“Kardiovaskular-Darah”
Oleh:
Nama : Anak Agung Istri Vera Lestari Devi
Nim : 2248202002
A. Latar Belakang
Darah di dalam tubuh manusia memiliki fungsi yang sangat penting sebagai alat
untuk transportasi oksigen dan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam darah juga
terdapat kandungan seperti air, protein, mineral dan garam. Selain itu darah juga
dibedakan menjadi beberapa jenis. Darah tersusun dari cairan dan sel pada sirkulasi
tertutup yang dapat dapat mengalir akibat adanya pompa dari jantung. Darah terdiri atas
elemen berbentuk yaitu sel-sel darah dan trombosit serta substrat interseluler cair
berupa plasma darah. Volume darah pada manusia dewasa sehat ialah 5liter, mencapai
8% berat badan manusia ialah darah.
B. Persoalan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sel darah putih?
2. Sebutkan dan jelaskan berbagai jenis sel darah putih dalam tubuh manusia!
3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor apa saja yang meregulasi pembentukan sel
darah putih!
4. Sebutkan dan jelaskan proses dalam mengontrol kehilangan darah setelah
cedera/terjadi luka!
BAB II
Pembahasan
Berdasarkan ada tidaknya granul pada sitoplasma, leukosit dibagi menjadi 2 kelompok
utama yaitu leukosit bergranular dan non-granulosit. Leukosit bergranular dibagi menjadi 3
bagian lebih spesifik berdasarkan afinitas granulnya pada pewarna Romanowsky ketika
membuat sediaan darah, antara lain neutrofil, eosinofil, serta basofil. Lekosit non-granular
terdiri atas monosit dan limfosit. (Fawcett,2002.)
a) Granulosit
Kekhasan granulosit ialah adanya granula-granula di dalam sitoplasma dan
nukleusnya yang berlobus banyak. Total granulosit dalam sel leukosit berkisar antara
60-70%. (Gunarso,1998).
Leukosit berjenis granulosit memiliki 2 macam granula, yaitu granula spesifik dan
gula azurofolik. Granula azurofolik berwarna violet diperkirakan ialah lisosom.
Granula spesisfik akan terikan secara spesifik pada unsur netral atau asam yang
berasal dari gabungan warna berbeda dan berasal dari fungsi khusus. (Junquiera et
al,1997).
Neutrofil
Dalam darah manusia, neutrofil berjumlah paling banyak berkisar antara 65-75% dari
jumlah seluruh leukosit. Sel inti sangat polimort dan menunjukkan berbagai bentuk.
Neutrofil berbentuk lonjong iregular dan saling dihubungkan dengan benang kromatin
halus. Jumlah lobusnya berbanding lurus dengan umur, jika semakin tua selnya, maka
jumlah lobus akan semakin banyak.
Neutrofil dapa tinggal dalam sirkulasi darah ±8 jam, sebelum meninggalkan
pembuluh darah lalu masuk ke jaringan. Neutrofil kemudian akan mati pada jaringan.
(Fawvett,2002).
Granula utama merupakan lisosom tipe khusus yang mengandung enzim hidrolitik,
yaitu enzim yang dapat dilepaskan seteleh neutrofil menelan benda sepert bakteri dan
mikroorganisme lain. GranSitoplasma juga mngandung granula azurofil,granula ini
tampak relatif padat dan mengandung enzim lisosom dan peroksidase. Jenis granula
ini dibentuk di aparatus golgi.
Eosinofil
Penggunaan pengecatan eosin dapat dilihat granula besar berwarna merah muda.
Jumlah eosinofil terpaut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah neutrofil .
Perkiraans ekitar 1-3% dari total leukosit. Inti sel eosinofil memiliki dua lobus yang
dipisahkan oleh benang kromatin. Sitoplasma pada sel eosinofil berwarna merah atau
oranye. Sel ini memiliki peran untuk pemroteksi reaksi alergi.
Basofil
Sel ini berjumlah paling sedikit diantara sel leukosit granular lainnya yaitu hanya
sekitar 0,5%. Hal tersebut memunginkan sel ini sulit ditemukan pada hapusan darah,
selain itu, ukuran sel ini juga terpaut sangat kecil. Granula basofil memiliki kesamaan
dengan sel mast. Sama-sama mengandung histamin dan heparin, saat berekasi dengan
antigen, basofil akan melepaskan granulanya. Sel ini berperan dalam sistem kekebalan
turunan dengan bertahan melawan patogen, menyenbuhkan luka, dan berkaitan
dengan alergi. Ketika teraktivitasi, sel ini melepaskan granula, histamin memperbesar
pembuluh darah yang menyebabkan peradangan.
b) Non-granular
Limfosit
Merupakan leukosit terbanyak kedua, persentasenya seikitar 20-35% dari total leukosit pada
peredaran darah. Limfosit berperan sebagai pertahanan dari serangan sel asing misalnya sel
kanker dan mikroorganisme lain. Limfosit selanjutnya di klasifikasikan lagi menjadi 5 yaitu
Limfosit B, Limfosit T, Sel NK (Natural Killer Cell), Helper T cell, serta Supressor T cell. (P.
