“Leukopenia”
Di susun oleh :
JUSRIANTI (123342115)
NAJMAWATI (123272108)
(LEUKOPENIA)
1. Definisi
a. Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya.
Terdapat 2 jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit.
Limfosit adalah leukosit yang tidak dapat bergerak dan memiliki satu inti sel.
Limfosit berfungsi dalm membentuk antibody. Limfosit berukuran antara 8-14 mm.
monosit berukuran lebih besar dari limfosit, yaitu 14-19 mm. monosit memiliki inti
berbentuk menyerupai ginjal.
b. Granulosit
Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya.
Berdasarkan sifat-sifat granul yang dimilikinya, granulosit dibedakan menjadi 3
yaitu neutrofil, basofil, dan eosinofil.
Neutrofil memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna netral. Basofil
memiliki granul-granul yang dapat menyerap zat warna bersifat basa. Adapun
granul-granul pada eosinofil dapat menyerap zat yang bersifat asam. Jumlah
leukosit pada manusia sekitar 5000-10000 dalam setiap mm kubik darah. Jumlah
tersebut lebih kecil dibandingkan jumlah eritrosit. Limfosit biasa diproduksi di
jaringan limfa dan sumsum tulang. Leukosit hanya berumur beberapa hari saja
bahkan beberapa jam.
No Jenis-jenis sel darah putih (Leukosit) Keterangan
1. Monosit (agranulosit) Bersifat fagosit dan motil dengan
inti bulat panjang
2. Limfosit (agranulosit) Tidak motil, inti satu, fungsi
untuk kekebalan. Limfosit
membentuk 25% dari seluruh
jumlah sel darah putih. Sel ini
dibentuk didalam kelenjar limfa
dan dalam sumsum tulang. Selain
itu dibagi menjadi limfosit besar
dan kecil.
3. Neutrofil (granulosit) Bersifat fagosit, intinya
bermacam-macam, dengan bentuk
bermacam-macam pula antara lain
batang, bengkok, dan bercabang-
cabang. Sel neutrofil paling
banyak dijumpai di sel darah
putih. Sel golongan ini mewarnai
dirinya dengan pewarna netral
atau campuran pewarna asam dan
basa beserta tampak bewarna
ungu.
4. Basofil (granulosit) Bersifat fagosit dan cenderung
berwarna biru. Warna biru ini
disebabkan karena sel basofil
menyerap pewarna basa.
5. Eosinofil (granulosit) Bersifat fagosit dan cenderung
bewarna merah. Sel eosinofil
hanya sedikit dijumpai pada sel
darah putih. Sel ini menyerap
pewarna yang bersifat asam
(eosin) dan kelihatan merah.
Macam-macam sel darah putih, yaitu (a) limfosit, (b) monosit, (c) neutrofil, (d) basofil, dan
(e) eosinofil
1.3 Leukopenia
Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia
(dalam bahasa yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu
keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama
dengan 5000/mm³ (Dorlan 1994)
Leukopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah putih dalam
sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 10⁹/ L . pada sebagian kasus, penyakit ini
dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen
mayor dari sel darah putih pada sirkulasi perifer (www.health-res.com). Leukopenia
adalah kondisi klinis yang terjadi bila sunsum tulang memproduksi sangat sedikit
sel darah putih sehingga tubuh tidak terlindung terhadapa bayak bakteri dan agen-
agen lain yang mungkin masuk mengenai jaringan (Guyotn 2008).
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa leukopenia adalah suatu
kondisi klinis dimana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih
pada sirkulasi perifer yaitu kurang dari atau sama dengan 5000/mm³.
2. Etiologi
1. Neutropenia, penyebab infeksi virus, campak, demam thypoid toksin, rickettsia dari
tifus, faktor fisik (radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat,
cytostaties), bensol, kekurang vitamin B12, asam folat anafilaksis syok,
hiperplanism, juga karena kelainan genetik.
2. Eosinopenia, penyebabnya adalah meningkatnya kadar stess, sindrom cushing,
kortikosteroid, penyakit menular kortikortrophin, dan kortison.
3. Linfopenia, penyebabnya adalah karena faktor keturunan dan imunodefisiensi,
stress, radiasi penyakit, tuberkolosis militer.
3. Patofisiologis
Leucopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Berikut ini akan
dijelaskan patofisiologi penyakit leucopenia :
Radiasi sinar X dan sinar gamma yang berlebihan serta penggunaan obat-obatan
yang berlebihan, akan menyebabakan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusak nya
sumsum tulang, maka kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah
(eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhusukan
leukosit yang mengalami penurunan. Kondisi tersebut akhirnya akan mengakiatkan
neutropenia (produsi neutrofil menurun). Selain itu, jika seseorang mengidap
penyakit imunodefisiensi, seperti HIV AIDS, maka virus HIV akan menyerang
CD4 yang terdapat di limfosit T dalam sirkulasi perifer. Kondisi ini akan
menyebabkan limfosit hancur sehingga mengalami penurunan jumlah yang disebut
dengan limfopenia.
Oleh karena penyebab-penyebab diatas yang berujung pada menurunnya jumlah
komponen-komponen leukosit (neutropenia, eosinopenia, monositopenia,
limfopenia) maka terjadilah leucopenia.
4. Klasifikasi Leucopenia
Didasarkan atas penyebabnya, yaitu :
Neutropenia memiliki penyebab yang beragam seperti : inveksi virus, campak,
demam tifus toksin, rickettsia dari tifus, factor fisik ( radiasi pengion ) obat-obatan
(sulfanilamides, barbiturate, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B12, asam
folat, anafilaksis syok, hypersplenism, juga karena kelainan genetic
Eosinopenia penyebabnya adalah meningkatnya kadar stress, sindrom cushing,
kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin, dan kortison.
Lymphopenia penyebabnya adalah karena factor keturunan dan imunodefisiensi,
stress, radiasi penyakit, tuberkolosis militer.
6. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : kelemahan, pucat, turgor kulit kering, adanya infeksi atau mudah terkena
infeksi (jika adanya luka), adanya lukayang menandakan kelemahan imun tubuh
(sariawan atau stomatitis), nafas cepat dan dangkal.
Palpasi : adanya nyeri tekan pada area yang sakit dan teraba panas, suhu tubuh
menunjukan peningkatan.
Auskultasi : ditemukan ronchi.
7. Pemeriksaan Diagnostic
Periksaan laboratorium
- Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual diferensial
dalam kasus mengevaluasi leucopenia. Hati-hati terhadap evaluasi noda darah
perifer yang memberikan informasi tentang sel darah merah (RBC) dan marfologi
trombosit
- Pemeriksaan smear sumsum tulang giobsi sampel ringan teknik sitometri arus.
- Pemeriksaan mikrobiologi kultur darah, luka, dan cairan tubuh dapat dilihat pada
pasien demam.
- Pengujian antibody anti neutropil harus dilakukan pada pasien dengan riwat
autoimun sugestif dari neutropenia dan pada mereka yang tidak jelas penyebab
leucopenia.
Pemeriksaan fungsi lumbal
- Pengambilan cairan Bone Merrow.
8. Penatalaksanaan medis
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis
pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk
melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga
pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada
pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10. Red Cell Distribution Width (RDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang
ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan
hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih
spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa
segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.
Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat
dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita
harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap
laboratorium klinik, yaitu :
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada
banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan,
kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit
sistemik (kanker, lupus,dll).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal
di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru,
tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll.
Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah
merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal
hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar
36,1% - 44,3%.
Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan
kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi
pada penyakit-penyakit yang sama.
Leukosit (White Blood Cell / WBC)
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi
yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus,
penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada
penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia,
gagal ginjal, dll
Trombosit (platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam
proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam
morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet
clumping (trombosit bergerombol).
Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah.
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada
keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada
kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi
sumsum tulang, dll.
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat
ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang
volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang
heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam
folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah
Steroid dan vitamin yang diresepkan oleh dokter untuk mengaktifkan sumsum
tulang untuk menghasilkan lebih banyak sel darah putih.
Beberapa terapi seperti terapi sitokin dan kemoterapi digunakan untuk pengobatan
leucopenia.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Sylvia dan Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC
Carpenito, Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Guyton, dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC