Anda di halaman 1dari 22

MENTERI PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR KP 470 TAHUN 2017

TENTANG

PENETAPAN ALUR PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU LINTAS


DAN DAERAH LABUH KAPAL SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-
PELAYARAN MASUK PELABUHAN BELAWAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 5


Tahun 2010 tentang Kenavigasian, Menteri wajib
menetapkan alur-pelayaran, sistem rute, tata cara berlalu
f

lintas dan daerah labuh kapal sesuai dengan


kepentingannya;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri
Perhubungan tentang Alur Pelayaran, Sistem Rute, Tata
Cara Berlalu Lintas dan Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Belawan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4849);
- 2 -

2. Peraturan pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang


Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran negara
Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan pemerintah
Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5731);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5093);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5108) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22
Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di
Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5208);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5109);
6. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1979 tentang
Pengesahan Peraturan Internasional tentang Pencegahan
Tubrukan di Laut C ollision R é g u la tio n Tahun 1972;
7. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang
Pengesahan In tern a sion a l C o n ven tion f o r The S a fety o f L ife
a t Sea, 1974;
8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
-3-

9. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang


Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 30 Tahun
2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Distrik Navigasi;
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun
2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun
2011 tentang Telekomunikasi Pelayaran;
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun
2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 136 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun
2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1309);
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran Utama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 627);
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 35 Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas
Pelabuhan Utama (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 628);
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 311);
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 Tahun
2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 390);
18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1844 ) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun
2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1012 );
19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129 Tahun
2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan Bangunan
dan/atau Instalasi di Perairan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);
20. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 173/AL.401/
PHB-84 tentang berlakunya T h e IA L A M a ritim e B o u y a g e
S y stem fo r R eg ion -A Dalam Tatanan Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran di Indonesia;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PENETAPAN ALUR PELAYARAN, SISTEM RUTE, TATA
CARA BERLALU LINTAS DAN DAERAH LABUH KAPAL
SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI ALUR-
PELAYARAN MASUK PELABUHAN BELAWAN.

PERTAMA Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Belawan dan Sarana


Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) dibatasi oleh titik
koordinat geografis sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.

KEDUA Sistem Rute Pelayaran di Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan


Belawan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KETIGA Tata Cara Berlalu Lintas di Alur-Pelayaran Masuk


Pelabuhan Belawan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.
-5-

KEEMPAT : Daerah Labuh Kapal Sesuai dengan Kepentingannya di


Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Belawan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV, yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KELIMA : Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Belawan Sarana Bantu


Navigasi Pelayaran (SBNP) dan Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya sebagaimana dimaksud dalam
Diktum PERTAMA dan Diktum KEEMPAT wajib dimuat
dalam Peta Laut Indonesia Edisi Terbaru dan Buku
Petunjuk Pelayaran, sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.

KEENAM Pengawasan di bidang keselamatan dan keamanan


pelayaran dilaksanakan oleh Kantor Kesyahbandaran
Utama Belawan secara berkala atau sewaktu-waktu
apabila diperlukan sesuai tugas pokok dan fungsinya serta
melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Laut.

KETUJUH Pengawasan terhadap penyelenggaraan Alur-Pelayaraan di


Pelabuhan Belawan dilaksanakan oleh Distrik Navigasi
Kelas I Belawan.

KEDELAPAN : Pemeliharaann Alur-Pelayaran Pelabuhan Belawan


dilakukan oleh Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Belawan
dan berkoordinasi dengan Distrik Navigasi Kelas I Belawan
secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

KESEMBILAN : Penyelenggaraan Alur-Pelayaran Pelabuhan Belawan


dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun
untuk mengetahui kesesuaian terhadap kondisi alur-
pelayaran dan dalam hal terjadi perubahan data dalam
kurun waktu kurang dari 5 (lima) tahun, akan
diinformasikan melalui penerbitan Maklumat Pelayaran
(MAPEL) dan disiarkan melalui Berita Pelaut Indonesia
(N otice to M arines).

9
- 6 -

KESEPULUH : Maklumat Pelayaran sebagaimana dimaksud pada Diktum


KEDELAPAN berlaku sementara untuk jangka waktu
paling lama 2 (dua) tahun, untuk selanjutnya dilakukan
penyesuaian Keputusan Menteri ini.

KESEBELAS : Direktur Jenderal Perhubungan Laut melakukan


pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Keputusan ini.

