Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ETIKA PROFESI HUKUM

DISUSUN OLEH :

DEBBY CINTHIA (191084012)


REZA DWIKI (191083034)
RIFKI NUR FAJAR (191083033)
M. KURNIADJI (191083035)
SEMMY F.H. (191083036)
MIRZA (191084007)
YUDI PRIONO (201084014)
DARRLE LEONDA A.W.M (201084009)
ABDUL ROFIK (191083054)
SRI WAHYUNI(191083097)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL SURYADHARMA


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Etika Profesi
Hukum”

Penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Niru Anita Sianaga
dalam mata kuliah Etika Profesi Hukum semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman teman yang tetap semangat kuliah online
dalam masa pandemi ini dan tetap saling membantu dalam berbagi informasi tentang
perkuliahan sehingga dapat membantu menyelesaikan tugas ini dengan baik. Meskipun
dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan, kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami pribadi maupun bagi pembaca.

Kritik dan saran yang membangun kami harap dapat diberikan agar dapat memperbaiki
makalah kedepannya. Demikian makalah ini kami buat, kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 15 Januari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan di bidang hukum harus dilakukan secara profesional dan memiliki kredibilitas
yang tinggi sesuai dengan profesi masing-masing. Para profesional hukum harus memiliki
wawasan dan pengetahuan hukum yang mumpuni. Profesional hukum yang tidak memiliki
pengetahuan dan wawasan yang memadai akan mengakibatkan pelayanan di bidang hukum
akan menjadi tidak sesuai dengan hukum itu sendiri, dengan demikian bukanlah keadilan
yang digapai melainkan ketidakadilan.

Seorang professional tentu saja memiliki kode etik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik
profesi dapat dijadikan pedoman untuk memberdayakan, kemahiran, spesifikasi atau
keahlian yang sudah dikuasai oleh pengemban profesi. Dengan kode etik, pengemban profesi
dituntut meningkatkan karier atau prestasi-prestasinya. Kalau itu merupakan kode etik
profesi hukum, maka pengemban profesi hukum dituntut menyelaraskan tugas-tugasnya
secara benar dan bermoral. Kode etik menjadi terasa lebih penting lagi kehadirannya ketika
tantangan yang menghadang profesi hukum makin berat dan kompleks, khususnya ketika
berhadapan dengan tantangan yang bersumber dari komunitas elit kekuasaan. sikap elit
kekuasaan terkadang bukan hanya tidak menghiraukan norma moral dan yuridis, tetapi juga
mempermainkannya.

Hal itu bertentangan dengan keberadaan profesional hukum itu sebagai alat untuk mencapai
keadilan. Agar tercapainya keadilan maka seorang professional hukum dalam menjalankan
aktivitas, berpolitik baik dalam lingkup mikro maupun makro harus selalu berlandaskan
nilai-nilai etika. Dengan diterapkannya etika dalam seluruh sektor kehidupan manusia baik
mikro maupun makro diharapakan dapat terwujud pengendalian, pengawasan dan
penyesuaian sesuai dengan panduan etika yang wajib dipijaki, terjadinya tertib kehidupan
bermasyarakat, dapat ditegakan nilai-nilai dan advokasi kemanusiaan, kejujuran,
keterbukaan dan keadilan, dapat menghindari terjadinya free fight competition dan abuse
competition.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika serta tujuan dan fungsi etika?
2. Apa yang dimaksud dengan moralitas?
3. Apa yang dimaksud filsafat?
4. Apa yang dimaksud profesi hukum?
5. Apa yang dimaksud dengan kode etik profesi hukum?
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi definisi, tujuan dan fungsi etika
2. Mengidentifikasi definisi moralitas
3. Mengidentifikasi definisi filsafat
4. Mengidentifikasi definisi profesi hukum
5. Mengidentifikasi kode etik profesi hukum
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Etika
1. Definisi Etika
Etika berasal daribahasa Yunani ethos dengan bentuk jamaknya yakni (ta etha),yang
berarti kebiasaan. Etika sering dipadankan dan dikenal dengan kata “moral” atau
“moralitas” yang berasal dari bahasa latin, yaitu mos dengan bentuk jamaknya yakni
(mores), di mana artinya juga sama yakni kebiasaan. Sumaryono (1995) mengemukakan
makna dari etika, menurut beliau etika berasal dari bahasa Yunani yakni Ethos yang
memiliki arti yakni adat istiadat yang baik.

