Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak adalah amanah dari Allah SWT yang Dia berikan kepada siapa yang

dikehendaki-Nya sesuai dengan ketentuan dan kebijakan-Nya. Amanah ini senantiasa

memerlukan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan dasar-dasar yang benar.

Oleh karena itu, setiap orang tua harus mengetahui bagaimana cara memberikan

pendidikan kepada anak-anak yang merupakan amanah dari Allah SWT itu.

Masa Usia Dini disebut juga sebagai golden age atau masa keemasan. Pada

masa keemasan tersebut, anak mulai peka atau sensitif terhadap berbagai rangsangan

dan sangat menyukai buku cerita dengan gambar-gambar yang menarik. Usia dini

juga dikenal sebagai masa awal, dan mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat dalam bidang fisik motorik, sosio emosional, kognitif, bahasa, agama, dan

moral (Hartati 2005:11)

Pada usia golden age, anak harus diberikan informasi yang mudah untuk

dicerna dan mudah untuk proses oleh anak, seperti buku cerita bergambar. Menurut

Ifatun Fauziah (2020) pendidikan bagi anak usia dini adalah menggali pengalaman -

pengalaman langsung yang dialami oleh anak melalui pengoptimalan panca

inderanya. Anak dapat belajar melalui apa yang dilihat, didengar dan dirasakan, lalu

mereka meraba, mempelajari serta membuat kesimpulan akhir tentang pengamatan

mereka masing-masing.
Bahasa merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan dalam

pendidikan anak usia dini, diarahkan agar anak mampu menggunakan dan

mengekspresikan pemikirannya dengan menggunakan kata-kata yang tepat.

Pengembangan bahasa pada anak usia dini lebih pada urutan mendengar, berbicara

kemudian baru ke tahapan membaca dan menulis.

Menurut Laili Fitria (2015) salah satu media pembelajaran yang sesuai untuk

anak usia dini adalah media buku cerita bergambar. Melalui metode bercerita dengan

menggunakan buku cerita bergambar diharapkan mampu meningkatkan kemampuan

komunikasi verbal anak untuk bertanya, mengungkapkan pendapat, meningkatkan

kemampuan mendengar dalam menyimak isi cerita. Mengasah logika berpikir dan

rasa ingin tahun dalam menebak akhir cerita. Menanamkan minat baca anak untuk

menyukai buku, menambah wawasan dan mengembangan imajinasi guna

menumbuhkan kreativitas dan ide.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik membahas permasalahan

tersebut dalam karya tulis ilmiah berjudul “Peran Buku Cerita Bergambar Terhadap

Kemampuan Berbicara Anak”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat dipaparkan sesuai dengan latar belakang yang

telah dijelaskan adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan buku cerita bergambar?

2. Apa yang dimaksud dengan berbicara?


3. Bagaimana peran buku cerita bergambar terhadap kemampuan berbcara anak?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan karya ini untuk

mengungkapkan tentang :.

1. Mengetahui pengertian dari buku cerita bergambar.

2. Mengetahui pengertian dari berbicara.

3. Mengetahui peran buku cerita bergambar terhadap kemampuan berbicara

anak.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan penulis adalah metode Deskriptif, yaitu

suatu mode yang menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat menegenai

fakta – fakta yang diselidiki (Pedoman Karya Tulis Ilmiah, hlmn 9)

Teknik penulisan yang digunakan dalam membuat karangan ilmiah ini adalah

teknik bibliografi atau teknik telaah pustaka. Telaah pustaka merupakan kajian kritis

atas pembahasan suatu topik yang sudah ditulis 4 oleh para peneliti atau Ilmuan yang

diakui kepakaran dalam bidangnya, yang meliputi berbagai sumber pustaka yang

membahas satu topik/masalah penelitian yang spesifik (Pedoman Karya Tulis Ilmiah,

hlm 9).

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan karya ilmiah secara garis besar sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, serta tujuan.

Bab II : Landasan Teoritis, menguraikan tentang, pengertian buku cerita

bergambar, pengertian berbicara, pengertian anak.

Bab III : Pembahasan, menguraikan tentang peran buku cerita bergambar

terhadap kemampuan berbicara anak.

Bab IV : Penutup, menguraikan tentang kesimpulan dan saran/rekomendasi.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar

“Buku cerita bergambar adalah buku bacaan cerita yang menampilkan teks

narasi secara verbal dan disertai gambar – gambar ilustrasi.” Nurgiyantoro (2005).

