PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sediaan apus darah tepi adalah cara yang digunakan untuk evaluasi
Prinsip pemeriksaan hapusan darah tepi adalah suatu apusan darah tipis
dibuat dengan meletakkan setetes (kecil saja) darah pada objek, diratakan
(Chairlan, 2011).
(Chairlan, 2011).
yang terdiri dari asam lemah dan basa lemah, kedua komponen itu harus
ada. Buffer sangat penting dalam sistem kimia dan biologi, dalam referensi
1
atau berlebih basanya dapat menyebabkan perbedaan gambaran morfologi
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Umum
2. Khusus
phosphate 5,6.
phosphate 6,0.
phosphate 6,4.
phosphate 6,8.
phosphate 7,2.
2
f. Menganalisis perbedaan morfologi eosinofil pada variasi pH buffer
phosphate.
D. Ruang Lingkup
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
2. Bagi Peneliti
tepi.
3
F. Keaslian Penelitian
Giemsa, dengan pembuatan sediaan apus darah tepi yang diencerkan dengan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Eosinofil
a. Definisi eosinofil
yang bereaksi yaitu eosin dan jauh lebih menyolok. Eosinofil dapat
bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam dan bertahan lebih lama
(Nurhayati, 2012).
5
b. Morfologi eosinofil
Menurut Chairlan (2011), morfologi eosinofil sebagai berikut :
Ukuran : 12-15 µm
padat berkelompok.
berserakan.
c. Fungsi eosinofil :
melawan alergi dan bibit parasit di dalam tubuh. Sel eosinofil paling
mengakhiri reaksi alergi, sel ini juga banyak di jumpai pada infeksi
6
d. Granulopoesis
A. Myeloblast
B. Promielocyte / Proagranulocyte
7
C. Basophilic Myelocyte
atau lonjong pada satu sisi. Anak inti tak tampak lagi.
D. Basophilic Metamyelocyte
E. Basophilic Band
F. Basophilic segmented
G. Neutrophilic Myelocyte
atau lonjong pada satu sisi. Anak inti tak tampak lagi.
H. Neutrophilic Metamyelocyte
8
akan terbentuk netrofil batang. Lalu akan berubah
I. Neutrophilic Band
J. Neutrophilic segmented
K. Eosinophilic Myelocyte
atau lonjong pada satu sisi. Anak inti tak tampak lagi.
L. Eosinophilic Metamyelocyte
M. Eosinophilic Band
N. Eosinophilic segmented
e. Kelainan eosinofil
9
hiperfungsi adrenokortikal, stress, shock dan luka bakar. Nilai normal
Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang digunakan pada
1. 2.
3 . 4.
10
c. Ciri-ciri sediaan yang baik antara lain :
panjangnya 1/2 sampai 2/3 panjang kaca. Pada sediaan harus ada
bagian yang cukup tipis untuk di periksa, pada bagian tersebut eritrosit
atau rouleaux. Pinggir sediaan rata dan sediaan tidak boleh berlubang-
Sumber : (google.com)
11
2. Pakailah air netral/air dapar untuk membilas. Air yang
di udara.
3. Pengecatan Giemsa
a. Definisi Giemsa
Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metilen
azur memberi warna merah muda pada sitoplasma dan metilen biru
pada inti leukosit ketiga jenis zat warna ini dilarutkan dengan metil
alkohol. Larutan ini dikemas dalam botol coklat (100cc, 500cc dan
(Adianto, 2013).
metilen azur dan metilen biru berguna untuk mewarnai sel darah dan
Giemsa yang telah diencerkan tidak tahan lama lebih dari satu hari
(Gandasoebrata, 2011).
b. Prinsip pengecatan
12
dibilas dengan aquadest dan dibiarkan sampai mengering
(Gandasoebrata ,2011).
c. Waktu pewarnaan
d. Ketebalan pewarnaan
e. Kebersihan sediaan
13
4. Methanol dapat menarik air dari udara, sebab itu Giemsa stock
sebanyak 1 cc.
7. Takaran pewarnaan
mikroskopis adalah :
tidak beraturan.
14
b. Zona II : lebih tipis, eritrosit masih bertumpuk, tidak rata.
(Dacie and Lewis, 2006). Terlalu asam atau berlebih basanya dapat
b. Buffer Phosphate
15
sehingga akan memperlihatkan bagian-bagian inti yang kurang jelas
(Adianto, 2013).
sekali karena air juga dapat bertindak sebagai asam lemah atau basa
A. Kerangka Teori :
Kualitas Giemsa
Kebersihan objek stock
glass pH buffer
Ketrampilan Lama pengecatan
B. Kerangka Konsep
pH buffer Morfologi
phosphate eosinofil
C. Hipotesa
pH buffer phosphate.”
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Desain Penelitian
dengan jenis studi lintang potong (cross sectional), yaitu penelitian yang
dilakukan pada satu waktu dan satu kali. Penelitian ini memperlakukan setiap
P1 H1
P2 H2
S1 P3 H3
P4 H4
P5 H5
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
S1 : Sampel darah
17
P1 : Perlakuan pengamatan morfologi eosinofil dengan pH buffer phosphate 5,6.
18
Alur penelitian :
1. Variabel Penelitian
Morfologi eosinofil
19
2. Definisi Operasional
dalam populasi.
4r – 4 ≥ 15
20
4r ≥ 15 + 4
4r ≥ 19 (3.1)
r ≥ 4,75 ≈ 5
2. Unit Penelitian
penelitian.
1. Lokasi Penelitian
Semarang.
2. Waktu Penelitian
F. Instrumen Penelitian
1. Informed consent
a. Alat :
1. Spuit 4. Mikroskop
2. Torniquet 5. Tissue
21
7. Tabung vacum 13. Rak tabung reaksi
12. Label
b. Bahan : 5. Methanol
4. Aquadest
G. Prosedur Pemeriksaan
perlu erat, sebaiknya hanya cukup erat untuk memperlihatkan dan agak
menonjolkan vena.
3. Kulit ditegangkan diatas vena itu dengan jari – jari tangan kiri supaya
4. Kulit ditusuk dengan jarum dan semprit dengan tangan kanan sampai
22
5. Tourniquet dilepas dan perlahan – lahan tarik penghisap semprit sampai
2. Aquadest 250 ml
4. Homogenkan
2. Aquadest 250 ml
4. Homogenkan
3. Homogenkan
23
d. Prosedur pembuatan buffer phosphate pH 6,0 :
3. Homogenkan
3. Homogenkan
3. Homogenkan
3. Homogenkan
24
6. Membiarkan sampai tulisan HOLD pada layar berhenti berkelip.
di cek.
1. Kaca objek yang di pakai harus kering, bebas debu dan bebas lemak.
2. Untuk menggeserkan darah kepada kaca pakailah kaca objek lain yang
5. Tangan kanan diletakkan objek glass lain disebelah kiri tetes darah
25
6. Tetes darah akan menyebar pada sisi kaca objek penggeser. Tunggu
sampai darah itu mencapai titik kira-kira 1/2 cm dari sudut kaca
penggeser.
bawah.
rak/jembatan pewarnaan.
udara.
mikroskop.
26
4. Mulai identifikasi sel dalam 10 lapang pandang dengan perbesaran
Data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu hasil yang didapat
apusan darah tepi, kemudian apusan darah yang sudah jadi dicat
pandang.
uji Saphiro Wilk karena sampel yang digunakan < 30. Jika hasil dari uji
uji Independent T. Jika hasil dari uji kenormalan diperoleh data berdistribusi
kepercayaan yang digunakan adalah 95%, sehingga tingkat presisi atau batas
27
Rumusan hipotesa :
J. Etika Penelitian
28
3. Kerahasiaan
hasil penelitian.
29
Daftar Pustaka
Bain BJ, Lewis SM, Bates I. Basic Haemotology Techniques. In : Dacie and
Lewis Practical Haematology. 10th ed. Churchill Livingstone.
Philadelphin 2006.
30
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, (pp. 202-203).
Jakarta : Rineka Cipta.
Putri R. DE., et al. (2015). Modul Praktikum Hematologi I. Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Semarang.
Yazhid B, LD, (2016). Makalah Eosinofil. Retrieved Desember, 2016, from
http://www.atlm.web.id/2016/12/makalah-eosinofil.html?=1
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
31
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat : :
32