Anda di halaman 1dari 19

PERAWATAN LUKA PERINEUM

No. Dokumen 1
No. Revisi
SOP
Tanggal terbit
Halaman 2 Halaman
Pengertian Suatu tindakan untuk merawat dan membersihkan luka robekan perineum pada saat
nifas
Tujuan Sebagai acuan atau pedoman dari perawatan luka perineum.
Referensi 1. Prawirohardjo, S , 2010 , Ilmu kebidanan. Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo ,
Jakarta.
Prosedur A. Peralatan Alat
1. Handscoen
2. Kapas DTT
3. Air DTT
4. Air klorin 0,5%
5. Bengkok
6. Tempat sampah basah
7. Celemek
B. Persiapan Diri
1. Mencuci tangan
2. Memberi salam
3. Menjaga privacy ibu
C. Tindakan
1. Memasang handscoen pada ke dua tangan
2. Membuang pebalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah
ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam bengkok atau sampah
basah
3. Membersihkan daerah kelamin dan membersihkan vulva dengan
menggunakan kapas dtt.
4. Mengganti pembalut dan memasangkan kembali.
5. Membereskan alat
6. Mencuci tangan
7. Melakukan pendidikan kesehatan pada ibu sebagai berikut: perawatan luka
perineum dilakukan setiap kali selesai BAK/BAB dengan sabun dan air,
serta setiap kali darah sudah penuh diganti sesering mungkin, tidak
membubuhkan apa pun pada luka perineum, mencuci tngan sebelum dan
sesudah perawatan luka perineum.

Dibuat Paraf :
oleh :
PERAWATAN PAYUDARA
No. Dokuemen 2
No. Revisi
SOP
Tanggal terbit
Halaman 2 Halaman
Pengertian Suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas ( masa menyusui)
untuk memperlancarkan pengeluaran ASI.
Tujuan Sebagai acuan atau pedoman dari perawatan payudara.
Referensi 1. Prawirohardjo, S , 2010 , Ilmu kebidanan. Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo , Jakarta.
2. Perinasia ( Perkumpulan Perinatologi Indonesia), 2013, Manajemen Laktasi,
Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Handuk 2 buah
2. Kapas yang di bentuk bulat
3. Baby oil
4. Waslap atau handuk kecil untuk kompres
5. Dua baskom masing-masing berisi air hangat dan air dingin.
B. Persiapan Ibu
1. Buka pakaian
2. Ibu duduk bersandar
C. Tindakan
1. Memberi salam
2. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan.
3. Menjaga privacy ibu
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
5. Melettakan handuk di atas perut ibu dan di daerah pundak ibu.
6. Melakukan pijat oksitosin
7. Melakukan kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak atau
kapas yang dilumuri baby oil selama 3-5 menit agar epitel yang lepas tidak
menumpuk lalu bersihkan kerak-kerak pada putting susu.
8. Kompres payudara dan bersihkan payudara sekitar putting susu dengan air
hangat dan air dingin secara bergantian.
9. Bersihkan kedua payudara menggunakan waslap.
Dibuat Paraf :
oleh :
TEKNIK MENYUSUI
No. Dokuemen 3
No. Revisi
SOP
Tanggal terbit
Halaman 2 Halaman
Pengertian Suatu cara membersihkan ASI kepada bayi dengan posisi dan pelekatan ibu dan bayi
dengan benar
Tujuan Sebagai acuan melaksanakan konseling teknik menyusui
Referensi 1. Cunningham, G. Dkk. 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas edisi 21.
Jakarta: EGC
2. Nanny, V. 2011. Asuhan Kebidanan pada ibi Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
3. Purwanti. 2004. Konsep Penerapan ASI Ekslusif. Jakarta: EGC
4. Roeselli, U. 2013. Asi Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya
5. Kementrian Kesehatan RI, WHO (2013) , Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu
Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan Untuk Tenaga Kesehatan,
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan
1. Ruangan yang nyaman
2. Kursi 1 buah
B. Tindakan
1. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
2. Menjaga privacy ibu.
3. Menganjurkan ibu untuk duduk dengan nyaman dan tidak menggantungkan
kaki
4. Mencuci tangan
5. Mengeluatkan sedikit ASI dengan menekan areola dan oleskan ASI
disekitar putting.
6. Mendekatkan bayi dengan menopang kepala dengan lengan ibu.
7. Memposisikan bayi sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut
ibu. Dalam seluruh badan bayi ( kepala dan tubuh berada dalam garis lurus
atau perut bayi bertemu perut ibu) , muka bayi menghadap ke payudara ibu.
Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, tidak hanya leher dan bahu
saja. Memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakkan
empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan
telunjuk harus membentuk huruf C.
8. Memastikan pelekatan bayi dengan cara: mengamati mulut bayi saat
mencari puting susu. Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar kemudian
mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu hingga bibir bayi dapat
menangkap puting susu tersebut. Memastikan bahwa sebagian aerola
masuk kedalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya
menyentuh bagian atas pasyudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
9. Mengeluarkan puting dari mulut bayi bila bayi sudah selesai menyusu,
dengan cara memasukkan jari kelingking ibu diantaranya mulut dan
payudara.
10. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk punggung bayi.
Dibuat Paraf :
oleh :

