Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ELEN JIHAN JAUHARA

NIM : 202041950032
MATA KULIAH : SISTEM PERADILAN INDONESIA

1. Sistem hukum (legal system) adalah satu kesatuan hukum yang tersusun dari tiga elemen,
yaitu: struktur (structure), substansi (substance), dan budaya hukum (legal culture). Dalam
sistem ketatanegaraan Republik Indonesia, struktur, substansi, dan kultur hukum dilihat
sebagai berikut: struktur hukum dimaksudkan sebagai lembaga-lembaga bidang hukum
mulai dari lembaga yang menjadi bagian dari pembentukan hukum seperti DPR dan
pemerintah, serta lembaga penegakan hukum seperti lembaga kepolisian, kejaksaan,
pengadilan mulai dari pengadilan tingkat pertama sampai dengan tingkat terakhir,
termasuk di dalamnya lembaga hukum seperti Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial.
Sedangkan aspek substansi terkait dengan norma-norma umum yang mengikat semua
warga negara dalam bermasyarakat dan bernegara. Sedangkan aspek substansi terkait
dengan norma-norma umum yang mengikat semua warga negara dalam bermasyarakat
dan bernegara. Sedangkan budaya hukum dimaknai sebagai keyakian dan kepercayaan
masyarakat terhadap hukum yang ada saat ini. Eksistensi Pancasila dalam struktur dan
sistem ketatanegaraan Indonesia merupakan salah satu ciri negara modern dewasa ini yang
senantiasa memerlukan suatu sistem pengaturan yang dijabarkan dalam suatu konstitusi

Sedangkan sistem peradilan Indonesia ialah perangkat peradilan Indonesia yang


secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Sistem Peradilan
Indonesia  menganut sistem peradilan Belanda,  yang menganut sistem peradilan Eropa
Kontinental walaupun sudah ada modifikasi. Begitu juga hukum  Indonesia masih
mengadopsi hukum Belanda yang mendasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP-Pidana) dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP Perdata).
Untuk mewujudkan negara hukum,  maka Indonesia memiliki lembaga-lembaga peradilan.
Lembaga-lembaga peradilan berfungsi memberi keadilan bagi setiap pencari keadilan.
Lembaga peradilan merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia untuk
memutus perkara pidana dan perdata dalam rangka penegakan hukum.
2. Lembaga peradilan nasional dibawahi oleh mahkamah agung. Mahkamah agung
membawahi peradilan umum dan peradilan khusus. Dibawah Peradilan umum
terdapat pengadilan tinggi, dan dibawahnya lagi ialah pengadilan negeri.
Sedangkan Pengadilan khusus mencakup 4 hal, yakni
a. pengadilan agama (yang membawahi pengadilan tinggi agama dan pengadilan
agama)
b. Pengadilan Syariah islam
c. Peradilan tata usaha negara (yang membawahi pengadilan tinggi tata usaha negara
dan pengadilan tata usaha negara)
d. Peradilan militer  pengadilan militer  pengadilan tinggi militer pengadilan
militer utama  pengadilan militer pertempuran

3. Prosedur Beracara Perkara Pidana

MEJA PERTAMA
a. Menerima berkas perkara pidana, lengkap dengan surat dakwaannya dan surat-surat yang
berhubungan dengan perkara tersebut. Terhadap perkara yang terdakwanya ditahan dan masa
tahanan hamper berakhir, petugas segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan.

b. Berkas perkara dimaksud di atas meliputi pula barang¬-barang bukti yang akan diajukan
oleh Jaksa Penuntut Umum, baik yang sudah dilampirkan dalam berkas perkara maupun yang
kemudian diajukan kedepan persidangan. Barang-barang bukti tersebut didaftarkan dalam
register barang bukti.

c. Bagian penerimaan perkara memeriksa kelengkapan berkas. Kelengkapan dan kekurangan


berkas dimaksud diberitahukan kepada Panitera Muda Pidana.

d. Dalam hal berkas perkara dimaksud belum lengkap, Panitera Muda Pidana meminta
kepada Kejaksaan untuk melengkapi berkas dimaksud sebelum diregister.

e. Pendaftaran perkara pidana biasa dalam register induk, dilaksanakan dengan mencatat
nomor perkara sesuai dengan urutan dalam buku register tersebut.

f. Pendaftaran perkara pidana singkat, dilakukan setelah Hakim melaksanakan siding


pertama.

g. Pendaftaran perkara tindak pidana ringan dan lalu lintas dilakukan setelah perkara itu
diputus oleh pengadilan.
h. Petugas buku register harus mencatat dengan cermat dalam register terkait, semua kegiatan
yang berkenaan dengan perkara dan pelaksanaan putusan kedalam register induk yang
bersangkutan.

i. Pelaksanaan tugas pada Meja Pertama, dilakukan oleh Panitera Muda Pidana dan berada
langsung dibawah koordinasi Wakil Panitera.

MEJA KEDUA
- Menerima pernyataan banding, kasasi, peninjauan kembali dan grasi/ remisi.
- Menerima dan memberikan tanda terima atas:
a. Memori banding;
b. Kontra memori banding;
c. Memori kasasi;
d. Kontra memori kasasi;
e. Alasan peninjauan kembali;
f. Jawaban/tanggapan peninjauan kembali;
g. Permohonan grasi/remisi;
h. Penangguhan pelaksanaan putusan.

4. Syarat untuk menjadi kuasa hukum klien yang pertama dan paling utama adalah
mempersiapkan :

-Surat kuasa - Apakah sudah pernah memberikan surat kuasa atas perkara yang sama (vide,
Pasal 5 butir e,7 butir f KEAI)

- Bila sudah pernah maka agar diselesaikan terlebih dahulu (Pasal 5 butir e KEAI)

- Persetujuan pelayanan hukum: ruang lingkup, handling lawyer, cost, pelaporan (Pasal 1
butir f, 4 butir d, e, f, 7 butir i KEAI jo Pasal 4, 21 UU Advokat)

- Pernyataan tidak ada conflict of interest (Pasal 4 butir j

Selain itu, seorang penasehat hukum harus bisa Menguasai ilmu hukum, Memiliki
kepercayaan diri yang kuat, Mampu membangun hubungan yang baik (empati dan simpati)
dengan kliennya, pandai dalam berbicara, pandai menulis. Pengacara harus berusaha mencari
kebenaran dan harus berkata benar, serta menjauhi segala bentuk pemalsuan, kebohongan,
dan pemutarbalikan fakta dalam membela kliennya. Kuasa hukum yang profesional adalah
kuasa hukum yang tidak berjuang membela yang berbayar. Sehingga ketika menerima suatu
perkara, seorang kuasa hukum harus meneliti terlebih dahulu secara saksama perkara yang
akan dibelanya. Jika menemukan suatu kebenaran berada di pihak kliennya maka ia harus
membelanya, dan berusaha untuk menegakkan kebenaran yang ia temukan.

5. Tugas MA
1.  Membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan
kembali(PK).
2. Menjaga agar semua hukum dan UU di seluruh wilayah NKRI diterapkan secara adil,
tepat dan benar

Fungsi MA
MA mempunyai fungsi pengawasan tertinggi terhadap:
1) jalannya peradilan di semua lingkungam peradilan
2) pekerjaan pengadilan dan tingkah laku para hakim dan perbuatan pejabat pengadilan
3) meminta keterangan ttg teknis peradilan
4) memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan
hakim.

Anda mungkin juga menyukai