Lukens (2003) mengatakan “ilustrasi cerita dan gambar merupakan dua media yang

berbeda, tetapi dalam buku cerita keduanya secara bersama membentuk perpaduan.”

Micthel (dalam Paul C. Adam 2014) mengatakan “buku cerita bergambar adalah

buku yang menyampaikan cerita bergambar dan teks dan keduanya saling menjalin.”

Eka Mei dan Enny Zubaedah (2019) mengatakan bahwa “buku cerita

bergambar adalah cerita berbentuk buku, terdapat gambar sebagai perwakilan cerita

yang saling berkaitan dan juga terdapat tulisan yang dapat mewakili cerita yang

ditampilkan oleh gambarnya. Melalui media gambar dapat memperkuat daya ingat

serta mempermudah pemahaman dalam memahami isi cerita.” Pemaparan tersebut,

didukung oleh Toha-sarumpaet (dalam Eka Mei dan Enny Zubaedah, 2019) yang

menjelaskan bahwa “buku cerita bergambar adalah buku yang menyuguhkan cerita

dengan menggunakan gambar.” Secara teoretis buku cerita bergambar merupakan

buku yang berisi gambar dan kata-kata, namun gambar dan kata-kata tidak berdiri

sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung menjadi satu kesatuan cerita.


Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa, Buku cerita

bergambar adalah sebuah cerita berbentuk buku yang menampilkan teks secara narasi

yang disertai dengan gambar ilustrasi, dikatakan juga Menurut McElmeel (2002),

bahwa buku cerita bergambar memiliki 6 karakteristik yaitu :

1) Fiksi

Buku fiksi adalah buku yang menceritakan cerita khayal, rekaan, atau sesuatu

yang tidak terjadi sungguh – sungguh. Kategori yang termasuk dalam fiksi adalah

cerita hewan, misteri, humor, dan cerita fantasi yang dibuat sesuai imajinasi

penulis.

2) Historis

Buku historis adalah buku yang mendasarkan diri pada suatu fakta atau kenyataan

di masa lalu. Buku ini meliputi kejadian sebenarnya, tempat, atau karakter yang

merupakan bagian dari sejarah.

3) Informasi

Buku informasi adalah buku – buku yang memberikan informasi faktual. Buku

informasi menyampaikan fakta dan data apa adanya, yang berguna untuk

menambah keterampilan, wawasan, dan juga bekal teoritis dalam batas tertentu

bagi anak.

4) Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang mulai

kelahiranya hingga kematianya jika sudah meninggal


5) Cerita rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita atau kisah yang asal mulanya bersumber dari

masyarakat serta tumbuh dan berkembang dalam masyarakat di masa lampau.

6) Kisah nyata

Kisah nyata berfokus pada peristiwa yang sebenarnya dari sebuah situasi atau

peristiwa

2.2 Pengertian Berbicara

Marwoto dan Yant Mujianto (1998) menyatakan bahwa berbicara merupakan

salah satu komunikasi yang mengandalkan kekuatan dan kompetensi berbahasa, kata-

kata, frasa, kalimat, paragraf, dan ujaran, dengan vokal dan penampilan yang

pendukung.

Menurut Suharyanti (1996), berbicara merupakan pemanfaatan sejumlah otot

dan jaringan otot tubuh manusia untuk memberi tanda-tanda yang dapat didengar

(audible) dan dapat dilihat (visible) agar maksud dan tujuan dari gagasan-gagasannya

dapat tersampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa berbicara merupakan pengucapan

bunyi-bunyi yang dipandang dari faktor fisik untuk mengkomunikasikan gagasannya.

Jalongo (dalam Eka Mei dan Enny Zubaedah, 2019) menjelaskan berbicara

adalah ungkapan ekspresi dari bahasa yang dikeluarkan melalui mulut atau secara

lisan. Bicara mengambil peran penting dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Pada

masa kanak-kanak kemampuan bicara anak terus berkembang.


Berdasarkan pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa, berbicara

adalah suatu komunikasi dan ekspresi yang dikeluarkan melalui mulut yang

mengandalkan kemampuan berbahasa dan menggunakan sejumlah otot – otot tubuh

manusia untuk memberi tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan dapat dilihat

(visible) agar maksud dan tujuan dari gagasan-gagasannya dapat tersampaikan.

2.2 Pengertian Anak

Anak adalah seseorang yang berada pada usia 0-8 tahun. anak usia dini adalah

anak yang berusia antara 3-6 tahun, suyadi (dalam artika, 2018) Abu Huraerah (2018)

menyatakan bahwa “anak adalah tunas, potensi, dan generasi penerus cita-cita

bangsa. Anak memiliki peran strategis dalam menjamin eksistensi bangsa dan negara

di masa mendatang.” Hartati (2005) menyebutkan bahwa “masa usia dini disebut

juga sebagai golden age atau masa keemasan.”

Menurut UU 23 Pasal 1 2002 tentang Perlindungan Anak, “anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan.” Pasal 330 KUHPerdata memberikan pengertian “anak adalah orang

yang belum dewasa dan seseorang yang belum mencapai usia batas legitimasi hukum

sebagai subjek hukum atau layaknya subjek hukum nasional yang ditentukan oleh

perundang-undangan perdata.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “anak diartikan dengan manusia

yang masih kecil, yaitu yang baru berumur 6 tahun. Menurut kesepakatan UNESCO

anak usia dini adalah anak yang rentan pada usia 0-8 tahun. Sedangkan menurut
UNICEF Pasal 1 tentang Konvensi Hak Anak : Versi anak dikatakan bahwa “anak

adalah semua orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali ditentukan lain oleh

hukum suatu negara.”

Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa, anak adalah

seseorang yang berada dalam usia golden age atau masa keemasan juga seseorang

yang memiliki kepekaan tinggi, tunas, potensi dan juga jiwa penerus bangsa, yang

umurnya masih dibawah 18 tahun, belum dewasa dan seseorang yang belum

mencapai usia batas legitimasi hukum.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Peran Buku Cerita Bergambar Terhadap Kemampuan Berbicara Anak

Kemauan serta kemampuan seseorang dalam membaca akan mempengaruhi

pengetahuan serta keterampilan seseorang. Dengan banyak membaca, dapat

dipastikan orang tersebut akan memiliki banyak pengetahuan serta keterampilan yang

akan membantu dirinya sendiri dalam melakukan banyak hal yang sebelumnya tidak

ia kuasai, sehingga orang yang banyak membaca akan memiliki kualitas melebihi

orang yang tidak menaruh minat pada kegiatan membaca (Azmi, Ala, Kayla, 2021)

Pada hakikatnya, bahasa merupakan keterampilan yang memegang peranan

yang sangat penting dalam kehidupan anak, sebab melalui bahasa anak dapat

berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, dan mengungkapkan gagasan atau

pikirannya kepada orang lain. Bahasa juga memberikan pengaruh yang besar dalam

perkembangan anak. Dengan bahasa anak akan tumbuh dan berkembang menjadi

manusia dewasa yang mampu bergaul di tengah-tengah masyarakat.

Saat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, anak akan

mendapatkan banyak sekali kosa kata, sekaligus juga mengekspresikan dirinya. Anak

akan belajar bagaimana berpartisipasi dalam suatu percakapan dan menggunakan

bahasanya untuk memecahkan masalah.

Keterampilan berbahasa memiliki empat aspek atau ruang lingkup yaitu

keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap aspek


keterampilan itu berkaitan erat dengan tiga aspek keterampilan lainnya. Keterampilan

berbahasa tersebut diperoleh melalui suatu hubungan yang teratur, yaitu pada masa

kecil anak belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar

membaca dan menulis.

Kelancaran berbicara harus diupayakan sejak dini, karena dengan lancarnya

berbicara anak dapat menjaga kondisi berhubungan dengan orang lain baik di

lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat. Dengan demikian

anak diharuskan untuk menguasai keterampilan berbicara sejak dini.

Penggunaan buku cerita bergambar merupakan pilihan yang tepat bagi anak.

Buku bergambar merupakan buku pertama yang dimiliki oleh anak dalam

mengembangkan dan mengeksplorasi dunianya. Buku cerita bergambar adalah cerita

yang didalamnya terdapat kata dan gambar, buku cerita bergambar terdiri dari gambar

dan teks yang saling berkaitan. Keduanya saling melengkapi agar dapat

menggambarkan sebuah cerita.

Buku cerita bergambar merupakan tipe buku yang pertama dipilih oleh

kebanyakan orang dewasa untuk dibaca bersama anak-anak, buku cerita bergambar

merupakan buku yang dapat digunakan bagi anak. Buku ini dapat dijadikan sebagai

salah satu media perkembangan kemampuan bahasa anak.

Gambar memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah bersifat konkrit,

artinya gambar tersebut dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak

menjadi lebih realistis. Menurut Edgar Dale (dalam Elvin Novita, 2019) gambar

dapat mengubah tahap - tahap pengajaran, dari lambang kata verbal symbolis atau
penyampaian melalui kata, beralih kepada tahapan yang lebih konkret yaitu lambang

visual symbolis atau penyampaian informasi dengan penggunaan media

penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan.

Reed et al. (dalam Eka Mei, Enny Zubaedah, 2019) menjelaskan bercerita

melalui buku cerita bergambar dalam kelompok teman sebaya dapat menstimulasi

penalaran bagi anak usia 4,5 sampai 6 tahun. Gambar dalam buku cerita akan lebih

efektif bagi anak dalam memahami cerita dibandingkan dengan cerita yang hanya

berisi teks saja.

Lukens (2003) memaparkan bahwa gambar membuat anak memahami isi

dalam satu kali melihat, berbeda dengan tulisan yang perlu dipahami sedikit demi

sedikit. Melalui gambar, anak akan diajak atau dituntun untung menghubungkan apa

yang dibaca dengan ilustrasi yang ada dalam buku. Gambar dapat menciptakan

sebuah suasana jiwa melalui latar gambar atau membuat anak lebih mendalami

tentang tokoh dengan melihat rona wajah dan pakainnya. Anak bisa melihat warna

pakaian, bentuk wajah tokoh, suasana cerita dan sebagainya dengan bantuan ilustrasi

cerita.

Buku cerita memberikan kesempatan pada anak dalam menambah kosakata

sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan bahasanya. Machado (dalam Eka

Mei, Enny Zubaedah, 2019) menjelaskan bahwa seseorang memahami bahwasanya

waktu berdiskusi, melalui buku dapat membantu guru agar membangun kosakata,

kesadaran phonologi, dan mengembangkan pengenalan huruf, membacakan buku

cerita bersama-sama dapat memberikan intervensi dalam pengembangan kosakata.


Saat membaca buku cerita bergambar anak akan mengenali satu demi satu

kosakata yang berada dalam buku cerita tersebut, pada dasarnya anak memilik sikap

imitatif atau bersifat suka meniru. Sesuai dengan buku yang diterjemahkan oleh al –

Gazira (2001) hasil karangan dari M. Sa’id Mursy, dikatakan bahwa karakteristik

anak diantaranya adalah selalu ingin meniru apa yang ia lihat maupun dengar, dalam

kegiatan bercerita anak akan melihat kosa kata baru atau mendengar dari yang

membacakan, dengan itulah keterampilan berbicara anak diasah, ia akan meniru

kosakata yang tertera dalam buku cerita bergambar, dan bahkan sebagian dari mereka

ada yang menceritakan ulang cerita tersebut.

Dalam buku yang ditulis oleh Nur Aini, Syarif, Abdul (2018) mengatakan

bahwa waktu untuk bercerita dapat dilakukan kapan saja karena bercerita mampu

membawa manfaat atau nilai positif bagi anak terutama dalam keterampilan

berbicara, bercerita dapat dilakukan ketika dalam perjalanan orang tua ke kantor

sekaligus mengantar anak ke sekolah dengan suara yang kencang juga ekspresif, hal

tersebut dapat membantu anak untuk berbicara didepan umum, Jadi waktu bercerita

sebenarnya sangat fleksibel karena dapat dilakukan pada pagi, siang, sore, atau

malam hari, dengan syarat orang tua mampu menyiasati kapan waktu yang tepat

untuk bercerita kepada anaknya.

Namun yang terpenting dalam bercerita bukanlah kapan waktu yang tepat

untuk bercerita tetapi kualitas dan kuantitas. Kusumo Priyono (dalam Nur Aini,

Syarif, Abdul, 2018) mengungkapkan bahwa durasi bercerita dapat disesuaikan

dengan usia anak, untuk usia 1—4 tahun durasi bercerita efektif yang diberikan
adalah 5 sampai 7 menit, Usia 4—8 tahun berdurasi 10 sampai 5 menit, dan untuk

usia 8—12 tahun berdurasi 25 sampai 30 menit.

Untuk metode baca yang bisa gunakan adalah metode variatif dan kreatif

karena lebih efektif dan disukai oleh anak-anak untuk mengajarkan pendidikan

karakter. Seperti pada umumnya anak adalah seseorang yang masih dalam usia

golden age yang bahkan tidak bisa diam. Selalu bergerak dalam belajar dan

menemukan hal-hal baru di lingkungan mainnya. Oleh karena itu sebagai orang tua

harus jeli dalam menemukan ide-ide agar anak dapat fokus saat kegiatan bercerita,

seperti mengencangkan suara, membuat ekspresi yang menarik, membuat seolah-

olah ia berada didalam cerita tersebut, hal ini juga dapat membantu anak dalam

berbiraca ataupun komunikasi dengan yang lain.

Berdasarkan hasil survei yang telah Elvin Novita, dkk (2019) lakukan di

Taman Kanak-kanak pembelajaran pada umumnya masih bersifat konvensional guru

menulis di papan tulis atau dengan menggunakan ceramah saja, guru jarang

menggunakan media pembelajaran yang biasanya sangat disukai anak dalam kegiatan

pembelajaran, sehingga anak terlihat bosan, tidak memperhatikan, sibuk sendiri dan

pada akhirnya guru banyak mendominasi pembicaraan.

Kondisi seperti ini dapat menjadi salah satu penyebab keterampilan berbicara

anak kurang berkembang yang dapat dilihat dari :

1) Anak masih sering salah mengucapkan kata-kata seperti perkataan “ini

pensil siapa” anak mengucapkan “pensil ini siapa”, kata “bola besar” diucapkan

“besar bola”, 2) Mayoritas anak belum dapat menceritakan apa yang dilakukannya
pada waktu pagi hari sebelum berangkat sekolah dengan sederhana, 3) Masih banyak

anak yang belum dapat bertanya dengan benar misalnya “bu sapunya mana?” yang

seharusnya “bu dimana sapunya?”, 4) Masih banyak anak yang salah belum dapat

membedakan kata-kata “tadi, kemarin, dulu dan sekarang”.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Artika (2018) ia melakukan

observasi pada PAUD Witri 1 Bengkulu, pada penelitian yang ia lakukan, ia telah

membagi subjek menjadi dua kelas, yakni kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas

kontrol diberikan pembelajaran yang menggunakan permainan seperti biasanya, yakni

dengan metode bercerirta tanpa menggunakan media, metode ceramah dan

permainan. Sedangkan pada kelas eksperimen anak di ajak untuk bermain dan belajar

dengan menggunakan media cerita bergambar, yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan perkembangan bahasa pada anak. Selanjutnya pada metode belajar yang

diberikan juga berbeda, pada kelas kontrol diberikan pembelajaran tanpa

menggunakan media cerita gambar, hanya metode bercerita saja, metode ceramah dan

bermain, sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan media cerita gambar.

Perkembangan bahasa yang berbeda ditunjukan ketika membandingkan antara

perlakuan kelompok anak yang menggunakan media cerita bergambar pada anak

terhadap perkembangan bahasa anak PAUD Witri 1 yang memilki perkembangan

bahasa rendah yang memperoleh pembelajaran dengan media cerita bergambar lebih

baik dibandingkan dengan anak yang memiliki perkembangan bahasa rendah yang

memperoleh pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar. Dengan

demikian secara keseluruhan media cerita bergambar untuk anak pada kegiatan
pembelajaran lebih baik untuk menghasilkan kemampuan perkembangan bahasa

anak.

Mutia Afnida, Fakhriah, Dewi Fitriani pada tahun 2016 juga telah melakukan

observasi pada beberapa PAUD, Pada tiap PAUD yang diteliti, terdapat perbedaan

penggunaan buku cerita bergambar dalam pengembangan bahasa anak yang

dilakukan oleh guru. Diantaranya: pada PAUD pertama, guru melakukan

pengembangan kemampuan bahasa anak dengan cara meminta anak mengulang cerita

menggunakan buku cerita bergambar sehingga minat dan kemampuan bahasa anak

menjadi lebih baik.

Pada PAUD yang kedua, guru hanya terfokus dalam penyampaian isi cerita

bukan terhadap pengembangan kemampuan bahasa anak sehingga minat anak

terhadap buku cerita menjadi berkurang serta mengakibatkan kemampuan bahasa

anak kurang berkembang, Dan terakhir, Guru menggunakan buku cerita bergambar

ketika tidak ada lagi kegiatan pembelajaran dikarenakan sistem pembelajaran terfokus

pada hafalan surah dan doa, hal tersebut berdampak terhadap minat serta kemampuan

bahasa anak yang tidak terarahkan dengan baik. Pada PAUD yang kedua guru hanya

terfokus pada penyampaian isi cerita tanpa memperhatikan anak yang mungkin tidak

mengerti dengan yang dibicarakan oleh guru, apa maksud kosa kata yang disebutkan

oleh guru, hal tersebut akan membuat anak menjadimerasa bosan, cenderung bicara

sendiri dengan temannya, lebih suka mondar-mandir kesana-kesini sehingga kurang

memusatkan perhatian dan kurang mampu memahami materi yang disampaikan guru.

Hal ini disebabkan karena strategi dalam proses pembelajaran yang monoton.
Pada PAUD yang terakhir guru hanya menggunakan buku cerita bergambar

ketika tidak ada lagi kegiatan pembelajaran yang rata – rata di isi dengan kegiatan

hafalan – hafalan, saat pembelajaran selesai anak akan lelah setelah kegiatan seharian

yang ia lakukan, di pikirannya hanya ingin istirahat dan makan, karna itu saat guru

menggunakan buku cerita bergambar saat kegiatan pembelajaran selesai anak tidak

akan fokus pada yang disampaikan apalagi penggunaan bahasa serta kosa kata yang

digunakan.

Menurut Mutia Afnida, Fakhriah, Dewi Fitriani (2016) tingkat kemampuan

bahasa yang dimiliki oleh anak melalui penggunaan buku cerita bergambar dapat

menghasilkan tingkat kemampuan bahasa yang berbeda-beda, yaitu ada yang berada pada

tingkat kemampuan yang ke-3, yang dikategorikan anak dapat mengutarakan

pendapatnya kepada orang lain, dan dapat menyatakan alasan terhadap sesuatu yang

diinginkan atau ketidaksetujuan tanpa keraguan. Dan juga ada yang berada pada tingkat

kemampuan yang ke-2 yang mana anak mampu mengutarakan pendapatnya kepada orang

lain, tetapi kurang mampu dalam menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan

atau ketidaksetujuan.

Elvin Novita, dkk (2019) mengungkapkan hasil peneliatian yang telah

dilakukan, bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita

buku bergambar ini mempunyai kelebihan diantaranya adalah dapat meningkatkan

kepercayaan diri anak (dalam pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita buku

bergambar anak dilatih untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan sederhana, maka

secara tidak langsung akan menambah rasa percaya diri anak), dapat meningkatkan
keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran (dalam kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode bercerita buku bergambar anak diajak untuk bertanya dan

menjawab pertanyaan, dengan demikian anak menjadi aktif dalam kegiatan

pembelajaran) dan dapat meningkatkan perkembangan berbicara anak (dengan

pembelajaran ini anak aktif mengomentari cerita yang disampaikan guru, bertanya dan

menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan sendirinya kemampuan berbicara akan

meningkat juga).

Metode bercerita buku cerita bergambar sangat berperan penting khususnya

bagi anak, dengan diterapkannya pembelajaran dengan metode bercerita buku

bergambar anak yang kemampuannya belum berkembang akan lebih termotivasi

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, meningkatkan kemampuan berbicara anak,

meningkatkan minat dan percaya diri.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan yang penulis kemukakan dalam bab sebelumnya maka penulis

membuat kesimpilan sebagai berikut :

1. Buku cerita bergambar adalah media buku bercerita yang memiliki bahasa

yang ringan, mudah untuk dipahami semua kalangan terkhusunya anak, juga

buku cerita yang memiliki gambar menarik untuk dilihat serta memiliki

banyak warna.

2. Berbicara adalah suatu komunikasi dengan menggunakan otot mulut yang

menggunakan sejumlah bahasa serta ekspresi dengan tujuan gagasan yang

dimaksud tersampaikan.

3. Peran buku cerita bergambar terhadap kemampuan berbicara anak adalah

meningkatkan kemampuan beribicara anak hingga tingkat kemampuan anak

dapat mengutarakan pendapatnya kepada orang lain, dan dapat menyatakan

alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan tanpa keraguan

dalam menyampaikannya, tidak hanya itu buku cerita bergambar juga berperan

dalam kepercayaan diri anak, penggunaan bahasa anak serta penambahan

kosakata, dan juga meningkatkan minat baca yang tinggi pada anak.
4.2 Saran

Berdasar kesimpulan yang telah dikemukakan, penulis juga mengutarakan

saran bagi penelitian selanjutnya dan lembaga :

1. Saran untuk orang tua maupun guru, untuk membiasakan anak

membaca buku cerita bergambar dari sejak usia dini.

2. Saran untuk lembaga untuk memperbanyak bahan literasi sekolah.

Anda mungkin juga menyukai