Anda di halaman 1dari 15

SURAT PERINTAH KERJA

NOMOR : 0025.SPK/DAN.01.02/C02060000/2022
27 Juni 2022
TENTANG PEKERJAAN :
PENGADAAN JASA PEMBAHARUAN KCT/KRN ULP CIREBON KOTA
ANTARA
PT PLN (PERSERO) UNIT INDUK DISTRIBUSI JAWA BARAT
UNIT PELAKSANA PELAYANAN PELANGGAN CIREBON
DENGAN
PT SANTOSA ASIH JAYA

Pada hari ini Senin tanggal Dua Puluh Tujuh bulan Juni tahun Dua ribu dua puluh
dua, kami yang bertanda tangan dibawah ini :

RONNY AFRIANTO Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi


Jawa Barat Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan
Cirebon yang berkedudukan di Jl. Tuparev No. 100
– Cirebon, berdasarkan Surat Kuasa General
Manager PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
No. 0031.SKu/SDM.02.05/C02000000/2021,
tanggal 31 Mei 2021, bertindak untuk dan atas
nama PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jawa
Barat Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan
Cirebon disebut PIHAK PERTAMA.

CESAR PETRUS HASIBUAN DIREKTUR PT SANTOSA ASIH JAYA yang


berkedudukan di Jl. Raya TB. Simatupang Graha
Zima, Blok C No.5 Kel. Gedong Kec. Pasar Rebo,
Kota Jakarta Timur - Cirebon, hal ini bertindak
untuk dan atas nama Perusahaan tersebut diatas
yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Kedua Belah Pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian kerja sesuai dengan :
1. Nota Dinas Permohonan Proses Pengadaan Barang Jasa No.
0425/DAN.01.02/Manager/2022, Tanggal 14 Juni 2022.
2. Rencana Kerja dan Syarat - Syarat No. 0049.RKS/PPPBJ/02060000/2022,
Tanggal 10 Juni 2022.
3. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan No.
0049.AANWJING/DAN.01.02/C02060000/2022, Tanggal 21 Juni 2022.

Paraf Pihak Pertama


Paraf pihak kedua
Halaman 1 dari 1
4. Surat Penawaran Harga dari PIHAK KEDUA No. 311/DU-SAJ/VI/2022, Tanggal
23 Juni 2022.
5. Berita Acara Pembukaan Penawaran Harga No.
0049.BUKA/DAN.01.02/C02060000/2022, Tanggal 23 Juni 2022.
6. Surat Penunjukan Pemenang 0457/DAN.01.02/C02060000/2022 tanggal 24 Juni
2022.

Pasal 1
SUMBER DANA
ANGGARAN OPERASI AGA
Pos 54
Program Administrasi Niaga
Tahun 2022

Pasal 2
PEKERJAAN
PENGADAAN JASA PEMBAHARUAN KCT/KRN ULP CIREBON KOTA

LOKASI :
PT. PLN (Persero) UP3 Cirebon

Pasal 3
HARGA BORONGAN

Kedua Belah Pihak sepakat bahwa untuk harga pekerjaan tersebut sebesar :
Rp. 185.107.624,-
terbilang : Seratus delapan puluh lima juta seratus tujuh ribu enam ratus dua
puluh empat rupiah
Harga tersebut sudah termasuk PPN 11 %

Dengan rincian tercantum pada lampiran SPK dan tidak dapat dipisahkan dari Surat
Perintah Kerja ini.

Pasal 4
DIREKSI PEKERJAAN DAN DIREKSI PENGAWAS

Direksi Pekerjaan adalah MB TE LISTRIK PT. PLN (Persero) UID Jawa Barat UP3
Cirebon.

Pengawas Pekerjaan adalah SPV TE Listrik UP3 Cirebon dan SPV TE ULP Cirebon
Kota.an SPV TE.

Adapun Pengawas K3L Pekerjaan adalah PJ Pelaksana K3L UP3 Cirebon.

Paraf Pihak Pertama


Paraf pihak kedua
Halaman 2 dari 2
Pasal 5
SYARAT PEMBAYARAN

Pembayaran dapat dilakukan dengan 2 (dua) Metoda yaitu :


1. Metoda Pertama dilakukan dengan 2 termin pembayaran yakni dimana termin ke
1 dibayarkan sebesar 50 % setelah pekerjaan mencapai 80 %, yang dinyatakan
dengan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tahap Pertama dan Termin ke 2
dibayarkan 50 % setelah pekerjaan mencapai 100 %, yang dinyatakan dengan
Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tahap Terakhir.
2. Metoda Kedua Pembayaran dapat dilakukan sebesar 100 % setelah pekerjaan
mencapai progres 100 %, yang dinyatakan dengan Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan.
Adapun syarat – syarat administrasi permohonan pembayaran adalah :
a. Surat Permohonan Pembayaran
b. Kuitansi Tagihan Sebanyak 3 (tiga) lembar
c. SPK/Kontrak Asli
d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
e. Progres Fisik (Realisasi) Pekerjaan
f. Rekaman Surat Keputusan Tentang Pengakuan Pengusaha menjadi
Pengusaha Kena Pajak
g. Faktur Pajak Pertambahan Nilai
h. Daftar Pelanggan yang berhasil dilakukan pembaharuan KRN/KCT berikut
NIK
i. Foto Evidence Keberhasilan Pembaharuan KRN/KCT 04 (ENTER)

3. Pembayaran dilakukan melalui Rekening Bank Pihak Kedua yaitu : Bank BRI
Jakarta Kantor Cabang Khusus No. Rekening 0206010001573300 a.n PT
SANTOSA ASIH JAYA.

