LANDASAN TEORI
Pengukuran adalah sebuah langkah awal yang bersifat normatif dalam melakukan
suatu perencanaan baik untuk tujuan perbaikan atau peningkatan maupun tujuan
mempunyai makna apabila tidak dijelaskan berapa tingkat produktifitas yang saat
ini telah dicapai oleh masing-masing unit kerja dan bagaimana penilaian
lanjuti secara serius oleh masing-masing kepala unit yang bertanggung jawab.
Tetapi apabila informasi tentang capaian saat ini tidak diberikan maka masing-
masing unit memandang instruksi tersebut lebih bersifat saran. Informasi tentang
capaian produktifitas saat ini hanya dapat diperoleh melalui kegiatan pengukuran
secara langsung.
4
Sukaria Sinulingga. 2010.Analisis dan Rekayasa Produktivitas. Universitas Sumatera Utara. Ha
36-37.85-90.
kompetisi yang sehat antar unit dalam perusahaaan karena sangat efektif
manajemen dalam menilai sumberdaya apa saja yang dimiliki atau dikelola
lebih akurat.
utama dalam menilai daya saing atau posisi perusahaan dalam persaingan
target perbaikan baik pada tingkat unit kerja maupun pada tingkat perusahaan
secara keseluruhan.
salah satu faktor pendukung kuat bagi manajemen dalam melakukan aktifitas
pangkal.
baru.
efektifan perusahaan.
manajemen.
Hal yang menarik dari daftar penyebab penurunan produktivitas di atas, adalah
Pengukuran (Measurement)
Produktivitas
Perencanaan (Planning)
Produktivitas
produktivitas itu sendiri. Keempat tahap ini sangat penting dilaksanakan karena
5
David J Sumanth.1984. Productivity Engineering and Management. Hal. 47-48.
perusahaan.
Apabila produktivitas dari sistem ini telah dapat diukur, langkah berikutnya
dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat
produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan
direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka
suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi antara
yaitu:
faktor perbaikan harga (price recovery) yang merupakan suatu model total faktor.
berasal dari dua sumber yaitu produktivitas dan pemulihan harga. Model ini
menekankan output yang dihasilkan setiap periode dikalikan dengan harga per
Prices dan unit cost setiap periode dikalikan dengan jumlah pada tahun berjalan
memperhatikan pengaruh utama semua faktor input terhadap output yang sifatnya
tangible. Tangible dalam hal ini diartikan pada dasarnya secara langsung dapat
diukur. Elemen-elemen input tangible dan output tangible seperti pada Gambar
3.2.
Input (tangible)
tidak hanya mengukur indeks produktivitas total tetapi juga menunjukan input
antara indeks performansi pada periode pengukuran dan indeks performansi pada
periode dasar sedangkan bentuk kedua merupakan rasio antara indeks output
Pada dasarnya angka indeks merupakan suatu besaran yang menunjukkan variasi
Penggunaan angka indeks yang telah umum dilakukan terutama dalam bidang
ekonomi adalah indeks harga dan indeks produksi yang biasanya dipergunakan
tertentu. Agar dapat mengukur laju perubahan itu, sederet angka-angka harga atau
6
David J Sumanth.1984. Productivity Engineering and Management. Hal. 152-156.
𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
� 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 � � 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 �
1. 𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 𝑥𝑥100 2. 𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑥𝑥100
� 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 � � 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 �
Dimana:
IP = Indeks Produktivity
dengan menggunakan satuan output secara agregat. Satuan output secara agregat
Pengukuran produktivitas dapat bervariasi sesuai dengan kedua aspek output yang
yaitu:
𝑂𝑂
TPF =
𝐼𝐼
IF = IH + IM + IC,W + IC,F + IE
Keterangan:
O : Output
I : Input
7
David J Sumanth.1984. Productivity Engineering and Management. Hal. 179-182
analisis terhadap faktor input produktivitas parsial, dapat diketahui faktor input
yang memberikan sumbangan nilai yang paling besar sehingga dapat diketahui
𝐼𝐼𝑀𝑀 𝐼𝐼𝐼𝐼
W’IM = =
𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐻𝐻 +𝐼𝐼𝑀𝑀 +𝐼𝐼𝐶𝐶 +𝐼𝐼𝐸𝐸 +𝐼𝐼𝑋𝑋
𝐼𝐼𝐸𝐸 𝐼𝐼𝐼𝐼
W’IE = =
𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐻𝐻 +𝐼𝐼𝑀𝑀 +𝐼𝐼𝐶𝐶 +𝐼𝐼𝐸𝐸 +𝐼𝐼𝑋𝑋
𝐼𝐼𝐶𝐶 𝐼𝐼𝐼𝐼
W’IC = =
𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐻𝐻 +𝐼𝐼𝑀𝑀 +𝐼𝐼𝐶𝐶 +𝐼𝐼𝐸𝐸 +𝐼𝐼𝑋𝑋
𝐼𝐼𝑋𝑋 𝐼𝐼𝑋𝑋
W’IX = = 𝐼𝐼
𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐻𝐻 +𝐼𝐼𝑀𝑀 +𝐼𝐼𝐶𝐶 +𝐼𝐼𝐸𝐸 +𝐼𝐼𝑋𝑋
Dengan keterangan:
tenaga kerja)
bahan baku)
energi)
kemajuan perusahaan pada saat ini relatif terhadap kemajuan yang dicapai dalam
Untuk lebih membantu dalam analisis dan evaluasi terhadap hasil pengukuran
produktifitas tersebut maka beberapa alat bantu yang umum digunakan ialah:
8
David J Sumanth.1984. Productivity Engineering and Management. Hal. 39-40.
produk pada periode ini relatif terhadap capaian produktifitas periode lalu.
produktivitas total pada periode t dan produktivitas total pada periode t-1.
∆𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂−(∆𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼)(𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃−1)
∆𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑖𝑖𝑖𝑖 = dimana t ≥ 1
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼−1+ ∆𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼
a. Jika ∆𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑖𝑖𝑖𝑖 = 0, maka tidak ada perbedaan produktivitas total pada periode t
dan t-1.
b. Jika ∆𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑖𝑖𝑖𝑖 > 0, maka produktivitas total pada periode t lebih tinggi dari
c. Jika ∆𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑖𝑖𝑖𝑖 < 0, maka produktivitas total pada periode t lebih rendah dari
masalah yaitu manusia, mesin dan peralatan, bahan, metode dan lingkungan.
9
Sukaria Sinulingga. 2010.Analisis dan Rekayasa Produktivitas. Universitas Sumatera Utara. Ha
106-122.
ialah mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan estimasi
productivity pada periode berikutnya adalah fungsi dari actual productivity pada
periode berjalan dan budgeted productivity pada periode berjalan. Jika capaian
produktivitas atau actual productivity dari produk I pada periode berjalan adalah
PTi0, budgeted productivity pada periode berjalan adalah PTi0’ dan budgeted
𝑂𝑂 ′
PTi0’= 𝐼𝐼′𝑖𝑖𝑖𝑖
𝑖𝑖𝑖𝑖
menyusun rencana peningkatan jumlah output dengan input yang sama atau input
pendekatan output dan input yang disebutnya pola evaluasi produktivitas atau
kejadian pada periode berikutnya seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.3 dan
menurut pola B (jalur 3, 4, dan 5) dan 1 kemungkinan menurut pola C (jalur 7).
kemungkinan di pola A (jalur 9), 3 kemungkinan menurut pola B (jalur 10, 11,
dan 12) cara yang menyebabkan capaian produktivitas dalam periode t lebih
berada dalam pola C (jalur 19, 20, dan 21). Disamping itu, ada 2 kemungkinan
cara yang dapat menyebabkan produktivitas lebih kecil, sama dengan atau lebih
di pola C.