KEDUABELAS Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Mei 2017

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:


1. Menteri Koordinator bidang Kemaritiman;
2. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;
3. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan;
5. Gubernur Sumatera Utara;
6. Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL
7. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara;
8. Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama Belawan;
9. Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Belawan;
10. Kepala Distrik Navigasi Kelas I Belawan;

¡¡l A
Salinan sesuai dengan aslinya,
'iPAL^BIlko HUKUM

SRI LESTARI RAHAYU


Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19620620 198903 2 001
-7-

Lampiran I
Keputusan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia
Nomor 470 Tahun 2017
tentang Penetapan Alur Pelayaran,
Sistem Rute, Tata Cara Berlalu Lintas
Dan Daerah Labuh Kapal Sesuai Dengan
Kepentingannya di Alur Pelayaran Masuk
Pelabuhan Belawan

ALUR-PELAYARAN MASUK PELABUHAN BELAWAN DAN


DAN SARANA BANTU NAVIGASI PELAYARAN

1. Koordinat Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan Belawan

NO KOORDINAT NO KOORDINAT
03° 58' 12.71" LU/ 03° 58' 07.29" LU/
IA IB
098° 47' 25.96" BT 098° 47' 34.04" BT
03° 54' 04.98" LU/ 03° 54' 01.84" LU/
2A 2B
098° 44’ 44.14" BT 098° 44' 47.86" BT
03° 53’ 24.36" LU/ 03° 53' 23.51" LU/
3A 3B
098° 44' 39.27" BT 098° 44’ 44.06" BT
03° 52' 36.67" LU/ 03° 52’ 35.83" LU/
4A 4B
098° 44' 33.49" BT 098° 44' 38.28" BT
03° 51’ 26.39" LU/ 03° 51' 25.72" LU/
5A 5B
098° 44' 25.73" BT 098° 44' 29.56" BT
03° 50' 57.91" LU/ 03° 50’ 57.23" LU/
6A 6B
098° 44' 22.37" BT 098° 44' 26.20" BT
03° 50' 33.21" LU/ 03° 50' 32.47" LU/
7A 7B
098° 44' 18.37" BT 098° 44’ 22.26" BT
03° 49’ 45.17" LU/ 03° 49’ 43.83" LU/
8A 8B
098° 44' 01.63" BT 098° 44' 05.29" BT
03° 48' 34.59" LU/ 03° 48' 32.63" LU/
9A 9B
098° 43’ 34.98" BT 098° 43' 38.35" BT
03° 47' 52.62" LU/ 03° 47' 49.37" LU/
10A 10B
098° 42' 58.92" BT 098° 43' 01.58" BT
03° 47' 37.43" LU/ 03° 47' 34.23" LU/
11A 11B
098° 42' 41.10" BT 098° 42' 43.79" BT
03° 47' 27.82" LU/ 03° 47' 24.15" LU/
12A 12B
098° 42' 21.53" BT 098° 42' 22.86" BT
- 8 -

03° 47' 24.81" LU/ 03° 47’ 20.61" LU/


13A 13B
098° 41' 54.68" BT 098° 41' 54.68" BT
03° 47’ 25.15" LU/ 03° 47' 21.25" LU/
14A 14B
098° 41' 29.85" BT 098° 41’ 29.85" BT
03° 47' 29.67" LU/ 03° 47' 25.85" LU/
15A 15B
098° 41' 08.65" BT 098° 41’ 08.84" BT
03° 47' 25.27" LU/ 03° 47' 22.10" LU/
16A 16B
098° 40' 53.16" BT 098° 40' 55.02" BT
03° 47' 14.23" LU/ 03° 47’ 13.74" LU/
17A 17B
098° 40' 43.56" BT 098° 40' 47.16" BT
03° 46' 49.18" LU/ 03° 46' 49.05" LU/
18A 18B
098° 40' 45.94" BT 098° 40' 49.53" BT
03° 46' 37.26" LU/ 03° 46' 36.50" LU/
19A 19B
098° 40' 43.29" BT 098° 40' 46.77" BT

2. Koordinat Garis Haluan Masuk Alur-Pelayaran Pelabuhan Belawan

K O O R D IN A T G A R IS
NO
L IN T A N G BUJUR HALUAN

1 03° 58' 10.00" LU 098° 47' 30.00" BT 213° 44'


2 03° 54' 03.39" LU 098° 44’ 46.02" BT 186° 41'
3 03° 51' 26.06" LU 098° 44' 27.64" BT 186° 45'
4 03° 50’ 57.58" LU 098° 44' 24.29" BT 187° 08'
5 03° 50' 32.92" LU 098° 44' 21.21" BT 200° 33'
6 03° 48' 33.61" LU 098° 43' 36.67" BT 220° 18”
7 03° 47’ 50.75" LU 098° 43' 00.48" BT 230° 09’
8 03° 47' 35.71" LU 098° 42' 42.54" BT 244° 33'
9 03° 47' 25.99" LU 098° 42' 22.20" BT 262° 56'
10 03° 47' 22.57" LU 098° 41' 54.68" BT 271° 27'
11 03° 47' 23.20" LU 098° 41' 29.85" BT 281° 57'
12 03° 47' 27.70" LU 098° 41’ 08.65" BT 254° 22'
13 03° 47' 23.63" LU 098° 40' 54.13" BT 222° 44’
14 03° 47' 13.99" LU 098° 40' 45.28" BT 174° 22’
15 03° 46’ 49.00" LU 098° 40' 47.73" BT 192° 36'
16 03° 46' 36.89" LU 098° 40' 45.03" BT -
-9-

3. Posisi p ilo t b oa rd in g g ro u n d pada titik koordinat :

03° 54' 13.00" LU/ 098° 45’ 00.00" BT

4. Kondisi Kedalaman, Lebar dan Panjang Alur-Pelayaran Masuk Pelabuhan


Belawan
Kedalaman minimal yang ditetapkan adalah -9 meter LWS dengan
panjang alur-pelayaran 14,6 N a u tica l M iles (NM) atau 27 Kilometer (Km)
dan lebar alur 100 - 150 Meter.

5. Posisi Koordinat Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) di Alur-


Pelayaran Masuk Pelabuhan Belawan sebagai berikut:

NAMA DAN NO POSISI


NO
JENIS SBNP DSI LINTANG BUJUR
1 Pelsu MPMT 320 03° 58’ 10.00" LU 098° 47' 30.00" BT
2 Pelsu No.2 330 03° 54' 00.00" LU 098° 44' 55.00" BT
3 Pelsu No. 1 340 03° 52' 53.10" LU 098° 44' 36.00" BT
4 Pelsu No.5 350 03° 50' 23,00" LU 098° 44' 12.00" BT
5 Pelsu No.4 351 03° 51' 20.00" LU 098° 44' 40.70" BT
6 Pelsu No.6 352 03° 50' 24.90" LU 098° 44' 26.70" BT
7 Pelsu No.7 371 03° 49' 48.00" LU 098° 43’ 59.40" BT
8 Pelsu No.9 360 03° 49’ 19.40" LU 098° 43’ 49.40" BT
9 Pelsu No. 11 391 03° 48' 36.00" LU 098° 43' 27.00" BT
10 Pelsu No. 13 420 03° 47' 58.10" LU 098° 43’ 02.00" BT
11 Pelsu Wreck No. 1 - 03° 54’ 03.50" LU 098° 45' 15.40" BT
12 Pelsu Wreck No.2 - 03° 52' 17.30" LU 098° 45’ 28.70" BT
13 Pelsu Wreck No.4 - 03° 53' 54.60" LU 098° 45' 18.20" BT
14 Pelsu Wreck No.5 - 03° 46' 46.79" LU 098° 39' 53.39" BT
15 Pelsu No. 15 421 03° 47' 27.10" LU 098° 41' 29.80" BT
16 Pelsu No. 8 422 03° 47' 21.60" LU 098° 41' 11.40" BT
17 Ramsu Hijau No. 3 341 03° 51' 46.10" LU 098° 44' 05.60" BT
18 Ram tun I 370 03° 49' 39.34" LU 098° 44' 14.92" BT
19 Ram tun II 380 03° 49' 16.50" LU 098° 44' 12.00" BT
20 Ramtun III 390 03° 48’ 51.20" LU 098° 43' 50.30" BT
21 Ramtun IV 400 03° 47' 59.90" LU 098° 43' 23.30" BT
22 Ram tun V 410 03° 47' 19.30" LU 098° 43’ 08.20" BT
- 10
-

Ramsu Merah No.


23 450 03° 47' 15.50" LU 098° 40' 52.30" BT
10
24 Ramsu Hijau No. 17 451 03° 47' 27.00" LU 098° 40’ 52.80" BT
25 Pelsu Hijau No. 19 424 03° 47' 09.12" LU 098° 40' 41.16" BT
26 Pelsu Hijau No. 21 425 03° 46' 42.83" LU 098° 40' 43.37" BT
27 Ramsu Hijau No. 23 426 03° 46' 40.37" LU 098° 40' 36.23" BT
28 Ramsu Pelabuhan 411 03° 46' 47.90" LU 098° 42' 09.50" BT

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya,


K^ALA/felRO HUKUM

/t> \ f>
SRI LESTARI RAP AYU
Pembina Utama Muda (IV /c)
NIP. 19620620 198903 2 001
- 11
-

LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KP 270 TAHUN 2017
TENTANG PENETAPAN ALUR PELAYARAN,
SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU
LINTAS DAN DAERAH LABUH KAPAL
SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI
ALUR PELAYARAN MASUK PELABUHAN
BELAWAN

S IS T E M R U T E D I A L U R P E L A Y A R A N P E L A B U H A N B E L A W A N

Sistem Rute pada alur pelayaran masuk Pelabuhan Belawan yaitu


menggunakan Rute Dua Arah (tw o w a y s rou tes), dengan lebar alur-
pelayaran bervariatif, dengan lebar paling kecil adalah 100 Meter dan lebar
paling besar adalah 150 meter.

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Salinan sesuai dengan aslinya,

SRI LESTARI RAHAYU


Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19620620 198903 2 001
- 12
-

LAMPIRAN III
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KP 470 TAHUN 2017
TENTANG PENETAPAN ALUR PELAYARAN,
SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU
LINTAS DAN DAERAH LABUH KAPAL
SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI
ALUR PELAYARAN MASUK PELABUHAN
BELAWAN

TATA CARA BERLALU LINTAS

Dalam meningkatkan efisiensi dan menekan angka kecelakaan kapal, maka


perlu diatur tata cara berlalu lintas terutama di Alur-Pelayaran Masuk
Pelabuhan Belawan sebagaimana diatur sebagai berikut.

1. Pemanduan
a. Setiap kapal berukuran Tonage Kotor GT 500 atau lebih yang
berlayar di perairan wajib pandu, wajib menggunakan pelayanan
jasa pemanduan kapal.
b. Mesin penggerak utama dan alat navigasi harus dalam kondisi baik
dan normal untuk olah gerak kapal;
c. Mengibarkan bendera “G“ pada siang hari dan menyalakan lampu
putih merah pada malam hari apabila kapal sedang menunggu
petugas pandu;
d. Mengibarkan bendera “H“ pada siang hari dan menyalakan lampu
putih merah pada malam hari apabila petugas pandu diatas kapal;
e. Mengibarkan bendera “Q“ pada siang hari dan menyalakan lampu
putih merah pada malam hari bagi kapal yang baru tiba dari luar
negeri, petugas petugas pandu hanya diperbolehkan naik ke kapal
untuk membawa kapal apabila kapal telah dinyatakan bebas dari
penyakit menular oleh petugas karantina kesehatan (fre e p ra ctiq u e )
dan bendera kuning telah diturunkan.

2. Komunikasi
a. Pemilik operator kapal atau nakhoda wajib memberitahukan rencana
kedatangan kapalnya kepada Kantor Kesyahbandaran Utama
Belawan dengan mengirimkan telegram radio nakhoda ( m a ster cable)
kepada Kantor Kesyahbandaran Utama Belawan melalui stasiun
radio pantai dengan tembusan kepada perusahaan angkutan laut
atau agen umum dalam waktu paling lama 48 (empat puluh delapan)
jam sebelum kapal tiba di pelabuhan.
b. Komunikasi sebelum kapal keluar dan atau masuk wajib melapor
kepada stasiun VTS Belawan pada channel. 67 dan channel.68.
c. Komunikasi antara petugas pandu/ kapal/ motor petugas pandu
dapat menggunakan Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Inggris
dengan radio VHF pada channel 12.
-13-

d. Komunikasi dengan kapal sebelum petugas pandu di atas kapal


dilakukan Nakhoda harus memberikan keterangan kepada petugas
pandu antara lain, kondisi, sifat, cara, data, karakteristik dan lain-
lain yang berkaitan dengan kemampuan olah gerak kapal.

3. Proses Kapal Masuk


a. Dalam kondisi normal
1) Kecepatan kapal di sekitar pelampung suar menuju pelampung
suar pengenal disarankan dengan m a n e u ve rin g speed, sampai
motor petugas pandu dapat merapat di kapal untuk menaikkan
petugas pandu;
2) Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman
sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan berhasil
guna untuk menghindari tubrukan dan dapat diberhentikan
dalam suatu jarak yang sesuai dengan keadaan dan suasana
yang ada;
3) Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan,
jika keadaan mengizinkan, harus tegas, dilakukan dalam waktu
yang cukup lapang dan benar-benar memperhatikan syarat-
syarat kepelautan yang baik;
4) Jika kondisi dermaga sedang penuh atau nakhoda memutuskan
untuk berlabuh terlebih dahulu, kapal dapat berlabuh di daerah
labuh kapal yang sudah disediakan.
5) Jika proses administrasi kelengkapan dokumen selesai dan
sudah tersedia posisi tambat untuk kapal di dermaga, petugas
pandu akan menginformasikan ke kapal bahwa petugas pandu
akan naik dan memandu kapal hingga tambat di pelabuhan.

b. Dalam kondisi angin di atas normal/kabut/hujan lebat/gelombang


tinggi
1) Kecepatan kapal di sekitar p elampung suar pengenal
disarankan menggunakan m a n eu verin g sp eed ;
2) Untuk memasuki alur-pelayaran dalam kondisi kabut/hujan
lebat, kapal mempergunakan sarana navigasi visual, elektronik
(radar/GPS/Al S) dan peralatan navigasi lainnya secara baik dan
tepat guna.

4. Proses Kapal Keluar


a. Petugas pandu melaporkan kepada syabandar dan atau stasiun VTS
Belawan mengenai draft kapal dan jam kapal mulai dipandu keluar;
b. Meminta informasi ke stasiun VTS Belawan mengenai pergerakan
kapal yang keluar/ masuk alur;
c. Arahkan haluan menuju bagian tengah alur dan berlayar menuju
outer buoy;
d. Sesampainya di pilot boarding ground, petugas pandu turun dan
dijemput oleh motor pandu.
-14-

5. Tindakan Menghindari Tubrukan


a. Pengaturan tindakan untuk menghindari tubrukan meliputi:
1) Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan,
jika keadaan mengizinkan, harus tegas, dilakukan dalam waktu
yang cukup lapang dan benar-benar memperhatikan syarat -
syarat kepelautan yang baik;
2) Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk
menghindari tubrukan, jika keadaan mengizinkan, harus cukup
besar sehingga segera menjadi jelas bagi kapal lain yang sedang
mengamati dengan penglihatan atau dengan radar, serangkaian
perubahan kecil dari haluan dan atau kecepatan hendaknya
dihindari;
3) Jika ada ruang gerak yang cukup, perubahan haluan saja
mungkin merupakan tindakan yang paling berhasil guna untuk
menghindari situasi saling mendekati terlalu rapat, dengan
ketentuan bahwa perubahan itu dilakukan dalam waktu yang
cukup dini, bersungguh-sungguh dan tidak mengakibatkan
terjadinya situasi saling mendekati terlalu rapat;
4) Tindakan yang dilakukan untuk menghindari tubrukan dengan
kapal lain harus sedemikian rupa sehingga menghasilkan
pelewatan dengan jarak yang aman, hasil guna tindakan itu
harus dikaji dengan seksama sampai kapal yang lain itu pada
akhirnya terlewati dan bebas sarana sekali;
5) Jika diperlukan untuk menghindari tubrukan atau memberikan
waktu yang lebih banyak untuk menilai keadaan, kapal harus
mengurangi kecepatannya atau menghilangkan kecepatannya
sarna sekali dengan memberhentikan atau menjalankan
mundur sarana penggeraknya.

b. Pengaturan tata cara berlalu lintas kapal layar meliputi:


1) Apabila dua kapal sedang saling mendekat sedemikian rupa
sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, salah satu dari
kedua kapal itu harus menghindari kapal yang lain sebagai
berikut:
a) Apabila masing-masing mendapat angin di lambung yang
berlainan, maka kapal yang mendapat angin di lambung
kiri harus menghindari kapal yang lain;
b) Apabila kedua-duanya mendapat angin di lambung yang
kanan, maka kapal yang ada di atas angin harus
menghindari kapal yang ada di bawah angin;
c) Jika kapal mendapat angin di lambung kiri melihat sebuah
kapal di atas angin dan tidak dapat menentukan dengan
pasti apakah kapal lain itu mendapat angin di lambung kiri
atau kanan, maka kapal itu harus menghindari kapal lain
itu.
-15-

2) Untuk memenuhi aturan ini, sisi atas angin harus dianggap sisi
yang berlawanan dengan sisi tempat layar utama berada, atau
bagi kapal dengan layar segi empat, adalah sisi yang berlawanan
dengan sisi tempat layar membujur itu berada.

c. Pengaturan penyusulan :
1) Setiap kapal yang sedang menyusul kapal lain harus
menghindari kapal lain yang sedang disusul;
2) Kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati
kapal lain dari arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat di
belakang arah melintang, yakni dalam suatu kedudukan
sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang disusul itu
pada malam hari kapal hanya dapat melihat penerangan
buritan, tetapi tidak satupun dari penerangan-penerangan
lambungnya;
3) Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang
menyusul kapal lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan
bahwa demikianlah halnya dan bertindak sesuai dengan itu;
4) Setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi
kemudian tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang
memotong dalam pengertian aturan-aturan ini atau
membebaskannya dari kewajiban untuk menghindari kapal yang
sedang disusul itu sampai kapal tersebut dilewati dan bebas
sama sekali.

d. Pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi berhadap-


hadapan meliputi:
1) Apabila dua kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan-
haluan berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan
mengakibatkan bahaya tubrukan, masing-masing harus,
mengubah haluannya ke kanan sehingga masing-masing akan
berpapasan di lambung kirinya;
2) Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal melihat
kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada malam hari
kapal itu dapat melihat penerangan-penerangan tiang kapal lain
tersebut terletak segaris atau hampir segaris dan/ atau kedua
penerangan lambung serta pada siang hari kapal itu mengamati
gatra (aspek) yang sesuai mengenai kapal lain tersebut;
3) Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu atas terdapatnya
situasi demikian, kapal itu harus beranggapan bahwa situasi itu
ada dan bertindak sesuai dengannya.

e. Dalam pengaturan tata cara berlalu lintas kapal dalam situasi


memotong, bilamana dua kapal tenaga sedang berlayar dengan
haluan saling memotong sedemikian rupa sehingga akan
mengakibatkan bahaya tubrukan, kapal yang mendapati kapal lain di
sisi kanannya harus menghindar, dan jika keadaan mengizinkan,
harus menghindarkan dirinya memotong di depan kapal lain itu.
-16-

Dalam pengaturan tata cara tindakan kapal menghindari, setiap


kapal yang diwajibkan menghindari kapal lain, sedapat mungkin
melakukan tindakan secara dini dan tegas untuk tetap bebas sama
sekali. Dalam pengaturan tanggung jawab antar kapal meliputi:
1) Kapal bermesin yang sedang berlayar harus menghindari:
a) Kapal yang tidak terkendalikan;
b) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;
c) Kapal yang sedang menangkap ikan;
d) Kapal layar.
2) Kapal layar yang sedang berlayar harus menghindari:
a) Kapal yang tidak terkendalikan;
b) Kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas;
c) Kapal yang sedang menangkap ikan.
3) Kapal yang sedang menangkap ikan sedapat mungkin harus
menghindari:
a) Kapal yang tidak terkendalikan;
b) Kapal yang olah geraknya terbatas.
4) Setiap kapal, kecuali kapal yang tidak dapat dikendalikan atau
kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan
mengizinkan harus menghindarkan dirinya merintangi jalan
aman sebuah kapal yang terkendala oleh saratnya.
5) Kapal yang terkendala oleh saratnya harus berlayar dengan
kewaspadaan khusus dengan benar-benar memperhatikan
keadannya yang khusus itu.
6. Larangan
a. Kapal dilarang memasuki alur-pelayaran dengan u n d e r keel
clea re a n ce (UKC) kurang dari 10 % dari sarat (d ra ft), kecuali atas izin
syahbandar.
b. Kapal ikan dilarang menangkap ikan di alur-pelayaran.
c. Kapal dilarang masuk perairan wajib pandu tanpa mendapat
pemanduan dari petugas pandu;
d. Petugas pandu dilarang meninggalkan kapal yang dipandu dalam
kondisi dan situasi :
1) Kapal kandas;
2) Kapal tubrukan;
3) Kerusakan mesin / kemudi;
4) Keadaan lain yang mengganggu lalu lintas kapal.

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.
BUDI KARYA SUMADI
Sa’ ’ ' ’ linya,

SRI LESTARI RAHAYU


Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19620620 198903 2 001
-17-

LAMPIRAN IV
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KP 470 TAHUN 2017
TENTANG PENETAPAN ALUR PELAYARAN,
SISTEM RUTE, TATA CARA BERLALU
LINTAS DAN DAERAH LABUH KAPAL
SESUAI DENGAN KEPENTINGANNYA DI
ALUR PELAYARAN MASUK PELABUHAN
BELAWAN

D A E R A H L A B U H K A P A L S E S U A I D E N G A N K E P E N T IN G A N N Y A

1. Zona 1 (area labuh untuk kapal g en e ra l cargo)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 54' 45.71" LU 098° 46' 44.55" BT
B 03° 54' 45.72" LU 098° 47' 28.13" BT
94.842 22-23
C 03° 54' 22.92" LU 098° 47' 28.19" BT
D 03° 54’ 22.91" LU 098° 46' 44.56" BT

2. Zona 2 (area labuh untuk kapal container)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 56' 12.12" LU 098° 46' 54.57" BT
B 03° 56' 12.14" LU 098° 47’ 48.01" BT
136.81 22-23
C 03° 55' 45.30" LU 098° 47' 48.02" BT
D 03° 55' 45.29" LU 098° 46' 54.58" BT

3. Zona 3 (area labuh untuk kapal bermuatan bahan kimia)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 55’ 34.39" LU 098° 45’ 08.87" BT
B 03° 55' 34.38" LU 098° 44' 25.81" BT
86.975 21-24
C 03° 55' 13.22" LU 098° 45' 08.89" BT
D 03° 55' 13.21" LU 098° 44' 25.81" BT
-18-

4. Zona 4 (area labuh untuk kapal BBM)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 56' 17.63" LU 098° 44' 25.79" BT
B 03° 56' 17.64” LU 098° 45' 08.86" BT
88.835 21-24
C 03° 55' 56.02” LU 098° 45' 08.86" BT
D 03° 55' 56.00" LU 098° 44' 25.80" BT

5. Zona 5 (area labuh untuk kapal curah kering)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 54’ 45.70" LU 098° 45' 59.15" BT
B 03° 54' 45.71" LU 098° 46’ 44.55" BT
98.732 22-23
C 03° 54' 22.91" LU 098° 46' 44.56" BT
D 03° 54' 22.90" LU 098° 45' 59.16" BT

6. Zona 6 (area labuh untuk kapal curah cair)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 55' 56.00" LU 098° 44' 25.80" BT
B 03° 55’ 56.02" LU 098° 45' 08.86" BT
88.835 21-24
C 03° 55' 34.39" LU 098° 45' 08.87" BT
D 03° 55' 34.38" LU 098° 44' 25.81" BT

7. Zona 7 (area labuh untuk kapal car carrier)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 55' 23.78" LU 098° 46' 14.62" BT
B 03° 55' 23.79" LU 098° 46' 59.37" BT
95.93 22-23
C 03° 55’ 01.32" LU 098° 46' 59.38" BT
D 03° 55’ 01.31" LU 098° 46’ 14.63" BT
-19-

8. Zona 8 (area labuh untuk kapal penumpang)

Koordinat Luasan Kedalaman


Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 55' 45.28" LU 098° 46’ 37.97" BT
B 03° 55' 45.29" LU 098° 47' 20.77" BT
87.769 22-23
C 03° 55' 23.80" LU 098° 47’ 20.78" BT
D 03° 55' 23.79" LU 098° 46' 37.97" BT

9. Zona 9 (area labuh untuk kapal SBM Pertamina)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 51' 50.54" LU 098° 50' 34.57" BT
B 03° 51' 10.36" LU 098° 51' 6.78" BT
126.39 18-19
C 03° 50' 54.18" LU 098° 50’ 46.78" BT
D 03° 51' 34.37" LU 098° 50' 14.57" BT

10. Zona 10 (area labuh untuk kapal karantina)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 54’ 19.33" LU 098° 47' 55.84" BT
B 03° 54' 19.33" LU 098° 48’ 22.56" BT
68.40 21-23
C 03° 53' 52.50" LU 098° 48' 22.56" BT
D 03° 53’ 52.49" LU 098° 47' 55.84" BT

11. Zona 11 (area labuh untuk percobaan berlayar)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 54' 46.17" LU 098° 47' 55.83" BT
B 03° 54' 46.18" LU 098° 48' 49.27" BT
136.81 21-23
C 03° 54’ 19.34" LU 098° 48' 49.28" BT
D 03° 54’ 19.33" LU 098° 47' 55.84" BT
- 20 -

12. Zona 12 (area labuh untuk alih muat kapal)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 54' 22.91" LU 098° 46’ 34.75" BT
B 03° 54' 22.92" LU 098° 47' 28.19" BT
136.81 22-23
C 03° 53' 56.08" LU 098° 47' 28.20" BT
D 03° 53' 56.07" LU 098° 46' 34.76" BT

13. Zona 13 (area labuh untuk em ergency)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 54’ 19.34" LU 098° 48' 49.28" BT
B 03° 54' 19.35" LU 098° 49’ 16.00" BT
68.40 21-23
C 03° 53’ 52.51" LU 098° 49' 16.00" BT
D 03° 53' 52.50" LU 098° 48' 49.28" BT

14. Zona 14 (area labuh untuk kapal mati)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 54' 19.33" LU 098° 48’ 22.56" BT
B 03° 54' 19.34" LU 098° 48' 49.28" BT
68.40 21-23
C 03° 53' 52.50" LU 098° 48' 49.28" BT
D 03° 53' 52.50" LU 098° 48' 22.56" BT

15. Zona 15 (area labuh untuk kapal negara)


Koordinat Luasan Kedalaman
Titik
Lintang Bujur (Ha) (m)
A 03° 55' 01.30" LU 098° 45’ 59.44" BT
B 03° 55' 01.15" LU 098° 47’ 24.04" BT
126.85 22-23
C 03° 54’ 45.38" LU 098° 47’ 24.07" BT
D 03° 54' 45.70" LU 098° 45' 59.15" BT

MENTERI PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

BUDI KARYA SUMADI

Jlff
Salinan sesuai dengan aslinya,
KEPALA E»RO HUKUM

SRI LESTARI RAHAYU


Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19620620 198903 2 001
21

Lampiran V
Keputusan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia
Nomor Tahun 2017
tentang Penetapan Alur Pelayaran, Sistem Rute, Tata
Cara Berlalu Lintas Dan Daerah Labuh Kapal Sesuai
Dengan Kepentingannya Di Alur Pelayaran Masuk
Pelabuhan Belawan

PETA ALUR PELAYARAN PELABUHAN BELAWAN DAN SBNP

U -1 M 4 1 B »

23

C6 sB M G l
M PM T%

I -^
(Lap 2004)
18 9 (Araa Libufc BBM h M i a i u )
UVMT

PILOT BOAROTNG CKOVND

O SB .v p iU Ja«

O W M > L w | « Pelabuhan
- 22 -

PETA DAERAH LABUH KAPAL PELABUHAN BELAWAN

I I * 134.81 Ha

10* ÓMfrlOJMUMOl

1 (Area Labuh Kapal General Cargo)


10 (.Area Labuh Kapal Karantina)
11 (Area Percobaan Berlej-ar)
(Area Alih Muat Kapal)
13 (.Area E iaeif ency)
Zona 14 (Arca Labuh Kapal Mati)
20 I f (.Arca Labuh Kapal Negara)
cism o 2 (Area Labuh Kapal Kontainer)
mpmt\ ia 5 (Arca Labuh Kapal Bermuatan Bahan Kimia)
¡Zona 4 (.Area Labuh Kapal BBM) Kimia)
t (Area Labuh Kapal Curah Kering)
< (.Area Labuh Kapal Curah Cair)
'Lsp 2C04Í 7 (.Area Labuh Kapal Car Carrier)

'8 t (Area Labuh SBM Pertamina)


MPMT

O SBXP Hijau

O SBNPKeraagka Kapal

O SBNPLampu Pelabuhan

• SB-VPMarah

9 SBNP Rambu Peaoatun

♦ lok a own Point Ftature


♦ l'uknuw » Point F«atur«
O Vnknoti» Point Future

Salirfan ses uai|dengan aslinya, MENTERI PERHUBUNGAN


KEPAl /hBI ?0 HUKUM REPUBLIK INDONESIA,
4
ttd.

SRI LESTARI RAHAYU BUDI KARYA SUMADI


Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19620620 198903 2 001

Anda mungkin juga menyukai