Pasal 6
SYARAT – SYARAT MUTU PEKERJAAN
Pihak Kedua wajib :

1. Melaksanakan pekerjaan menurut Rencana Kerja dan Syarat - Syarat


No.0049.RKS/PPPBJ/02060000/2022, Tanggal 10 Juni 2022 dan Standar
Konstruksi yang berlaku di PT. PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jawa Barat
atau syarat teknik yang diminta oleh Pihak Kesatu.
2. Semua material yang disediakan Pihak Kedua harus sesuai dengan spesifikasi
teknik yang ditentukan didalam lampiran SPK ini, dan mendapat persetujuan dari
Direksi Pengawas sebelum dipasang.
3. Wajib menggunakan perlengkapan K3 saat melaksakan pekerjaan dan
menggunakan rambu- rambu untuk keselamatan orang banyak.
4. Pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti SOP yang diberikan oleh Pengawas
Pekerjaan
5. Pihak Kedua bertanggung jawab penuh atas keselamatan kerja pekerjanya atau
kecelakaan yang mungkin terjadi akibat pekerjaan ini, serta menggunakan
peralatan kerja dan pengaman yang memenuhi syarat termasuk papan
peringatan.
Paraf Pihak Pertama
Paraf pihak kedua
Halaman 3 dari 3
Pasal 7
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
1. Kegiatan Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja
1.1 Pencegahan Kondisi Berbahaya (Unsafe Condition)
Mitra Kerja wajib melakukan pengendalian teknis terhadap adanya kondisi
berbahaya (unsafe condition) pada tempat-tempat kerja, antara lain:
a. Mitra Kerja wajib mematuhi peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang berlaku di lingkungan PT. PLN (Persero).
b. Mitra Kerja wajib memiliki dan menerapkan Standing Operation Procedure
(SOP) untuk setiap pekerjaan.
c. Mitra Kerja wajib menyediakan peralatan kerja dan APD sesuai standar
bagi tenaga kerjanya pada pelaksanaan pekerjaan yang berpotensi bahaya.
d. Mitra Kerja wajib melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendalian risiko (IBPPR) pada tempat kerja yang berpotensi bahaya.
e. Mitra Kerja wajib membuat Job Safety Analysis (JSA) dan Ijin Kerja
(Working Permit) pada pada setiap melaksanakan pekerjaan yang
berpotensi bahaya, sesuai dengan hasil HIRAC (Hazard Identification Risk
Assesment Control);
f. Mitra Kerja wajib melakukan pemeriksaan kesehatan kerja bagi tenaga
kerjanya yang bekerja pada pekerjaan yang berpotensi.
1.2 Pencegahan Tindakan Berbahaya (Unsafe Action)
Mitra Kerja wajib melakukan pengendalian personel terhadap perilaku
berbahaya (unsafe act) dari Pelaksana dan Pengawas Pekerjaan, antara lain:
a. Mitra Kerja wajib menunjuk dan menetapkan Pengawas
Pekerjaan/Pengawas K3 yang memiliki kompetensi dibidang pekerjaannya.
b. Mitra Kerja wajib memasang LOTO (Lock Out Tag Out) pada saat
pelaksanaan pekerjaan yang berpotensi bahaya.
c. Pelaksana Pekerjaan dari Mitra Kerja wajib menggunakan peralatan kerja
dan APD sesuai standar pada pelaksanaan pekerjaan yang berpotensi
bahaya.
d. Mitra Kerja wajib melakukan pengawasan terhadap perilaku tenaga
kerjanya yang membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain, yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
e. Mitra kerja wajib memberikan petunjuk dan arahan keselamatan (safety
briefing) kepada pelaksana Pekerjaan dan Pengawas pekerjaan sebelum
melaksanakan pekerjaan yang berpotensi bahaya.
2. Sertifikasi/Pendidikan & Pelatihan
a. Mitra Kerja wajib melakukan sertifikasi kompetensi bagi Pengawas
Pekerjaan, Pelaksana Pekerjaan dan Tenaga Teknik Lainnya sesuai
dengan bidang pekerjaannya.
b. Mitra kerja wajib memiliki pengawas pekerjaan dan pelaksana pekerjaan
yang telah memiliki kompetensi teknis sesuai dengan jenis pekerjaan.
c. Mitra Kerja wajib memiliki Tenaga Kerja Ahli K3 yang bersertifikat
kompetensi.
d. Mitra Kerja wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan bagi Pengawas
Pekerjaan Pelaksana Pekerjaan dan tenaga teknik lainnya sesuai dengan
bidang pekerjaannya.
Paraf Pihak Pertama
Paraf pihak kedua
Halaman 4 dari 4
3. Sanksi
a. Apabila terjadi kecelakaan kerja akibat kelalaian Mitra Kerja dalam penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka Mitra Kerja
bertanggung jawab secara penuh untuk menyelesaikan segala permasalahan
yang ditimbulkan akibat kecelakaan tersebut
b. Apabila terjadi kecelakaan kerja akibat kelalaian Pelaksana Pekerjaan dari
Mitra Kerja, maka Pelaksana Pekerjaan tersebut bertanggung jawab secara
penuh atas akibat kecelakaan tersebut.
c. Apabila terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan luka berat, luka berat
yang menyebabkan cacat dan meninggal dunia pada Pelaksana Pekerjaan dari
Mitra Kerja sebagai akibat dari kesalahan pekerjaan operasi dan pemeliharaan
yang dilaksanakan oleh mitra kerja maka :
1) Pengawas Pekerjaan dan Pelaksana Pekerjaan yang melaksanakan
pekerjaan tersebut dilarang untuk bekerja atau di suspend selama 2 (dua)
bulan pada pekerjaan teknis dilapangan.
2) Mitra Kerja dikenakan denda maksimal 10% (sepuluh per seratus) dari nilai
tagihan pada bulan kejadian.
d. Apabila kecelakaan kerja terjadi pada masa transisi perjanjian kerja, maka
untuk sanksi sesuai nomor 3 poin c akan tetap diberlakukan.
e. Apabila terjadi kecelakaan kerja akibat kelalaian Mitra Kerja dalam penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka PT. PLN
(Persero) berhak mengevaluasi, memutus perjanjian barang & jasa yang
sedang berlangsung secara sepihak serta memasukan Mitra Kerja tersebut
pada Daftar Hitam (Black List) Perusahaan.

Pasal 8
WAKTU PENYERAHAN PEKERJAAN

Pihak Kedua sanggup menyerahkan seluruh pekerjaan & administrasi Pihak Pertama
selambat - lambatnya 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal ditandatanganinya
Surat Perintah Kerja ini. Adapun waktu penyerahan pekerjaan berakhir pada :

Hari : Minggu
Tanggal : 25 September 2022

Pasal 9
MASA PEMELIHARAAN DAN JAMINAN PEMELIHARAAN

1. Jangka waktu masa pemeliharaan ditetapkan selama 30 (tiga puluh) hari


kalender, terhitung sejak tanggal penyerahan pekerjaan.
2. Dalam jangka waktu tersebut pada ayat (1) pasal ini, Pihak Kedua masih
berkewajiban memperbaiki/penyempurnaan bagian - bagian pekerjaan yang
kurang baik / cacat, serta mengganti/melengkapi segala kekurangan yang ada
atau rusak akibat kelalaian Pihak Kedua sehingga menjadi sesuai dengan
ketentuan dan syarat- syarat yang telah ditetapkan.
3. Bila dalam jangka waktu pemeliharaan, Pihak Kedua tidak melaksanakan
perbaikan- perbaikan, maka Pihak Pertama berhak menunjuk Pihak Ketiga untuk
melaksanakan pekerjaan penyempurnaan tersebut atas biaya Pihak Kedua.
Paraf Pihak Pertama
Paraf pihak kedua
Halaman 5 dari 5
4. Pihak Kedua menyerahkan Jaminan Pemeliharaan Kepada Pihak Pertama yang
berupa Jaminan Bank sebesar 5% dari Harga Perjanjian/Kontrak.
5. Jaminan Pemeliharaan diterima Pihak Pertama selambat-lambatnya 7 hari
setelah BAPP ditandatangani.
6. Keterlambatan penyerahan Jaminan Pemeliharaan akan dikenakan denda
keterlambatan sesuai dengan Pasal 12 Surat Perintah Kerja ini.
7. Jaminan Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 Pasal ini sewaktu-
waktu dapat dicairkan tanpa syarat dan menjadi milik PT PLN (Persero) Unit
Induk Distribusi Jawa Barat UP3 Cirebon apabila Pihak Kedua dalam masa
pemeliharaan tidak melakukan perbaikan.
8. Pihak Pertama akan memberikan surat pemberitahuan pertama dan terakhir
sekaligus kesanggupan tentang pemenuhan kewajiban perbaikan dalam masa
pemeliharaan selambat – lambat nya 7 hari sebelum masa pemeliharaan berakhir
dan surat tersebut dapat digunakan sebagai tanda kesanggupan Pihak Kedua
tentang pencairan jaminan pemeliharaan.
9. Perpanjangan berlakunya Jaminan Pemeliharaan hanya diperkenankan bila ada
masa perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan.
10. Jaminan Pemeliharaan akan dikembalikan kepada Pihak Kedua setelah masa
pemeliharaan selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam Perjanjian.

Pasal 10
PERPANJANGAN WAKTU PENYERAHAN PEKERJAAN

Pihak Pertama akan memberikan perpanjangan waktu penyerahan pekerjaan


kepada Pihak Keduaapabila penyerahan tidak dapat diselesaikan pada waktunya
yang disebabkan oleh :

1. Akibat terjadinya Force Majeure.


2. Lain – lain yang dapat dipertimbangkan oleh Pihak Pertama
3. Perpanjangan waktu akan diberikan secara tertulis oleh Pihak Pertama kepada
Pihak Kedua, apabila Pihak Keduatelah mengajukan permohonan perpanjangan
waktu kepada Pihak Pertama selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari kalender
sebelum berakhirnya batas waktu penyerahan pekerjaan yang telah ditentukan
dalam Surat Perintah Kerja ini.
4. Untuk Perpanjangan Waktu Penyerahan Pekerjaan akan dituangkan dalam suatu
Addendum

Pasal 11
CLAIM

Pihak Keduatidak dapat menuntut kenaikan harga sebagai akibat apapun, kecuali
terdapat ketentuan dari Pemerintah mengenai penyesuaian harga akibat tindakan
Pemerintah dalam bidang moneter.

Paraf Pihak Pertama


Paraf pihak kedua
Halaman 6 dari 6
Pasal 12
DENDA KETERLAMBATAN

Apabila batas waktu penyerahan pekerjaan sebagaimana tersebut pada pasal 8


Surat Perintah Kerja ini dilampaui, maka kepada Pihak Kedua dikenakan denda
sebesar 1/1000 (satu per seribu) setiap hari keterlambatan dengan batas maksimal
5% (lima per seratus) dari nilai pekerjaan.

Pasal 13
PEKERJAAN TAMBAH/KURANG

1. Apabila ternyata terdapat pekerjaan tambah/kurang dari harga yang telah


ditetapkan , maka biaya tambah/kurang tersebut diperhitungkan atas dasar harga
satuan didalam Surat Perintah Kerja ini.
2. Apabila pekerjaan tambah nilainya tidak melebihi dari 10% (sepuluh per seratus)
dari nilai SPK ini, maka nilainya diperhitungkan atas harga satuan pada SPK
ini, sedangkan
apabila pekerjaan tambah nilainya melebihi dari 10 % (sepuluh per seratus) maka
harga satuan untuk pekerjaan tambah/kurang tersebut ditentukan atas dasar
persetujuan kedua belah pihak dengan mengindahkan peraturan yang berlaku.
3. Kerja tambah/kurang akan diberikan secara tertulis oleh Pihak Pertama kepada
Pihak Kedua, apabila Pihak Keduatelah mengajukan permohonan perpanjangan
waktu kepada
Pihak Pertama selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sebelum berakhirnya
batas waktu penyerahan pekerjaan yang telah ditentukan dalam Surat Perintah
Kerja ini.
4. Pekerjaan tambah/kurang ini akan dituangkan dalam suatu Addendum.

Pasal 14
PENYELESAIAN PERSELISIHAN PENDAPAT

1. Apabila terjadi perselisihan pendapat dalam rangka pelaksanaan Surat Perintah


Kerja ini, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan dengan cara
musyawarah.
2. Apabila penyelesaian perselisihan dengan cara musyawarah sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) pasal ini tidak tercapai, kedua belah pihak sepakat untuk
menyerahkan penyelesainnya kepada Pengadilan Negeri.
3. Untuk penyelesaian yang dilakukan melalui Pengadilan Negeri, kedua belah
pihak sepakat untuk memilih tempat kedudukan yang sah tidak berubah di Kantor
Panitera Pengadilan Negeri Kota Cirebon.

PASAL 15
INTEGRITAS DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
1. Sehubungan dengan Perjanjian dan hal-hal, dokumen-dokumen,
kegiatan – kegiatan, dan transaksi-transaksi yang dimaksud dalam atau terkait
dengan Perjanjian ini PARA PIHAK menyepakati tidak akan melakukan tindakan-
tindakan yang mengakibatkan terjadinya ketidakwajaran dalam pelaksanaan
Paraf Pihak Pertama
Paraf pihak kedua
Halaman 7 dari 7
Perjanjian ini termasuk namun tidak terbatas pada tindakan penipuan,
penggelapan, pemerasan, kolusi, penyuapan, gratifikasi, korupsi, kecurangan,
pemalsuan dan tindakan lain yang tidak sesuai dengan etika bisnis yang baik
serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
termasuk mengenai pemberantasan tindak pidana korupsi, pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang, penerapan praktek Good
Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk
peraturan yang mengatur mengenai tata kelola anti penyuapan yang berlaku di
lingkungan PIHAK PERTAMA.
2. PARA PIHAK menyepakati bahwa Perjanjian ini dilaksanakan dengan itikad
baik, tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung guna
memenuhi keinginannya, menerima serta bertanggungjawab atas segala
keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan PARA PIHAK,
menghindari serta mencegah terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest),
menghindari serta mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain, dan tidak
menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau
menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui
atau patut diduga berkaitan dengan pelaksanaan Perjanjian ini
3. PIHAK KEDUAmenyatakan, menjamin dan berkomitmen kepada PIHAK
PERTAMA bahwa dalam melaksanakan Perjanjian akan mematuhi ketentuan
hukum yang berlaku termasuk namun tidak terbatas pada peraturan perundang-
undangan terkait anti korupsi, anti pencucian uang serta kebijakan PIHAK
PERTAMA mengenai anti-fraud dan tata kelola anti-penyuapan seperti :
a) Menerapkan 4 No’s :
i. No bribery, menghindari suap menyuap dan pemerasan,
ii. No gift, menghindari hadiah atau gratifikasi yang bertentangan
dengan peraturan yang berlaku,
iii. No kickback, menghindari komisi, tanda terima kasih baik dalam
bentuk uang atau bentuk lainnya,
iv. No luxurious hospitality, menghindari jamuan yang berlebihan;
b) Mengikuti prosedur uji kelayakan berbasis integritas (integrity due diligence)
yang diterapkan PLN;
c) Mengikuti program sosialisasi sistem manajemen anti-penyuapan yang
dilaksanakan PIHAK PERTAMA yang dapat diwakili oleh pegawai pihak
PIHAK KEDUAyang ditunjuk untuk mewakili perusahaan PIHAK KEDUA;
d) Menandatangani dan melaksanakan pakta integritas PIHAK KEDUA;
e) melaporkan insiden fraud melalui Whistle Blowing System PIHAK PERTAMA.
4. PIHAK PERTAMA akan melakukan audit terkait tagihan pembayaran dan
dokumen pembukuan serta pencatatan PIHAK KEDUAketika terdapat
indikasi ketidakwajaran berupa overcharge atau overprice dari tagihan
yang disampaikan oleh PIHAK KEDUAkepada PIHAK PERTAMA, dimana

Paraf Pihak Pertama


Paraf pihak kedua
Halaman 8 dari 8
tujuan pelaksanaan audit tersebut untuk memastikan kesesuaian tagihan
PIHAK KEDUAdengan ketentuan yang berlaku termasuk kesesuaian dengan
ketentuan dalam Perjanjian.
5. Pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini, dilakukan
sebagai berikut:
a) Atas biaya PIHAK PERTAMA ;
b) Dilakukan dengan pemberitahuan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kalender sebelum pelaksanaan audit yang disampaikan PIHAK PERTAMA
kepada PIHAK KEDUA;
c) Pelaksanaan audit dilaksanakan paling lambat dalam waktu 7 (tujuh)
hari kerja, dilanjutkan dengan pembuatan pelaporan audit oleh PLN paling
lambat dalam 3 (tiga) hari kerja;
d) Penyelesaian pembayaran (settlement/adjusment) dilakukan paling
lambat dalam 30 (tiga puluh) hari kalender setelah PIHAK PERTAMA
memaparkan laporan hasil audit kepada PIHAK KEDUA;
e) PIHAK PERTAMA dapat menunjuk pihak lain untuk melakukan audit;
f) PIHAK KEDUAwajib mengizinkan perwakilan PIHAK PERTAMA dan
menyediakan dokumen dan data yang diperlukan;
g) Permintaan dan penyampaian dokumen dan data audit dilaksanakan
pada jam kerja PIHAK KEDUA;
h) Apabila terdapat Kerjasama antara PIHAK KEDUAdengan Pihak Ketiga yang
berkaitan dengan Pelaksanaan Perjanjian ini, maka PIHAK KEDUAwajib
memastikan dan menuangkan ketentuan mengenai hak akses PIHAK
PERTAMA terhadap dokumen dan data milik PIHAK KETIGA dalam
Perjanjian antara PIHAK KEDUAdengan PIHAK KETIGA tersebut;
i) PARA PIHAK termasuk perwakilannya, akan menjaga kerahasiaan informasi
non-publik yang diperoleh dari pelaksanaan audit tersebut.
6. Dalam pelaksanaan audit terhadap tagihan pembayaran sebagaimana ayat
(4) di atas, PIHAK PERTAMA berhak melakukan penundaan pembayaran atas
tagihan pembayaran tersebut atau dapat melakukan pembayaran melalui
suatu rekening khusus (Escrow Account) yang dibuat oleh PIHAK PERTAMA
dan PIHAK KEDUAyang beban biayanya menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUAsampai dilakukan penyesuaian pembayaran.
7. Dalam hal dilakukan audit sebagaimana dimaksud ayat (4) dan/atau
pelaksanaan penundaan pembayaran sebagaimana ayat (6) pasal ini, MITRA
wajib untuk tetap melaksanakan kewajibannya sesuai Perjanjian ini.
8. Dalam rangka penerapan tata kelola yang baik (Good Corporate Governance) di
PIHAK PERTAMA , jika dalam proses pelaksanaan Perjanjian ini PIHAK
KEDUAmengetahui adanya tindakan kecurangan, pelanggaran peraturan atau
hukum, konflik kepentingan, penyuapan/gratifikasi maupun kelakuan tidak etis
yang dilakukan oleh pegawai PIHAK PERTAMA , agar melaporkan melalui