2. Fungsi Etika
Etika berfungsi sebagai pedoman dalam bertingkah laku, menjadi batasan-batasan
atas suatu perbuatan yang fungsinya adalah menciptakan suatu ketentraman bagi para
individu selaku unsur terkecil dalam masyarakat. Ketentraman tercipta jika dalam suatu
kelompok terlebih dahulu berhasil mencapai tujuan dari mempelajari etika itu sendiri
agar individu dapat semaksimal mungkin mengusahakan terciptanya keadilan. Apabila
keadilan dapat tercapai maka tiap-tiap individu tidak akan merasakan suatu hal yang
dapat menganggu kehidupannya, sehinga tercipta kehidupan yang harmonis, damai,
teratur, tertib dan sejahtera.

3. Tujuan Etika
Sedangkan tujuan dari etika adalah untuk mendapatkan konsep mengenai penilaian
baik buruk manusia sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Pengertian baik yaitu
segala perbuatan yang baik, sedangkan pengertian buruk yaitu segala perbuatan yang
tercela. Tolak ukur yang menjadikan norma-norma yang berlaku sebagai pedoman tidak
terlepas dari hakikat dari keberadaan norma-norma itu sendiri, yakni untuk
mencipatakan suatu ketertiban dan keteraturan dalam berpolah tindak laku seseorang
dalam bermasyarakat.
B. Moralitas
De Vos menyatakan bahwa moral adalah keseluruhan aturan, kaidah, atau hukum
yang berbentuk perintah dan larangan, yang mengatur perilaku manusia dan masyarakat di
mana manusia itu berada. Bertens sebgaimana dijabarkan dalam bab sebelumnya
mengatakan bahwa moral dekat dengan kata “etika”. Kata moral berasal dari bahasa latin
mos, dengan bentuk jamaknya yaitu mores yang dapat diartikan sebagai adat kebiasaan.
Disimpulkan bahwa moralitas adalah suatu sikap batin atau kondisi yang sadar penuh akan
moral. Sikap batin, yang dipenuhi dengan ide-ide tentang moral akan menciptakan manusia
yang memiliki moralitas. Dapat diibaratkan, moral adalah kedelai dan moralitas adalah
sebuah tahu. Moral dan moralitas tidaklah sama, akan tetapi moral lah yang menciptakan
moralitas (Aprita, 2019).

C. Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophia” dari kata “philos” artinya cinta
dan “Sophia” artinya pengetahuan yang bijaksana. Kemunculan filsafat pada abad ke 5 SM
merupakan pendobrakan terhadap jaman mitos pada masa itu. Terjadi revolusi pemikiran
terhadap dominasi jaman mitos atas klaim kebenaran. Masa ini merupakan masa penting
dimana akal mulai digunakan dalam upaya mencari kebenaran, akal sebagai sarana mencari
kebenaran, akal sebagai sumber kebenaran. Sejarah pemikiran memasuki jaman baru yaitu
jamam Logos. Filsafat dikatakan sebagai mother of science. Dalam perkembangannya
filsafat melahirkan cabang-cabang ilmu, yang berkembang menjadi ranting-ranting ilmu,
sub-ranting ilmu. Dalam perkembangannya ilmu menjadi semakin spesifik dan teknis yang
bergerak sendiri-sendiri yang tidak saling menyapa.
Dalam perkembangannya banyak sekali permasalahan mendasar muncul yang
menyebabkan ilmu semakin jauh dari hakekatnya. Filsafat mempunyai dua pengertian:
Pertama filsafat sebagai produk: mengandung arti filsafat sebagai jenis ilmu pengetahuan,
konsep-konsep, teori, sistem aliran yang nerupakan hasil proses berfilsafat. Ke dua filsafat
sebagai suatu proses, dalam hal ini filsafat diartikan sebagai bentuk aktivitas berfilsafat
sebagai proses pemecahan masalah dengan menggunakan cara dan metode tertentu. (Kaelan:
6-7) Sebagai sebuah ilmu Filsafat adalah ilmu pengetahuan dengan objek material adalah:
yang “Ada” mencakup manusia, alam,Tuhan (anthropos, cosmos, Theos) beserta
problematika di dalamnya, sedangkan objek formal filsafat adalah menelaah objek
materialnya secara mendalam sampai ditemukan hakekat/intisari permasalahan. Tidak
semua kegiatan berpikir itu adalah suatu aktivitas berfilsafat. Kegiatan berpikir secara
kefilsafatan (dalam arti sebagai) ilmu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: KritisRadikal-
Konseptual-Koheren-RasionalSpekulatif-Sistematis-Komprehensif-Bebas Universal Di
samping filsafat telah berkembang menjadi ilmu-ilmu khusus, di dalam filsafat sendiri
mempunyai cabangcabang yang terus berkembang sesuaia dengan perkembangan
permasalahan yang dihadapi. Cabang filsafat yang pokok adalah: Ontologi-Epistemologi-
Metodologi- 81 Logika-Etika-Estetika. Cabang-Cabang filsafat ini merupakan lingkaran
pertama, selanjutnya masih adal lingkaran ke dua seperti: filsafat sosial, filsafat politik,
filsafat kukum, filsafat ekonomi, filsafat agama, dan lingkaran ke tiga seperti: filsafat ilmu,
filsafat kebudayaan, filsafat bahasa, filsafat lingkungan.

D. Profesi Hukum
Profesi hukum merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara professional dan
berkaitan dengan hukum. Di mana dalam mendapatkan izin untuk menjalankan profesi
hukum haruslah menempuh pendidikan khusus sesuai dengan jurusan atau konsentrasi
profesi hukum yang diminati, karena dalam profesi hukum sendiri terdapat beberapa macam
pekerjaan. Seseorang dapat menjalankan profesi hukum sebagai seorang pengacara apabila
telah menempuh Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) diatur dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, telah lulus Ujian Profesi Advokat
(UPA) yang diselenggarakan oleh organisasi advokat dalam hal ini adalah Peradi
(Perhimpunan Advokat Indonesia), tahap berikutnya yakni melaksanakan kegiatan magang
di kantor advokat minimal dua tahun secara berturut-turut terdapat dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf g UU Advokat, dan dalam Pasal 4 ayat (1),(2), dan (3) UU advokat syarat terakhir
adalah melakukan sumpah advokat di Pengadilan Tinggi Negeri di wilayah domisili
hukumnya dengan usia minimal 25 tahun (Pasal 3 ayat (1) huruf d UU Advokat).

E. Kode Etik Profesi Hukum


Kode etik profesi adalah norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi,
yang mengarahkan dan memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya
berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Kode etik
profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran
etis atas suatu profesi. Kode etik profesi adalah rumusan norma moral manusia yang
mengemban profesi dan menjadi tolak ukur perbuatan anggota kelompok profesi. Kode etik
profesi merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggota. Kode etik
memiliki fungsi sebagai acuan kontrol moral atau semacam pengawasan perilaku pelaku
profesi Sebagai penuntun terbentuknya integritas moral yang kuat dikalangan pengemban
profesi, Menjadi acuan supaya anggota profesi tetap bermartabat dalam profesinya. Kode
etik profesi penting sebagai sarana kontrol sosial. Kode etik memberikan semacam kriteria
bagi anggota kelompok profesi membantu pelaku profesi dalam menentukan apa yang harus
mereka perbuat kalau menghadapi permasalahan dalam pekerjaannya

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik profesi hukum merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi
anggota. Kode etik memiliki fungsi sebagai acuan kontrol moral atau semacam pengawasan
perilaku pelaku profesi hukum. Sebagai penuntun terbentuknya integritas moral yang kuat
dikalangan pengemban profesi hukum.
Kode Etik Profesi memuat Etika yang merupakan kebiasaan, pedoman dalam
bertingkah laku, menjadi batasan-batasan atas suatu perbuatan dan Moralitas yang
merupakan aturan berbentuk perintah dan larangan, yang mengatur perilaku manusia dan
masyarakat di mana manusia itu berada. Etika dan Moralitas yang ada dalam Kode Etik
Profesi mengatur, mengarahkan dan memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana
seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai