Anda di halaman 1dari 15

EPISIOTOMI

No. Dokumen 029


SOP No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 1 Halaman
Pengertian Suatu tindakan pengguntingan kulit dan otot antara vagina dan anus sesuai
indikasi
Tujuan Sebagai acuan Dallam melaksanakan tindakan episiotomi

Referensi JNPK-KR, 2012,Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini,


JHPIEGO kerja sama The Children Federation Inc-US, Modul Jakarta
Prosedur 1. Persiapan Alat:
a. Mengecek gunting episiotomy
b. Lidocain 1% tanpa epineprin atau Lidocain 2% maka dilarutkan dengan
aquades 1:1
c. Jarum ukuran 20 cm
2. Memberikan Inform Choice tentang indikasi episiotomy
3. Menyepakati inform consent
4. Melakukan persiapan diri
a. Gunakan APD
b. Cuci tanggan 6 Langkah
5. Memasang sarung tangan dengan lengkap
6. Memberikan anastesi local pada daerah yang akan diepisiotomi
7. Menunda episiotomy sampai perineum menipis dan pucat serta kepala bayi
sudah terlihat 3-4 cm pada saat kontraksi.
8. Memasukan 2 jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum. Kedua
jari agak diregangkan dan berikan sedikit tekanan lembut kearah luar pada
perineum
9. Melakukan pengguntingan 2-3 cm kearah vagina dan 3-4 cm kearah
perineum dimulai dari tenggah fourchett posterior secara mediolateral
dengan mantap.
10. Melakukan tekanan pada luka episiotomy dengan kasa apabila kepala bayi
belum juga lahir.
11. Membereskan alat
Dibuat oleh: Paraf:
INISIASI MENYUSU DINI
No. Dokumen 030
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 2 Halaman
Pengertian Suatu tiindakan bidan yang membentu proses pemberian air susu ibu selama 1
jam pertama segera setelah melahirkan
Tujuan Sebagai acuan Dallam melaksanakan tindakan Inisiasi Menyusu Dini

Referensi 1. JNPK-KR, 2012,Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini,


JHPIEGO kerja sama The Children Federation Inc-US, Modul Jakarta
2. DIRGEN, Direktorat Kesehatan Keluarga, 2018, modul pelatihan
penangganan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Bagi Dokter Umum,
Bidan Dan Perawat, Kemenkes RI. Jakarta
Prosedur A. Persiapan:
1. Menyiapkan alat IMD: kain bersih dan kering untuk ganti bayi, topi bayi,
selimut untuk ibu dan bayi.
2. Anjurkan keluarga atau suami mendampingi saat melahirkan.
B. Persetujuan Tindakan
3. Menjelaskan tentang apa yang akan dilakukan dalam proses IMD.
4. Meminta persetujuan ibu dan keluarga untuk melakukan IMD
C. Pelaksanaan
5. Mengeringkan bayi kecuali tangan dengan kain bersih dan kering
6. Meletakan bayi setelah tali pusat dipotong dan dijepit dengan cara
letakan bayi tengkurap di dada ibu tanpa pakaian atau bedong.
7. Meletakan kepala bayi diantara payudara ibu dan diletakan lebih rendah
dari putting susu ibu
8. Meminta ibu untuk memeluk bayinya serta menjaga kontak visual antara
ibu dan bayi
9. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala
bayi
10. Membiarkan bayi mencari menemukan putting dan mulai menyusu.
Pertahankaqn kontak kulit bayi dan ibu untuk menjaga kehangatan
setidaknya 1 jam walaupun sudah menemukan putting kurang dari 1 jam.
Tidak melakukan intervensi apapun saat IMD.
D. Pemantauan
11. Melakukan pemantauan setiap 15 menit selama IMD dengan mengamati
posisi, menilai warna kulit, pernapasan ( frekuensi, tarikan dinding dada,
megap-megap atau apneu) dan suhu tubuh.
12. Melakukan pemantauan pasca IMD selama 15 menit dengan menilai:
posisi mulut bayi dan hidung bayi tidak terhalang, warna kulit
kemerahan, pernapasan (Frekuensi 40-60x/menit, tarikan dinding dada,
megap-megap dan apneu), suhu tubuh aksiler 36.5-37.5oC, bayi dekat
dengan ibunya dan upaya menyusu pertama.
E. Evaluasi
13. Memperhatikan keberhasilan bayi dalam menemukan putting susu
14. Memperhatikan kondisi bayi dalam keadaan optimal.
Dibuat oleh: Paraf:
PENJAHITAN LASERASI PERINEUM
No. Dokumen 031
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 3 Halaman
Pengertian Suatu tindakan menyatukan kembali jaringan luka pada perineum dengan
melakukan penjahitan.
Tujuan Sebagai acuan Dallam melaksanakan tindakan penjahitan perineum