Paraf Pihak Pertama


Paraf pihak kedua
Halaman 9 dari 9
Whistle Blower System dengan media antara lain telepon, SMS, Whatsapp ke
08119861901, atau email ke wbpln@pln.co.id.
9. PIHAK KEDUAyang menurut penilaian PIHAK PERTAMA sehubungan
dengan pelaksanaan Perjanjian ini terbukti melakukan larangan-larangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan/atau ayat (3) di atas dapat
dikenakan sanksi-sanksi dari PIHAK PERTAMA sebagai berikut :
a) Pemutusan Perjanjian;
b) Apabila dilakukan Pemutusan Perjanjian, maka Jaminan Pelaksanaan
dicairkan dan disetorkan ke rekening PIHAK PERTAMA (apabila ada); dan
c) Pengenaan daftar hitam sesuai ketentuan yang berlaku di lingkungan PIHAK
PERTAMA.

Pasal 16
PEMUTUSAN SURAT PERINTAH KERJA

Pihak Pertama mempunyai hak untuk memutuskan Surat Perintah Kerja ini apabila :

1. Pihak Keduatidak memenuhi ketentuan – ketentuan mengenai syarat- syarat


yang telah ditentukan/Perintah Direksi/Surat Perintah Kerja ini.
2. Jika Pihak Keduatelah diperingatkan secara tertulis sebanyak 3 (tiga) kali selang
waktu
7 (tujuh) hari tidak ada perubahan-perubahan sama sekali.
3. Jika Pihak Keduaternyata telah menyerahkan pekerjaan yang merupakan
kewajiban Pihak Keduakepada pihak lain/ketiga tanpa persetujuan terlebih dahulu
dari Pihak Pertama.
4. Apabila denda keterlambatan telah mencapai maksimum 5% (lima per seratus)
dari nilai SPK.
5. Dalam hal terjadi pemutusan Perjanjian ini Pihak Pertama dan Pihak
Keduabersepakat untuk tidak memberlakukan ketentuan Pasal 1266 dan 1267
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

PASAL 17
KEWAJIBAN TERMINASI DALAM KONTRAK

1. Selain wanprestasi yang diatur dalam Perjanjian maka setiap wanprestasi yang
dilakukan PIHAK KEDUAakan mengikuti ketentuan dibawah ini. Setiap peristiwa
sebagai berikut merupakan suatu peristiwa wanprestasi PIHAK, yaitu :
a) Peristiwa Wanprestasi Yang Tidak Dapat Diperbaiki oleh PIHAK
KEDUAadalah sebagai berikut:
I. PIHAK KEDUAterbukti melakukan tindak pidana antara lain adanya
pemalsuan surat/dokumen, praktek korupsi, penyuapan, pemberian
gratifikasi, persekongkolan, kecurangan dan pemalsuan yang
berkaitan dengan proses pengadaan, pelaksanaan Perjanjian dan
pelaksanaan Pekerjaan.

Paraf Pihak Pertama


Paraf pihak kedua
Halaman 10 dari 10
II. PIHAK KEDUAterbukti melakukan pelanggaran atas peraturan
internal PIHAK PERTAMA terkait anti-fraud.
III. Berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, PIHAK KEDUAdinyatakan dalam keadaan pailit,
pembubaran, likuidasi atau diberikan penundaan pembayaran
hutang yang menyebabkan PIHAK KEDUAtidak dapat melakukan
kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini.
IV. Penyedia Barang/Jasa terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam
sebelum penandatanganan kontrak.
V. Apabila Jaminan Pelaksanaan yang diserahkan oleh PIHAK
KEDUAkepada PIHAK PERTAMA selama jangka waktu Perjanjian
terbukti palsu/tidak benar.
VI. Setiap pernyataan atau jaminan yang dibuat oleh PIHAK KEDUAdi
dalam Perjanjian ini yang berkaitan dengan pelaksanaan Pekerjaan
terbukti tidak sah dan/atau tidak dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.

b) Peristiwa Wanprestasi Yang Dapat Diperbaiki oleh PIHAK


KEDUAadalah sebagai berikut:
I. PIHAK KEDUAmengalihkan Pekerjaan baik sebagian atau
seluruhnya atau hak atau kewajiban yang diatur dalam Perjanjian
ini tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA;
II. Apabila denda yang diatur dalam Perjanjian ini tidak dibayar oleh
PIHAK KEDUAkepada PIHAK PERTAMA.
III. Apabila PIHAK KEDUAtidak melakukan perpanjangan Jaminan
Pelaksanaan sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.
IV. PIHAK KEDUAtidak memenuhi kewajibannya sesuai ketentuan
yang diatur dalam Perjanjian ini.

2. Dalam hal terjadi Peristiwa Wanprestasi Yang Tidak Dapat Diperbaiki oleh
PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA akan melakukan pencairan Jaminan
Pelaksanaan dan mengakhiri Perjanjian ini dengan memberikan surat
pengakhiran Perjanjian kepada PIHAK KEDUA.
3. Dalam hal terjadi Peristiwa Wanprestasi yang Dapat Diperbaiki oleh PIHAK
KEDUAsebagaimana dimaksud ayat 1 Pasal ini, PIHAK PERTAMA berhak
mengakhiri Perjanjian ini dengan memberikan surat peringatan, dengan
ketentuan sebagai berikut :
a) PIHAK PERTAMA akan memberikan peringatan tertulis pertama kepada
PIHAK KEDUAdengan perintah pemulihan wajib diselesaikan oleh PIHAK
KEDUAdalam waktu 10 Hari Kalender setelah tanggal diterimanya
peringatan PIHAK PERTAMA oleh PIHAK KEDUAdan PIHAK
KEDUAwajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang wajib dilengkapi
dengan bukti pendukung kepada PIHAK PERTAMA bahwa pemulihan

Paraf Pihak Pertama


Paraf pihak kedua
Halaman 11 dari 11
atau perbaikan tersebut akan, sedang, atau telah dilaksanakan oleh
PIHAK KEDUA.
b) Apabila PIHAK KEDUAtidak menyelesaikan pemulihan atau perbaikan
dalam waktu 10 Hari Kalender sesuai ayat 3.a. Pasal ini, maka PIHAK
PERTAMA akan memberikan peringatan tertulis kedua kepada PIHAK
KEDUAdengan perintah pemulihan wajib diselesaikan oleh PIHAK
KEDUAdalam waktu 10 Hari Kalender setelah tanggal diterimanya
peringatan oleh PIHAK KEDUAdan PIHAK KEDUAwajib menyampaikan
pemberitahuan tertulis yang wajib dilengkapi dengan bukti pendukung
kepada PIHAK PERTAMA bahwa pemulihan atau perbaikan tersebut
akan, sedang atau telah dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.
c) Apabila PIHAK KEDUAtidak menyelesaikan pemulihan atau perbaikan
dalam waktu 10 Hari Kalender sebagaimana dimaksud pada ayat 3.b.
Pasal ini, maka PIHAK PERTAMA akan memberikan peringatan tertulis
ketiga kepada PIHAK KEDUAdengan perintah pemulihan wajib
diselesaikan oleh PIHAK KEDUAdalam waktu 10 Hari Kalender setelah
tanggal diterimanya peringatan dan PIHAK KEDUAwajib menyampaikan
pemberitahuan tertulis yang wajib dilengkapi dengan bukti pendukung
kepada PIHAK PERTAMA bahwa pemulihan atau perbaikan tersebut
akan, sedang atau telah dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA.
d) Apabila PIHAK KEDUAtidak menyelesaikan pemulihan atau perbaikan
dalam waktu sebagaimana disebutkan pada ayat 3.c. Pasal ini, maka
PIHAK PERTAMA berhak mencairkan Jaminan Pelaksanaan PIHAK
KEDUApada periode berjalan, dan mengakhiri Perjanjian ini.
4. Dalam hal PIHAK KEDUAtelah melakukan pemulihan atau perbaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat 3.d. Pasal ini, dan pemulihan atau perbaikan
tersebut disetujui oleh PIHAK PERTAMA maka peringatan tertulis yang telah
diterbitkan tersebut tidak akan diperhitungkan sebagai pemberian Peringatan
yang berkelanjutan atau tidak berlaku kumulatif pada pemberian Peringatan
berikutnya.
5. Atas setiap pengakhiran dari Perjanjian ini, seluruh kewajiban-kewajiban masing-
masing PIHAK berdasarkan Perjanjian ini wajib berhenti, kecuali:
a) Sehubungan dengan kewajiban-kewajiban pembayaran yang ditimbulkan
dari tindakan-tindakan yang diambil sebelum pengakhiran tersebut
(termasuk namun tidak terbatas pada hak normatif Pekerja PIHAK
KEDUA);
b) Sebagaimana ditentukan lain dalam Perjanjian ini;
c) Bahwa ketentuan terkait Jaminan Pelaksanaan akan tetap berlaku
walaupun Perjanjian ini telah diakhiri; dan
d) Pengakhiran tersebut tidak akan mengurangi setiap hak atas ganti rugi
atau setiap perbaikan lainnya yang mungkin dimiliki oleh masing-masing
PIHAK berdasarkan Perjanjian ini.
6. Dalam hal terjadi Peristiwa Wanprestasi PIHAK KEDUA, maka PIHAK
KEDUAakan dikenakan hukuman/denda sesuai ketentuan Perjanjian ini.
Paraf Pihak Pertama
Paraf pihak kedua
Halaman 12 dari 12
7. PIHAK PERTAMA akan memberlakukan hukuman daftar hitam (blacklist) bagi
setiap pengakhiran Perjanjian yang disebabkan karena wanprestasi PIHAK
KEDUAsebagaimana diatur lebih lanjut dalam ketentuan yang berlaku pada
PIHAK PERTAMA.
8. Terhadap pengakhiran perjanjian ini, PARA PIHAK sepakat untuk tidak
memberlakukan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

PASAL 18
PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI

1. Produksi Dalam Negeri adalah Barang/Jasa yang bahan baku dan


pembuatannya di Indonesia, diantaranya terdiri dari barang jadi, barang
setengah jadi, peralatan suku cadang, komponen utama dan komponen
pembantu, bahan baku bahan pelengkap dan bahan pembantu;
2. Barang/Jasa yang dilaksanakan di Indonesia oleh tenaga Indonesia meliputi
Barang/Jasa Konstruksi, Barang/Jasa Konsultansi dan Barang/Jasa Lainnya;
3. Perusahaan PIHAK KEDUAdiwajibkan semaksimal mungkin untuk menggunakan
barang dan jasa hasil produksi dalam negeri (sepanjang telah dapat di produksi
di dalam negeri);
4. Memiliki Sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk Produk yang
diproduksi Pabrik dalam negeri;
5. Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang terdiri atas bagian atau
komponen dalam negeri dan bagian atau komponen yang berasal dari luar
negeri (impor), dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pemilahan atau pembagian komponen harus benar-benar mencerminkan
bagian atau komponen yang telah dapat diproduksi di dalam negeri dan
bagian atau komponen yang masih harus diimpor;
b. komponen berupa bahan baku belum diproduksi di dalam negeri dan/atau
spesifikasi teknis bahan baku yang diproduksi di dalam negeri belum
memenuhi persyaratan;
c. pekerjaan pemasangan, pabrikasi, pengujian dan lainnya sedapat mungkin
dilakukan di dalam negeri;
d. semaksimal mungkin menggunakan Barang/Jasa pelayanan yang ada di
dalam negeri, seperti Barang/Jasa asuransi, angkutan, ekspedisi perbankan,
dan pemeliharaan;
e. penggunaan tenaga ahli asing dilakukan semata-mata untuk mencukupi
kebutuhan jenis keahlian yang belum dapat diperoleh di Indonesia, disusun
berdasarkan keperluan yang nyata, dan diusahakan secara terencana untuk
semaksimal mungkin terjadinya alih pengalaman/keahlian dari tenaga ahli
asing tersebut ke tenaga Indonesia; dan
f. peserta diwajibkan membuat daftar Barang/Jasa yang diimpor yang dilengkapi
dengan spesifikasi teknis, jumlah dan harga yang dilampirkan pada Dokumen
Penawaran; dan
Paraf Pihak Pertama
Paraf pihak kedua
Halaman 13 dari 13
6. Pengadaan Barang/Jasa yang berasal dari luar negeri (impor), dimungkinkan
dalam hal:
a. Barang/Jasa tersebut belum dapat diproduksi /dihasilkan di dalam negeri;
b. Spesifikasi teknis Barang/Jasa yang diproduksi di dalam negeri belum
memenuhi persyaratan; dan/atau
c. Volume produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan.

PASAL 19
KETENTUAN LAIN
1. Apabila terdapat suatu ketentuan dalam Surat Perintah Kerja ini yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
dinyatakan batal oleh Hakim, maka Surat Perintah Kerja ini tidak batal secara
keseluruhan, akan tetapi PARA PIHAK dengan itikad baik akan berunding untuk
melakukan perbaikan atas ketentuan tesebut sesuai dengan maksud dan tujuan
dibuatnya Surat Perintah Kerja ini.

2. Setiap pemberitahuan, tagihan atau komunikasi lainnya berdasarkan Surat


Perintah Kerja ini harus disampaikan secara tertulis dan dikirim melalui surat
tercatat atau disampaikan langsung yang dibuktikan dengan tanda penerimaan
tertulis yang ditujukan kepada alamat sebagai berikut :
PT PLN (PERSERO) UP3 Cirebon
Jalan Tuparev No. 100 Cirebon
Untuk Perhatian : Manager
Nomor Faksimili : (0231) 236546
Nomor Telepon : (0231) 236560 - 236561- 236562

PT SANTOSA ASIH JAYA


Jl. Raya TB. Simatupang Graha Zima, Blok C No.5 Kel. Gedong Kec. Pasar
Rebo, Kota Jakarta Timur
Untuk Perhatian : Pimpinan
Nomor Faksimili : (021) 87798689
Nomor Telepon : (021) 87793247

Masing-masing PIHAK dengan itikad baik akan melakukan tindakan yang diperlukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku agar maksud dan
tujuan diadakannya Surat Perintah Kerja ini dapat dilaksanakan dengan baik.

Paraf Pihak Pertama


Paraf pihak kedua
Halaman 14 dari 14
Pasal 20
PENUTUP

Demikian Surat Perintah Kerja ini dibuat dalam rangkap 4 (empat), 2 (dua)
diantaranya dibubuhi Meterai secukupnya serta mempunyai kekuatan hukum yang
sama, 1(satu) rangkap untuk masing- masing Pihak dan berlaku sejak ditanda-
tangani kedua belah pihak pada tanggal tersebut diatas.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


PT SANTOSA ASIH JAYA PT PLN (Persero) UP3 CIREBON
DIREKTUR MANAGER

CESAR PETRUS HASIBUAN RONNY AFRIANTO

Paraf Pihak Pertama


Paraf pihak kedua
Halaman 15 dari 15

Anda mungkin juga menyukai