MEMERAH ASI
No. Dokuemen 4
No. Revisi
SOP
Tanggal terbit
Halaman 2 Halaman
Pengertian Suatu tindakan untuk mengeluarkan ASI dengan menggunakan bantuan tangan
Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan memerah ASI
Referensi 1. Prawirohardjo, S , 2010 , Ilmu kebidanan. Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo , Jakarta.
2. Perinasia ( Perkumpulan Perinatologi Indonesia), 2013, Manajemen Laktasi,
Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Gelas tertutup yang telah dicuci dengan air mendidih dan dikeringkan
2. Tempat sampah
B. Persiapan Diri
1. Anjurkan ibu untuk cuci tangan
2. Bidan cuci tangan
3. Anjurkan ibu duduk di tempat yang nyaman
C. Tindakan
1. Anjurkan ibu melakukannya sendiri. Seijin ibu, sentuh payudaranya hanya
untuk menunjukkan apa yang harus dilakukan dan lakukan dengan lembut.
2. Kompres payudara menggunakan air hangat elama 1 menit
3. Duduk atau berdiri dengan nyaman dan memegang gelas/wadah dekat
payudara.
4. Meletakkan ibu jarinya pada payudara diatas putting dan areola, dan jari
telunjuknya pada payudara dibawah putting dan areola, berseberangan
dengan ibu jari, ibu menopang payudara dengan jari-jarinya.
5. Menekankan ibu jari d an telunjuk agak ke arah dalam menuju dinding
dada. Sebaiknya ibu menghindarkan menekan terlalu ke dalam agar tidak
menyumbat saluran ASI
6. Menekan payudara di belakang putting dan areola diantara jari telunjuk dan
ibu jarinya. Ibu harus menekan pada duktus latiferus di bawah areola.
7. Kadang pada payudara ibu yang menyusui dimungkinkan untuk merasakan
adanya duktus terebut.
8. Menekan dan melepaskan
9. Menekan areola dengan cara yang sama dari arah samping, untuk
memastikan ASI,terperah dari seluruh bagian payudara.
10. Memerah satu payudara sekurangnya 3-5 menit hingga alirannya
melambat, kemudian memerah sisi satunya, dan kemudian mengulangi
memerah keduanya. Ibu dapat memakai tiap tangan untuk tiap payudara,
dan menukarnya bila kedua tangannya lelah.
11. Jelaskan pada ibu bahwa memerah ASI secara memadai membutuhkan
waktu 20-30 menit, khususnya pada hari-hari pertama ketika ASI yang
dihasilkan hanya sedikit. Penting sekali untuk tidak mencoba memerah
dalam waktu singkat.
Dibuat Paraf :
oleh :