Dari PET tersebut, mudah ditemukan jalur mana yang dianggap lebih baik untuk
periode berikutnya, maka dapat dipilih salah satu jalur (path) yang dinilai oleh
manajemen yang paling baik dari tujuh jalur yang tersedia untuk dipilih.
∆I it < 0 Infeasible
periode lalu (∆TP it). Indeks i dan t masing-masing merujuk kepada produk ke i
periode lalu (∆TP it). Indeks i dan t masing-masing merujuk kepada produk ke i
a. Metode I
2
𝛼𝛼 =
𝑀𝑀 + 1
dengan:
VPT(1)it = PT12-PT12’
𝑃𝑃𝑃𝑃
PVPT(1)it = �𝑃𝑃𝑃𝑃′12 − 1� 𝑥𝑥 100
12
Untuk metode dua terdapat produktivitas asumsi yang telah ditetapkan oleh
𝑂𝑂 ∗
PTit*= 𝐼𝐼∗𝑖𝑖𝑖𝑖
𝑖𝑖𝑖𝑖
VPT(2)it= PTit-PTit’
𝑃𝑃𝑃𝑃
PVPT(2)it = �𝑃𝑃𝑃𝑃′𝑖𝑖𝑖𝑖 − 1� 𝑥𝑥 100
𝑖𝑖𝑖𝑖
beli diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. Inflasi
merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang
Dalam keadaan inflasi harga barang-barang dan jasa terus meningkat dengan
tajam, sedang dalam keadaan deflasi, harga-harga barang dan jasa menurun
suatu negara. Deflasi adalah suatu keadaan ekonomi dimana harga-harga barang
Inflasi sebagai salah satu produk dari perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK)
negara yang sedang berkembang. Tingkat inflasi yang cukup tinggi cenderung
perkembangan ekonomi.
Laju inflasi dalam arti sempit adalah meningkatnya tingkat harga barang atau jasa
rata-rata barang atau jasa kebutuhan cukup tinggi. Hal ini berarti terjadi
hanya merugikan golongan penduduk yang menerima upah dan buruh kecil saja,
tetapi tingkat inflasi yang tinggi di suatu daerah juga berdampak negatif pada
produsen dan industriawan. Laju inflasi biasanya dihitung dari persentase indeks
harga pada suatu periode waktu, sedangkan pengertian indeks harga adalah suatu
rasio yang menunjukkan perubahan nilai satu variable pada suatu waktu dan
lokasi tertentu.
angka inflasi, termasuk di Indonesia yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik
(BPS). Harga berlaku adalah harga yang berdasarkan harga pasar, sedangkan
harga konstan adalah harga pada tahun tertentu yang dijadikan sebagai harga
dasar. Dari Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat diketahui nilai deflator setiap
3.10 Depresiasi
Kemampuan dari mesin ataupun benda lainnya yang digunakan akan menurun
tergantung kepada beberapa faktor seperti rencana teknis mesin waktu dibuat,
Mesin adalah benda modal. Oleh karena nilai mesin menjadi berkurang karena
dipakai, maka nilai yang hilang tersebut dianggap sebagai biaya dan
diperhitungkan tahun demi tahun sampai pada batas umurnya. Pengurangan nilai
depresiasi Garis Lurus, Declining Balance, Sum of the year digit (SYD), Sinking
Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Metode garis lurus dipergunakan
METODOLOGI PENELITIAN
(Applied Research) yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang sedang atau
diidentifikasi.
Tenaga Kerja
(x2)
Analisis dan
Biaya Perawatan Produktivitas
Evaluasi
(x3) (y)
Produktivitas
Peralatan Kerja
(x4)
Usulan
Kebijakan
Produk (x5) Peningkatan
Produktivitas
1. Variabel Dependen
oleh variabel lain (bebas). Variabel yang termasuk dalam kategori ini, yaitu:
Produktivitas (y)
2. Variabel Independen
dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel yang termasuk dalam kategori ini, yaitu:
jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja mempengaruhi pada jumlah produk
yang dihasilkan. Indikator variabel ini adalah upah tenaga kerja dan termasuk
3. Perawatan (x3)
5. Produk (x5)
Indikator variabel ini adalah jumlah produk yang dihasilkan dan ada atau
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu:
b. Jam Kerja
e. Biaya energi
1. Memberikan batasan terhadap output dan input yang menjadi variabel dalam
setiap bulan. Input terdiri dari biaya penyusutan (depresiasi mesin), biaya dari
penggunaan energi, biaya perawatan mesin, biaya tenaga kerja langsung dan
tenaga kerja, energi, perawatan mesin, harga bahan baku, dan harga depresiasi
Total input partial atau disebut juga resource input partial merupakan
penjumlahan dari seluruh input dengan harga konstan yang terdiri dari
masukan biaya depresiasi, bahan baku, tenaga kerja, energi dan perawatan
mesin.
RIP = Biaya depresiasi mesin + biaya bahan baku + biaya tenaga kerja +
Output Partial = (Jumlah produksi produk x harga jual produk per unit)
salah satu input (biaya material, tenaga kerja, depresiasi, energi, perawatan)
(PET). Untuk flow chart langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar
4.2.
Perumusan Masalah
-Identifikasi penyebab masalah
-Penetapan Tujuan
Pengumpulan Data
Data Sekunder
-Jumlah Permintaan
-Jumlah Produk
-Harga Jual Produk
-Jam Kerja
-Biaya Tenaga Kerja
-Biaya Bahan Baku
-Biaya Energi
-Biaya Depresiasi Mesin
-Biaya Perawatan Mesin dan
Peralatan
Pengolahan Data
Metode Marvin E. Mundel
Perhitungan Input
Total (Tangible)
Perhitungan Output
Total (Tangible)
Perhitungan Indeks
Produktivitas Total
dan Produktivitas
Parsial
hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan. Adapun saran yang
diberikan akan diarahkan pada beberapa rancangan atau usulan perbaikan yang
sekunder). Berikut ini adalah data yang diperlukan dalam pengolahan data yaitu:
1. Jam kerja
Jam kerja terbagi atas dua jenis yaitu jam kerja normal dan jam kerja lembur.
Jam kerja normal terbagi atas 2 shift dan 5 hari kerja setiap minggunya
Data biaya bahan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan
baku. Data biaya bahan baku dapat dilihat pada Tabel 5.3.
3. Biaya Energi
Data biaya energi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan
energi selama proses produksi. Data biaya energi dapat dilihat pada Tabel 5.2.
memberikan gaji dan biaya lembur kepada pekerja. Untuk lebih jelasnya,
Perhitungan biaya tenaga kerja perbulan dapat dilihat pada Tabel 5.7
dengan perincian berdasarkan jumlah jam lembur dan hari kerja pada Tabel 5.1.
Tabel 5.8 Nilai Investasi Awal dan Akhir Mesin dan Peralatan
Nilai Investasi Nilai Investasi
Mesin Jumlah(unit)
awal akhir
Mesin Spray Scrubber 1 750.000.000 225.000.000
Mesin Mixer 2 120.000.000 40.000.000
Hopper 4 320.000.000 80.000.000
Mesin Heater 4 400.000.000 100.000.000
Rotary Dryer 3 1.200.000.000 450.000.000
Measuring Tray 3 450.000.000 125.000.000
Peralatan
Timbangan elektro (digital) 1 1.200.000 120.000
Asphalt tank 6 6.000.000 3.000.000
Multicyclone 6 7.500.000 750.000
Rap bin convenyor 1 500.000 175.000
Crout aggreate 6 3.750.000 1.200.000
Cold Bin 12 3.000.000 2.100.000
Total Harga 3.261.950.000 1.027.345.000
Sumber : Kantor PT. Karya Murni Perkasa
Rp 3.261.950.000− Rp 1.027.345.000
= 15
= Rp 148.973.667,-
Dengan demikian maka dapat dilihat rata-rata depresiasi mesin dan peralatan
jumlah jam kerja tersedia selama satu tahun. Dari Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa
Rp 148.973.667
Depresiasi mesin dan peralatan tahun 2013=
89.487 jam
= Rp 1.665 /jam
Rp 148.973.667
Depresiasi mesin dan peralatan tahun 2014= = Rp 1.926 /jam
77.348 jam
Depresiasi mesin per jam ini akan dipergunakan untuk menghitung total input
dari capital cost (RIP1) dengan cara menghitung input partial dari capital cost tiap
bulan selama periode pengukuran RIP1 yaitu jam tersedia pada masing-masing
Untuk perhitungan depresiasi setiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Data inflasi diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Inflasi dibutuhkan sebagai
basis karena pada tahun 2010 harga relatif konstan dan rentang waktu yang
tidak terlalu jauh dari tahun pengamatan. Nilai inflasi yang diperlukan adalah
inflasi tahun 2013 dan tahun 2014. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5.10.
Untuk satu ton aspal hotmix, PT. Karya Murni Perkasa menjual dengan harga
Rp 1.000.000,- pada tahun 2013 dan Rp 1.050.000,- pada tahun 2014. Data
Sebagai contoh harga konstan tenaga kerja bulan Agustus 2013 adalah :
170.200.000x100
Harga Konstan bulan Agustus = = 169.353.234
100 + 0,5
Tabel 5.12 berikut menunjukan nilai harga konstan biaya energi untuk setiap
periode pengukuran.
Tabel 5.13 berikut menunjukan nilai harga konstan masukan biaya bahan baku
Tabel 5.14 berikut menunjukan nilai harga konstan masukan biaya energi untuk
Tabel 5.15 berikut menunjukan nilai harga konstan modal kerja untuk setiap
periode pengukuran.
Tabel 5.16 berikut menunjukan nilai harga konstan biaya depresiasi untuk setiap
periode pengukuran.
Tabel 5.17 berikut menunjukan nilai harga konstan keluaran harga produk aspal
perhitungan Resources Input Partial yang terdiri dari input partial biaya
depresiasi (RIP1), input partial biaya energi (RIP2), input partial biaya bahan
(RIP3), input partial modal kerja (RIP4), input partial biaya tenaga kerja (RIP5).
yaitu, biaya depresiasi, energi, bahan, modal kerja serta tenaga kerja.
Rp 1.803.453.384,- + Rp 172.518.493,-
= Rp 2.866.739.570,-
berikut:
yaitu hasil penjualan produk dengan masukan yaitu biaya depresiasi, energi,
modal kerja, bahan dan tenaga kerja. Indeks produktivitas total diperoleh dari
basis. Pada Tabel 5.20 dapat dilihat produktivitas total dan indeks produktivitas
tetap) yaitu perbandingan antara keluaran yaitu hasil penjualan produk dengan
masukan yaitu biaya depresiasi. Pada Tabel 5.21 dapat dilihat produktivitas
penggunaan energi setiap periodenya dapat dilihat pada Tabel 5.22 berikut :
perawatan mesin dan peralatan termasuk kepada asset lancar yaitu perbandingan
antara keluaran yaitu hasil penjualan produk dengan masukan yaitu biaya
yaitu hasil penjualan produk dengan masukan yaitu biaya tenaga kerja.
Produktivitas biaya tenaga kerja setiap periodenya dapat dilihat pada Tabel 5.24
berikut :
5.25 berikut :
6.1 Analisis
Indeks produktivitas total pada bulan Juli 2013 sampai ke bulan Juni 2014
memiliki nilai terendah pada bulan Maret 2014 yaitu 0,744. Hal ini disebabkan
sering terjadinya kerusakan part mesin yang mengakibatkan proses produksi aspal
dihasilkan hanya sebesar 2.985,21 ton. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 6.1.
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4 Indeks Produktivitas
0,2
0
Mei
Februari
Juni
Juli
Oktober
Januari
Agustus
Maret
April
September
November
Desember
Indeks produktivitas depresiasi (fixed capital) pada bulan Juli 2013 hingga
ke bulan Juni 2014 memiliki nilai terendah pada bulan Maret 2014 yaitu 0,708.
Hal ini disebabkan oleh sering terjadinya kerusakan pada mesin sehingga
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4 Indeks Produktivitas
0,2
0
Mei
Februari
Juni
Juli
Oktober
Januari
Agustus
Maret
April
September
November
Desember
Indeks produktivitas parsial tenaga kerja pada bulan Juli 2013 hingga ke
bulan Juni 2014 memiliki nilai terendah pada bulan Maret 2014 yaitu 0,677. Hal
ini disebabkan oleh jumlah aspal hotmix yang diproduksi sangat rendah sementara
biaya tenaga kerja relatif besar. Aspal hotmix yang dihasilkan pada bulan Maret
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4 Indeks Produktivitas
0,2
0
Mei
Februari
Juni
Juli
Oktober
Januari
Agustus
Maret
April
September
November
Desember
Produktivitas bahan baku pada bulan Juli 2013 hingga ke bulan Juni 2014
memiliki nilai terendah pada bulan Februari 2014 yaitu 0,829. Hal ini disebabkan
dipesan. Pada periode Februari 2014 jumlah bahan baku yang tersedia sebesar
4.519,87 ton dan output yang dihasilkan sebesar 3.563,87 ton. Untuk lebih jelas
1,2
1
0,8
0,6
0,4
Indeks Produktivitas
0,2
0
Mei
Februari
Juni
Juli
Oktober
Januari
Agustus
Maret
April
September
November
Desember
Produktivitas energi pada bulan Juli 2013 hingga ke bulan Juni 2014
memiliki nilai terendah pada bulan Maret 2014 yaitu 0,753. Hal ini disebabkan
menjadi tinggi. Penggunaan energi mencapai 1,176 liter solar dan listrik sebesar
1.435 kWh. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 6.5.
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4 Indeks Produktivitas
0,2
0
Mei
Februari
Juni
Juli
Oktober
Januari
Agustus
Maret
April
September
November
Desember
periode Maret 2014 yaitu 0,696. Hal ini disebabkan seringnya kerusakan part-part
mencapai Rp 4.650.000,-. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 6.6.
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6 Indeks Produktivitas
0,4
0,2
0
Mei
Februari
Juni
Juli
Oktober
Januari
Agustus
Maret
April
September
November
Desember
produktivitas total pada periode t dan produktivitas total pada periode t-1.
∆𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂−(∆𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼)(𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 −1)
∆𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑖𝑖𝑖𝑖 = dimana t ≥ 1
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 −1+ ∆𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼
d. Jika ∆𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑖𝑖𝑖𝑖 = 0, maka tidak ada perbedaan produktivitas total pada
e. Jika ∆𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑖𝑖𝑖𝑖 > 0, maka produktivitas total pada periode t lebih tingggi
Untuk kasus pada PT. Karya Murni Perkasa, ditetapkan terlebih dahulu periode
dasar (t) adalah produktivitas total tahun 2013 dan periode berjalan adalah
Keadaan ini terjadi karena perubahan output tahun 2013 dan tahun 2014
2
Produktivitas Total
1,5
(Rp/RP)
1
Produkt ivitas Total
0,5
(Rp/Rp)
0
2013 2014
Periode
faktor input yang memberikan sumbangan nilai yang paling besar sehingga dapat
𝐼𝐼𝑀𝑀 𝐼𝐼𝐼𝐼
W’IM = 𝐼𝐼𝐼𝐼
=
𝐼𝐼𝐻𝐻 +𝐼𝐼𝑀𝑀 +𝐼𝐼𝐶𝐶 +𝐼𝐼𝐸𝐸 +𝐼𝐼𝑋𝑋
𝐼𝐼𝐸𝐸 𝐼𝐼𝐼𝐼
W’IE = =
𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐻𝐻 +𝐼𝐼𝑀𝑀 +𝐼𝐼𝐶𝐶 +𝐼𝐼𝐸𝐸 +𝐼𝐼𝑋𝑋
𝐼𝐼𝐶𝐶 𝐼𝐼𝐼𝐼
W’IC = =
𝐼𝐼𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐻𝐻 +𝐼𝐼𝑀𝑀 +𝐼𝐼𝐶𝐶 +𝐼𝐼𝐸𝐸 +𝐼𝐼𝑋𝑋
Dengan keterangan:
Adapun Input untuk masing-masing faktor dapat dilihat pada Tabel 6.2.
172.518.493
=
172.518.493 + 861.758.082 + 1.803.453.384 + 6.688.714
= 0,0607
paling mempengaruhi produktivitas total adalah faktor input material dan capital
working.
IF = IH + IM + IC,W + IC,F + IE
Keterangan:
IF : Input Firm
PF : Profit Firm
IH : Human Input
IM : Material Input
IE : Energy Input
= 2.866.739.570
Dari Tabel 6.4 perusahaan mengalami rugi jika produktivitas dibawah 1 (<
1) dan profit jika diatas nilai1 (>1). Untuk itu perusahaan harus berupaya agar
produktivitas setiap periode mencapai nilai 1. Profit tertinggi yang dapat dicapai
perusahaan yaitu pada bulan Oktober 2013 yaitu Rp 5.730.912.091,- dan terendah
pada bulan Maret 2014 yaitu Rp 2.153.837.322,-. selama tahun 2013 dan 2014
perusahaan tidak mengalami kerugian. Profit PT. Karya Murni Perkasa ini hanya
8
7
Output
6
Rupiah (Milyar)
5 PF
4 IF
3
Working Capital
2 Input
1
0
1,172
1,411
1,465
1,596
1,596
1,708
1,745
1,928
2,039
2,085
2,088
1,05
(Tokyo University) pada tahun 1943. Diagram ini berguna untuk menganalisis dan
menentukan karakteristik kualitas output kerja. Di samping itu juga diagram ini
masalah.
hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 4 faktor penyebab
a. Tenaga Kerja
b. Material
d. Energi
hasil wawancara dengan karyawan kantor dan operator dapat dianalisis penyebab
energi.
tingkatan-tingkatan yang saling terhubung satu sama lain dimana pada tingkatan
tersebut dapat diketahui faktor sebab utama dan faktor yang mempengaruhinya.
“mengapa”.
adalah:
1. Tenaga Kerja
2. Material
baku yang terbuka dan harga harga bahan baku yang cenderung mengalami
kesalahan operasi kerja dan tingginya jam kerja yang berdampak terhadap
4. Energi
produktivitas perusahaan.
Mengapa Terjadi?
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
1. Kurangnya
pemahaman
Keterlambatan
Tenaga Kerja pekerja
pemenuhan pesanan
2. Kurangnya
kesadaran pekerja
1. Penyimpanan
1. Tingginya bahan
terbuka
baku yang terbuang
Material 2. Penyimpanan
2. Harga bahan baku
tidak teratur
Turunnya naik
3. Inflasi
Produktivitas
1. Jam kerja tinggi
Perusahaan
2. Kesalahan operasi
kerja
Mesin/peralatan tidak
Mesin/Peralatan 3. Maintenance
berfungsi/rusak
kurang
4. Umur mesin/
peralatan tua
1. Tidak ada jadwal
1. Keterlambatan pemesanan
Energi pasokan energi 2. Kelangkaan
2. Harga energi naik bahan bakar
3. Inflasi
pengerjaaan masing-masing proses produksi aspal hotmix pada setiap stasiun yaitu
selanjutnya adalah perhitungan waktu normal dan waktu baku. Adapun data
data untuk dapat digunakan sebagai data waktu siklus hotmix. Langkah
Jumlah +0,04
Jadi, rating factor (Rf) untuk stasiun Pencampuran Agregat= 1 + 0,04 = 1,04
Jumlah +0,06
Jadi, rating factor (Rf) untuk stasiun Pembakaran Agregat = 1 + 0,06 = 1,06
Jumlah +0,08
Jadi, rating factor (Rf) untuk Stasiun Pencampuran Ter = 1 + 0,08 = 1,08
Data waktu pengerjaan dikalikan dengan rating factor untuk mendapatkan waktu
waktu baku. Rekapitulasi perhitungan data waktu baku dapat dilihat pada Tabel
6.6.
Perhitungan jam kerja tersedia selama satu bulan adalah sebagai berikut:
= 384 jam/bulan
Jumlah produksi setiap bulan adalah 10.000 ton aspal hotmix membutuhkan waktu
384 jam sehingga perhitungan tenaga kerja aktual dapat dilihat pada Tabel 6.8.
total antara dua periode yaitu periode 1 (tahun 2013) atau t-2 dan Periode 2
(tahun 2014) atau t-1 dan perkiraan produktivitas total pada tahun 2015 (t) dapat
c. Metode I
2
𝛼𝛼 =
𝑀𝑀 + 1
2
𝛼𝛼 = = 0,286
6+1
= 0,543+1,356
= 1,899
= (0,286)(1,445)+(1-0,286)(1,899)
= 0,413 + 1,356
= 1,769
Pada akhir periode 3 yaitu tahun 2015 telah diketahui produktivitas total yaitu 1,445.
𝑃𝑃𝑃𝑃 1,445
PVPT(1)12 = �𝑃𝑃𝑃𝑃′12 − 1� 𝑥𝑥 100 = � − 1� 𝑥𝑥 100 = -18,315 %
12 1,769
a. Perhitungan ∆TP, telah dihitung pada sub bab sebelum yaitu -0,454
Karena ∆PT it < 0 kemungkinan jalur yang dipilih ada 5 yaitu jalur no 18,
PT. Karya Murni Perkasa memproduksi aspal hotmix dengan output tetap
yaitu 10.000 ton sehingga jumlah output tidak dapat dirubah. Oleh sebab itu jalur
yang dipilih adalah jalur dengan ketentuan ∆O it = 0 ∆Iit > 0 yaitu jalur 19. Dengan
demikian dapat dilakukan perhitungan perkiraan output (O*it) dan input (I*it)
berdasarkan data pada tahun 2014 dengan menggunakan perhitungan tenaga kerja
aktual yaitu 17 orang pekerja dapat menghemat tenaga kerja 4 orang dengan upah
Oit-1 > 0
Oit-1> 0
Iit-1 >0 ∆Oit = 0 ∆I it > 0 P Tit > 0 ∆P Tit < 0 Jalur 19
TPit-1 > 0 0
I it-1 >
TPit-1 > 0
O ∗ it
TP*it = 𝐼𝐼 ∗ 𝑖𝑖𝑖𝑖
29.115.118.263
= = 1,449
20.093.244.358
𝑃𝑃𝑃𝑃12 1,445
PVPT(2)12 = � − 1� 𝑥𝑥 100 = � − 1� 𝑥𝑥 100 = − 0,276 %
𝑃𝑃𝑃𝑃′12 1,449
input lain selain input tenaga kerja dalam memperoleh estimasi produktivitas yang
sistem maintenance mesin dan peralatan yang digunakan serta mengatur jadwal
pemesanan energi dapat mengurangi biaya produksi. Oleh karena itu, perusahaan
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran
2. PT. Karya Murni Perkasa sebaiknya lebih memperhatikan jarak antara tempat
penyimpanan bahan baku dan lantai produksi untuk mengurangi jumlah bahan
terjadwal agar mengurangi resiko kerusakan mesin pada saat proses produksi
bahan baku yang disimpan agar dapat melakukan pemesanan bahan baku yang
diminimalisir.
5. PT. Karya Murni Perkasa sebaiknya mengurangi jumlah tenaga kerja yang