Anda di halaman 1dari 9

Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

“Pancasila sebagai Sistem Etika”

Oleh:

1. Rahmawati Asy Syifa Putri 202110040311113

2. Stella Nuri Putri Sinaga 202110040311120

3. Ilma Mila Maris 202110040311122

4. Nova Anggraini 202110040311130

5. Nurudin Akmal Baihaqi 202110040311133

6. Dias Sulistiani 202110040311147

7. Della Puspita Syahputri 202110040311153

8. Diva Alvita 202110040311160

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik


Ilmu Komunikasi
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki Pancasila sebagai dasar negara. Pancasila
memiliki beberapa fungsi dan kedudukan penting bagi Indonesia. Pancasila sangat erat
berkaitan dengan nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Maka dari itu, Pancasila merupakan acuan atas segala tindakan yang terjadi dalam
masyarakat.
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal sehingga bisa dijumpai dimanapun dan
kapanpun. Nilai-nilai ini menjadi ciri khas tersendiri bagi bangsa Indonesia. Bermula dari
Pancasila sebagai dasar negara, kini Pancasila telah menjadi konsensus moral yang
dijadikan acuan sebagai sistem etika untuk mengkaji moralitas bangsa dalam konsep
berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai sumber etika bangsa Indonesia memiliki peran untuk membantu
penyelesaian masalah bangsa yang banyak terjadi. Konflik dengan mudah muncul karena
banyaknya perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Maka dari itu, sangat penting bagi
masyarakat Indonesia untuk menyadari pentingnya melaksanakan dan memahami
Pancasila demi kepentingan bersama.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian dari etika, etiket, dan moral?
2. Bagaimanakah aliran-aliran yang terdapat pada etika Pancasila?
3. Bagaimanakah penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai etika dalam penyelesaian
problem bangsa?
C. Tujuan Makalah
1. Memahami tentang perbedaan etika, etiket, dan moral.
2. Memahami macam-macam aliran yang terdapat pada etika Pancasila.
3. Memahami penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai etika dalam penyelesaian problem
bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika, Etiket dan Moral


1. Etika
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak, adat atau
kebiasaan. Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah
laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai buruk dengan
memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat dicerna akal pikiran. Secara
umum etika memiliki arti yaitu aturan atau prinsip serta cara berpikir di dalam sebuah
kelompok tertentu yang berguna untuk menuntun suatu tindakan kelompok tersebut.
Contoh, Seorang pejabat publik harus memiliki rasa malu apabila melakukan perbuatan
yang melanggar aturan seperti telah bersikap tidak jujur ataupun melakukan tindak
pidana korupsi.
2. Etiket
Etiket berasal kata dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu
undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan
pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan.
Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata
krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara
bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan sikap serta perilaku yang penuh
sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi. Intinya Etiket adalah mengenai sopan
santun dan tata krama. Etiket bersifat relatif tergantung situasi dan kondisi. Etiket tidak
berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau
di tengah hutan. Contoh, Pada acara jumpa pers, semua menteri yang terlibat harus
mengenakan pakaian yang formal dan menjaga tata bahasa saat berbicara di depan
umum.
3. Moral
Moral berasal dari bahasa latin yaitu moral/moralis. Berdasarkan pengertian dari
istilah moralis adalah karakter, perilaku manusia yang akan dinilai baik atau buruknya.
Pada dasarnya moral dan etika memiliki istilah yang dapat dikatakan sama. Namun yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari
bahasa Latin. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka
rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Landasan dalam
melakukan penilaian tersebut biasanya berdasarkan agama dan juga budaya yang dianut
oleh setiap individu. Pengertian moral secara singkat adalah aturan untuk menjalani
kehidupan yang lebih baik.
Adapun perbedaan dari moral dan etika adalah sebagai berikut:
a) Moral adalah kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap individu. Sedangkan etika
tidak harus dimiliki oleh setiap individu namun akan lebih baik apabila manusia
tersebut memiliki etika.
b) Etika apabila dikatakan untuk seseorang yang melakukan perbuatan baik akan
menjadi kurang pas karena etika adalah sebuah studi sedangkan moral lebih
tepatnya adalah mengarah ke sifat yang dimiliki oleh setiap individu.
B. Aliran-Aliran Etika dan Etika Pancasila
Ada beberapa jenis aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis.
1. Etika Keutamaan
Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari keutamaan
(virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu baik atau buruk. Menurut
Pinocoffs, keutamaan adalah sifat karakter yang ditampakkan dalam kegiatan sehari-
hari, yang baik untuk dimiliki oleh seseorang. Etika keutamaan ini menekankan pada
ethics of doing. Etika keutamaan adalah teori filsafat yang menjawab pertanyaan “kita
harus menjadi orang yang bagaimana?”
2. Etika Deontologi
Istilah ”deontologi” berasal dari kata Yunani deon, yang berarti kewajiban, dan
logos berarti ilmu atau teori. Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan
dengan kewajiban moral sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan
atau akibat. Kewajiban moral berhubungan erat dengan kebenaran moral dan
kepatutan. Menurut Immanuel Kant, kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya
sendiri terlepas dari apapun juga. Kemauan baik menjadi kondisi yang mau tidak mau
harus dipenuhi agar manusia dapat bertindak secara baik, sekaligus membenarkan
tindakannya itu.
3. Etika Teleologi
Istilah ”teleologi” berasal dari kata Yunani telos, yang berarti tujuan, dan logos
berarti ilmu atau teori. Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi menjawab
pertanyaan bagaimana bertindak dalam situasi konkret tertentu dengan melihat tujuan
atau akibat dari suatu tindakan. Dengan kata lain, etika teleologi menilai baik-buruk
suatu tindakan berdasarkan tujuan atau akibat dari tindakan tersebut. Suatu tindakan
dinilai baik kalau bertujuan baik dan mendatangkan akibat baik. Etika teleologi lebih
bersifat situasional dan subyektif. Kita bisa bertindak berbeda dalam situasi yang lain
tergantung dari penilaian kita tentang akibat dari tindakan tersebut. Demikian pula,
suatu tindakan yang jelas-jelas bertentangan dengan norma dan nilai moral bisa
dibenarkan oleh etika teleologi hanya karena tindakan itu membawa akibat yang baik.

Pancasila adalah pengantar falsafah bangsa Indonesia yang menjadi pedoman kaidah
petunjuk perilaku yang baik dan pemersatu pengetahuan hidup bangsa Indonesia. Etika
Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk mengatur
perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Etika Pancasila
itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika kebajikan, meskipun corak
kedua mainstream yang lain, deontologis dan teleologis termuat pula di dalamnya. Namun,
etika keutamaan lebih dominan karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh,
yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan.
Pada etika Pancasila tercantum nilai-nilai penting di dalamnya seperti ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan dan kerakyatan, serta keadilan. Pancasila sebagai sistem etika
mampu terbentuk jika pemerintah serta masyarakat bisa melaksanakan nilai serta sila yang
terdapat pada Pancasila dengan mementingkan asas kesamarataan warga negara.
C. Nilai - Nilai Etika Pancasila sebagai Solusi Problem Bangsa
Sila pertama yaitu manusia yang percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan kepercayaan mereka berdasarkan manusia yang adil dan beradab. Nilai ini
dapat diterapkan untuk menyelesaikan salah satu problem bangsa yaitu korupsi.
Mempercayai Tuhan seharusnya menuntun kita melakukan mana yang baik dan mana yang
buruk. Sehingga meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
kepercayaan kita masing-masing akan mengurangi tindak korupsi yang akan merugikan
bangsa,
Nilai sila kedua salah satunya adalah tidak semena-mena terhadap orang lain.
Penerapan nilai ini sebagai solusi problem bangsa, korupsi, adalah kesadaran para pemilik
kekuasaan untuk tidak semena-mena memakan hak rakyat. Uang yang dikorupsi oleh para
pejabat ini akan menghambat pemerataan kesejahteraan rakyat. Hal ini akan menyebabkan
berkurangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Kesadaran para pejabat untuk tidak
melakukan korupsi akan sangat penting untuk meratakan kesejahteraan rakyat.
Pada sila ketiga menyimpan makna bahwasannya semua penduduk yang mendiami
seluruh pulau yang terdapat di indonesia ini adalah saudara, tidak ada pembeda antara suku
satu dengan yang lain, ras, serta adat istiadat atau kebudayaan sesama suku. Pada sila ini
dapat diterapkan untuk menuntaskan salah satu masalah bangsa yaitu korupsi. Sila ini
dapat menjadi sebuah peringatan bahwasanya seluruh penduduk di indonesia ini berhak
merasakan kemerdekaan jika para pemerintah melakukan korupsi yang menjadi dampak
bagi warga negara maka akan timbul lah kalangan menengah ke atas serta kalangan
menengah ke bawah hal ini dapat memicu terjadinya perbedaan antara satu sama lain
Pada sila ke empat menyimpan makna bahwasanya jika ingin mengambil setiap
keputusan harus disertai dengan musyawara untuk mufakat, tidak hanya mementingkan
diri sendiri dan segelintir golongan saja. Nilai ini dapat diimplementasikan untuk
mengatasi salah satu permasalahan bangsa yaitu masalah perkorupsian. Seperti yang
tersimpan pada makna sila ke empat untuk tidak mementingkan diri sendiri dan segelintir
golongan saja. Kekayaan serta hak hak masyarakat indonesia dipercayakan kepada
pemerintah untuk dikelola bukan untuk dimiliki dan dirasakan sendiri ataupun dengan
golongan nya saja permasalahan korupsi ini berdampak kepada kesejahteraan masyarakat.
Nilai sila kelima bermakna bahwa seluruh penduduk Indonesia berhak untuk
mendapatkan kehidupan yang layak seperti yang ada dalam amanat UUD 1945, yang
berarti menghargai hak-hak orang lain dan bersikap adil kepada sesama. Implementasi
nilai sila kelima ini sangat diperlukan, khususnya terhadap para pejabat pemerintah.
Tindakan korupsi sangat merugikan, hal ini juga menyebabkan kesenjangan sosial,
pembangunan untuk kepentingan umum juga tidak akan segera selesai dikarenakan adanya
korupsi. Dalam hal tersebut rakyat tentunya merasakan ketidak adilan. Pemerintah
diharapkan mengimplementasikan nilai sila kelima ini dengan cara seperti mementingkan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan bersikap seadil-adilnya terhadap
seluruh rakyat Indonesia, agar dapat menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
Indonesia.
Dalam sistem pemerintahan yang ada di dunia ini pasti tidak luput dari berbagai
macam penyelewengan, baik itu dilakukan dengan sengaja maupun tidak. Salah satu
penyelewengan yang seringkali terjadi di Indonesia dan sekarang ini masih merajalela
yaitu korupsi, tindakan ini bukan hanya melanggar aturan negara tetapi sudah melanggar
ideologi dan prinsip Pancasila. Korupsi dapat dicegah dengan upaya preventif yaitu
dengan meminimalisir, mengatasi, dan mencegah penyebab dari korupsi itu sendiri. Nilai-
nilai yang terdapat dalam Pancasila harus benar-benar diimplementasikan oleh berbagai
aspek mulai dari ruang lingkup yang kecil seperti keluarga, masyarakat, dan ruang lingkup
yang besar yaitu negara dan pemerintah serta institusi pendidikan. Apabila semua aspek
berupaya semaksimal mungkin untuk memberantas tindakan korupsi di Indonesia
diharapkan tindakan korupsi ini tidak terjadi lagi di masa depan dan perlu diadakan suatu
apresiasi baik secara personal maupun apresiasi terhadap lembaga yang sudah berupaya
dalam pemberantasan korupsi agar dapat dijadikan sebagai teladan bagi rakyat Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN
Etika, etiket maupun moral sangat penting untuk dimiliki oleh setiap diri sebagai warga
negara. Indonesia adalah negara berlandaskan yang Pancasila, tentu norma-norma dan nilai
moral amat diperlukan di setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada beberapa jenis
aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat seperti etika keutamaan, etika deontologi, dan
etika teleologi. Etika tersebut bisa dijadikan acuan hidup, agar menjadi manusia yang bermoral
serta tertib teratur dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagai warga negara Indonesia kita
memiliki etika Pancasila yang digunakan untuk pedoman kaidah petunjuk perilaku yang baik
dan pemersatu pengetahuan hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila sebagai Etika harus
benar-benar diimplementasikan dalam berbagai aspek dalam kehidupan mulai dari keluarga
hingga institusi negara. Apabila diimplementasikan dengan baik, Pancasila adakan dapat
menjadi solusi dari berbagai problem bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Anggun, Dhamma. Etika, Etiket, dan Moral. Etika Buddhis. Diakses dari
https://www.academia.edu/35246544/Etika_Etiket_dan_Moral_docx
Djamil, M. Nasir. Djafar, Massa. (2016). Etika Publik Pejabat Negara dalam Penyelenggaraan
Pemerintah yang Bersih. Sekolah Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Nasional.
Gufron, Iffan Ahmad. (2016). Menjadi Manusia Baik Dalam Perspektif Etika Keutamaan.
Mahasiswa Doktoral Ilmu Filsafat UGM Yogyakarta. 10.24235/jy.v2i1.909.
Irawan, Iwan. (2020). Sila-sila Pancasila Terhadap Tindakan Korupsi. Diakses melalui
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/sila-sila-pancasila-terhadap-tindakan-
korupsi/
Putri, Fannian Sulistiani dan Dewi, Dinie Angraeni. (2021). Implementasi Pancasila Sebagai
Sistem Etika. Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru.
Ratnawati, Tina dan Keraf, A. Sonny. (2014). Etika Lingkungan. Jakarta: Universitas Terbuka
Press.
Susilawati. (2020). Pancasila Sebagai Solusi Problem Bangsa. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi. 20. 626. 10.33087/jiubj.v20i2.942.
Tim Penyusun. (2016). Pendidikan Pancasila. Jakarta. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia.
Utami, Arwina. (2022). Etika dan Moral. Diakses melalui https://www.pintarnesia.com/etika-
dan-moral/

Anda mungkin juga menyukai