PENATALAKSANAAN PIJAT OKSITOSIN


SOP No. Dokuemen 05
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman 1 Halaman
Pengertian Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai
tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormone
oksitosin setelah melahirkan
Tujuan Sebagai acuan atau pedoman dari penatalaksaan pijat oksitosin.
Referensi 1. Perinasia (Perkumpulan Perinatologi Indonesia), 2013 Manajemen Laktasi,
Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Handuk 2 buah
2. Waslap 2 buah
3. Baskom berisi air hangat dan air dingin masing-masing 1 buah
4. Handuk
5. Baby atau minyak

B. Tindakan
1. Melepaskan baju ibu bagian atas.
2. Menganjurkan ibu duduk membelakangi bidan dan miring kanan maupun ke
kiri sambil memeluk bantal.
3. Memasanhanduk di daerah pundak dan perut ibu.
4. Melumuri kedualapak tangan dengan minyak atau baby oil.
5. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakangibu dengan ggunakan dua
palan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan.
6. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan
melingkar, kecil-kecil dengan ibu jari.
7. Pada saat bersamaan memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah dari
leher kearah tulang belikat sampai sejajar payudara.
8. Mengurangi pemijatan selama 5-10 menit.
9. Membersihkan punggung ibu dengan waslapr hangat dan dingin secara
bergantian.
SENAM NIFAS
No. Dokuemen 06
No. Revisi
SOP
Tanggal terbit
Halaman 3 Halaman
Pengertian Serangkaian gerakan tubuh yang dilakukan oleh ibu nifas untuk membantu
pemulihan dan relaksasi otot-otot tubuh ibu masa nifas.
Tujuan Sebagai acuan atau pedoman dari penatalaksaan senam nifas.
Referensi 2. Prawirohardjo, S, 2010, Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Bantal
2. Matras
3. Kursi

B. Tindakan
1. Senam Nifas 24 jam setelah persalinan sampai hari ke-2
1) Posisi tubuh terlentang, kaki lurus, tangan disamping badan dan kepala
disanggah bantal.
2) Sama seperti posisi dasar, gerakan ujung kaki secara teratur seperti
lingkaran dari luar kedalam dan dari dalam keluar, lakukan gerakan
selama 30 detik.
3) Gerakan telapak kaki kanan dan ke kiri atas dan kebawah, seperti
gerakan menggergaji.
4) Posisi tubuh terlentang dengan kaki ditekuk, tangan disamping badan dan
kepala disanggah bantal. Ambil nafas sambil kencangkan otot-otot perut
saat menghembuskan nafas perlahan lewat mulut.
2. Senam nifas hari ke-3 sampai 42 hari
1) Ambil nafas sementara anda menekan pinggul kelantai , selanjutnya
hembuskan nafas dan lemaskan ulangi 3-4 kali, latihan ini dapat
ditambah hingga 12 lalu 24 kali.
2) Tarik nafas dalam-dalam angkat kepala sedikit sambil
menghembuskan nafas, kemduian turunkan kepala perlahan sambil
menarik napas.
3) Secara perlahan julurkan kedua tungkai kaki hingga rata dengan
lantai, kemudian geserkan telapak kaki kanan dengan tetap menjejak
lantai kebelakang kearah bokong. Pertahankannggul tetap menekan
lantai geserkan tungi kaki kembali kebawah, ulangi untuk kaki kiri
gerakan 3-4 kali geseran setiap kaki, lalu secara bertahap sampai 12 x
atau lebih.
4) Letakkan tangan diperut, tahan otot perut dengan tangan, angkat
kepala dan pundak dari bantal seolah anda hendak duduk.
5) Letakkan tangan diperut kemudian ten pinggang kebawah lalu tarik
otot perut kedalam dan kencangkan seolah-olah menahan kencing.
6) Letakkan kedua tangan pinggang dan tekan keras-keras seolah-olah
sedang mengencangkan ikat pinggang kemudian kendurkan.
7) Sikap merangkak bertumpu pada lutut dan telapak tangan. Gerakan
pinggang ke atas ke bawah sambil kencangkan otot perut. Gerakan
pinggul dan kepala ke kiri dan ke kanan bergantian.
8) Berbaring terlentang, kencangkan otot perut, gerakan lengan
disamping badan seolah hendak menjangkau mata kaki seacara
bergantian. Luruskan kembali. Berbaring miring. Kencangkan otot
perut, gerakan lengan lurus keatas kepala dan kaki lurus-lurus
kebawah sehingga badan membentuk garis lurus.
9) Berbaring dengan bantal dibawah kepala dan sebuah lagi dibawah
perut kemudian kencangkan otot perut.
10) Posisi tubuh telentang dengan kepala disanggah bantal. Lipat tangan
didada, angkat kepala dan pundak serta angkat kaki dengan lurus.
11) Posisi tubuh sama dengan langkah 14 sambil tekankan kaki ditembok
sambil mengencangkan otot.
12) Letakkan tangan diatas kepala, otot perut dikencangkan ke dalam dan
gerakan tubuh ke depan untuk memegang jar-jari.
13) Posisi duduk di kursi yang bersandar letakkan tangan dibawah
kursi,bayangkan anda hendak mengangkat kursi ke atas.
14) Berdiri tegak kemduian dikencangkan ke dalam.

PENATALAKSANAAN DIAKTASIS RECTI


No. Dokuemen 07
No. Revisi
SOP
Tanggal terbit
Halaman 2 Halaman
Pengertian Suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan bidan pada abdomen ibu post partum 2
jam, 6 jam, 6 hari dan 40 hari setelah melahirkan.
Tujuan Sebagai acuan atau pedoman dari pemeriksaan diastasis recti.
Referensi 3. Prawirohardjo, S, 2010, Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat
6. Siapkan Alat Tulis
7. Memberikan salam
8. Menjelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan
9. Menyiapkan lingkungan untuk menjaga privacy klien

B. Tindakan
10. Atur posisi ibu berbaring terlentang datar tanpa bantal di bawah kepalanya.
11. Tempatkan ujung-ujung jari salah satu tangan pada garis tengah abdomen
dengan ujung jari telunjuk tepat di bawah umbilikus dan jari-jari yang lain
berbaris longitudinal ke bawah ke arah simphisis pubis. Tepi jari-jari harus
menyentuh satu sama lain.
12. Minta ibu menaikkan kepalanya sampai dagu menyentuh dada, diantaranya
payudara. Pastikan ibu tidak menekan tangannya di tempat tidur atau
mengcengkram matras untuk membantu dirinya, karena hal ini akan
mencegah penggunaan otot-otot abdomen.
13. Tekan ujung-ujung jari dengan perlahan dekat dengan abdoemen. Otot-otot
addomen akan mendekati garis tengah dari kedua sisi dan jari-jari akan
merasakan perlawanan dari otot-otot tersebut. Apabila diastasisnya lebar,
gerakan jari-jari dari sisi ke sisi dalam upaya menemukan otot tersebut.
14. Ukur jarak antara 2 otot rektus ketika otot tersebut dikontraksikan, isi ruang
antara otot rektus dengan jari-jari.
15. Minta ibu untuk menurunkan kepala secara perlahan ke posisi relaksasi awal
sehingga otot-otot abdomen ibu akan kembali berelaksasi.
16. Ukur jarak antara 2 otot rektus ketika otot tersebut direlaksasikan,isi ruang
antara otot rektus dengan jari-jari seperti saat pengukuran otot abdomen
yang berkontraksi.
17. Dokumentasi hasil pemeriksaan dengan cara hasil pengukuran saat
kontraksi/ hasil pengukuran saat relaksasi.

PELAKSANAAN BENDUNGAN ASI


No. Dokuemen 8
No. Revisi
SOP
Tanggal terbit
Halaman 2 Halaman
Pengertian Suatu tindakan mengosongkan dalam memperlancar seluruh duktus laktieri atau oleh
kelenjar-kelenjar
Tujuan Sebagai acuan atau pedoman dari penatalaksanaan pada bendungan ASI
Referensi 1. Prawirohardjo, S , 2010 , Ilmu kebidanan. Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo , Jakarta.
2. Perinasia ( Perkumpulan Perinatologi Indonesia), 2013, Manajemen Laktasi,
Jakarta.
Prosedur A. Persiapan Alat
1. Baskom berisi air hangat
2. Baskom berisi air dingin
3. Waslap 2 buah
4. Wadah penampung ASI bila diperlukan
B. Tindakan
1. Melepaskan bra pada payudara ibu
2. Melakukan pijat oksitosin 5-10 menit
3. Kompres payudara menggunakan air hangat dengan menempelkan waslap
yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit selama 5-
10 menit. (pastikan waslap selalu hangat)
4. Mengeluarkan ASI dari payudara setiap kali. Dapat dilakukan dengan
langsung menyusui pada bayi atau dengan memerah ASI
5. Kompres payudara menggunakan air dingin selama 5-10 menit
6. Bersihkan payudara
7. Memberikan obat paracetamol 500 mg, bila terdapat perubahan
peningkatan suhu pada ibu.
8. Memakaikan kembali bra, penggunaan bra dianjurkan yang dapat
menopang payudara ibu.
9. Mencuci tangan
10. Memberitahu jadwal kunjungan ulang untuk dilakukan observasi pasca
tindakan.
Dibuat Paraf :
oleh :

PENATALAKSANAAN RUJUKAN
No. Dokuemen 09
No. Revisi
SOP
Tanggal terbit
Halaman 2 Halaman
Pengertian Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggungjawab terhadap kondisi
klien / pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga atau pengetahuan,
obat, dan peralatan)
Tujuan 1. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
2. Merupakan asuhan sayang ibu dan bayi
Referensi 1. Buku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan tahun
2013
2. Pedoman Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak ( PWS KIA )

Prosedur A. Persiapan Rujukan


Persipan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat
“BAKSOKUDO” yang dijabarkan sebagai berikut :
18. B ( Bidan ): pastikan/ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
19. A ( Alat ): bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti
spuit, infuse set, tensimeter, dam stetoskop
20. K ( Keluarga ): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan
alas an mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain diusahakan
untuk dapat menyetujui ibu (klien) ketempat rujukan
21. S ( Surat ): Beri surat ketempat rujukan yang berisi indentifikasi ibu (klien)
alasan rujukan , uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat-obat yang telah
diterima ibu (klien)

B. Mekanisme Rujukan
1. Memutuskan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan
puskesmas.
a. Pada tingkat Kader bila ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat kerena mereka belum dapat menetapkan tingkat
kegawatdaruratan
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan
kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya mereka harus menentukan kasus mana yang boleh
ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
2. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan
yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan
swasta dengan tidak mengabaikan kesedihan dan kemempuan penderita
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya. Klien dan
keluarga perlu diberkan informasi tentang perlunya penderita segera
dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon
atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
5. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih
dahulu atau dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu dipertahankan
selama dalam perjalanan. Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan
format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam
perjalanan sampai ke tempat rujukan
6. Pengiriman Penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/
sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita

7. Tindakan lanjut penderita


a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memerlukan tindakan
lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan sarana yang diberikan
b. Bagi penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak
melaporkan, maka perlu dilakukan kunjungan rumah

Anda mungkin juga menyukai