Gartner Leslie et al, 2014).
Tipe Fungsi
Limfosit B Membawa imunoglobin permukaan. Bila
diktifkan oleh antigen spesifik akan
bereproduksi melalui mitosis dan
berkembang melalui sel plasma.
Limfosit T Membawa reseptor sel T permukaan
yang bukan imunoglobulin. Dikhususkan
mengenali antigen yang melekat pada
permukaan sel lain.
Sel NK (Natural Killer Cell) Menghancurkan sel-sel cangkokan dan
sel asing. Demikian juga sel-sel yang
terinfeksi virus.
Helper T cell Mensekresikan faktor-faktor yang
merangsang limfosit Tdan B sebagai
respons terhadap antigen tertentu.
Supressor T cell Menekan respons terhadap antigen asing
dan berperan penting dalam menekan
respons terhadap antigen.
Monosit
Monosit merupakan sel darah terbesar dalam sirkulasi dan memasuki ruang jaringan
ikut sebagai makrofag. Monosit memiliki inti yang besar yang terletak di pinggir dan
berbentuk seperti ginjal. Permukaan inti tampak berongga seperti busa sabun dan memiliki
perpanjangan yang tampak saling tumpang tindih.
Respon yang dilakukan tubuh untuk menghantikan atau mengontrol kehilangan darah
saat terjadi luka disebut dengan Hemostatis. Hemostatis merupakan proses penghentian
pendarahan dari pembuluh darah akibat mengalami kerusakan atau robek. Proses ini
mencakup pembekuan darah (koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah. agregasi trombosit
serta protein plasma yang menyebabkan pembekuan dan yang melrutkan bekuan. Terdapat
beberapa komponen dalam mekanisme hemostatis diantaranya trombosit, endotel vaskuler,
procoagulant plasma protein faktors, natural anticolagent, ptotein fibrinolitik dan protein
antifibrinolitik. Komponen-komponen tersebut berusaha menjaga agar darah tetap cair dan
tetap berada dalam sistem pembuluh darah.
Pembekuan agresi trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh
darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk. Pada pengaktifan, trombosit akan
berubah bentuk dengan adanya fibrinogen. Tromboit akan melakukan proses agresi untuk
membentuk sumbat hemostatik. Terbentuk jaring atau benang fibrin yang terikat dengan
agregat trombosit sehingga terbentuk sumbatan hemosttik. Sumbatan ini tersusun dari
trombosit serta fibrin. Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin merupakan respon
dari cedera.
Proses hemostatis meliputi spasme vaskuler (Vasokonstriksi vaskuler), pembentukan
sumbat trombosit, Hemostasis Primer, koagulasi darah, Hemostasis Sekunder. Sedangkan
proses hemostasis akan dipertahankan keseimbangannya melalui mekanisme kontrol
pembekuan darah dan proses fibrinolisis.
Permukaan endotel pembuluh darah saling menekan satu sama lain akibat proses
spasme vaskuler awal , endotel tersebut menjadi lengket dan melekat satu sama lain,
kemudian menutup pembuluh yang rusak. Hemostasis primer mulai terjadi dalam beberapa
detik setelah terjadi kerusakan endotel dan berlanjut dengan pembentukan plak trombosit
dalam waktu 5 menit. Dalam proses ini, faktor endotel dan trombosit memegang peranan
yang sangat penting.
Trombosit dalam keadaan normal tidak melekat di permukaan endotel pembuluh
darah, tetapi apabila lapisan ini rusak akibat cedera pembuluh, trombosit akan melekat ke
kolagen yang terpajan, yaitu protein fibrosa yang terdapat di jaringan ikat dibawahnya. Saat
endotel mengalami kerusakan, maka kolagen dan matriks lain sub endotel akan terpapar dan
akan memicu adhesi trombosit.
Selanjutnya sistem pembekuan plasma membentuk benang-benang fibrin yang kuat sehingga
penutupan luka menjadi stabil. Walaupun demikian, respons pembekuan darah harus
dikendalikan secara ketat untuk mencegah terbentuknya bekuan yang luas pada pembuluh
darah. Oleh karna itu mekanisme hemostasis mencerminkan keseimbangan antara mekanisme
prokoagulan dan antikoagulan yang dikaitkan dengan proses fibrinolisis. (P. Gartner Leslie et
al, 2014).
BAB III
Penutup
DAFTAR PUSTAKA
D.Adam, A.Dewi. 2018. Hemostatis. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Hal.3.
Puspitasari, A, Andika. 2019. Buku Ajar Hematologi. Umsida Press. Jawa Timur.
P.G, Leslie, L.Hiatt James. 2019. Buku Ajar Histologi. Elsevier. Singapore.
N. Khazanah, Mizan, dkk. (2016). Klasifikasi Sel Darah Putih Berdasarkan Ciri
Warna
dan Bentuk dengan Metode K-Nearest Neighbor (K-NN). IJEIS, Vol.6, No.2. pp. 151~162.