELALUI LUBANG KECIL

(ORIFICE AND JET) ............................................................... 30

BAB VI OSBORNE REYNOLDS........................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54

LAMPIRAN .................................................................................................. 55

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hidrolika berasal dari bahasa Yunani hydraulikos, yang merupakan
gabungan dari hydro yang berarti air dan aulos yang berarti pipa. Dengan
demikian hidrolika merupakan satu topik dalam ilmu terapan dan keteknikan yang
berurusan dengan sifat-sifat mekanis fluida, yang mempelajari perilaku aliran air
secara mikro maupun makro.
Mekanika Fluida meletakkan dasar-dasar teori hidrolika yang difokuskan
pada rekayasa sifat-sifat fluida. Dalam tenaga fluida, hidrolika digunakan untuk
pembangkit, kontrol, dan perpindahan tenaga menggunakan fluida yang
dimampatkan. Topik bahasan hidrolika membentang dalam banyak aspek sains
dan disiplin keteknikan, mencakup konsep-konsep seperti aliran tertutup (pipa),
perancangan bendungan, pompa, turbin, tenaga air, hitungan dinamika fluida,
pengukuran aliran, serta perilaku aliran saluran terbuka seperti sungai dan
selokan.
Walau pada umunya perencanaan saluran ditunjukkan untuk karakteristik
saluran buatan, namun konsep hidraulikanya dapat juga diterapkan sama baiknya
pada saluran alam. Apabila saluran terbuka terdapat atmosfer, seperti sungai,
kanal, gorong-gorong, maka alirannya disebut Aliran saluran terbuka atau Aliran
permukaan bebas. Apabila aliran mempunyai penampang penuh seperti aliran
melalui suatu pipa, disebut Aliran saluran tertutup atau Aliran penuh.

1.2. Tujuan
Adapun Praktikum Hidrolika ini bertujuan untuk lebih memahami apa yang
dipelajari dari teori, baik di ruang kuliah maupun dari literatur di perpustakaan,
dan membandingkannya dengan perhitungan yang diperoleh, sehingga setelah
melaksanakan praktikum ini sedikit banyak dapat memberi gambaran yang lebih
jelas tentang teori-teori yang dipelajari selama ini.
1.3. Jenis Praktikum
Dalam praktikum ini ada 6 (enam) macam percobaan yang dilakukan, yaitu :
a. Percobaan Tekanan Hidrostatis (Hydrostatic Pressure).
b. Percobaan Tinggi Metasentrum (Metacentric Height).
c. Percobaan Uji Momentum (Impact of Jet).
d. Percobaan Pancaran Melalui Lubang Kecil (Orifice and Jet).
e. Percobaan Osborne Reynolds.
f.Visualisasi Aliran

1.4. Waktu Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan dalam jangka waktu 3 hari karena keterbatasan
alat yang tersedia serta belum tersedianya bahan sehingga praktikum tidak dapat
dilaksanakan dalam jangka waktu singkat. Praktikum ini dilakukan terhitung
mulai tanggal 30 November 2021 dan 09 Desember 2021. Ada pun rincian
percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Praktikum.


Tanggal Percobaan
30 November
2021  Tekanan Hidrostatis (Hydrostatic Pressure)
30 November
2021  Tinggi Metasentrum (Metacentric Height)
02 Desember 2021  Uji Momentum (Impact of Jet)

02 Desember 2021  Pancaran Melalui Lubang Kecil (Orifice and Jet)


02 Desember 2021  Osborne Reynolds
09 Desember 2021  Visualisasi Aliran
1.5. Tempat Praktikum
Praktikum-praktikum di atas, dilakukan di Laboratorium Hidroteknik
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala dengan bantuan
para asisten laboratorium.

1.6. Tempat Praktikum


Praktikum-praktikum di atas, dilakukan di Laboratorium Hidroteknik Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala dengan bantuan paraasisten
laboratorium.
BAB II
HYDROSTATIC PRESSURE

2.1. Definisi
Hydrostatic Pressure adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan ini
terjadi karena adanya berat air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan
tekanan.
Tekanan Hidrostatik (Hydrostatic Pressure) adalah tekanan yang
diakibatkan oleh gaya yang ada pada zat cair terhadap suatu luas bidang tekan
pada kedalaman tertentu. Besarnya tekanan ini bergantung kepada ketinggian zat
cair, massa jenis dan percepatan gravitasi. Tekanan hidrostatik hanya berlaku
pada zat cair yang tidak bergerak.

2.2. Tujuan
Percobaan tekanan hidrostatis atau Hydrostatic Pressure dilakukan untuk
menentukan titik pusat tekanan pada bidang permukaan yang terendam sebagian.

2.3. Waktu & Tanggal Percobaan


Percobaan hydrostatic pressure dilaksanakan pada hari Selasa, 30
November 2021 pukul 14.00 – 17.00 WIB.

2.4. Peralatan dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Hydrostatic Pressure Apparatus F1-12;
b. Beban/anak timbangan (0 gram, 50 gram, 70 gram, 80 gram, 130 gram);
c. Mistar;
d. Alat tulis;
e. Air;
f. Kain lap.
4 9 8

5 6
7
3
1 11
10
12
13
2

Gambar 2.1. Hydrostatic Pressure Aparatus F1-12


Sumber : Pengamatan langsung

Keterangan :
1. Perspex tank;
2. Nivo kotak;
3. Penghubung lengan neraca dengan piringan anak timbangan;
4. Patok indikasi keseimbangan;
5. Quadrant;
6. Sekrup penjepit kuadrant;
7. Lengan neraca;
8. Poros sumbu;
9. Penyeimbang neraca;
10. Skala;
11. Permukaaan kuadrant;
12. Kran pembuang (Drain cock);
13. Sekrup kaki.
Gambar 2.2. Dimensi Hydrostatic Pressure Apparatus
Sumber : Pengamatan langsung

Keterangan :
L = Jarak tumpuan (pivot) ke titik beban
a = Jarak dari as lengan neraca ke permukaan quadrant
b = Lebar quadrant
d = Kedalaman permukaan bagian belakang quadrant
m = Beban
y = Tinggi muka air

2.5. Jumlah Praktikum


Jumlah praktikum pada percobaan ini terdiri dari lima orang mahasiswa,
yang masing-masing bertugas sebagai berikut :
a. 1 (satu) orang menambah air kedalam Hydrostatic Pressure Apparatus.
b. 1 (satu) orang mengganti anak timbangan dan mengamati sampai lengan
timbangan menjadi horizontal.
c. 1 (satu) orang mengatur kran pembuangan (Drain cock).
d. 1 (satu) orang mencatat hasil pengamatan.
e. 1 (satu) orang mengsketsa di form.

m
2.6. Ringkasan Teori

1
(
m. L= ρ gby 2 a+d−
2
y
)
3 ………………………………………… (2.1)

m ρ gb
y
2
=
2L (
a+d−
y
3 ) ………………………………………… (2.2)
m ρ gb ρ gb
= ( a+d )− y
y 2L
2 6L ………………………………………… (2.3)
m ρ gb ρ gb
=− y+ ( a+d )
y 2 6L 2L ………………………………………… (2.4)

Keterangan :
ρ = Massa jenis zat (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
L = Jarak tumpuan (pivot) ke titik beban
a = Jarak dari as lengan neraca ke permukaan quadrant
b = Lebar quadrant
d = Kedalaman permukaan bagian belakang quadrant
m = Beban
y = Tinggi muka air

2.7. Langkah Kerja


Percobaan dilakukan dengan dua model, yaitu :
a. Pengisian tangki dengan menambahkan beban pada piringan timbangan.
b. Pengosongan tangki dengan pengurangan beban pada piringan
timbangan.

2.7.1 Pengisian Tangki


a. Peralatan Hydrostatic Pressure Apparatus disiapkan beserta peralatan
lainnya yang dibutuhkan;
b. Dilakukan pengukuran dimensi L, a, kedalaman permukaan bagian
belakang quadrant d, dan lebar quadrant b (lihat gambar diatas);
c. Penghubung lengan neraca digantungkan dengan piringan timbangan
pada ujung lengan neraca;
d. Lengan neraca diseimbangkan dengan cara menggeser penyeimbang
neraca (adjustable counter balance) hingga lengan neraca menjadi
horizontal;
e. Keran pembuang (drain cock) ditutup, kemudian beban diletakkan di atas
piringan timbangan sesuai dengan beban yang ditentukan;
f. Air diisi ke dalam tangki (perspex tank) secara perlahan-lahan hingga
lengan neraca kembali ke posisi horizontal;
g. Mencatat posisi paras muka air pada quadrant dan berat beban (anak
timbangan) pada piringannya. Bila pengisian air berlebihan akan
menyebabkan posisi lengan neraca tidak horizontal, maka untuk
ketelitian pencatatan dapat dilakukan dengan mengeluarkan air secara
perlahan-lahan dengan menggunakan keran pembuang sehingga posisi
lengan neraca kembali menjadi horizontal;
h. Langkah-langkah poin f dan g diulangi untuk masing-masing
penambahan beban.

2.7.2 Pengosongan Tangki


Langkah ini merupakan lanjutan dari percobaan pengisian tangki yang
dilakukan untuk mengontrol pembacaan pada setiap beban yang diberikan pada
pengisian tangki sebelumnya. Pembacaan beban terakhir pada pengisian dan
pengosongan tangki adalah sama.
a. Untuk pembacaan selanjutnya, air dikeluarkan dari tangki dengan membuka
kran pembuang untuk setiap pemindahan beban, sehingga lengan neraca
menjadi horizontal kembali. Jumlah beban yang tinggal pada pengosongan
tangki sama dengan jumlah beban yang tercatat pada pengisian tangki;
b. Mencatat tinggi permukaan air di setiap pengurangan/pemindahan beban.
2.8. Analisa Data dan Hasil Perhitungan
Data yang diperoleh:
b = 7,5 cm
L = 27,5 cm
d = 10 cm
a = 10,5 cm
 = 1000 kgf/m3
 = 1 gr/cm3
g = 9,81 m/det2 = 981 cm/det2

Slope kurva hitungan adalah:


ρ gb γ .b 1 x 7,5
− =− =− =−0,045
6L 6 L 6 x 27,5
Perpotongan dengan sumbu y adalah:
ρ gb γ .b 1 x 7,5
( a+d )= ( a+d )= ( 10 ,5+10 )=2, 7954
2L 2L 2 x 27 , 5
Tabel 2.1. Data Hydrostatic Pressure

Pengosongan
Pengisian Tangki Rata-Rata
Tangki
Tinggi Tinggi    
Tinggi
Beban Beban Muka Beban Muka
Muka Air y2 m/y2
Air Air
m y m y m y (cm2) (gr/cm2)
(gram (gram (gram
(cm) (cm) (cm)    
) ) )
0 0 0 0 0,00 0 0 0,00
30 3,7 30 3,9 30 3,8 14,44 2,08
24,0
2,08
50 4,8 50 5 50 4,9 1
36,0
2,22
80 6 80 6 80 6 0
45,5
2,19
100 6,7 100 6,8 100 6,75 6
64,0
2,19
140 8 140 8 140 8 0

Hydrostatic Pressure

y = 0,0326x + 1,961
R² = 0,6091
2,5

2
M/y2 (gr/cm2)

1,5

0,5

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
y (Cm)

Grafik 2.1. Hydrostatic Pressure

Dari grafik diperoleh:


- Persamaan garis regresi : y = 0,0326x + 1,961
- Slope : 0,6091

Perbandingan nilai yang diperoleh antara teori dengan percobaan:


Parameter Teori Percobaan
Slope -0,045 0,6091
Intercept 2,7954 1,961
2.9.Kesimpulan

F Fy Fx
x

Gambar 2.3. Letak Titik Pusat Tekanan Hidrostatis


1
Titik pusat tekanan akan berada pada dari dasar bidang benda itu, jika
3
benda yang kita tinjau berada pada bidang vertikal karena dipengaruhi kedalaman
air. Sedangkan jika benda yang kita tinjau berada pada bidang horizontal dan
kedalaman air adalah sama, maka titik pusat tekanan Hydrostatic berada pada
tengah bidang vertikal dan distribusi gaya yang terjadi selalu tegak lurus bidang.
Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, dapat
disimpulkan bahwa semakin bertambah beban maka titik pusat tekanan akan
semakin tinggi. Pada percobaan Hydrostatic yang kami lakukan, terjadi perbedaan
nilai slope dan intercept antara hasil percobaan dengan hasil perhitungan teoritis.
Pada teori, slope diperoleh sebesar -0,045, sedangkan yang kami dapatkan dari
hasil percobaan sebesar 0,5618. Begitupula pada intercept. Pada teori, intercept
diperoleh sebesar 2,7954, sedangkan yang kami dapatkan dari hasil percobaan
sebesar 2,0897.

Adapun hal-hal yang menyebabkan perbedaan ini erat kaitannya dengan


tingkat ketelitian pada saat percobaan. Hal ini berupa posisi pembaca terhadap
bidang baca yang tidak sejajar, sehingga terjadi kesalahan pada saat pembacaan
nilai. Begitu pula dengan pengaturan posisi alat agar sejajar terhadap bidang
horizontal yang tidak dapat dilakukan secara teliti diakibatkan nivo yang tidak
dapat difungsikan lagi.
BAB III
METACENTRIC HEIGHT

2.9. Definisi
Peralatan Metacentric Height ini dirancang untuk menentukan ketinggian
metasentrik dari tubuh mengambang dan variasi ketinggian dengan sudut
kemiringan. Alat ini terdiri dari sebuah ponton persegi panjang. Pusat gravitasi
dari ponton dapat dipindahkan dengan cara memindahkan berat sisi badan joki
horisontal. Sudut kemiringan ponton itu ditunjukkan dengan plumb-bob pada
skala terpasang. Pusat gravitasi dari ponton juga dapat dipindahkan secara vertical
dengan cara berat vertikal disesuaikan pada tiang.
Pengetahuan dasar masalah stabilitas benda terapung seperti sebuah kapal
yang mengambang di permukaan air merupakan hal yang sangat penting. Kondisi
kestabilan, netral, atau ketidakstabilannya dinyatakan berdasarkan tinggi titik
berat benda tersebut.
Metacentric height (GM) adalah sebagai ukuran stabilitas statis awal dari
benda terapung. Suatu benda terapung dalam keseimbangan stabil apabila pusat
beratnya berada di bawah pusat apung. Namun benda terapung dapat pula dalam
keseimbangan stabil meskipun pusat beratnya berada di atas pusat apung. Ini
dihitung sebagai jarak antara pusat gravitasi suatu benda terapung dan
metacenternya.

2.10. Tujuan
Tujuan dari percobaan Metacentric Height ini adalah untuk mengetahui
stabilitas dari benda terapung dengan meninjau titik metasentrum ke titik berat
benda tersebut.

2.11. Waktu Percobaan


Percobaan Metacentric Height dilaksanakan pada hari Rabu, 30 November
2021 pukul 14.00 – 17.00 WIB.
2.12. Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
a. Metacentric Height Apparatus F1-14;
b. Mistar;
c. Bak penampungan air;
d. Alat tulis;
e. Air.
f. Kain lap

Gambar 3.1. Metacentric Height Apparatus F1-14


Sumber : Pengamatan langsung

Keterangan :
1. Ponton
2. Skala derajat
3. Adjustable mass
4. Tiang ponton
5. Massa sorong (sliding mass)
6. Benang pengukur
7. Skala linear

2.13. Jumlah Praktikum


Jumlah praktikum pada percobaan ini terdiri dari lima orang
mahasiswa, yang masing-masing bertugas sebagai berikut :
a. 1 (satu) orang menghidupkan kran pengontrol air dan mengganti penahan
serta menjaga ponton agar tidak menyentuh bak air.
b. 1 (satu) orang menggeser adjustable mass sesuai jarak yang ingin di cari
dan mengamati unting-unting untuk pembacaan sudut di skala derajat.
c. 1 (satu) orang meletakkan beban.
d. 1 (satu) orang mencatat hasil pengamatan dan menghitung debit.
e. 1 (satu) orang mengsketsa di form.

2.14. Ringkasan Teori

Gambar 3.2 Dimensi Metacentric height apparatus

Percobaan Metacentric Height Aparatus dapat diaplikasikan


kedalam perhitungan kestabilan kapal. Gambar diatas menunjukkan titik-
titik penting dalam menjaga kestabilan kapal/ benda terapung. Beban yang
dapat di pindahkan adalah w diletakkan di dek kapal dan W merupakan
berat total dari kapal tersebut. G merupakan titik berat kapal dan B
merupakan titik apung kapal. Dalam keadaan seimbang, dek dalam posisi
horizontal. Pada gambar kedua beban (w) digeser ke sisi samping kapal,
sehingga kestabilan kapal terganggu dan menjadi miring dengan sudut
sebesar . Dalam posisi miring, titik berat G dan titik apung B berpindah
tempat pada posisi tegak lurus garis vertikal. Titik berat G berpindah ke
titik G’.
w x = W GG’
GG’ = GM tg
w x = W G M tg
wx
GM = W tgθ
I min 1
I= Lb 3
BM = V dengan 12 dan V = L b d …………………… (3.1)
Dengan :
L = panjang kapal
b = lebar kapal
d = bagian kapal yang berada di bawah muka air
GM = BM – BG
…………………………………………………... (3.2)
d

BG = y 2 ……………………………………………………… (3.3)

Kondisi stabilitas benda terapung:

Letak titik Metasentrum Nilai GM Kondisi Stabilitas

M berada di atas G (GM positif) benda stabil

M berada di atas G ( G=M) (GM = 0) benda netral

M berada di bawah G (GM negatif) benda tidak stabil.

2.15. Langkah Kerja


a. Dilakukan pengukuran dimensi ponton panjang (L), lebar (b), dan tinggi
tiang (d);
b. Massa sorong (sliding mass) digeser setinggi 245 mm dari dasar ponton;
c. Adjustable massdiposisikan pada kedudukan nol atau pada posisi netral
di skala ukur (linear scale);
d. Seimbangkan posisi titik berat ponton dari dasar (G) dengan
menggunakan seutas benang yang diikatkan pada tiang vertikal (mast)
dengan cara menggeser benang tersebut sampai diperoleh kedudukan
tiang vertikal (mast) menjadi horizontal, lalu ukur jarak benang dari dasar
ponton (y);
e. Bak penampung diisi air, lalu ponton diapungkan dan pastikan posisi
adjustable mass tetap pada posisi netral. Kedudukan ini digunakan
sebagai referensi keseimbangan antara benang unting-unting (plumb
line) dengan skalanya dan didapatkan angka koreksi keseimbangan
ponton;
f. Tinggi ponton yang tidak terendam air (r) diukur lalu hitung tinggi
ponton yang terendam air (s) dengan mengurangi tinggi ponton (d)
dengan tinggi ponton yang tidak terendam air;
g. Adjustable mass digeser ke arah kanan dari posisi netralnya untuk setiap
penggeseran 10 mm sampai ke ujung skala dan catat besar sudut yang
terbentuk ();
h. Langkah pada poin g diulang untuk penggeseran adjustable mass ke arah
kiri.

2.16. Analisa Data dan Hasil Perhitungan


Data yang diketahui :
- Dimensi ponton :
Panjang (L) = 350 mm
Lebar (b) = 200 mm
Tinggi (d) = 75 mm
- Berat moveable mass (w) = 0,305 kg
- Berat ponton terpasang (W) = 1,476 kg
- Jarak titik berat ponton dari dasar (y) = 103 mm
- Jarak sliding mass ke dasar ponton (MZ) = 225 mm
- Tinggi ponton yang tidak kena air (r) = 50 mm
- Tinggi ponton yang terendam air (s) = 28 mm
- Pergeseran adjustable mass tiap = 10 mm

Perhitungan GM berdasarkan dimensi ponton :


s = d-r = 75 mm - 50 mm = 25 mm
s 25 mm
= = 12 ,5
2 2 mm
1 3 1
I = lb = (350 mm)(200 mm )3 = 233333333,30 mm 4
12 12
V = L . b . s = (350 mm) (200 mm) (25 mm) =1.750.000 mm3
I 233333333,30 mm
BM = = =133.33 mm
V 1750000 mm

GM = BM – BG =
I
V (s
)
− y − =133,33− ( 85−12,5 ) =60,83 mm
2
Keterangan :
I = momen inersia (mm4)
V = volume ponton yang terendam air (mm3)
GM = tinggi metasentrum (mm)

Tabel 3.1 Data Metacentric Height

Sisi kanan Sisi kiri Rata-rata


jarak jarak Sudut rata- GM rata-
moveable Sudut (Ѳ) GM (mm) moveable Sudut (Ѳ) GM (mm)
mass dari ttk mass dari ttk rata (Ѳ) rata (mm)
pusat10
x (mm) 1 11,838 pusat10
x (mm) 1,5 7,891 1,25 9,865
20 3 7,886 20 3 7,886 3,00 7,886
30 4,5 7,877 30 4,5 7,877 4,50 7,877
40 6 7,864 40 6 7,864 6,00 7,864
50 7,0 8,415 50 7,5 7,848 7,25 8,131
60 8,5 8,296 60 8,5 8,296 8,50 8,296
70 10 8,203 70 10 8,203 10,00 8,203
80 11,5 8,125 80 11,5 8,125 11,50 8,125
Grafik 3.1 Hubungan Jarak Moveable Mass dari titik pusat dengan Sudut

GRAFIK METASENTRUM
14.00

12.00
f(x) = 0.142857142857143 x + 0.0714285714285721
Sudut rata-rata (Ѳ)

10.00 R² = 0.99812850904554

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Jarak (mm)

Tabel 3.2 Data sudut rata-rata dan GM rata-rata (mm)

Sudut GM rata-
Sudut (Ѳ) rata-rata
(Ѳ) rata (mm)
1,5 1,25 9,865
3 3,00 7,886
4,5 4,50 7,877
6 6,00 7,864
7,5 7,25 8,131
8,5 8,50 8,296
10 10,00 8,203
11,5 11,50 8,125
Grafik 3.2 Hubungan sudut rata-rata dengan GM rata-rata

GRAFIK METASENTRUM
12

10

8
Sudut rata-rata (Ѳ)

0
95.20 95.30 95.40 95.50 95.60 95.70 95.80 95.90 96.00 96.10 96.20 96.30

GM rata-rata (mm)

2.17. Kesimpulan
Tinggi metasentrum (GM) dipengaruhi oleh posisi titik apung (B)
dan titik berat ponton (G), di mana nilai GM akan besar bila nilai B dan G
kecil. Tinggi metasentrum GM juga dipengaruhi oleh sudut kemiringan 
yang dibentuk. GM berubah menjadi semakin besar bila sudut kemiringan
 semakin kecil.
Dari hasil percobaan Metacentric Height dapat disimpulkan nilai
GM yang diperoleh adalah GM = 82,23 mm (bernilai positif). Sedangkan
pada perhitungan teori diperoleh GM = 60,83 mm (bernilai positif). Hal ini
dapat terjadi karena kurangnya kehati-hatian dan ketelitian dalam
pelaksanaan setiap langkah kerja, serta kurangnya ketelitian saat
pembacaan sudut dan titik netral yang tidak pada posisi atau titik O
sehingga mungkin ada kesilapan yang terjadi.
BAB IV
IMPACT OF JET

2.18. Definisi
Impact of jet merupakan suatu percobaan yang menyelidiki tentang
pengaruh momentum tumbukan suatu fluida terhadap suatu permukaan (vane).

2.19. Tujuan
Untuk menyelidiki kebenaran dari pernyataan teori tentang gaya pancaran
terhadap berbagai bentuk sasaran.

2.20. Waktu Percobaan


Percobaan Impact of Jet dilaksanakan pada hari Kamis, 02 Desember 2021
pukul 14.00 – 17.00 WIB.

2.21. Peralatan dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Hydraulics Bench Hydraulic Bench (Armfield LTD, F1-10-A Serial
No.W 1726-7 AL 6841);
b. Impact of Jet Apparatus F1-16;
c. Curat dengan diameter 8 mm;
d. Beban/massa pemberat (50 gram, 70 gram, 90 gram, 130 gram,
150gram);
e. Stopwatch;
f. Plat datar (sasaran 90o, sasaran 120o dan sasaran 180o);
g. Alat tulis;
h. Air (40 liter).
5
3 6
4 2

450 mm
8

10

11 7
200 mm 12

Gambar 4.1. Hydraulic Bench dan Pipa Jet diameter 8 mm


Sumber: Pengamatan langsung
Keterangan :
1. Lubang pembuang;
2. Pelat atas;
3. Mur;
4. Ventilasi udara;
5. Piringan pemberat;
6. Pengukur horizontal;
7. Nivo kotak;
8. Pelat sasaran;
9. Curat;
10. Tangki transparan;
11. Pipa masuk;
12. Kaki.
2.22. Jumlah Praktikum
Jumlah praktikum pada percobaan impact of jet lima orang, yang masing-
masing bertugas:
a. 1 (satu) orang menghidupkan kran pengontrol air dan mengganti
penahan;
b. 1 (satu) orang mengamati garis putih sejajar ujung timah;
c. 2 (dua) orang menghitung debit;
d. 1 (satu) orang meletakkan beban dan mencatat hasil pengamatan.

2.23. Ringkasan Teori


Fy = Q (v - v cos)
Q
=
v A ……………………... (4.1)

a. Untuk sasaran datar (90o)


Fy = Q (v - v cos 90o)
2
ρQ
F y=
A …………………. (4.2)

b. Untuk sasaran (120o)


Fy = Q (v - v cos 120o)
2
3 ρQ
F y=
2A ………………… (4.3)

c. Untuk sasaran (180o)


Fy = Q (v - v cos 180o)
2
2 ρQ
F y=
A ………………… (4.4)

Keterangan :
Fy = tekanan curat (mpa)
Q = debit aliran (cc/dt)
v = kecepatan (mm/dt)
 = massa jenis air (kg/cm3)
A = luas penampang (cm2)

2.24. Langkah Kerja


a. Peralatan Impact of Jet Apparatus diletakkan pada dasar bench;
b. Pipa inlet (inlet pipe) dihubungkan ke bench pada sambungan pengisi;
c. Plat atas (top plate) dibuka dengan cara membuka mur (knurled screw)
yang terletak pada plat atas;
d. Plat sasaran (target plate) ditempatkan pada tiang yang terhubung dengan
piringan pemberat (weight pan);
e. Plat atas dipasang kembali dengan mengeratkan mur;
f.Peralatan dihorizontalkan dengan bantuan nivo dengan cara menyetel kaki
alat (adjustable feet);
g. Pengukur horizontal (level gauge) distel hingga sesuai dengan bidang
referensi pada piringan pemberat;
h. Pompa air pada bench dihidupkan;
i. Massa pemberat sebesar 20 gram diletakkan pada piringan pemberat, atur
aliran air melalui pengoperasian keran pada bench. Kemudian kecepatan
aliran diatur hingga piringan pemberat sesuai dengan pengukur
horizontal (level gauge);
j. Lalu pembacaan waktu menggunakan stopwatchdimulai saat volume air
mengalir setiap 2.000 cc (2 liter) yaitu dari 0 ke 2.000 cc, hal ini
dilakukan sebanyak tiga kali untuk memperoleh debit dan kecepatan
aliran;
k. Langkah poin i dan j diulang dengan menambahkan massa (50 , 70, 90 ,
130, dan 150 gram) di atas piringan pemberat;
l. Langkah dari poin c sampai k diulang dengan menggunakan jenis sasaran
lainnya( sasaran 120o dan sasaran 180o).
2.25. Analisa Data dan Hasil Perhitungan
Data-data yang diperoleh :
 Diameter curat (D) = 8 mm = 0,8 cm
 Gravitasi (g) = 9,81m/det2 = 9,81 cm/det2
 Volume (V) = 2 liter = 2.000 cc
V
Q=
 Debit (Q)  t
1. Luas penampang curat :
1 2
A = πD
4
1
¿ π 8²
4
= 50,265 mm2
¿ 0,50 cm ²
Slope teori :
a. Plat sasaran 90o (datar) =1
3
b. Plat sasaran 120 o
= 2 = 1,5
2
c. Plat sasaran 180 o
=1 = 2

2. Plat datar (sasaran 90o)


Massa diatas Volume Air Waktu Debit Aliran
Debit Aliran 2
piringan pemberat (cc) Rata-rata ρ/ag x Q
(cc/dt)
(gram) (dt) (cc/dt)
2000 12,64 158,228
40 2000 13,00 153,846 153,225 47,593
2000 13,55 147,601
2000 10,21 195,886
60 2000 10,16 196,850 197,713 79,242
2000 9,98 200,401
2000 9,15 218,579
85 2000 8,69 230,150 225,420 103,008
2000 8,79 227,531
2000 7,76 257,732
120 2000 7,98 250,627 256,258 133,120
2000 7,68 260,417
2000 7,13 280,505
140 2000 7,29 274,348 284,602 164,196
2000 6,69 298,954

Tabel 4.1. Plat Sasaran 90°


Grafik 4.1. Plat Sasaran 90°

IMPACT OF JET
Plat Datar (Sasaran 90o)

140
120
f(x) = 0.677767742363869 x + 5.5122241347247
MASSA (gram)

100
80
60
40
20
0
40 60 80 100 120 140 160 180

MOMENTUM

Dari grafik diperoleh :


 Persamaan garis : y = 0,6778x – 5,5122
 Slope : 0.6778

3. Sasaran 120o
Tabel 4.2. Plat Sasaran 120°
Massa diatas Volume Air Debit Aliran
Waktu Debit Aliran 2
piringan pemberat (cc) Rata-rata ρ/ag x Q
(cc/dt)
(gram) (dt) (cc/dt)
2000 14,45 138,408
40 2000 14,22 140,647 141,188 40,409
2000 13,84 144,509
2000 12,41 161,160
60 2000 12,79 156,372 155,670 49,124
2000 13,38 149,477
2000 11,95 167,364
85 2000 11,94 167,504 167,551 56,909
2000 11,92 167,785
2000 9,90 202,020
120 2000 9,08 220,264 210,937 90,197
2000 9,50 210,526
2000 9,26 215,983
140 2000 8,37 238,949 232,648 109,720
2000 8,23 243,013

Grafik 4.2. Plat Sasaran 120°

IMPACT OF JET
(Sasaran 120o)
120
f(x) = 0.997706455177257 x + 8.04561162489316
100
MASSA (gram)

80

60

40

20

0
30 40 50 60 70 80 90 100 110 120

MOMENTUM

Dari grafik diperoleh :


 Persamaan garis : y = 1,1852x – 35,584
 Slope : 1,1852

4. Sasaran 180o
Tabel 4.3. Plat Sasaran 180°
Massa diatas Volume Air Waktu Debit Aliran
Debit Aliran 2
piringan pemberat (cc) Rata-rata ρ/ag x Q
(cc/dt)
(gram) (dt) (cc/dt)
2000 16,35 122,324
40 2000 17,86 111,982 116,817 27,663
2000 17,22 116,144
2000 13,59 147,167
60 2000 14,01 142,755 146,355 43,421
2000 13,41 149,142
2000 11,97 167,084
85 2000 11,33 176,523 167,488 56,866
2000 12,59 158,856
2000 10,36 193,050
120 2000 10,29 194,363 191,211 74,116
2000 10,74 186,220
2000 9,83 203,459
140 2000 10,79 185,357 191,334 74,211
2000 10,80 185,185

Grafik 4.3. Plat Sasaran 180°

IMPACT OF JET
(Sasaran 180o)
120

100 f(x) = 1.50107495240451 x − 5.81878360475702


MASSA (gram)

80

60

40

20

0
20 30 40 50 60 70 80

MOMENTUM

Dari grafik diperoleh :


 Persamaan garis : y = 1,5011x – 5,8188
 Slope : 1,5011
2.26. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah kami lakukan dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara momentum dan massa yaitu semakin besar
massa yang diberikan, maka semakin besar pula momentum, dan juga semakin
kecil sudut maka semakin tinggi pula momentum rata-rata. Slope grafik yang
diperoleh dari pengukuran dibandingkan dengan slope teori terdapat perbedaan, di
mana:

Jenis Sasaran Slope Teori Slope Grafik


Sasaran 900 1 0.6778
Sasaran 1200 1,5 1,1852
Sasaran 1800 2 1,5011

Slope grafik diperoleh dari hasil percobaan Impact Of Jet yang kami
lakukan didapatkan dari hasil grafik sebagai berikut:

Grafik 4.4. Plat Sasaran 90°, 120°, 180°

IMPACT OF JET
120 Sasaran 180°
100 f(x)
f(x)
= 0.997706455177257
= 0.677767742363869
x +x 8.04561162489316
+ 5.5122241347247
f(x) = 1.50107495240451 x − 5.81878360475702 Linear (Sasaran 180°)
MASSA (gram)

80 Linear (Sasaran 180°)


60 Sasaran 120°
40 Linear (Sasaran 120°)
20 Sasaran 90°
0 Linear (Sasaran 90°)
20 40 60 80 100 120 140 160 180
MOMENTUM

Perbedaan nilai slope pada teori dengan nilai slope pada grafik terjadi
karena kurangnya ketelitian dalam pelaksanaan praktikum, seperti pencatatan
waktu/pemakaian stopwatch pada saat pengukuran debit dan kesalahan mata
dalam memposisikan pengukur horizontal. Hubungan antara momentum dan
sudut yaitu apabila semakin besar sudut, maka semakin kecil momentum yang
akan terjadi seperti yang dapat dilihat pada grafik perbandingan impact of jet
sasaran plat datar, 120o, dan 180o. Dari grafik tersebut dapat dilihat juga bahwa
nilai slope akan besar jika grafik yang ada cenderung curam dan sebaliknya nilai
slope akan kecil apabila grafik cenderung landai.
BAB V
ORIFICE AND JET

2.27. Definisi
Orifice and Jet Apparatus (pancaran melalui lubang kecil) merupakan suatu
percobaan praktikum yang menggukan plat Orifice dengan diameter tertentu
untuk mendapatkan nilai laju aliran fluida. Pengujian ini menggunakan prinsip
bernauli yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara tekanan fluida dan
kecepatan fluida. Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan 2 lubang orifice
yang berdiameter 3 mm dan 6 mm.

2.28. Tujuan
Percobaan pancaran melalui lubang kecil atau orifice and jet dilakukan
untuk mengetahui koefisien kecepatan untuk orifice kecil.

2.29. Waktu Percobaan


Percobaan Orifice and Jet dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Desember 2021
pukul 14.00 – 17.00 WIB.

2.30. Peralatan dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a. Hydraulics Bench (Armfield LTD, F1-10-A Serial No.W 1726-7 AL
6841);
b. Orifice and Jet Apparatus F1-17;
c. Kertas milimeter;
d. Stopwatch;
e. Plat orifice diameter 3 mm dan 6 mm;
f. Alat tulis;
g. Air (40 liter).
5
4
6

3 7

560 mm 8
9
2
11
13 12

1
10
700 mm
Gambar 5.1. Orifice and Jet Apparatus
Sumber : Pengamatan langsung
Keterangan :
1. Pipa inlet;
2. Pipa fleksibel;
3. Pipa limpasan;
4. Skala;
5. Tangki utama;
6. Penjepit kertas;
7. Backboard;
8. Jarum vertikal;
9. Sekrup;
10. Kaki/penyangga;
11. Mur;
12. Plat orifice;
13. Sekat.
2.31. Jumlah Praktikum
Jumlah praktikum pada percobaan ini terdiri dari 5 (lima) orang mahasiswa,
yang masing-masing bertugas sebagai berikut :
a. 1 (satu) orang menghidupkan kran pengontrol air dan menghitung debit.
b. 1 (satu) orang menjaga agar ketinggian h tetap pada posisinya.
c. 1 (satu) orang mengatur kedudukan dari jarum-jarum.
d. 1 (satu) orang mencatat hasil pengamatan.
e. 1 (satu) orang mengsketsa di form.

2.32. Ringkasan Teori


x = V . t ………………………………………………………………….. (5.1)
1
y = 2 gt2 ……………………………………………………………....…. (5.2)
2y
atau t2 = g
Nilai t disubstitusikan ke dalam persamaan (5.1),


2
sehingga diperoleh : V = g x
2y
V
C v=
V th


2
x
C v=
4 hy
2
x 2
=4 C v y
h


2
gx
2y
C v=
√2 gh
2 2
4 hy C v =x …………………………………………………………… (5.3)
x2
diplotkan terhadap y
h

Telah diketahui V percobaan dan


V th = √ 2gh …………………………….(5.4)
Keterangan :
V = Kecepatan aliran (m/s)
Cv = Koefisien kecepatan
h = Tinggi tekan air (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
y = Tinggi lintasan air dibidang horizontal atau datum (m)
x = Jarak jatuhnya air dari vena contracta (m)

2.33. Langkah Kerja


a. Peralatan Orifice and Jet Apparatus dihubungkan ke bench, pastikan
bahwa pipa pembuangan air masuk ke tangki penampung air;
b. Peralatan dihorizontalkan dengan cara penyesuaian pada kakinya.
c. Lembaran kertas milimeter ditempatkan pada papan (backboard), jepit
dengan penjepit kertas (paper clamp);
d. Pipa peluap (adjustable over flow pipe) dinaikkan, buka keran
pengontrol;
e. Kran diatur sedemikian rupa sehingga air tepat meluap pada skala head
h yang telah ditentukan;
f. Masing-masing jarum (needle) disesuaikan sehingga ujung jarum tepat
berada pada lintasan pancaran air, kemudian tandai posisi puncak
masing-masing jarum pada kertas milimeter yang telah dijepit di
backboard;
g. Debit air diukur dengan cara menampung pancaran air pada silinder
pengukur dan catat waktunya;
h. Langkah-langkah dari poin c sampai g diulangi untuk diameter lubang
orifice lainnya.
2.34. Analisa Data dan Hasil Perhitungan
a. Orifice diameter 3 mm
Tabel 5.1 Orifice diameter 3 mm

Head h Tinggi y Jarak x 2 v **)


x (mm²) 2
x /h (mm) Cv *)
(mm) (mm) (mm) (m/dt)

0 0 0 0,000 0,000 0,000


4 50 2500 8,065 0,710 1,679
14 100 10000 32,258 0,759 1,795
23 150 22500 72,581 0,888 2,100
310 41 200 40000 129,032 0,887 2,097
60 250 62500 201,613 0,917 2,167
84 300 90000 290,323 0,930 2,198
116 350 122500 395,161 0,923 2,182
143 400 160000 516,129 0,950 2,246
Rata - Rata 0,774 1,829

x
=
Keterangan: *)
Cv 2 √ hy

**)
v = Cv ¿ √ 2gh
2
x
Grafik 5.1 Hubungan antara h dan y (lubang diameter 3 mm)
KOEFISIEN DEBIT
(ORIFICE d = 3 mm)
600

500
f(x) = 3.59366172410485 x − 10.862738429808
400
X2 /h (mm)

300

200

100

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Y (mm)

Slope grafik = 3,6127

Cv=
√ slope
4
=
3,6127
4 √
=0,950

b. Orifice diameter 6 mm
Tabel 5.2 Orifice diameter 6 mm

Head h Tinggi y Jarak x v **)


x2 (mm²) x2/h (mm) Cv *)
(mm) (mm) (mm) (m/dt)

0 0 0 0,000 0,000 0,000


7 50 2500 8,065 0,537 1,269
18 100 10000 32,258 0,669 1,583
26 150 22500 72,581 0,835 1,975
310 42 200 40000 129,032 0,876 2,072
60 250 62500 201,613 0,917 2,167
82 300 90000 290,323 0,941 2,225
111 350 122500 395,161 0,943 2,231
142 400 160000 516,129 0,953 2,254
Rata - Rata 0,741 1,753
2
x
Grafik 5.2 Hubungan antara h dan y (lubang diameter 6 mm)
KOEFISIEN DEBIT
(ORIFICE d = 6 mm)
600

500
f(x) = 3.74686171571886 x − 20.3674696609139
400
X2 /h (mm)

300

200

100

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Y (mm)

Slope grafik = 3,7469

Cv=
√ slope
4
=
3,7469
4 √
=0,936

2.35. Kesimpulan
Nilai Cv sangat dipengaruhi oleh nilai y yang dibaca, sehingga pembacaan
nilai y harus dilakukan secara teliti agar diperoleh nilai Cv yang benar.
Perbandingan nilai Cv teori dengan Cv percobaan dapat dilihat di dalam tabel 5.3.
Tabel 5.3 Perbandingan Cv teori dengan Cv Percobaan.
Parameter 3 mm 6 mm
Cv teori 3,6127 3,7469
Cv percobaan 0,950 0,936

Dapat dilihat dari tabel di atas, dari perbandingan nilai Cv teori dengan Cv
Percobaan terdapat penyimpangan nilai. Hal ini terjadi karena pembacaan nilai y
yang tidak teliti dan juga karena penempatan titik yang tidak tepat pada kertas
milimeter.
BAB VI
OSBORNE REYNOLDS

2.36. Definisi
V .D
Bilangan Reynold’s merupakan petunjuk kondisi aliran fluida Re = .
v
Osborne Reynold’s menetapkan bahwa nilai Re dapat digunakan untuk
menetapkan transisi dari laminer ke turbulen.
Osborne Reynolds adalah aliran dengan pengamatan secara visual dan
perhitungan bilangan Reynolds pada fluida.

2.37. Tujuan
1. Digunakan untuk menyelidiki karakteristik aliran fluida dalam pipa yang
juga digunakan untuk menentukan angka reynolds pada suatu aliran.
2. Mengamati aliran laminer, transisi, turbulen dan profil kecepatan dengan
menghitung nilai re dari masing-masing percobaan.

2.38. Waktu Percobaan


Percobaan Osborne Reynolds dilaksanakan pada hari Kamis, 02 Desember
2021 Pukul 14.00 – 17.00 WIB

2.39. Peralatan dan Bahan


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
a. Hydraulic Bench (TecQuipment LTD, Serial No. TQ081144-08);
b. Osborne Reynold’s Apparatus(TecQuipment LTD, H215 Serial No.
TQ081597-04);
c. Measuring Cylinder (gelas ukur);
d. Air (200 x10-3 liter);
e. Stopwatch;
f. Tinta Parker (Quint Black);
g. Alat tulis;
h. Kain lap.

1
2
Keterangan 3 :
1. 9 4 Reservoir
11 10 zat warna;
5
2. Zat warna
12 6 dalam
reservoir;
3. Keran
7 pengatur
aliran tinta;
4. Tangki
utama;
5. Kelereng;
6. Pipa karet
inlet;
8
7. Pipa aliran
visualisasi;
8. Keran
Gambar 6.1. Osborne Reynolds Apparatus pengatur
Sumber : Pengamatan langsung air;
9. Pipa
pelimpah;
10. Jarum suntik;
11. Corong;
12. Pipa karet outlet.

2.40. Jumlah Praktikum


Jumlah praktikum pada percobaan ini lima orang, yang masing-masing
bertugas :
a. 1 (satu) orang menghidupkan keran pengontrol air dan kran pengontrol
zat warna;
b. 1 (satu) orang mengatur aliran yang melewati pipa pengamatan
menggunakan keran pada alat osborne reynolds;
c. 2 (dua) orang membaca hasil pengamatan;
d. 1 (satu) orang mencatat hasil pengamatan dan menghitung debit.

2.41. Ringkasan Teori


Aliran laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-
lapisan membentuk garis-garis aliran yang tidak berpotongan satu sama lain.
Aliran ini termasuk dalam kondisi steady di mana seluruh garis aliran mengikuti
lintasan yang paralel dan tidak terjadi perubahan kecepatan terhadap waktu. Pada
kondisi ini zat warna diindikasikan sebagai inti yang padat.
Aliran turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak
secara acak. Aliran ini termasuk dalam kondisi unsteady di mana garis aliran
saling mempengaruhi, menyebabkan bidang geser menjadi hancur, dan terjadi
percampuran antara fluida. Akibat dari hal tersebut garis alir antar partikel fluida
saling berpotongan dimana perpotongan garis alir ini membentuk sudut. Pada
kondisi ini zat warna menjadi menyebar seperti tercampur.
Ketika aliran menjadi lebih cepat, transisi dari laminer menjadi turbulen
menjadi berangsur-angsur. Zona di mana perubahan ini terjadi dinamakan aliran
transisi. Ini akan terlihat aliran meyimpang menuju dispersi seperti aliran
turbulen.
Petunjuk kondisi aliran fluida ini, yaitu untuk menunjukkan aliran laminer,
transisi, dan turbulen, dapat digunakan bilangan Reynold’s Re.
V ×D μ
Re = ν=
ν dengan ρ …………………………………………. (6.1)

Keterangan :
Re = Bilangan Reynold’s
V = Kecepatan aliran (m/dt)
D = Diameter pipa (m)
 = Kekentalan kinematik (m2/dt)
 = Kekentalan dinamik zat cair (Ndt/m2)
 = Rapat massa zat cair (Kg/m3)

Reynolds menetapkan angka Re untuk mengklasifikasikan jenis aliran di


dalam pipa:
Jenis Aliran Nilai Reynolds (Re)
Aliran laminar  2000
Aliran transisi 2000  Re  4000
Aliran turbulen  4000

2.42. Langkah Kerja


a. Reservoir diisi dengan zat warna (tinta);
b. Pipa inlet (inlet valve) peralatan Osborne Reynolds dihubungkan dengan
pipa konektor bench;
c. Penyuntik zat warna diletakkan tepat pada corong inlet;
d. Katup kontrol aliran pada alat Osborne Reynolds ditutup;
e. Katup inlet dibuka dan perlahan-lahan air dialirkan ke tangki
utamahingga ketinggian pelimpah yang ditentukan, ketinggian air berada
diatas bibir pipa pelimpah kemudian tutup katup inlet;
f. Katup pengontrol aliran diatur untuk mengalirkan air ke pipa visualisasi;
g. Peralatan dibiarkan selama beberapa menit sebelum beralih;
h. Katup inlet dibuka perlahan-lahan sehingga air keluar dari pipa outlet;
i. Katup pengontrol dibuka sedikit demi sedikit dan atur katup kontrol zat
warna (flow dye control valve) sehingga terjadi aliran lambat dengan zat
warna;
j. Aliran zat warna dapat dilihat pada pipa visualisasi;
k. Air yang keluar melalui pipa outlet yang tersambung pada katup
pengontrol aliran/keran pengatur ditampung kedalam gelas ukur. Lalu
waktu dihitung dan dibaca menggunakan stopwatch setiap volume 200
ml dimulai dari 0 ml ,dengan tiga kali pengulangan guna mendapatkan
data yang diperlukan;
l. Langkah dari poin h sampai k diulangi untuk penambahan kecepatan
aliran dengan semakin membuka katup pengontrol aliran.

2.43. Analisa Data dan Hasil Perhitungan


a. Data yang diperoleh :
 Diameter pipa visualisasi(D) = 1,5 cm = 15 mm
 Suhu air = 25,5 oC
 Kekentalan kinematik air () = 0,883 x 10-6 m2/dt =0,883 mm2/dt
 Volume air = 250 ml

b. Luas penampang pipa :


A = ¼  D2
= ¼  (15 mm)2
= 176,625 mm2

Tabel 6.1 Data Osborn Reynold (1/2)


V D
*)
Kondisi zat Volume air Waktu Wakturata-rata Debit Kecepatan
warna secara V t t Q V Re 
visual (ml) (dt) (dt) (mm3/dt) (mm/dt) 
22,7
Laminer
220 22,02 22,29 11215,792 63,474 1012,877
Re < 2000
22,15
3,14
Turbulen
220 3,46 3,21 77962,578 441,214 7040,655
Re > 4000
3,02
8,24
Transisi
220 8,45 8,22 30425,963 172,190 2747,712
2000 < Re < 4000
7,96

Keterangan :
Volume Air
*)
Q=
t
Q
**)
V=
A

2.44. Kesimpulan
Hasil pengamatan secara visual terhadap kondisi aliran zat warna (tinta),
telah sesuai dengan teori bilangan Reynold’s mengenai keadaan/sifat-sifat aliran,
di mana:

Kondisi Aliran Zat Re


Re Teori Jenis Aliran Percobaan
Warna Percobaan

Lurus Re  2000 1423,820 Laminer Benar

Bergelombang (lurus- 2000  Re 


2608,052 Transisi Benar
pecah) 4000

Pecah Re  4000 9459,651 Turbulen Benar

Gambar 6.2.Kondisi aliran pada percobaan. (a) lurus/laminer

(b) lurus-pecah/transisi (c) pecah/turbulen

Kondisi aliran zat warna secara visual melalui percobaan ternyata sesuai
dengan teori. Menurut Reynolds, apabila nilai Re < 2000 maka aliran tersebut
adalah laminer. Angka Re yang diperoleh dari kondisi aliran zat warna secara
visual pada percobaan sebesar 1423,820. Begitu juga halnya dengan nilai Re
sebesar 2608,052 yang berada pada range 2000 < Re < 4000, sehingga alirannya
dinyatakan transisi. Sedangkan Re yang didapat sebesar 9459,651 dinyatakan
turbulen karena memenuhi hubungan Re > 4000.
LAMPIRAN
Gambar 6.2. Foto sedang menggunakan alat Hydrarostatic Pressure

Gambar 6.3. Alat Metacentric Height

FOTO DOKUMENTASI
Gambar 6.4. Saat menggunakan alat Hydrostatic Pressure

Gambar 6.5. Saat menggunakan alat Impact of Jet


Gambar 6.5. Saat menggunakan alat Orifice of Jet
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM HIDROLIKA

KELAS : HARI RABU


KELOMPOK :1A
DOSEN PEMBIMBING : AKMAL, ST.,M.ENG,.IMP

TANGGAL URAIAN PARAF


TANGGAL URAIAN PARAF
TANGGAL URAIAN PARAF
TANGGAL URAIAN PARAF

Anda mungkin juga menyukai