Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemoglobin (Hb) adalah pigmen merah yang terdapat di dalam

eritrosit. Hemoglobin terdiri dari beberapa rantai protein dan molekul yang

mengandung besi (World Health Organization, 2011). Molekul hemoglobin

terdiri dari 4 kandungan Haem (berisi zat besi) dan 4 rantai globin (alfa, beta,

gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas utama untuk

mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah darah ditentukan oleh

hemoglobin (Sutedjo, 2012).

Metode yang sering dipakai dalam pemeriksaan hemoglobin adalah

cara fotoelektrik. Cara fotoelektrik atau metode sianmethemoglobin yaitu suatu

cara yang sangat bagus untuk laboratorium dan sangat dianjurkan untuk

pemeriksaan hemoglobin dengan teliti karena standar sianmethemoglobin yang

ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitiannya mencapai

±2% (Gandasoebrata, 2010).

Pemeriksaan hemoglobin biasanya menggunakan darah vena.

Pengambilan darah vena, pada orang dewasa sampel diambil dari salah satu

vena dalam fossa cubitti. Darah yang akan diperiksa jangan sampai membeku,

untuk itu dapat dipakai bermacam-macam antikoagulan. Antikoagulan yang

biasanya digunakan dalam pemeriksaan hemoglobin yaitu antikoagulan EDTA

(Ethylene-diamine-terta-acetate) atau oxalat (Gandasoebrata, 2010).

1
EDTA merupakan antikoagulan yang sangat baik digunakan dalam

pemeriksaan hemoglobin tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuk

eritrosit, sedangkan oxalat merupakan campuran amoniumoxalat dan

kaliumoxalat yang bila mana memakai amoniumoxalat tersendiri eritrosit-

eritrosit akan membengkak dan jika memakai kaliumoxalat tersendiri

menyebabkan eritrosit mengerut. Pemeriksaan dengan memakai darah oxalat

sebaiknya jangan ditunda-tunda karena adakalanya eritrosit-eritrosit cenderung

menggumpal (Gandasoebrata, 2010).

Antikoagulan yang digunakan dalam pemeriksaan hemoglobin adalah

EDTA dan oxalat. Darah EDTA sering digunakan sebagai sampel karena

antikoagulan yang mudah didapat dan terjangkau harganya serta dalam

pemeriksaan tidak berpengaruh terhadap morfologi eritrosit dan dapat

digunakan dalam bentuk cair maupun kering, sedangkan darah oxalat jarang

digunakan sebagai sampel di Rumah Sakit maupun Puskesmas untuk

pemeriksaan hemoglobin karena antikoagulan oxalat yang digunakan berupa

antikoagulan campuran oxalat yang jarang dijual dan harganya mahal serta

pemeriksaannya harus dilakukan segera karena jika ditunda-tunda eritrosit-

eritrosit cenderung menggumpal. Penggunaan antikoagulan oxalat harus dalam

keadaan kering agar tidak mengencerkan darah yang akan diperiksa.

Pemeriksaan hemoglobin menggunakan antikoagulan dalam bentuk

cair sehingga penggunaan oxalat yang dalam bentuk cair dapat mengencerkan

darah yang diperiksa maka hasil kadar hemoglobin akan menurun karena darah

yang encer. Kadar hemoglobin yang menurun akan menyebabkan false rendah

pada hasil kadar hemoglobin dalam darah.

2
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk

meneliti apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin metode

sianmethemoglobin menggunakan darah EDTA dan darah oxalat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Apakah

ada perbedaan kadar hemoglobin metode sianmethemoglobin menggunakan

darah EDTA dan darah oxalat?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan kadar hemoglobin metode sianmethemoglobin

menggunakan darah EDTA dan darah oxalat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur kadar hemoglobin metode sianmethemoglobin

menggunakan darah EDTA

b. Mengukur kadar hemoglobin metode sianmethemoglobin

menggunakan darah oxalat

c. Menganalisa perbedaan kadar hemoglobin metode

sianmethemoglobin menggunakan darah EDTA dan darah oxalat.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah dibidang Hematologi.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademik

Menambah pembendaharaan Karya Tulis Ilmiah di bidang hematologi di

Perpustakaan Kampus III Politeknik Kesehatan Semarang.

3
2. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai pemeriksaan kadar

hemoglobin secara umum baik definisi dan cara pemeriksaan.

3. Bagi Tenaga Laboratorium

Memberikan informasi mengenai pemeriksaan kadar hemoglobin

metode sianmethemoglobin menggunakan darah EDTA dan darah

oxalat.

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Daftar Penelitian Kadar Hemoglobin Sebelumnya

No. Judul Penulis Hasil Perbedaan dan


Persamaan

1. Perbedaan Hasil Aditama Ada perbedaan Perbedaan terdapat pada


Pemeriksaan Budiartha kadar Hb pada jenis antikoagulan yang
Kadar sampel dengan digunakan untuk sampel
Hemoglobin 2013 antikoagulan yaitu peneliti sebelumnya
Metode EDTA menggunakan
Sianmethemogl POLTEKKES konvensional antikoagulan EDTA,
obin pada KEMENKES dan EDTA sedangkan peneliti
Sampel dengan SEMARANG Vacutainer menggunakan
Penggunaan antikoagulan EDTA dan
Antikoagulan oxalat Persamaan
EDTA keduanya terdapat pada
Konvensional variabel kadar
dan hemoglobin dan metode
antikoagulan yang digunakan yaitu
EDTA sianmethemoglobin
Vacutainer

2. Perbedaan Titi Ranti Ada perbedaan Perbedaan terdapat pada


Kadar 2014 kadar variabel bebasnya yaitu
Hemoglobin POLTEKKES hemoglobin peneliti sebelumnya
antara Metode KEMENKES metode strip menggunakan variabel
Strip POCT SEMARANG POCT dengan metode pemeriksaan,
dengan Metode metode sedangkan peneliti
Fotoelektrik fotoelektrik menggunakan variabel
Sianmethemogl sianmethemoglo jenis antikoagulan.
obin bin Persamaan keduanya
terdapat pada variabel
kadar hemoglobin.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Darah

1.1. Definisi

Darah merupakan komponen esensial makhluk

hidup, mulai dari binatang primitif sampai manusia. Darah

selalu berada di dalam pembuluh darah sehingga dapat

menjalankan fungsinya (Bakta, 2007).

Darah terdiri dari cairan komplek dimana

didalamnya terkandung bahan-bahan seperti eritrosit, leukosit,

trombosit, protein, vitamin, dan hormon (Gandasoebrata,

2010).

Darah merupakan sejenis jaringan cair yang mengisi

tubuh manusia, sekitar 5,68 L pada orang dewasa. Bahan

interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya

terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah

secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12 berat badan atau

kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan sedangkan 45%

sisanya terdiri atas sel darah (Pearce, 2008).

Kualitas darah dan warna merah darah ditentukan

oleh kadar hemoglobin yang mengandung banyaknya oksigen

dan karbon dioksida dalam darah (Sutedjo, 2012).

5
1.2. Komposisi Darah

Darah terdiri dari komponen cair yang disebut

plasma dan unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah

(eritrosit) yang dalam 1 mL datah terdapat sekitar 5.000.000 sel

darah merah, sel darah putih (leukosit) yang dalam 1 mL darah

terdapat 8.000-10.000 sel dan keping darah (trombosit) yang

dalam 1 mL darah terdapat 250.000-350.000 sel. Susunan dari

sel darah, serum atau plasma terdiri atas : air (91,0%), protein

(8,0%: albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen), mineral

(0,9%: natrium klorida, narium bikarbonat, garam dari kalsium,

fosfor, magnesium dan besi) (Pearce, 2008).

1.3. Fungsi Darah

a. Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan

semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan

untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan dan

menyingkirkan karbondioksida dan hasil buangan lainnya.

b. Mengangkat zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk

dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

c. Mengangkat karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan

melalui paru-paru.

d. Mengambil oksigen atau zat pembakaran dari paru-paru untuk

diedarkan ke seluruh tubuh.

e. Hormon dan enzim ditransportasikan dari organ satu ke organ

yang lainnya dengan perantara darah.

6
2. Hemoglobin (Hb)

2.1. Definisi Hemoglobin

Hemoglobin adalah pigmen merah yang terdapat di

dalam eritrosit. Hemoglobin terdiri dari beberapa rantai protein

dan molekul yang mengandung besi (World Health

Organization, 2011). Molekul hemoglobin terdiri dari 4

kandungan Haem (berisi zat besi) dan 4 rantai globin (alfa,

beta, gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas

utama untuk mengangkut oksigen (Sutedjo, 2012).

Kualitas darah dan warna merah darah ditentukan

oleh hemoglobin. Struktur hemoglobin dinyatakan dengan

menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Hemoglobin

terdiri dari 141 molekul asam amino pada rantai alfa, dan 146

mol asam amino pada rantai beta, gama, dan delta (Sutedjo,

2012).

Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi.

Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen

dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam

sel darah merah. Oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-

jaringan melalui fungsi ini.

Jumlah hemoglobin dalam darah normal, kira-kira

15 gram setiap 100 ml darah, dan jumlah ini biasanya disebut

100 persen. Jumlah hemoglobin dalam darah berkurang dalam

berbagai bentuk anemia. Kadar itu bisa dibawah 30 persen atau

7
5 gram setiap 100 ml dalam beberapa bentuk anemia parah

(Pearce, 2008).

2.2. Manfaat Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Sacher (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan

hemoglobin memiliki beberapa manfaat yaitu:

a. Untuk mengevaluasi kapasitas pengangkutan oksigen

b. Menilai struktur dan fungsi eritrosit

c. Memberikan pemahaman mengenai penyakit sel darah

merah

d. Memperkirakan ukuran rata-rata dan kandungan

hemoglobin di masing-masing eritrosit (MCH dan MCHC)

(Arsono, 2016).

2.3. Metode Pemeriksaan Hemoglobin

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan

menggunakan beberapa metode, antara lain sebagai berikut :

2.2.1 Metode Sahli

Metode sahli menggunakan prinsip hemoglobin

diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang

terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam

alat itu. Cara sahli ini masih banyak dipakai di Indonesia

tetapi cara ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan

metodik berdasarkan kenyataan bahwa kolorimetri visual

tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan merupakan

8
larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat

distandardkan.

Cara ini juga kurang baik karena tidak semua

macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam,

umpamanya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan

sulfhemoglobin. Ketelitian yang biasanya dicapai ± 10%

(Gandasoebrata, 2010).

2.2.2 Metode Cupri sulfat

Sood (2015) menyatakan bahwa metode ini hanya

dipakai untuk menetapkan kadar hemoglobin dari donor

yang diperlukan untuk kebutuhan transfusi darah. Hasil

metode ini adalah persen hemoglobin. Kadar hemoglobin

dari seorang donor cukup kira-kira 80% hemoglobin.

Kadar minimum ini ditentukan dengan setetes darah yang

tenggelam dalam larutan cupri sulfat dengan berat

jenis 1,053 (Arsono, 2016).

2.2.3 Metode Tallquist

Sood (2015) menyatakan bahwa metode ini hanya

membandingkan darah asli dengan suatu skala warna

yang bertingkat-tingkat mulai dari warna merah

muda sampai warna merah tua. Cara ini hanya mendapat

kesan dari kadar hemoglobin saja, sebagai dasar diambil

adalah 100% = 15,8 gram hemoglobin per 100 ml darah.

Tallquist mempergunakan skala warna dalam satu buku,

9
mulai dari merah muda 10 %. Kesalahan dalam

melakukan pemeriksaan antara 25%-50% (Arsono,

2016).

2.2.4 Metode Foto-elektrik Kolorimeter

A. Metode Sianmethemoglobin

Metode sianmethemoglobin menggunakan

prinsip hemoglobin darah diubah menjadi

sianmethemoglobin (hemoglobinsianida) dalam

larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter

hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini

mengubah hemoglobin, oksihemoglobin,

methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi

sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berukur

dan karena itu tidak ikut diukur.

