Anda di halaman 1dari 6

ENDOSKOPI Pemeriksaan fisik

Bronkoskopi kaku - Keadaan umu dan kesadaran


- Tanda-tanda obstruksi jalan napas atas (dyspneu, stridor, retraksi)
Usia Ukuran - Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan, suhu)
Premature 3,0 mm x 20 cm
- Status THT (palpatory thud = sentuhan benda asing pada pita suara dapat terasa seperti
3,0 mm x 25 cm
Bayi lahir 3,5 mm x 20 cm getaran, audible slap = suara getaran pada stetoskop)
3,5 mm x 25 cm - Status umum (terutama keadaan paru : bunyi paru vesikular/bronkial, sama/tidak
3,5 mm x 30 cm kedua paru, ronkhi dan wheezing ada atau tidak )
3- 6 bulan 3,5 mm x 30 cm
1-2 tahun 4,0 mm x 30 cm Pemeriksaan penunjang
4-7 tahun 5,0 mm x 35 cm
8-12 tahun 6,0 mm x 35 cm - Rontgen : thoraks AP/lateral
7,0 mm x 35 cm - EKG
Dewasa 6,5 mm x 43 cm
- Laboratorium darah : DPL, SGOT/PT, ur/cr, BT/CT, PT/APTT, elektrolit, AGD
7,5 mm x 43 cm
9,0 mm x 40 cm - Bila diperlukan CT scan/MRI

Informed consent
Esofagoskopi kaku
 Tindakan yang akan dilakukan, keuntungan dan kerugian bila tindakan dilakukan atau
Usia Ukuran tidak, ketersediaan ICU post operasi, komplikasi yang terjadi, biaya tindakan di bagian
Premature 3,5 mm x 25 cm kasir (bila pasien umum)
Bayi lahir 4,0 mm x 35 cm  Puasa 6 jam pre operasi
3- 6 bulan 4,5 mm x 35 cm
1-2 tahun 5,0 mm x 35 cm Persiapan operasi
4-12 tahun 6,0 mm x 35 cm
Dewasa 8,0 mm x 30 cm - Konsul IPD, anestesi
8,0 mm x 50 cm - Konsul laring faring THT bila diperlukan
9,0 mm x 40 cm
- Konsul ICU untuk perawatan post op
9,0 mm x 45 cm
9,0 mm x 53 cm
Persiapan obat-obatan

Bronkoskopi - Pasang iv line, obat-obatan bila diperlukan (antibiotik, anti inflamasi, antiulseratif)

Persiapan pasien Persiapan alat

Anamnesis - Bronkoskopi sesuai umur, sediakan nomer di bawah dan di atas sesuai ukuran
sebenarnya
- Benda yang tertelan, jumlah, ukuran, bentuk benda (digambarkan) - Prisma dan kaca penutup
- Mekanisme kejadian (sedang makan, tidur, bermain, ada saksi mata yang melihat  - Cunam sesuai klinis
terutama anak kecil - Suction tip
- Gejala-gejala (batuk, tersedak, kebiruan, tercekik di leher, rasa tersumbat di tenggorok, - Light source
sesak, bicara gagap, muntah, batuk darah, keluar darah dari mulut, nyeri leher, nyeri - Video monitor recorder
dada, asthmatoid wheeze = napas berbunyi saat ekspirasi) - Laringoskop (magil atau macintosh)
- Makan atau minum setelah kejadian (terakhir kali) - Telescope 0, 30, 50
- Usaha yang telah dilakukan
Persiapan anestesi Esofagoskopi

- Obat-obatan anestesi Teknik esofagoskopi


- Monitoring (ekg, tanda vital)
1. Pasien berbaring terlentang dalam narkose umum
Gawat napas pada bronkoskopi 2. Kepala pasien disanggah dan difiksasi dengan tangan, pastikan kepala dan leher
berada pada ujung meja operasi
1. Bronkoskopi segera ditarik agar ujung bronkoskopi berada di depan karina, semua 3. Esofagoskopi dipegang dengan kedua tangan. Tangan kiri berada pada pangkal scope
instrumen yang ada dikeluarkan (suction, cunam), kaca penutup di tutup dengan ibu jari digunakan untuk esofagoskop perlahan-lahan, jari telunjuk dan jari
2. Berikan O2 100% melalui bronkoskopi tengah tangan kiri digunakan untuk melindungi gigi atas dan bawah dari scope (setelah
3. Tunggu sampai O2 100%, tindakan bronkoskopi baru dilanjutkan bibir dan gigi atas dilapisi dengan kassa) dan juga untuk membuka mulut
4. Jika terjadi spasme bronkus  berikan pelumpuh otot (suksinil kolin) 4. Sendi leher diposisikan agak fleksi, dilakukan insersi esofagoskop secara vertikal
5. Jika saturasi O2 tidak juga naik, bronkoskopi ditarik, dilakukan intubasi dengan ETT melalui rongga mulut sebelah kanan. Esofagoskop dipegang menelusuri uvula,
6. Pasien menjalani perawatan di ICU pangkal lidah, dinding faring posterior
5. Dengan bantuan ibu jari tangan kiri dan tangan kanan untuk mengarahkan
Cara-cara anestesi dalam bronkoskopi esofagoskop, pangkal lidah diangkat untuk mencapai sinus piriformis, dilakukan
pendorongan esofagoskop dengan ibu jari tangan kiri secara perlahan lahan hingga
1. Anestesi Topical tampak introitus esofagus
 Obat  Lidocain 2% - 4%, xylocaine spray 10% (dosis maksimal lidocain 6. Posisi sendi leher dihiperekstensikan secara perlahan-lahan hingga introitus esofagus
3mg/kg, Xylocaine spray 10%, setiap spray mengandung 10 mg lignocaine. teridentifikasi, posisi sendi leher dihiperekstensikan. Tunggu relaksasi otot
Dosis max 20 sprays (200mg)). krikofaringeus, esofagoskop didorong masuk dengan ibu jari tangan kiri pada pangkal
 Semprotkan pada kavum nasi-nasofaring-faring-rongga mulut (terutama esofagus, tangan kanan digunakan untuk memfiksir dan mengarahkan esofagus
lidah) –hipofaring-faring (masing-masing 1 spray) 7. Yang harus diperhatikan selama tindakan esofagoskopi : esofagoskop berada pada
2. Anestesi Infiltrasi tengah lumen esofagus, harus diperhatikan tempat-tempat penyempitan esofagus untuk
 Obat  Lidocaine 2%-4% + epinephrine = 1: 200.000 (epinefrin menghindari komplikasi akibat esofagoskopi, ukuran esofagoskop disesuaikan usia
memperpanjang masa kerja lidocaine) 8. Tindakan yang dilakukan sesuai klinis
 Blok n. laringeus superior (epiglottis hingga pita suara)
 Kepala ekstensi maksimal  identifikasi os hyoid (korno mayor lateral) Persiapan pasien
dengan jarum no.25 ditusukkan sedalam 2.5 cm
 Aspirasi dahulu  darah (-)  suntikkan Anamnesis
 Infiltrasi transtrakea (trakea hingga bronkus)  suntikan pada membrane
1. Benda apa yang tertelan (jenis benda, bagian tajam ada atau tidak, tulang ada atau
krikotiroid
tidak, jenis gigi palsu, kawat, akrilik, lebar dan panjang benda)
3. Anestesi Neurolept
2. Mekanisme kejadian (pada saat apa tertelannya, kapan kejadiannya)
Suatu bentuk analgesia yang dihasilkan dari penggunaan neuroleptic dan analgesia
3. Keluhan setelah tertelan (muntah, rasa mengganjal, sulit atau nyeri ketika menelan,
secara bersamaan, kecemasan, aktifitas motoric dan kepekaan terhadap rangsang sakit
menurun, orang menjadi tenang, tidak terganggu dengan lingkungan dan sekitarnya. banyak liur, darah dari mulut, komplikasi yang mungkin timbul = sesak, nyeri dada,
rasa tembus ke belakang, demam)
 Obat  Pethidine & Droperidol 4. Kecurigaan benda asing masuk ke saluran napas (batuk, tersedak, biru)
 Premed dengan SA (0.2-0.8 mg), obat anestesi diberikan 30 menit sebelum 5. Tindakan pertama yang dilakukan (mengorek mulut, menepuk punggung/leher,
tindakan muntah)
 Pethidine 50 mg : Droperidol 5 mg 6. Terakhir makan minum
7. Gambar benda asing
 Pethidine 200 mg : Droperidol 20 mg
8. Penyakit yang pernah diderita, pengobatan lain, faktor predisposisi

Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum, tanda vital, tanda sumbatan jalan napas atas


2. Pemeriksaan THT Keterangan : C = vertebra cervical
3. Pemeriksaan umum (bunyi napas, ronki ada atau tidak, bunyi jantung)
Th = vertebra torakal
Pemeriksaan penunjang
4 daerah penyempitan esofagus
Laboratorium darah, rontgen thorak ap/lat, apabila diperlukan rontgen servikal ap/lat, (rontgen
ulang 30 menit pre tindakan), EKG ( usia > 40 th) 1. Kontraksi otot krikofaringeus menekan kartilago krikoid, ke belakang ada vertebra
servikalis
Konsultasi ilmu penyakit dalam dan anestesi. Apabila diperlukan konsultasi ke bedah thorak dan Diameter transversal 23 mm, diameter anteroposterior 17 mm
divisi laring faring THT (kasus benda asing yang ukuran besar atau tajam dengan kemungkinan 2. Penyilangan arkus aorta pada vertebra torakal IV
kesulitan pada ekstraksi) Diameter transversal 23 mm, diameter AP 19 mm
3. Dinding anterior esofagus kiri penekanan oleh bronkus kiri pada vertebra torakal V
Informed consent tindakan esofagoskoi (prosedur tindakan, persyaratan yang diperlukan, Diameter transversal 23 mm,diameter AP 17 mm
komplikasi akibat tindakan, efek positif dan negative jika dilakukan atau tidak dilakukan 4. Pada waktu esofagus menembus diafragma pada torakal X
tindakan) Diameter transversal

Puasa 6 jam preoperasi Alat-alat yang digunakan untuk ekstraksi

Komplikasi/bahaya esofagoskopi: Gambar Nama Fungsi


Cunam alligator Untuk ekstraksi benda
1. Laserasi bibir dan mukosa mulut, patah gigi saat memasukkan esofagoskop rigid ke asing yang bersifat logam
dalam rongga mulut
Sikap :
- Melindungi mukosa mulut, bibir, gigi dengan menggunakan kassa
- Mengetahui cara memegang dan memasukkan esofagoskopi dengan baik dan benar
2. Laserasi mukosa esophagus
Sikap :
- Menghindari mendorong esofagoskop rigid ketika tidak tampak lumen esophagus Rotating cunam Untuk merotasi atau
- Menggunakan esofagoskopi dengan ukuran sesuai usia memutar benda asing,
- Ukuran baik scope maupun alat-alat (cunam, suction) tidak boleh melewati biasanya pada bidang
esofagoskop kaku (1,5 cm dari ujung esofagoskopi) koronal
Peanut Untuk mengambil benda
3. Perforasi esophagus, asfiksia, rupture/pecah aneurisma aorta
asing yang berbentuk
Sikap : bulat seperti kalung
- Hentikan tindakan esofagoskopi
- Pasang nasogastrik tube
- Observasi tanda vital dan komplikasi Cup biopsi atau circular Mengambil jaringan untuk
cup biopsy biopsy
Tempat penyempitan esophagus

Baru lahir 2 th 3 th 6 th 10 th 14 th Dewasa


C4 (m. krikofaring) 7 cm 9 cm 10 cm 11 cm 12 cm 14 cm 16 cm Rectangle biopsy Mengambil jaringan atau
Th4 (penyilangan 12 cm 14 cm 15 cm 16 cm 17 cm 21 cm 23 cm melakukan biopsi
arcus aorta)
Th 5 (Bronkus kiri) 13 cm 15 cm 16 cm 18 cm 20 cm 24 cm 27 cm
Th 10 (Hiatus taut 17 cm 18 cm 21 cm 24 cm 26 cm 33 cm 38 cm
esofagogaster, 18 cm 19 cm 22 cm 25 cm 27 cm 34 cm 40 cm Universal cunam Mengambil jaringan
menembus biopsi atau juga benda
diafragma) asing
- dimulai dengan 1 sendok bubur saring, pasien diminta menahan dalam mulut kira-kira
10 detik untuk menilai kebocoran fase oral (pre swallowing leakage) atau aspirasi
sebelum menelan
- kemudian pasien disuruh menelan dan gambaran visualisasi akan berkurang 1 detik
FEES (Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing)
karena kontraksi velofaring dan elevasi laring. Penting dicatat adanya lateralisasi
makanan, penetrasi atau aspirasi dan residu makanan pada valekula, sinus piriformis,
Evaluasi fungsi menelan dengan mengunakan nasofaringoskop serat optik lentur dengan menilai
pangkal lidah dan post krikoid. Bila terdapat residu pasien diminta menelan lagi
secara langsung hipofaring, laring dan trakea
- pemeriksaan dilanjutkan dengan gastric rice dan konsistensi makanan selanjutya.
Tujuan : mengidentifikasi fisiologi menelan serta menentukan tipe pemberian makanan yang - Pemeriksaan dihentikan bila terdapat aspirasi. Respons terhadap aspirasi dan
tepat untuk pasien efektivitas reflex batuk dinilai
- Bila tidak ada asprasi dilanjutkan dengan 4 konsistensi makanan lainnya
Persiapan sebelum melakukan pemeriksaan FEES : - Perubahan posisi kepala dan teknik lain membantu memperbaiki proses menelan saat
pemeriksaan di atas (seperti chin tuck, head tilt)
- Menghubungi bagian rehabilitasi medik dan gizi
- Menghubungi dapur untuk memesan makanan yang terdiri dari puree (bubur saring), Pemeriksaan FEES dinilai 5 proses fisiologis :
gastric rice (bubur nasi), havermoot, thick liquid (susu), thin liquid yang sudah
diwarnai warna hijau agar tervisualisasi dengan jelas 1. Sensitivitas pada daerah orofaring dan hipofaring yang sangat berperan dalam aspirasi
- Menyiapkan alat-alat FESS, yang terdiri dari : 2. Spillage (pre swallowing leakage) masuknya makanan ke dalam hipofaring seblem
- a. video endoskopi reflex menelan dimulai sehingga mudah aspirasi
- b. light source 3. Residu : menumpukknya sisa makanan pada valekula, sinus piriformis kanan dan kiri,
- c. alat perekam video post krikoid dan dinding faring posterior sehingga makanan akan mudah masuk ke
jalan napas
- d. monitor TV
4. Penetrasi : masuknya makanan ke vestibulum laring tetapi belum melewati pita suara
- e. video printer
5. Aspirasi : masuknya makanan ke jalan napas melewati pita suara yang sangat berperan
- f. perekam video
dalam komplikasi ke paru
Pemeriksaan tanpa pembiusan dalam posisi pasien duduk tegak atau duduk miring 45 0
Perbedaan LPR dan GERD
Tekhnik :
LPR GERD
1. posisi pra menelan (pre swallowing assessment) gejala Suara serak, disfonia, globus, Nyeri dada, regurgitasi,
sering mendehem, gejala muncul disfagia, gejala muncul pada
- posisi duduk tegak
pada pagi hari malam hari
- pemeriksaan gerak lidah dan palatum mole Tanda/temuan klinis Edema aritenoid, gambaran Esofagitis, hernia hiatal,
- pasien menjulurkan lidah ke kanan dan ke kiri (menilai tonus lidah) cobblestone pada faring, pita suara esofagus barret
- mengembungkan pipi kanan dan kiri (tonus bukalis kanan) polip/nodul
- endoskopi dimasukkan ke mulut dengan bantuan spatel tongue menekan lidah . uvula terapi Terapi awal agresif, PPI 2x PPI 1x perhari, terapa
perhari, minimal terapi 6 bulan beberapa bulan
dinilai simetris apa tidak, pergerakan arkus faring simetris apa tidak
patogenesis Disfungsi sphingter esofagus atas Disfungsi sphingter
- endoskopi dimasukkan melalui kavum nasi sampai ke nasofaring dan pasien diminta esofagus bawah
bilang “fifififi” untuk menilai kerapatan velofaring
- endoskopi dimasukkan kembali sampai hipofaring agar dapat memvisualisasikan
struktur di bawah palatum mole. Dilakukan evaluasi pangkal lidah, valekula, sinus
piriformis, dinding posterior faring dan post krikoid
- evaluasi setinggi epiglottis  gerakan plika vokalis saat ponasi dan isnpirasi, serta
adanya akumulasi saliva atau aspirasi
2. pemeriksaan inti FEES : tes menelan dengan 5 konsistensi makanan yaitu puree (bubur
saring), gastric rice (bubur nasi), havermoot, thick liquid (susu), thin liquid
Basal-lateral B9 Basal-lateral B9
Basal-posterior B10 Basal-posterior B10
Parasat Muller

 Memprediksi keberhasilan UPPP (uvulopalatopharyngoplasty)


 Melakukan nasoendoskopi pada posisi duduk dengan meminta pasien untuk melakukan
inspirasi kuat bersamaan dengan pemeriksa menutup hidung dan mulut pasien

Dinilai ukuran saluran napas atas

- Segmen retropalatal ( faring superior)


- Hipofaring (dasar lidah, supraglotis)
- Persentasi kolaps 1x : 0-25% 2x : 20-50%

3x : 51-75% 4x : > 70%

Sleep endoskopi

 Dapat mengidentifikasi obstruksi dan kolaps saluran napas atas ketika pasien tidur,
pada saat tonus otot dalam keadaan relaksasi

Level I : palatum mole bergetar

Lavel II : hanya satu level obstruksi pada palatum mole

Level III : obstruksi pada palatum disertai dengan obstruksi orofaring dan intermiten

Level IV : obstruksi multi level

Level V : obstruksi pada dasar lidah


Anatomi Bronkus

Bronkus kanan Bronkus kiri


Nomenklatur Jackson- Nomor Nomenklatur Jackson- Nomor
Proton Pump Inhibitor
Huber menurut Huber menurut
Boyden Boyden
Efek samping
1. Lobus superior 1. Lobus superior
Apikal B1 Cabang atas :
Posterior Apikal posterior Meningkatnya risiko patah tulang panggul akibat gangguan penyerapan kalsium dan gangguan
B2 B1-2
Anterior Anterior metabolisme vitamin B12 dan penyerapan zat besi akibat adanya perubahan kadar asam
B3 B3
Cabang bawah : lambung; meningkatnya kasus diare akibat infeksi Clostridium difficile; dan meningkatnya
Superior risiko terkena infeksi paru.
inferior B4
B5
2. Lobus medius
Lateral B4
Medial Laringomalasia
B5
3. Lobus inferior 2. Lobus inferior
Laringomalasia adalah kelainan kongenital yang terjadi akibat kurang berkembangnya kartilago
Superior(apikal) B6 Superior(apikal) B6
Basal-medial Basal-medial yang menyokong struktur laring diatas pita suara (supraglotis) yang menyebabkan struktur
B7 B7
Basal-anterior Basal-anterior tersebut terjatuh menutupi pita suara.
B8 B8
Terbagi menjadi 3 tipe:

Tipe 1  Prolaps mukosa arytenoid yang berlebihan ke dalam jalan napas selama periode
inspirasi

Tipe 2  Melipatnya tepi lateral epiglottis diatas dirinya sendiri

Tipe 3  Prolaps epiglottis diatas glottis (omega-shaped epiglottis)

Tipe 1 Tipe 2 TIpe 3

- patofisiologi asam lambung


- macam macam katub saluran cerna, jelaskan cara kerjanya
-

Anda mungkin juga menyukai