Anda di halaman 1dari 38

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan
petunjuknya, kami dapat menyelesaikan buku petunjuk praktikum Hidrolika Dasar
Saluran Tertutup.
Buku petunjuk Praktikum Hidrolika Dasar Saluran Tertutup ini, merupakan
salah satu buku petunjuk praktikum yang telah dibuat oleh Laboratorium Mekanika
Fluida Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Kediri, dalam rangka
membantu memberikan arahan yang seragam dalam melaksanakan Praktikum Hidrolika
Dasar Saluran Tertutup.
Isi materi dan konsep buku petunjuk praktikum ini disusun sepraktis mungkin
disesuaikan dengan peralatan yang ada dan teori yang telah diberikan pada mata kuliah
Hidrolika Saluran Tertutup. Namun demikian, penyusun menyadari apabila ada kurang
sempurnanya dari buku petunjuk praktikum ini dan tentu akan disesuaikan dengan
perkembangan ilmu Hidrolika Dasar dan peralatan yang ada.
Sekian dan semoga dalam penyusunan Buku Petunjuk Praktikum ini dapat
bermanfaat bagi semua mahasiswa/Praktikan.

Kediri,
Kepala Laboratorium
Teknik Sipil

Agata Iwan C., ST., MT

I
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Praktikum : Praktikum Mekanika Fluida


2. Peserta :
a. Ketua Kelompok
Nama : Yusticia Hendra P
NIM : 17513246
Jurusan : TEKNIK SIPIL
b. Jumlah Anggota : 7 Orang
3. Dosen Pebimbing
a. Nama : Yosef Cahyo SP,ST.MT.M.Eng
b. NIP : 199909001

Kediri,28 Mei 2019

Menyetujui,

Pebimbing Kepala JurusanKetua Kelompok

Yusticia Hendra P
NIM.17513246
Yosef Cahyo SP,ST.MT.M.Eng Eko Siswanto
NIP. 199909001 NIP.201204011

Mengetahui,
a.n Dekan Fakultas Teknik
Universitas Kadiri

Yosef Cahyo SP,ST.MT.M.Eng


NIP. 199909001
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN......................................................................1
1.2. LANDASAN TEORI...............................................................................................................2
1.2.1. Aliran Dalam Pipa........................................................................................................2
1.2.2. Kehilangan Tinggi Tekanan.......................................................................................4
1.2.3. Kemiringan Garis Hidraulik dan Kemiringan Garis Energi............................10

BAB II PELAKSANAAN PERCOBAAN.............................................................................12


2.1. MACAM PERCOBAAN.......................................................................................................12
2.2. PERALATAN.............................................................................................................................12
2.3 PELAKSANAAN PERCOBAAN........................................................................................15
2.3.1. Menentukan Indeks Meteran Taraf Terhadap Mercu Thompson...................15
2.3.2. Mengukur Diameter Pipa...........................................................................................17
2.3.3. Cara Mengalirkan Air..................................................................................................17
2.3.4. Pembacaan Muka Air Manometer...........................................................................19
2.3.5. Pembacaan Tinggi Muka Air Hulu..........................................................................19

BAB III DATA HASIL PERCOBAAN...................................................................................20


3.1. PIPA DATAR..............................................................................................................................20
3.1.1. Percobaan I Keadaan aliran dalam pipa adalah bebas (free flow)..............20
3.1.2. Percobaan II Keadaan aliran dalam pipa adalah tidak bebas.........................21
3.1.3. Percobaan III Keadaan aliran dalam pipa adalah tenggelam (submerged) 21

3.2. PEREDAM ENERGY (PLUNK POOL)...........................................................................22


BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

BAB IV PROSEDUR PENGOLAHAN DATA...................................................................23


4.1. Menghitung Debit Pada Alat Ukur Thompson.................................................................23
4.2. Menentukan Kemiringan Garis Hidraulik dan Kemiringan Garis Energi...............24
4.3. Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan...............................................................................24
4.4. Menentukan Jenis Aliran........................................................................................................24
4.5. Kontrol Debit..............................................................................................................................26
4.6. Perhitungan Kesalahan Relatif..............................................................................................28
4.7. Menentukan Jenis Saluran......................................................................................................28

BAB V PENUTUP......................................................................................................30
5.1. Dokumentasi .........................................................................................................30
5.2. Saran......................................................................................................................31
5.3. Kesimpulan............................................................................................................31
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN


Percobaan saluran tertutup ini mempunyai maksud agar para mahasiswa
dapat mengetahui secara praktis di lapangan tentang saluran tertutup, seperti
teori yang diperoleh di mata kuliah Hidrolika.

Adapun beberapa tujuan dari pratikum ini adalah :

1. Untuk mengukur dan mengetahui cara mengukur debit air yang melewati alat
ukur Thomson.
2. Dapat menghitung kecepatan air dalam pipa serta kehilangan tinggi tekan
sehingga dapat menggambarkan kemiringan garis energi ( energy gradient )
dan kemiringan garis hidraulik ( hidraulic gradient ) baik pada pipa datar atau
pada pipa miring.
3. Dapat menentukan jenis aliran dengan melihat bilangan Reynold ( Re )
4. Menghitung besarnya faktor gesekan f dengan memakai rumus Darcy –
Weisbach serta koefisien Cheezy ( C ). Sehingga dapat diketahui besarnya
penyimpangan debit aliran antara alat ukur Thomson dengan perhitungan
malalui rumus Cheezy.
5. Dapat menentukan tebal lapisan air sehingga kita dapat mengetahui juga jenis
saluran.
6. Dapat membandingkan sifat hidrolik berdasarkan hasil percobaan pada butir
1 sampai dengan butir 5 antara saluran tertutup datar dan miring pada
keadaan keluaran ( Outlet ) bebas, tidak bebas, dan tenggelam (submerged).
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

1.2. LANDASAN TEORI


1.2.1. Aliran Dalam Pipa
Gerakan air didalam pipa sering sekali terjadi aliran tunak ( steady flow ),
yaitu suatu aliran dimana suatu titik tertentu besarnya tekanan dan kecepatan
tidak berubah dengan waktu.

Berdasarkan cara bergeraknya, aliran tunak dibedakan menjadi :


1. Aliran Laminer.
Aliran ini terjadi jika semua partikel zat cair bergerak menurut lintasan
yang sejajar dan tidak ada komponen kecepatan yang bersilangan.
2. Aliran Turbulen.
Aliran ini terjadi jika partikel zat cair bergerak secara tidak beraturan dan
seolah-olah lintasan airnya berpotongan satu sama lainnya. Pada aliran
dalam pipa kecepatannya hampir selalu tinggi sehingga terjadi turbulensi.

Penentuan jenis aliran, pada saluran tertutup dapat menggunakan


bilangan Reynold ( Re ), dimana :
Bila Re < 2320 , maka alirannya disebut laminer.
Bila Re > 2320 , maka alirannya disebut turbulen.

Gambar 1.2.1

Jika Re antara 2000 dan 4000, aliran sukar diketahui atau dipastikan
karena dalam keadaan tersebut merupakan fase peralihan atau transisi. Jadi
kemungkinan adalah laminar atau turbulen, tetapi pada batas ini dapat
dianggap turbulen untuk maksud perhitungan.
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Angka Reynold ( Re ) dapat dicari dengan rumus :

Re = V . D /  = ( V . D ) / υ

Dengan :
Re = Bilangan Reynold
V = Q /A = Kecepatan rata-rata ( m/dt )
D = Diameter pipa ( m )
 = Rapat massa fluida (kg/m3)
 = Kekentalan (Viskositas) dinamik (kg/m/dt)
2
υ = f ( T ) = Kekentalan kinematis ( m / dt )

Untuk air perubahan kekentalan kinematik terhadap temperature


dapat diperkirakan dengan persamaan berikut ini :

υ
=[ 1,14 – 0,031 ( T° - 15 ) + 0,00068 ( T° - 15 ) 2 ] 10-6

Variasi kecepatan aliran dalam pipa pada bagian inlet dan pada bagian
sepanjang pipa dapat dijelaskan dengan gambar berikut :

Gambar 1.2.2
Pola aliran (flow pattern) pada bagian inlet
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Gambar 1.2.3
Konsep aliran tekan dalam pipa

1.2.2. Kehilangan Tinggi Tekanan ( loss of head )


Pada zat cair biasa ( yang mempunyai kekentalan ), sewaktu mengalir
dalam pipa terjadi gesekan antara zat cair itu sendiri dengan dinding pipa.
Sehingga terjadi kehilangan tinggi energi ( loss of energy ). Kehilangan ini,
tidak hanya disebabkan oleh keadaan diatas, tetapi juga oleh perlengkapan
pipa seperti lengkung, katup dan sebagainya.

Kehilangan tinggi tekan diklasifikasikan menjadi :


1. Kehilangan tinggi tekan besar ( Major Losses )
Kehilangan ini terutama disebabkan gesekan dan turbulensi cairan.
Besarnya kehilangan tinggi tekan ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

a. Hagen Poisuile
Khusus dipakai untuk menghitung jenis aliran laminar :
2
hf = ( 32 . υ . L . V ) / ( g . D )

Dengan :
hf = Kehilangan tinggi tekan ( m )
L = panjang pipa ( m )
V = kecepatan aliran ( m/dt )
2
υ =kekentalan kinematis ( m /dt )
2
g =percepatan gravitasi ( m/dt )
D =diameter ( m )
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

b. Darcy – Weisbach
Rumus ini dapat dipakai untuk semua jenis aliran.

2
hf = f ( L . V ) / ( D . 2g )

Dengan :
Hf = Kehilangan tinggi tekan ( m )
L = Panjang pipa ( m )
V = Kecepatan aliran ( m/dt )
f = Koefisien gesekan Darcy
g =Percepatan gravitasi ( m/dt2 )
D=Diameter ( m )

Harga f ditentukan berdasarkan diagram Moody yang merupakan fungsi


diameter pipa dan angka kekasaran mutlak bahan pipa.

Gambar 1.2.4
Diagram Moody
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

c. Hazen-Williams
0.63 0.54
Q = 0.354 . Chw . A . R .S
0.63 0.54
V = 0.354 . Chw . R .S
0.54 0.54
HL = 2.82/C . X L xV/
0.63
D Dengan:
V = kecepatan aliran pada pipa (m/det)
Chw = koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams (Tabel)
A = Luas penampang aliran (m2)
Q = Debit aliran pada pipa (m3/dtk) L
= Panjang pipa (m)
S= Kemiringan Hidraulis

R = Jari-jari hidrolis (m) = =

Dari persamaan Q = V.A maka didapatkan persamaan kehilangan


tinggi tekan mayor menurut Hazen-Williams sebesar hf = k .
1,85
Q Dimana :
1,85 4,87
k = 10,675. L / Chw .D
Dengan:
hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m)
k = koefisien karakteristik pipa
D = Diameter pipa (mm)
L = Panjang pipa (m)
Chw = Koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams.

Tabel 1.2.1 Koefisien Kekasaran Pipa Hazen-Williams (Chw)


No Jenis Pipa Nilai Koefisien
Hazen-Williams (Chw)
1. Pipa sangat halus 140
2. Pipa Halus, semen, besi, tuang baru 130
3. Pipa baja dilas baru 120
4. Pipa baja dikeling baru 110
5. Pipa besi tuang tua 100
6. Pipa baja dikeling tua 95
7. Pipa tua 60-80
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

2. Kehilangan Tinggi Tekan Kecil ( minor losses )


Kehilangan ini disebabkan oleh penambahan penampang antara lain
oleh lubang masuk, penyempitan tiba-tiba, pembelokan, lubang keluar,
dan sebagainya. Dalam pipa panjang (mempunyai panjang 1000 kali
diameternya), kehilangan tinggi tekan karena gesekan adalah hal yang
paling berpengaruh sehingga kehilangan tinggi tekan kecil dapat
diabaikan karena kecil sekali. Akan tetapi dalam pipa pendek
(mempunyai panjang kurang dari 1000 kali diameternya), kehilangan
tinggi tekan kecil harus ikut diperhitungkan.
Persamaan dasar untuk menghitung kehilangan tinggi tekan kecil adalah:

h1 = 1 .

h1 = Kehilangan Tinggi Tekan Kecil (m)


1 = Koefisien Kehilangan Tinggi Tekan
v = Kecepatan Aliran (m/dtk)
g = Percepatan Gravitasi (m/dtk)

Dengan persamaan diatas, maka kehilangan tinggi tekan untuk berbagai


keadaan dapat diketahui dengan menentukan nilai 1 sebagai contoh :
Kehilangan tinggi tekan akibat lubang pemasukan ke pipa dengan ujung
bulat, maka :
2
hL = K ( v / 2g )

Dengan :
hL = Kehilangan tinggi tekan kecil ( m )
K = koefisien
v = kecepatan aliran ( m/dt )
2
g = percepatan gravitasi ( m/dt )
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Tabel 1.2.2 Koefisien Kehilangan Tinggi Tekan Berdasar Perubahan Bentuk Pipa.
Jenis Perubahan Bentuk K Jenis Perubahan K
Pipa Bentuk Pipa
Inlet Belokan 90º
Bell mounth 0,03 – 0,05 R/D = 4 0,16– 0,18
Rounded 0,12 – 0,25 R/D = 2 0,19– 0,25
Sharp Edged 0,50 R/D = 1 0,35– 0,40
Projecting 0,80 Belokan Tertentu
Pengecilan Tiba-Tiba Ɵ = 15 º 0,05
D2/ D1 = 0.80 0,18 Ɵ = 30 º 0,10
D2/ D1 = 0.50 0,37 Ɵ = 45 º 0,20
D2/ D1 = 0.20 0,49 Ɵ = 60 º 0,35
Pengecilan Mengerucut Ɵ = 90 º 0,80
D2/ D1 = 0.80 0,05 T (Tee)
D2/ D1 = 0.50 0,07 Aliran Searah 0,03– 0,04
D2/ D1 = 0.20 0,08 Aliran Bercabang 0,75- 0,18
Pembesaran Tiba-Tiba Persilangan
D2/ D1 = 0.80 0,16 Aliran Searah 0,50
D2/ D1 = 0.50 0,57 Aliran Bercabang 0,75
D2/ D1 = 0.20 0,92 45º Wye
Pembesaran Mengerucut Aliran Searah 0,30
D2/ D1 = 0.80 0,03 Aliran Bercabang 0,50
D2/ D1 = 0.50 0,08
D2/ D1 = 0.20 0,13
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Dengan persamaan diatas, maka kehilangan tinggi tekan untuk


berbagai keadaan dapat diketahui dengan menentukan nilai K :

Tabel 1.2.3

Koefisien kehilangan tinggi tekan K pipa tertentu.

Gambar 1.2.5
Koefisien kehilangan tinggi tekan K untuk pipa belokan halus.
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Gambar 1.2.6
Koefisien kehilangan tinggi tekan K untuk pipa dengan pembesaran bentuk kerucut.

1.2.3. Kemiringan Garis Hidrolik (Hydraulic Gradient)dan Kemiringan Garis


Energi (Energy Gradient)
Kemiringan garis energi adalah garis yang menghubungkan berbagai
titik yang ordinat vertikalnya menyatakan jumlah energi potensial dan
energi kinetik dan diukur dari pusat pipa
Rumus :

E = Z + ( P / W ) + ( V2 / 2g )

Dengan :
E = Energi total (m)
Z = Energi potensial dengan datum (m)
2
V /2g = Energi kinetik persatuan berat (energi kecepatan) (m)
P/W = Tinggi tekan pisometris (energi tekanan) (m)
3
W = g (N/m )
3
 = Rapat massa fluida (kg/m )
2
g = percepatan gravitasi bumi (m/dt )
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Kemiringan garis hidrolik adalah garis yang menghubungkan berbagai


titik yang ordinat vertikalnya menyatakan tekanan tinggi air, diukur dari
garis pusat pipa energi potensial ( P / W ). Sedangkan kemiringan garis
enersi adalah garis yang menghubungkan berbagai titik yang ordinat
vertikalnya menyatakan jumlah tinggi tekanan dan tinggi kecepatan air,
2
diukur dari garis pusat pipa (P/W +V /2g).

Gambar 1.2.7
Tabel kemiringan garis energi
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN

2.1. MACAM PERCOBAAN


a. Pipa Datar
b. Pipa Miring
c. Peredam Energy (Plunk Pool).

2.2. PERALATAN
a. Pipa saluran
b. Mistar dan roll meter
c. Pengukur debit Thomson
d. Jangka sorong dan thermometer
e. Manometer
f. Meteran taraf ( point gauge )
g. Penyipat datar ( water pass ) atau theodolit

Tandon

Manometer Inlet

Outlet

Gambar 2.2.1
(Pipa Saluran)
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Gambar 2.2.2
(Jangka sorong dan thermometer)

Gambar 2.2.3
(Mistar dan Rol meter)
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Gambar 2.2.4
(Pengukur debit thompson)

Gambar 2.2.5
(Manometer)

Gambar 2.2.6
(Meteran Taraf /
Point Gauge)
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Gambar 2.2.7
(Theodolin dan Water pass))

2.3. PELAKSANAAN PERCOBAAN


Cara pelaksanaan untuk percobaan pipa datar maupun miring adalah sama.
2.3.1. Menentukan Indeks Meteran Taraf Terhadap Mercu Thompson
a) Pasang point gauge dibagian belakang samping Tompson dengan jarak
antara 15 – 25 m dari tompson.

Gambar 2.3.1

b) Penyipat datar (waterpass) dipasang berjarak antara 2,5 - 5 m dari mercu


tompson dan waterpass tersebut harus tersetting dengan benar.

Gambar 2.3.2

c) Lepas dan keluarkan meteran taraf dari rumah segitiga, kemudian ditaruh
pada mercu tompson, setelah itu bidik dan ukur meteran taraf tersebut
dengan waterpass sehingga diperoleh bacaan (x).
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Gambar 2.3.3

d) Masukkan lagi meteran taraf kerumah segitiga, kemudian meteran taraf


bidik dan ukur lagi dengan waterpass (naik/turunkan meteran taraf
sampai bidikan diperoleh bacaan (x) mercu tompson yg dibidik
sebelumnya..

Gambar 2.3.4
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

e) Kemudian setting 0 pada Indeks Point Gauge/ BM untuk mendapatkan 0


= 67 Seperti contoh pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.3.5

2.3.2. Mengukur Diameter Pipa


Diamater pipa diukur dengan jangka sorong, baik diameter luar
maupun diameter dalam dari pipa guna mengetahui tebal pipa,
sedangkan jarak antara masing-masing tabung pipa diukur dengan roll
meter.
2.3.3. Cara Mengalirkan Air
Percobaan ini dilakukan dengan suatu sistem pipa dari suatu resevoir
satu ke resevoir yang lain. Air dialirkan ke dalam bak tampungan bagian
hulu (resevoir 1) dengan pompa listrik sampai muka air di resevoir 1 berada
pada kedudukan yang tepat diatas jarum meteran taraf. Dalam keadaan ini
dapat diukur tinggi muka air dari dasar kolam ( D ). Dari pengukuran D ini
akan dapat dihitung nilai h (tinggi muka air pada alat ukur Thomson).
Dengan : h = D – Indeks Point Gauge
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Jika h terhitung, maka debit Thomson dapat dicari dengan rumus :

5/2
Q=k.h

Dengan :
3
Q = Debit pada alat ukur ( m /dt )
h = Tinggi air ( m )
0,5
k= Koefisien debit ( m /dt )
2
= 1,3533 + ( 0,004/h ) + 0,167 ( 8,4 + 12/√D ) x ( h/B – 0,09 )
D = Tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari mercu ( m )
B = Lebar saluran bagian hulu ( m )

Air disalurkan dari resevoir 1 (hulu pemasukan) ke resevoir 2 (hulu


pengeluaran) melalui pipa datar maupun pipa miring, dimana dalam proses
ini akan terdapat aliran bebas, tidak bebas, dan tenggelam.
a. Aliran bebas dapat terjadi apabila muka air yang melalui pipa keluaran
itu dapat mengalir ke pipa resevoir 2 dengan bebas tanpa adanya
halangan dari muka air.
b. Aliran tidak bebas terjadi apabila muka ai pada resevoir 2 berada pada
kedudukan tepat diatas diameter pipa keluaran, sehingga air yang
mengalir diatas pipa keluaran itu tidak bebas mengalir karena adanya
halangan dari muka air di resevoir 2. Akibatnya air didalam pipa akan
terdesak menuju resevoir 1, hal ini akan menyebabkan tinggi air pada
resevoir 1 naik.
c. Aliran tenggelam terjadi apabila muka air pada resevoir 2 berada
kedudukan jauh diatas pipa keluaran, sehingga air yang mengalir pada
pipa keluaran itu terhalang oleh muka air pada resevoir 2. Akibatnya
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

aliran air dalam pipa akan terdesak menuju resevoir 1. Hal ini akan
menyebabkan tinggi air pada resevoir 1 naik lebih tinggi

2.3.4. Pembacaan Muka Air Manometer


Pembacaan dilakukan pada saat air tidak mengalir. Pada saat air
mengalir, pembacaan dilakukan pada saat keadaan debit sudah mencapai
pada kondisi konstan (tetap), juga dibaca meteran taraf pada alat ukur
Thompson serta suhu air.

2.3.5 Pembacaan Tinggi Muka Air Hulu (pemasukan) dan Hilir


(pengeluaran)
Pembacaan dilakukan setelah keadaan air stabil. Pembacaan ini dimaksudkan
untuk menentukan pambacaan aliran, apakah bebas (free flow), tidak bebas, atau
tenggelam (submerged) dibagian hilir.
Percobaan diatas bertujuan untuk mengukur nilai D (tinggi muka air didasar
saluran ke titik terendah mercu), B (lebar resevoir hulu), jarak antar pipa
manometer, tinggi muka air hulu pemasukan dan hilir keluaran, tinggi air di pipa
manometer. Dari data terukur ini dapat dihitung :
 h (tinggi air pada alat ukur Thomson)
 k (koefisien debit)
 Kemiringan garis hidrolik (Hydraulik Gradient)
 Kemiringan garis energi (Energy Gradient)
 Kehilangan tinggi tekan (head loss)
 Jenis Aliran
 Kontrol debit
 Jenis saluran
 Q (debit pada alat ukur Thomson)
Rumus untuk menghitung nilai-nilai di atas akan dibahas pada Bab IV (prosedur
pengolahan data).
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

BAB III
DATA HASIL PERCOBAAN

3.1. PIPA DATAR


a) Diameter pipa datar 6 m.
b) Panjang 400 m (jarak datar).
c) Pengamatan tekanan.
d) Pengamatan aliran dalam pipa (Aliran terbuka atau tekan/penuh).

3.1.1. Percobaan I : Keadaan aliran dalam pipa adalah tenggelam


1. Tinggi muka air :
dihulu pemasukan h1 = 0,48 m
dihilir keluaran h1 = 0,39 m
o
2. Suhu = 31 C
3. Menentukan tinggi muka air Thompson :
Pembacaan Muka Air
dari Titik Terendah
Indeks Point Gauge Mercu Keterangan
1. 0 m B = 60 m
(lebar alat ukur
IPG = 0 = 2. 0,43 m thomson)
D = 20
m(pembacaan
titik terendah
mercu sampai
tinggi muka
(a) = 0,09 m 3. 0,02 m air)
rata-rata : (b) = 6,75 m
Tinggi Muka Air a–b=c

4. Diameter Pipa
Diameter Diameter Jarak antara
Manometer Titik 1 dan 2 (
(nomor tabung) m)
luar ( m ) dalam ( m )
1–2 0,066 0,06 0,058
2–3 0,066 0,06 0,052
3-4 0,066 0,06 0,053
4–5 0,066 0,06 0,053
5–6 0,066 0,06 0,054
6-7 0,066 0,06 0,055
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

5. Pembacaan muka air pada manometer

Nomor Tabung
Keadaan Air Debit
1 2 3 4 5 6 7
I 4.8 4,7 4,5 44 43 3,9
Mengalir
II

3.1.2. Percobaan II : Keadaan aliran dalam pipa adalah tidak bebas.


1. Tinggi muka air :
dihulu pemasukan h1 = 0,035 m
dihul keluaran h1 = 0,02 m
o
2. Suhu = 31 C
3. Pembacaan muka air pada manometer
Nomor Tabung
Keadaan Air Debit
1 2 3 4 5 6 7
I 3,5 3,2 3 2,6 2,3 2
Mengalir
II

3.1.3. Percobaan III : Keadaan aliran dalam pipa adalah bebas

1. Tinggi muka air :


dihulu pemasukan h1 = 0,011 m
dihilir keluaran h1 = 0m
o
2. Suhu = 31 C
3. Pembacaan muka air pada manometer
Nomor Tabung
Keadaan Air Debit
1 2 3 4 5 6 7
I 1 1 0,8 0,2 0 0
Mengalir
II
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

3.2 PEREDAM ENERGY (PLUNK POOL).


a) Lebar Saluran 0,3 m.
b) Panjang Saluran 2,4 m.
c) Panjang plunk pool 0,4 m.
d) Kemiringan bagian hulu 1:1 dengan kedalaman 0,15 m.
e) Saluran bagian hilir panjang 1,36 m, lebar 0,3 m, kedalaman 0,15 m terisi
sedimen.

Pengukuran:
1. Pengukuran panjang loncatan dari pipa (Percobaan Aliran di Pipa Datar
dan Pipa Miring).
2. Pengukuran tinggi muka air setiap section (Percobaan Aliran di Pipa
Datar dan Pipa Miring).
3. Pengukuran kecepatan air setiap section (Percobaan Aliran di Pipa
Datar dan Pipa Miring).
4. Countour hasil gerusan untuk masing-masing debit (Percobaan Aliran
di Pipa Datar dan Pipa Miring).
5. Gambar/Sketsa pola gerusan beserta Elevasinya untuk masing-masing debit
(Percobaan Aliran di Pipa Datar dan Pipa Miring).
6. Membandingkan hasil pengamatan aliran di pipa datar dengan pipa miring.

Aliran Air per 20 m


1 15,5
2 17,5
3 13,1
4 6,2
Aliran Air per 10 m
1 2
2 1,7
3 1,8
4 1,7
5 1,4
6 1,6
7 2
8 1,8
9 1,4
10 1,2
11 1,1
12 1,1
13 1
14 1,1
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

BAB IV
PROSEDUR PENGOLAHAN DATA

4.1. Menghitung Debit Pada Alat Ukur Thomson

Gambar 4.1.1
(Alat ukur Thomson)

Interval penetapan rumus ini adalah:


B = 0,50 sampai 1,20 m
D =0, 10 sampai 0,75 m
h = 0,07 sampai 0,26
m h = < B/3

Rumus yang digunakan :

5/2
Q=k.h

Dengan : Q = Debit air pada alat ukur Thomson ( m3/dt )


=1,3533 + (0,004 / 0,067)+0,167(8,4+12/√20)(0,067/60-0,09)² x
(0,067) 5/2
= 0,09 x 0,067
= 0,000104575396 m³/dt

h = 0,675 tinggi air ( m )


1/2
k = koefisien debit ( m /dt )
= 1,3533 + ( 0,004/h ) + 0,167 ( 8,4 + 12/√D ) x ( h/B – 0,09 )2
D = 20 tinggi dari dasar saluran ke titik terendah dari mercu
B = (60 m) lebar alat ukur Thomson bagian hulu
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

4.2. Menentukan Kemiringan Garis Hidrolik ( Hydraulic Gradient ) dan


Kemiringan Garis Energi ( Energy Gradient )
Elevasi garis hidrolik ditentukan dengan mengurangi tinggi air pada tabung
saat air mengalir dengan pada saat air tidak mengalir. Sedangkan elevasi garis
2
energi ditentukan dengan menambah elevasi garis hidrolik dengan V / 2g, dimana
V = Q / A, Q adalah debit air pada Thomson dan A adalah luas penampang dari
2
pipa ( A = ¼ . π . d )
A = ¼ X 3,14 X 0,0036
= 0,002826
V= Q /A
= 0,0010457396 / 0,002826
= 0,038 m/dt

4.3. Menghitung Kehilangan Tinggi Tekan ( Head Loss )


Kehilangan tinggi tekan dihitung berdasarkan data pengamatan setiap tabung
manometer dengan cara mengurangi elevasi garis tabung 1 dengan tabung 2
diperoleh Hf1. Elevasi garis energi tabung 2 dikurangi dengan tabung 3 diperoleh
Hf2. Demikian seterusnya, sehingga diperoleh Hf total didapat dengan jalan
menjumlahkan Hf1, Hf2, Hf3, Hf4, Hf5, Hf6.
HF1 0,1
HF2 0,2
HF3 0,1
HF4 0,1
HF5 0,4
HF6 0,9
JUMLAH 1,8
RATA2 0,3

4.4 Menentukan Jenis Aliran


Didasarkan atas bilangan Reynold ( Re )

Re = ( V . D ) / υ

Dengan : Re = Bilangan Reynold


Re < 2320, Jenis aliran laminer.
Re > 2320, Jenis aliran turbulen.
V = Kecepatan rata-rata ( m/dt )
D = Diameter pipa ( m )
υ = Kekentalan kinematik

Re = ( V. D ) / u

= ( 0,01175 x 6 )
/0,657

= 0.107305936
(0,11)

Re = Re = 0,11

Re = 0,11 < 2320

Re = 0,11 < 2320

Tabel 4.4.1
Tabel Hubungan Kekentalan Kinematis dan Temperatur

o
Temperatur t ( C ) 0 5 10 20 25 30 35 100
-6
υ = ……x 10 1,794 1,519 1,310 1,010 0,897 0,657 0,657 0,00
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

4.5. Kontrol Debit


Dihitung besarnya debit berdasarkan rumus Cheezy, dengan jalan
menghitung besar faktor gesekan berdasarkan rumus Darcy – Weisbach :

h
f . D .2g
f=
V2 . L

Dengan:f = 0,13 faktor gesekan


L = 4 panjang pipa ( m )
hf = 0,3 kehilangan tinggi tekan ( m )
D = 6 diameter dalam pipa ( m )
V = 0,11 kecepatan rata-rata ( m/dt )
2
g = 9, 81 percepatan gravitasi ( m/dt )

F = 0,3 X 6 X 9,81

0,112 X 4

= 17,658 : 0,22

= 0,0124589421 m/dt (0,13)

Kemudian harga koefisien Cheezy :

C=√ 8g
f

C = √ 8g

= √ 8 g(9,81)
0,0124589421

= 80,311892
Sehingga besarnya debit :
Q = A V = AC√R S

A = 0,002826 Luas Penampang pipa (m^2)


R = Jari-jari hidrolik (m)
S = 0,45 Kemiringan garis energi

L = 4 Panjang pipa (m)


hf = 0,3 Kehilangan tinggi tekan (m)

Dari perhitungan debit air dengan menggunakan rumus Cheezy, kemudian


dihitung kesalahan relatifnya terhadap pengukuran debit menggunakan alat ukur
Thomson.
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

4.6. Perhitungan Kesalahan Relatif


Debit dan kecepatan dari perhitungan dengan perhitungan rumus Cheezy
kemudian dibandingkan dengan debit dan kecepatan yang didapat dari
pengukuran tingkat muka air pada alat ukur Thompson. Rumus :

XCheezy – XPipa

KR(%) = XCheezy X 100%

Dengan : X untuk Q ataupun V

0,00075 – 0,269391366

KR(%) =
0,269391366 X 100%
= 99,7215946

4.7. Menentukan Jenis Saluran


Berdasarkan kriteria :
 δ/K <1/6 = Saluran hidrolik kasar
 1/6 <δ/K<4 = Saluran hidrolik transisi
 δ/K >4 = Saluran hidrolik halus

• ȏ/K < 1/6 = 1,8645685 / 728,399232 < 1/6


= 0,00255981667 < 0,166666667
= Saluran Hidrolik Kasar
Rumus Prandtl Von Karman :

12 ȏ
δ= √g . S . R
7,884
=
4,22832414

= 1,8645685 m

Dengan :
δ = 1,8645685 Tebal lapisan air Prandtl Von Karman ( m )
2
u = 0,657 kekentalan kinematis ( m /dt )
2
g = 9,81 percepatan gravitasi bumi ( m/dt )
S = 0,45 kemiringan garis energi
R = 3 jari-jari hidrolik ( m )
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

Harga K ditentukan berdasarkan rumus Calebrock :


Rumus :

K=R( 12 -C )
C
10 /18 Re
12 80,311892
K=R ( - )
10c/18 0,11

= 1,7088768 - 730,108109

= 728,399232 ( 7,29 )

Dengan :
K = koefisien Calebrock
C = koefisien Cheezy
Re = 0,11 bilangan Reynold
R = 3 Sjari-jari hidrolik ( m )
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktek mekanika fluida tentang pengamatan permukaan air yang telah kami
lakukan,penulis dapat menarik beberapa kesimpulan :

1. Lembaran kerja (jobsheet) harus dipelajari dengan baik sebelum memulai pekerjaan.
2. Pada saat pengujian di lakukan di Lab Teknik Sipil Universitas Kadiri
3. Untuk memperoleh hasil yang sempurna,ketelitian dan kesabaran yang harus diutamakan dalam
pekerjaan.

5.2. Saran
Dari data kegiatan yang telah kami lakukan ketika Praktikum di Labolatorium Teknik Sipil
Universitas Kadiri guna, mempelajari Ilmu Mekanika Fluida hanya memiliki data dari hasil praktikum yang
kurang maximum, untuk itu diharapkan analisis lanjut guna data penelitian stabilisasi tanah menggunakan
pehitungan yg lebih spesifik lagi.
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KEDIRI

5.3.

Dokumentasi

Gambar. PraktikumGambar.
HidrolikaPraktikum
1.1 Hidrolika 1.2 Gambar. Praktikum Hidrolika 1.3
Gambar. Praktikum Hidrolika 1.4 Gambar. Praktikum Hidrolika 1.5

Anda mungkin juga menyukai