Metode sianmethemoglobin ini sangat bagus

untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk

penetapan kadar hemoglobin dengan teliti karena

standard sinmethemoglobin yang ditanggung

kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Ketelitian

cara ini dapat mencapai ± 2% (Gandasoebrata, 2010).

B. Metode Oxyhemoglobin

Sood (2015) menyatakan bahwa metode ini

lebih singkat dan sederhana. Kelemahan metode ini

adalah tidak ada larutan standar Oxyhemoglobin yang

10
stabil sehingga photokolorimeter sulit ditera. Nilai

hematokrit dapat dipakai untuk menera

Photokolorimeter karena tidak adanya larutan standar

Oxyhemoglobin yang stabil. Kadar Hb seseorang

yang sehat dihitung dengan gram % sama dengan

nilai hematokritnya. Misalnya nilai hematokrit 45%

sesuai dengan kadar hb 115 gram/100 ml darah

(Arsono, 2016).

C. Metode Alkali

Sood (2015) menyatakan bahwa metode ini

sebenarnya menetapkan hemoglobin

carboxyhemoglobin, methemoglobin, atau

sulfhemoglobin. Metode ini kurang teliti bila

dibandingkan dengan cara sianmethemoglobin dan

oxyhemoglobin (Arsono, 2016).

2.4. Cara Menghitung Kadar Hemoglobin

Perhitungan kadar hemoglobin menggunakan rumus

sebagai berikut :

Kadar Hb = ∆Abs sampel × faktor

Keterangan :

Faktor = 36,8 menggunakan metode sianmethemoglobin

dengan λ = 540 nm

11
Nilai normal :

Wanita : 12-16 gr/dl

Pria : 14-18 gr/dl

Anak : 10-16 gr/dl

Bayi baru lahir : 12-24 gr/dl

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan

Hemoglobin

a. Masalah-masalah klinis

1) Penurunan kadar Hb terdapat pada penderita : anemia,

kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intra vena

berlebihan, dan penyakit Hodkins.

2) Obat-obatan yang dapat menurunkan kadar Hb

misalnya antibiotika, aspirin, antineoplastic (obat

kanker), indometasin, sulfonamide, primaquin,

rifampin, dan trimetadion.

3) Peningkatan kadar Hb terdapat pada pasien dehidrasi,

polisitemia, penyakit paru obstruktif menahun (COPD),

gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat.

4) Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar Hb adalah

metildopa dan gentamicin (Sutedjo, 2012).

b. Faktor non patologis

1. Diet menyebabkan penurunan kadar hemoglobin.

12
2. Aktivitas fisik meyebabkan perubahan kadar

hemoglobin.

3. Variasi diurnal (harian) berpengaruh pada kadar

hemoglobin.

4. Umur mempengaruhi kadar hemoglobin.

5. Tinggal di dataran tinggi dapat menyebabkan

peningkatan kadar hemoglobin.

6. Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi kadar

hemoglobin, tercermin pada nilai normal antara laki-

laki dan perempuan.

7. Kehamilan menurunkan kadar hemoglobin.

8. Stress menyebabkan penurunan zat besi yang

berpengaruh pada hemoglobin (Riswanto, 2013).

2.6. Sumber Kesalahan Pemeriksaan Hemoglobin

1. Tahap Pra Analitik

a. Terlalu lama memasang tourniquet pada pengambilan

darah vena sehingga menyebabkan pemekatan sel-sel

darah (hemokonsentrasi).

b. Terbentuknya bekuan kecil pada sampel darah vena

(dengan antikoagulan EDTA kering atau oxalat kering)

karena pencampuran yang kurang sempurna setelah

pengambilan sampel (WHO, 2011).

c. Kondisi pasien dalam keadaan mengkonsumsi obat-

obatan yang dapat meningkatkan hemoglobin dan

13
pasien dalam keadaan menstruasi atau tidak jika pasien

wanita.

d. Jenis antikoagulan yang digunakan.

e. Posisi tubuh (berbaring atau duduk) saat pengambilan

sampel.

f. Kesalahan alat atau karena peralatan yang kotor, seperti

wadah sampel yang digunakan masih basah atau kotor,

pipet pecah atau retak, pipet kotor, kuvet kotor,

spektrofotometer rusak (WHO, 2011).