Referensi 1. JNPK-KR, 2012,Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini,


JHPIEGO kerja sama The Children Federation Inc-US, Modul Jakarta
Prosedur A. Persiapan:
1. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan
dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
2. Menyiapkan peralatan untuk melakukan penjahitan:
a. Dalam bak instrument memasukan: sepasang sarung tangan,
pemegang jarum, jarum jahir, cromic catgut atau catgut no. 2/0 atau
3/0, pinset, kain DTT
b. Buka alat suntik sekali pakai 10 ml masukan kedalam bak
iinstrumen.
c. Patahkan tabung lidocain (lidocain 1% tanpa epineprin), perkiraan
volume lidocain yang akan digunakan, sesuaikan dengan
besar/dalamnya robekan. Bila tidak tersedia larutan jadi lidocain 1%.
Dapat digunakan lidocain 2% yang diencerkan 1:1 dengan
menggunakan aquades steril.
3. Membantu ibu memposisikan bokong pada sudut ujung tempat tidur,
dengan posisi litotomi.
4. Mengatur lampu sorot/senter kearah vulva/ perineum ibu.
5. Memakai 1 sarung tangan
6. Mengisi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidokain 1% tanpa
epineprin atau lidocain 2% dengan diencerkan dengan aquadest dang
anti jarumnya sebelum di pakaikan pada pasien.
7. Melengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua tangan.
8. Memasang kain DTT dibawah bokong.
9. Membersihkan daerah luka dari darah atau bekuan darah dan nilai
kembali luas dan dalamnya robekan pada daerah perineum dengan kasa
bersih.
B. Anastesi Lokal
10. Memberitahu ibu akan disuntik yang akan terasa perih dan menyengat
11. Menusukan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukan
jarum suntik secara subkutan sepanjang tepi luka.
12. Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap,
bila ada darah tarik jarum sedikit dan kembali masukan. Ulangi lagi
aspirasi (cairan lidocain yang masuk kedalam pembuluh darah dapat
menyebabkan denyut jantung tidak teratur).
13. Melakukan anastesi dengan suntikan cairan lidocain 1% sambil menarik
jarum suntik pada tepi luka daerah perineum.
14. Mengarahkan jarum suntik tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka,
arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan
aspirasi, suntikan cairan lidocain 1% sambil menarik jarum suntik. (Bila
robekan besar dan dalam, anastesi dalam daerah bagian dalam robekan
dan jalur suntikan anastesi akan berbentuk seperti kipas: tepi perineum,
dalam luka, tepi mukosa vagina)
15. Melakukan langkah no 11 s/d 14 untuk kedua tepi robekan.
16. Menunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk mendapatkan
hasil yang optimal dari anastesi.
C. Penjahitan Robekan
17. Melakukan inspeksi vagina dan perineum untuk melihat robekan. Jika
ada perdarahan yang terlihat menutupi luka episiotomy, pasang tampon
atau kasa kedalam vagina (sebaiknya menggunakan tampon berekor
benang)
18. Menetapkan jarum jahit pada pemegang jarum, kemudian kunci
pemegang jarum.
19. Memasang benang jahit (chromic 2-0) pada mata jarum.
20. Melihat dengan jelas batas luka episiotomy.
21. Melakukan penjahitan pertama ±1 cm diatas puncak luka robekan
kedalam vagina, ikat jahitan pertama dengan simpul mati. Potong
benang yang bebas (ujung benang tanpa jarum) hingga tersisa ±1 cm.
22. Menjahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur hingga
tepat dibelakang lingkaran hymen. (jarak antara jahitan ±1 cm). bila
menggunakan benang plain catgut, buat simpul mati pada jahitan jelujur
dibelakang lingkaran.
Ket: plain catgut daya serap 7-12 hari, sehingga kekuatannya perlu
diperhitungkan, sedangkan cromic daya serapnya lebih lama.
23. Memasukan jarum pada mukosa vagina dari belakang lingkaran hymen
hingga menembus luka robekan bagian perineum.
Bila robekan terjadi sangat dalam:
a. Lepaskan jarum dari benang
b. Ambil benang baru dan pasang pada jarum
c. Buat jahitan terputus pada robekan bagian dalam untuk menghindari
rongga bebas/dead spase
d. Gunting sisa benang
Pasang kembali jarum pada benang jahitan jelujur semula.
24. Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum sampai kebagian
bawah luka robekan.
Bila menggunakan benang plain catgut, buat simpul mati pada jahiitan
jelujur paling bawah.
25. Menjahit jaringan subkutis kanan kiri kearah atas hingga tepat dimuka
lingkaran hymen.
26. Menusuk jarum dari depan lingkaran hymen kemukosa vagina
dibelakang lingkaran hymen. Buat simpul mati dibelakang hymen dan
potong benang hingga tersisa ±1 cm.
27. Melakukan pengecekan anus dengan memasukan jari telunjuk pada
rectum dan rabalah dinding atas rectum. (bila teraba jahitan, ganti sarung
tangan dan lakukan penjahitan ulang).
28. Memberitahu ibu agar membasuh perineum dengan sabun dan air,
terutama setelah buang air besar (arah basuhan dari bagian muka ke
belakang).
Dibuat oleh: Paraf:

PENGISIAN PARTOGRAF
No. Dokumen 032
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 2 Halaman
Pengertian Suatu cara pengisian alat bantu untuk memantau keadaan ibu dan janin selama
proses persalinan.
Tujuan Sebagai acuan dalam mengisi partograf

Referensi JNPK-KR, 2012,Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini,


JHPIEGO kerja sama The Children Federation Inc-US, Modul Jakarta
Prosedur A. Persiapan
1. Menyiapkan alat tulis dan lembar partograf yang kosong
2. Memperhatikan dan mengenali bagian-bagiaan partograf dengan baik,
di dalam lembar tersebut terdapat:
a. Nomor register dan kode klinik/fasilitas pelayanan kesehatan
b. Identitas ibu
c. Tanggal dan waktu ibu masuk
d. Data lamanya persalinan dan keadaan ketuban
e. Kemajuan persalinan
- Penurunan kepala janin
- Kontraksi uterus
f. Keadaan bayi
- Denyut jantung janin
- Keadaan air ketuban
- Molase kepala
g. Keadaan ibu:
- Tekanan darah, nadi dan suhu badan
- Jumlah urin dan hasil pengujiannya
- Cairan obat-obatan yang diberikan
- Makan dan minum ibu
HALAMAN DEPAN (harus segera diisi setiap pemeriksaan
kala 1 fase aktif)
3. Mengisi bagian awal partograf dengan teliti:
a. Nomor registrasi/nomor kode klinik atau fasilitas kesehatan
b. Identitas ibu/pasien
c. Waktu kedatangan (tertulis sebagai tanggal dan jam)
d. Ketuban sudah pecah/belum
e. Kapan ibu mulai merasa mules
4. Mencatat hasil pemeriksaan denyut jantung janin pada kolom yang
tersedia, beri tanda titik (.) pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukan frekuensi.
5. Menilai ketuban setiap melakukan pemeriksaan dalam.
6. Menilai molase (penyusupan kepala janin) setiap melakukan
pemeriksaan dalam
7. Member tanda silang (X) pada angka yang sesuai dengan hasil
pemeriksaan pembukaan serviks pada garis waspada.
8. Mencantumkan penurunan kepala dengan tanda O pada garis waktu
yang sama dengan pemeriksaan dalam dengan system per-5an.
9. Mencatat kontraksi yang terjadi dalam 10 menit dengan mengisi kotak
sesuai lama dan frekuensi kontraksi.
10. Mencatat semua pemberian obat-obatan/cairan infuse sesuai dengan
kolom waktu.
11. Mencatat nadi, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah dan hasil
pemeriksaan urin pada kolom yang tersedia.
- Catat asuhan, pemantauan dan/atau keputusan klinik (jumlah cairan
oral yang diberikan, keluhan sakit kepala atau penglihatan/pandngan
kaabur, konsultasi dengan penolong persalinan lainnya, persiapan
sebelum melakukan rujukan dan upaya rujukan) di sisi luar kolom
partograf.
12. Membuat kesimpulan setiap kali selesai melakukan pemeriksaan
- Buat rencana penetalaksanaan sesuai perubahan yang terjadi
- Nilai kemajuan persalinan dengan ukuran dan nilai-nilai standar
normal keadaan ibu dan janin.
HALAMAN BELAKANG (diisi dan dilengkapi setelah seluruh
proses persalinan selesai)
13. Mencatat hasil observasi selama persalinan yang terdiri data dasar, kala
I, kala II, kala III, bayi baru lahir dan pemantauan persalinan kala IV
pada tempat/kolom yang disediakan.
Dibuat oleh: Paraf:

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR


No. Dokumen 033
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 3 Halaman
Pengertian Suatu tindakan pemeriksaan yang dilaksanakan untuk mendeteksi adanya
komplikasi pada bayi baru lahir dalam 24 jam pertama.
Tujuan Sebagai acuan dalam pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir.

Referensi 1. JNPK-KR, 2012,Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini,


JHPIEGO kerja sama The Children Federation Inc-US, Modul Jakarta
2. Dirgen bina gizi dan kesehatan Ibu dan Anak, 2012, pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial. Kementrian RI. Jakarta
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Penlight 1 buah
2. Meteran gulung, 1 buah
3. Stetoskop bayi, 1 buah
4. Thermometer digital (disertai ujung lentur), 1 buah
5. Kom kecil berisi tisu secukupnya , 1 buah
6. Bengkok, 1 buah
7. Kain pernel, 1 buah
8. Kom tutup berisi air DTT, 1 buah
9. Mikrotoir (alat mengukur tinggi badan), 1 buah
10. Timbangan bayi. 1 buah
11. Celemek, 1 buah
12. Baskom berisi cairan clorin 0.5%, 1 buah
13. Baskom berisi air DTT, 1 buah
14. Tempat sampah medis, 1 buah
15. Tempat sampah non medis, 1 buah
16. Handuk tangan pribadi, 1 buah
17. Bak instrument sedang steril, 1 buah berisi ( sarung tangan 2 buah,
pengikat tali pusat, tongue spatel plastic yang ujungnya sudah di
bungkus kasa, 1 buah)
B. Persiapan Diri
1. Memakai celemek/ barak shot
2. Mencuci tangan 6 langkah di air sabun dan air mengalir lalu keringkan.
3. Memakai sarung tangan DTT

1. Menilai keadaan umum


a. Menilai keseluruhan (perbandingan bagian tubuh bayi
proposional/tidak)
b. Bagian kepala, badan dan ekstermitas (pemeriksaan adanya
kelainan)
c. Tonus otot, tingkat aktivitas (gerakan bayi aktif atau tidak)
d. Warna kulit dan bibir (kemerahan dan kebiruan)
e. Tangis bayi (melengking, merintih, normal)
2. Tanda-tanda vital
a. Pemeriksaan laju napas dengan melihat tarikan nafas pada
menggunakan petunjuk waktu. Laju napas normal 40-60 permenit.
Tidak ada weezing dan ronchi.
b. Periksa laju jantung dengan menggunakan stetoskop dan petunjuk
waktu. Laju jantung normal 100-120 permenit , tidak terdengan
murmur jantung.
c. Periksa suhu dengan menggunakan thermometer aksila. Suhu
normal 36.5 oC -37.2oC
3. Melakukan penimbangan berat badan. Sebelum melakukan
penimbangan, letakan kain pada timbangan agar bayi tidak kehilangan
panas. Berat badan lahir normal 2500-4000 gram.
4. Melakukan pengukuran panjang badan. Pengukuraan dilakukan dari
ujung kepala sampai tumit. Panjang badan normal 45-50 cm
5. Memeriksa bagian kepala bayi.
a. Memeriksa fontanel/ubun-ubun: fontanel anterior (ubun-ubun
besar) dan fontanel posterior (ubun-ubun kecil)
b. Memeriksa sutura untuk memastikan adanya molase
c. Penonjolan atau daerah mencekung. Periksa adanya kelainan baik
karena adanya trauma persalinan ( caput succedaneum, cepal
hematoma) atau adanya cacat kogenital (hydrocephalus)
d. Mengukur lingkar kepala untuk mengukur ukuran fontal occipitalis
kepala bayi.
6. Memeriksa mata akan tanda-tanda infeksi dan kelainan. Untuk menilai
ada tidaknya strabismus (koordinasi gerakan mata yang belum
sempurna) kebutaan, seperti kadang berkedip atau sensitivitas terhadap
cahaya berkurang, katarak kogenital, apabila terlihat pupil yang
berwarna putih.
7. Memeriksa telinga akan dihubungkan letak dengan mata dan kepala
serta ada tidaknya gangguan pada pendengaran.
8. Memeriksa hidung dan mulut, langit-langit, bibir dan reflex hisap dan
rooting. Perhatikan adanya kelainan kogenital seperti labiopalatoskizis.
9. Memeriksa leher bayi. Perhatikan adanya pembesaran atau benjolan
dengan mengamati pergerakan leher apabila terjadi keterbatasan dalam
pergerakan maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher
sepertti kelainan tiroid
10. Memeriksa dada. Perhatikan bentuk dada dan putting susu bayi. Jika
tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pnumothorax, hernia
diafragma.
11. Memeriksa bahu, lengan dan tangan. Perhatikan gerakan dan
kelengkapan jaritangan untuk mengetahuiadanya kelemahan,
kelumpuhan dan kelainan bentuk jari.
12. Mengkaji adanya reflekx moro: melakukan rangsangan dengan suara
keras secara tiba-tiba, maka bayi akan melengkungkan punggungnya,
kaki dan tangan akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan akan
tersentak keatas dengan telapak tangan keatas dan ibu jari bergerak
fleksi.
13. Memeriksa bagian perut. Perhatikan bagaimana bentuk adanya benjolan
sekitar tali pusat, perdarahan tali pusat, dan denjolan.
14. Memeriksa genetalia, yang perlu diperhatikan:
a. Laki-laki
- Testis beraada pada skrotum dan pastikan jumlahnya normal, 2
buah.
- Penis berlubang dan pastikan lubang ada ditengah dan ujung
penis
b.Perempuan
- Vagina berlubang, uretra berlubang dan terdapat labia mayora
dan labia minora
15. memeriksa tulang tungkai dan kaki. Periksa gerakan dan kelengkapan
jari kaki untuk mengetahui adanyaa kelemahan, kelumpuhan dan
kelainan bentuk jari.
16. memeriksa punggung. Observasi dan lakukan perabaan pada punggung
untuk memastikan tidak ada cekungan/benjolan dan spina bifida
17.memeriksa Anus. Pastikan adanya lubang anus (telah mengeluarkan
mekonium)
18. memeriksa kulit. Perhatikan adanya verniks, pembengkakan atau
bercak hitam serta tanda lahir.
Dibuat oleh: Paraf:

PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B


No. Dokumen 034
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 2 Halaman
Pengertian Suatu tindakan yang dilaksanakan pemberian kekebalan kepada bayi dan anak
dengan memasukan vaksin HBV kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah penyakit Hepatitis B
Tujuan Sebagai acuan Dallam melaksanakan pemberian vaksin HBV

Referensi 1. JNPK-KR, 2012,Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini,


JHPIEGO kerja sama The Children Federation Inc-US, Modul Jakarta
2. Dirgen bina gizi dan kesehatan Ibu dan Anak, 2012, pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial. Kementrian RI. Jakarta
Prosedur A. Persiapan
1. Menyapa ibu dengan ramah dan memperkenalkan diri
2. Mengumpulkan data pribadi ibu dan bayi
a. Nama bayi
b. Tanggal lahir
c. Berat badan lahir
d. Usia kehamilan saat bayi dilahirkan
3. Menanyakan tujuan kedatangan ibu (apakah ibu dating untuk imunisasi
atau untuk yang lainnya?)
B. Konseling pra Imunisasi
1. Menjelaskan jadwal imunisasi Hepatitis B0
Imunisasi Hepatitis B0 diberikan waktu 12 jam setelah bayi lahir pada
bayi aterm dan bayi yang memiliki berat badan ≥2000 gram. Imunisasi
dapat diberikan pada 1 jam setelah pemberian Vitamin K bayi baru lahir.
2. Menjelaskan cara pemberian Imunisasi Hepatitis B0
Imunisasi Hepatitis B0 diberikan dengan cara menyuntikan 0,5ml vaksin
secara intramuscular (IM) pada daerah paha anterolateral di vaskus
lateralis.
3. Menjelaskan efek samping imunisasi Hepatitis B: Nyeri, kemerahan dan
pembengkakan pada tempat penyuntikan yang berkurang setelah 2 hari
pasca penyuntikan.
4. Melakukan inform concent
C. Persiapan alat
1. Alat dan bahan
a. Cold pack, berisi: vaksin HB uniject; 1 buah
b. Bak instrument, berisi sarung tangan 1 pasang
c. Kom berisi kapas basah DTT: 1 buah
d. Kom berisi kapas kering: 1 buah
e. Bengkok 1 buah
f. Thermometer 1 buah
g. Timbangan bayi 1 buah
h. Baskom berisi larutan klorin 0,5% 1 buah
i. Sabun antiseptic 1 buah
j. Handuk pribadi 1 buah
k. Tempat sampah (medis, non medis dan safety box)
l. Buku catatan imunisasi bayi
m. Alat tulis
2. Memastikan jenis vaksin, tanggal kadaluarsa dan VVM
3. Memakai celemek/barak shot
4. Mencuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir lalu keringkan
5. Memakai sarung tangan
6. Mengamati keadaan umum bayi: Tingkat kesadaran (tangisan dan
gerakan)
7. Melakukan pengukuran suhu pada daerah aksila, suhu normal bayi
36.5oC-37.5oC
8. Mengamati tanda-tanda ikterus (kuning pada sclera dan kulit)
9. Melakukan penimbangan berat badan
D. Pelaksanaan imunisasi
1. Mengambil vaksin dari cold pack
2. Memeriksa label jenis vaksin untuk memastikan bahwa uniject tersebut
memang berisi vaksin Hepatitis B
3. Memeriksa tanggal kadaluarsa
4. Mengunci HB uniject, kemudian melepas tutup jarum tanpa menyentuh
jarum
5. Menentukan daerah suntikan pada anterolateral dan membersihkan
daerah suntikan dengan kapas DTT
6. Menusukan jarum secara intramuscular (IM), tidak perlu melakukan
aspirasi
7. Mencabut needle kemudian usap daerah penyuntikan dengan kapas
kering tanpa melakukan masase.
8. Buang uniject yang telah dipakai tersebut ke savety box.
9. Membereskan alat-alat, buang sampah kedalam tempatnya sesuai dengan
jenis dan dekontaminasi.
10. Mencuci tangan
11. Mendokumentasi asuhan yang telah dilaksanakan.
Dibuat oleh: Paraf:

PEMBERIAN SALEP MATA PADA BAYI


No. Dokumen 035
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 1 Halaman
Pengertian Suatu tindakan pemberian salep mata antibiotic 1% pada bayi baru lahir untuk
mencegah infeksi.
Tujuan Sebagai acuan Dallam melaksanakan pemberian salep mata pada bayi baru lahir

Referensi 1. JNPK-KR, 2012,Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini,


JHPIEGO kerja sama The Children Federation Inc-US, Modul Jakarta
2. Dirgen bina gizi dan kesehatan Ibu dan Anak, 2012, pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial. Kementrian RI. Jakarta
Prosedur 1. Persiapan alat
a. Salep mata
b. Bengkok
c. Kasa
2. Mencuci tangan (menggunakan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan)
3. Menjelaskan kepada keluarga maksud dan tujuan pemberian salep mata.
4. Memposisikan bayi dengan nyaman
5. Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah
6. Memberikan salep mata pada bayi dalam satu garis lurus mulai dari daerah
terdekat dengan hidung kearah luar.
7. Ujung tabung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi
8. Memberitahu keluarga untuk tidak menghapus salep mata
9. Mencatat hasil asuhan.
Dibuat oleh: Paraf:

PEMBERIAN SUNTIKAN VITAMIN K


No. Dokumen 036
SOP No. Revisi
Tanggal Terbit
Halaman 1 Halaman
Pengertian Suatu tindakan pemberian suntikan vitamin K untuk mencegah terjadinya
perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
Tujuan Sebagai acuan Dallam melaksanakan pemberian suntikan vitamin K

Referensi 1. JPNKR, 2012. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta


2. DIRJEN Direktorat. Kesehatan Keluarga. 2012. Modul Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Kementrian
RI. Jakarta
Prosedur A. Persiapan alat
1. Sarung tangan steril 1 pasang
2. Obat injeksi vitamn K 1 ampul
3. Spuit disposable 1 cc
4. Kapas DTT
B. Pelaksanaan
1. Menyapa orang tua dengan ramah
2. Menjelaskan kepada orang tua maksud dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
3. Mencuci tangan
4. Memakai sarung tangan
5. Mematahkan vial Vitamin K
6. Mengisi spuit dengan vitamin K sebanyak 1 mg dosis tunggal
7. Mempersiapkan posisi bayi (penyuntikan dilakukan dengan 1/3 paha atas
dan tengah anterolateral pada paha kiri)
8. Membersihkan daerah penyuntikan dengan kapas DTT
9. Melakukan penyuntikan dengan sudut 90o pada anterolateral paha kiri
10. Membuang spuit pada safety box
11. Memberitahu orang tua hasil pemberian suntikan
12. Membereskan alat
13. Merapikan kembali bayi
14. Mencuci tangan
15. Dokumentasi tindakan dan hasil temuan.
Dibuat oleh: Paraf:

Anda mungkin juga menyukai