2. Tahap Analitik

a. Mengencerkan sampel dengan faktor pengencer yang

tidak sesuai untuk pengkalibrasian spektrofotometer

yang akan dipakai.

b. Reagen drabkin jenuh atau kadaluwarsa.

c. Cara memipet yang tidak tepat, baik sewaktu

mengambil darah dengan pipet 20 µ l maupun

sewaktu mengambil reagen dengan pipet 5,0 ml.

d. Homogenisasi antara reagen dengan darah kurang rata.

e. Meletakkan kuvet pada tempatnya, tetapi sisi kuvet

yang opak menghadap kea rah datangnya sinar.

f. Terdapat gelembung udara di dalam kuvet.

g. Spektrofotometer belum dikalibrasi (WHO, 2011).

3. Tahap Pasca Analitik

14
Sudiono (2015) menyatakan bahwa kesalahan pemeriksaan

tahap pasca analitik sebagai berikut :

a. Kesalahan membaca hasil pemeriksaan.

b. Kesalahan melaporkan hasil pemeriksaan.

c. Kesalahan menuliskan hasil pemeriksaan (Arsono,

2016).

3. Antikoagulan

a. EDTA (Ethylene-diamine-tetra-acetate)

EDTA sebagai garam natrium atau kalium. Garam-garam

itu mengubah ion calcium dari darah menjadi bentuk yang bukan

ion. EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya

eritrosit dan tidak juga terhadap bentuk leukosit. EDTA juga

mencegah trombosit bergumpal, karena itu EDTA sangat baik

dipaki sebagai antikoagulan pada hitung trombosit.

EDTA sebanyak 1 mg dapat menghindarkan membekunya

1 ml darah. EDTA sering dipakai dalam bentuk larutan 10%. Zat

kering pun boleh dipakai jika ingin menghindarkan terjadi

pengenceran darah, akan tetapi dalam hal terakhir ini perlu sekali

menggoncangkan wadah berisi darah dan EDTA selama 1-2 menit.

Sebabnya EDTA kering lambat melarut (Gandasoebrata, 2010).

b. Heparin

Heparin berdaya seperti antitrombin, tidak berpengaruh

terhadap bentuk eritrosit dan leukosit. Penggunaan heparin dalam

praktek sehari-hari kurang banyak digunakan karena mahal

15
harganya. Heparin sebanyak 1 mg dapat menjaga membekunya 10

ml darah. Heparin boleh dipakai sebagai larutan atau dalam bentuk

kering (Gandasoebrata, 2010).

c. Natrium sitrat

Natrium sitrat dalam larutan 3,8% yaitu larutan yang

isotonic dengan darah. Dapat dipakai untuk beberapa macam

percobaan hemoragik dan untuk laju endap darah cara Westergren

(Gandasoebrata, 2010).

d. Campuran oxalat

Menurut Paul dan Heller, campuran oxalat juga dikenal

sebagai campuran amoniumoxalat dan kaliumoxalat seimbang.

Dipakai dalam keadaan kering agar tidak mengencerkan darah yang

diperiksa. Penggunaan antikoagulan ini jika memakai

amoniumoxalat tersendiri eritrosit-eritrosit membengkak,

kaliumoxalat tersendiri menyebabkannya mengerut.

Campuran kedua garam itu dalam perbandingan 3 : 2 tidak

berpengaruh terhadap besarnya eritrosit (tidak berpengaruh terhadap

morfologi leukosit). Larutan pokok : amoniumoxalat 12 g;

kaliumoxalat 8 g; aquadest ad 1000 ml. Botol atau tabung diisi

dengan 0,2 atau 0,5 ml larutan itu, kemudian dikeringkan pada suhu

yang kurang dari 70OC. Memasukkan 2 atau 5 ml darah ke dalam

botol tersebut untuk pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan dengan

memakai darah oxalat sebaiknya jangan ditunda-tunda karena

16
adakalanya eritrosi-eritrosit cenderung menggumpal

(Gandasoebrata, 2010).

B. Kerangka Teori

1. Pra Analitik 2. Analitik 3. Pasca Analitik


a. Hemokonsentrasi a. Pengenceran sampel a. Pencatatan
b. Bekuan pada dengan faktor b. Pelaporan
pengencer
sampel c. Penulisan
b. Reagen
c. Kondisi pasien c. Cara pemipetan
d. Jenis d. Homogenisasi
antikoagulan e. Letak kuvet
e. Posisi tubuh f. Gelembung dalam
f. Kesalahan alat kuvet
g. Kalibrasi alat

Darah vena dengan jenis Pemeriksaan hemoglobin Kadar


antikoagulan berbeda metode sianmethemoglobin hemoglobin

Gambar 1. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Jenis antikoagulan Kadar hemoglobin

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada perbedaan kadar hemoglobin metode sianmethemoglobin

menggunakan darah EDTA dan darah oxalat.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental

laboratorium yaitu percobaan yang berupa perlakuan terhadap suatu variabel

dalam ruang lingkup bidang Analis Kesehatan bagian Hematologi.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

jenis penelitian eksperimental laboratorium. Kriteria penelitian adalah analitik

dengan jenis studi lintang potong (cross sectional), yaitu penelitian yang

dilakukan pada satu waktu dan satu kali. Penelitian ini memperlakukan setiap

sampel mendapat dua perlakuan. Perlakuan pertama adalah sampel darah

EDTA sedangkan perlakuan kedua adalah sampel darah oxalat. Hasil

pemeriksaan kemudian dibandingkan apakah terdapat perbedaan antara darah

EDTA dan darah oxalat terhadap kadar hemoglobin.

01 HB1

02 HB2

Keterangan :

S : Darah vena

01 : Darah dengan antikoagulan EDTA

02 : Darah dengan antikoagulan oxalat

HB1 : Kadar hemoglobin dengan darah EDTA

18
HB2 : Kadar hemoglobin dengan darah oxalat

Rancangan Percobaan dalam Penelitian ini, sebagai berikut:

Tabel 2. Rancangan Percobaan Alur Penelitian

Sampel Pemeriksaan Kadar Hemoglobin


Darah EDTA Darah Oxalat
01 E01 O01

02 E02 O02

03 E03 O03

04 E04 O04

05 E05 O05

r Er Or

Alur penelitian yang digunakan sebagai beikut:

Pengambilan darah vena 4 cc

Darah EDTA 2 cc Darah Oxalat 2 cc

Diperiksa dengan metode


sianmethemoglobin (duplo)

Kadar hemoglobin

Pengolahan dan
Analisis Data

Gambar 3. Alur Penelitian

19
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

1) Variabel bebas (independent variable)

Jenis antikoagulan

2) Variabel terikat (dependent variable)

Kadar Hemoglobin

2. Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Satuan Skala


Kadar Hasil pemeriksaan hemoglobin dalam gr/dl Rasio
Hemoglobin darah yang telah diberi antikoagulan
dan diperiksa menggunakan metode
sianmethemoglobin pada panjang
gelombang 540 nm.
Jenis Antikoagulan yang digunakan dalam ml Ordinal
Antikoagulan pemeriksaan hemoglobin pada sampel
darah dengan menggunakan
1 = antikoagulan EDTA 0,001 ml / 1 ml
darah
2 = antikoagulan oxalat 0,1 ml / 1 ml
darah

D. Sampel dan Unit Penelitian

1. Sampel

Sampel penelitian berjumlah 16 mahasiswi Analis Kesehatan

Politeknik Kesehatan Semarang tingkat III. Cara pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan random dengan variabel independent

yaitu sampel darah EDTA dan darah oxalat, sedangkan variabel

dependent yaitu hasil pemeriksaan kadar hemoglobin. Sampel diperoleh

dari seluruh populasi yaitu 77 mahasiswi Analis Kesehatan Politeknik

Kesehatan Semarang tingkat III yang sesuai dengan kriteria inklusi.

20
Kriteria inklusi :

a. Sampel tidak lisis atau hemokonsentrasi.

b. Sampel tidak berasal dari pasien yang sedang sakit.

c. Sampel tidak berasal dari pasien yang mengalami pendarahan atau

menstruasi.

d. Sampel tidak berasal dari pasien yang seusai meminum obat

penambah darah.

Kriteria ekslusi :

a. Sampel hemolisis.

b. Sampel berasal dari pasien yang sedang menstruasi.

Penelitian ini dilakukan dengan 2 perlakuan menggunakan rumus

Federrer atau Hanafiah (2009) :

(t-1)(r-1) ≥ 15

t = 2 ; (2-1)(r-1) ≥ 15

r – 1 ≥ 15

r ≥ 16

Keterangan :

t : perlakuan

r : ulangan

2. Unit Penelitian

Unit penelitiannya diperoleh dari jumlah ulangan (r) × perlakuan

(t) yaitu 16 × 2 = 32 dan dilakukan duplo yaitu 32 × 2 = 64 unit

pemeriksaan.

21
E. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Puskesmas Bangetayu, Kecamatan

Genuk, Semarang.

2. Waktu Penelitian

a. Penyusunan Proposal : Desember 2016 – Januari 2017

b. Pelaksanaan Penelitian : Februari 2017

c. Analisis Data : Mei – Juni 2017

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer yaitu hasil

pemeriksaan kadar hemoglobin yang diukur dengan spektrofotometri metode

sianmethemoglobin menggunakan darah EDTA dan darah oxalat.

Pemeriksaan dilakukan secara duplo (dua kali pemeriksaan) dan diambil rata-

ratanya.

G. Instrumen Penelitian

1. Informed Concent

2. Data Primer

1. Peralatan

a. Tourniquet

b. Spuit 5 cc

c. Kapas alkohol

d. Kapas kering

e. Hepafix

f. Tabung vial

22
g. Tabung reaksi

h. Rak tabung reaksi

i. Pipet tetes

j. Kuvet

k. Spektrofotometri

3. Bahan

a. Darah vena

b. Antikoagulan Na2EDTA 10%

c. Antikoagulan double oxalat

d. Alkohol 70 %

2. Prinsip Pemeriksaan

Hemoglobin oleh K3Fe(CN)6 akan diubah menjadi methemoglobin

yang kemudian akan menjadi Hb sianida oleh KCN. Reaksi warna larutan

diukur menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm

dan faktor 36,8 (Gandasoebrata, 2010).

H. Prosedur Penelitian

a. Pengambilan sampel darah vena

1. Membendung lengan dengan tourniquet sekitar 3 jari dari daerah

sasaran

2. Mencari vena supervisial yaitu : vena mediana cubiti

3. Mendesinfeksi dengan alkohol 70 %

4. Menunggu sampai alkohol mengering

5. Menusuk dengan spuit daerah vena mediana cubiti pada sudut 45˚

6. Mengambil darah vena sebanyak 4 ml

23
7. Melepaskan torniquet, lalu menutup daerah tusukan jarum dengan

kapas kering steril, kemudian lepaskan perlahan spuit dari vena

8. Menempelkan plester atau hepafix pada daerah bekas tusukan

9. Pisahkan darah 2 ml ke tabung berisi antikoagulan EDTA 0,002 ml dan

darah 2 ml ke tabung berisi antikoagulan oxalat 0,2 ml dan

homogenkan.

10. Pemberian label identitas pasien pada tabung.

b. Pemeriksaan kadar hemoglobin

1) Menyalakan spektrofotometer, biarkan warming up selama 5-10 menit

2) Melakukan kalibrasi dan scanning panjang gelombang

3) Mengatur λ = 540 nm

4) Memipet 5,0 mL drabkin + 20 µL darah EDTA sebagai sampel darah

EDTA atau darah oxalat sebagai sampel darah oxalat

5) Menghomogenkan secara merata, lalu diamkan selama 3-5 menit

6) Memasukkan blanko (larutan drabkin tanpa darah), tekan zero

sampai didapatkan absorbansi 0,00

7) Setelah didapatkan blanko, sampel dimasukkan lalu tekan ok

8) Memperlakukan sampel dengan cara duplo.

c. Menghitung kadar hemoglobin

Perhitungan kadar hemoglobin menggunakan rumus sebagai berikut :

Kadar Hb = ∆Abs sampel × faktor

Keterangan :

Faktor = 36,8 menggunakan metode sianmethemoglobin dengan λ = 540

nm

24
Faktor = konsentrasi standar / ∆Abs standar

Nilai normal :

Wanita = 12-16 gr/dl

Pria = 14-18 gr/dl

I. Pengolahan dan Analisis Data

Pemeriksaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah perbedaan

jenis antikoagulan darah EDTA dan darah oxalat terhadap kadar hemoglobin.

Mengetahui perbedaan darah EDTA dan darah oxalat terhadap kadar

hemoglobin terlebih dahulu dilakukan uji statistik menggunakan Statistic

Programe Social Science (SPSS) 17.0. Data yang diperoleh, diuji

kenormalannya dengan menggunakan uji Saphiro Wilk karena sampel yang

digunakan < 30. Jika hasil dari uji kenormalan diperoleh data berdistribusi

normal (p value > 0,05), data kemudian diuji menggunakan uji Independent T

Test dengan derajat kepercayaan 95% (α= 0,05).

Hasil uji Independent T Test jika p-value > 0,05, maka Ho diterima dan

Ha ditolak, sedangkan jika p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Jika hasil dari uji kenormalan diperoleh data berdistribusi tidak normal, maka

diuji menggunakan uji U Mann Whitney.

Rumusan hipotesa :

a. Ho adalah tidak ada perbedaan kadar Hb metode sianmethemoglobin

menggunakan darah EDTA dan darah oxalat.

b. Ha adalah ada perbedaan kadar Hb metode sianmethemoglobin

menggunakan darah EDTA dan darah oxalat.

25
J. Etika Penelitian

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Lembar persetujuan akan di berikan kepada responden yang akan

diteliti, peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang

dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengumpulan data. Jika responden tidak bersedia maka peneliti tidak

akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Identitas responden tidak dicantumkan dalam lembar pengumpulan

data demi menjaga kerahasiaan responden. Penelitian menggunakan

inisial nama masing-masing responden untuk memudahkan

penganalisa data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Informasi yang diperoleh dari responden dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti. Hasil penelitian hanya akan menyajikan data tertentu

tanpa mengurangi kerahasiaan sumber data.

26
DAFTAR PUSTAKA

Arsono, Desta Sukma. (2016). Perbedaan Kadar Hemoglobin yang Diperiksa 0

jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Karya Tulis Ilmiah. 1-43.

Fischbach, Frances Talaska., & Dunning, Marshall Barnett. (2009). A Manual of

Laboratory and Diagnostic Test. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins.

Gandasoebrata, R. (2010). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Pearce, Evelyn. (2008). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Riswanto. (2013). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta:

Alfamedia & Kanal Medika.

Sutedjo, AY. (2012). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan

Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books.

Saputra, Lyndon., & Dwisang, Evi Luvina. (Eds). (2010). Anatomi dan Fisiologi

untuk Perawat dan Paramedis. Tangerang: Binapura Aksara Publisher.

World Health Organization. (2011). Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium

Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.

27
Lampiran 1. Informed Concent

INFORMED CONCENT

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Nomor Hp. :

Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan

menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan judul “Perbedaan

Kadar Hemoglobin Metode Sianmethemoglobin Menggunakan Darah EDTA dan

Darah Oxalat”.

Semarang,

Peneliti Sampel penelitian,

(Chintya Anggi R) (………………………)

28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai