Anda di halaman 1dari 14

PT.

REMBUN ASSYIFA BAROKAH MEDIKA


Jalan Garuda RT 03 RW 01 Kelurahan Bener Kec. Wiradeasa Kab Pekalongan
Email : rembunassyifa@gmail.com
Akta Notaris : 27 tanggal 29 Mei 2019 Oleh Maryadi, S.H. M. kn

SURAT PERJANJIAN KERJA


PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PRIMA SEHAT SIWALAN,
PEKALONGAN, JAWA TENGAH

Nomor :01/05/SPK/2021 Tanggal : 07 Juni 2021

Pada hari ini, Senin tanggal 07 Juni 2021 kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rini Meilasari
Jabatan : Direktur PT. Rembun Assyifa Barokah Medika
Alamat : Jl. Cempaka No. 78 RT. 005 RW. 004 Kel. Poncol,
Kec. Pekalongan Timur, Kota Pekalongan
NIK : 3674066303740004

Selaku Direktur PT. Rembun Assyifa Barokah Medika selanjutnya dalam perjanjian ini
disebut sebagai PIHAK PERTAMA

Nama Budiarto, ST.


Jabatan Pelaksana Utama
Alamat Jl. Arjuna, No. 78, RT 004 RW 002, Kel.Slerok, Kec.
Tegal Timur, Kota Tegal.
NIK
: 3328152812740006

Selaku Pelaksana Utama pada Pekerjaan Pembangunan RS. Prima Sehat Pekalongan, di
Jalan Raya Rembun, Desa Congkrah Kec. Siwalan, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Kedua belah pihak sepakat untuk melaksanakan Perjanjian Kerja dengan ketentuan dan
syarat-syarat seperti tersebut dibawah ini:

Dengan ini kedua belah pihak menyatakan untuk saling mengikat diri mengadakan
perjanjian kerja untuk Pembangunan Rumah Sakit Prima Sehat Pekalongan untuk
selanjutnya diatur dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


Pasal 1
DASAR PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN KERJA

1. Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 ; Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


2. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah.
3. Rencana Kerja dan Syarat (RKS) Rumah Sakit Prima Sehat, Jalan Raya Rembun,
Siwalan, Pekalongan, Jawa Tengah dari PT Surya Global Prima.
4. Rekapitulasi Total Engineer Estimate (EE) RS. Prima Sehat, Jalan Raya Rembun,
Siwalan, Pekalongan, Jawa Tengah dari PT Global Prima.
5. Design Summary RS Prima Sehat, Jalan Raya Rembun, Siwalan, Pekalongan, Jawa Tengah.
6. Penghitungan Struktur RS. Prima Sehat, Jalan Raya Rembun, Siwalan, Pekalongan, Jawa
Tengah Oleh PT Surya Global Prima
7. Gambar IMB RS Prima Sehat , Jalan Raya Rembun, Siwalan, Pekalongan, Jawa Tengah
Oleh PT Surya Global Prima
8. DED RS Prima Sehat, Jalan Raya Rembun,Siwalan, Pekalongan, Jawa Tengah (Gambar
Master Plant)
9. Keputusan Rumah Sakit PRIMA SEHAT PEKALONGAN Nomor: 01/V/KRS/2021
tanggal 01 Mei 2021 tentang Berita Acara Rapat (Pre Construction Meeting/PCM) yang
dihadiri Pemilik, Pengawas Pembangunan dan Pimpinan Proyek, dan menjadi dasar
hukum yang harus dilaksanakan untuk pengerjaan pembangunan RS. Prima Sehat
Pekalongan
10. Ijin dari DPT (Dinas Pelayanan Terpadu) Kabupaten Pekalongan berupa
a. IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) Nomor : …………………………
b. IPT (Ijin Prinsip) Nomor : …………………………
c. REKOMENDASI Nomor : …………………………
11. PIHAK PERTAMA memberikan tugas pada PIHIAK KEDUA untuk melaksanakan
Pembangunan Rumah Sakit Prima Sehat yang berlokasi di Jalan Raya Rembun, Desa
Congkrah., Kec. Siwalan, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan spesifikasi teknis dan gambar Shop Drawing terlampir yang telah disetujui oleh
kedua belah pihak

Pasal 2
TUGAS PEKERJAAN

PIHAK PERTAMA memberikan tugas pekerjaan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA menerima tugas tersebut dari PIHAK PERTAMA masing-masing dalam jabatan
kedudukan tersebut diatas untuk melaksanakan, menyelesaikan dan memelihara
Pembangunan RS. Prima Sehat Pekalongan, Jalan Raya Rembun, Siwalan, Pekalongan, Jawa
Tengah, sehingga memberi kepuasan kepada PIHAK PERTAMA sesuai dengan ketentuan
dalam dokumen kontrak.

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


Dokumen Kontrak telah terlampir dengan penjelasannya sesuai dengan perjanjian kedua
belah pihak PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tanpa adanya keterpaksaan,
diantaranya Dokumen yang terlampir:
a. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
b. Berita Acara Pre Construction Meeting (PCM).

Pasar 3
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan tersebut dalam pasal 1 diatas harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA atas
dasar referensi-referensi kerja yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
perjanjian ini.
2. Dokumen Pengadaan Standar sesuai dengan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(terlampir)
3. Semua ketentuan dan peraturan-peraturan administrasi teknis yang tercantum dalam :
a. Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/jasa Pemerintah.
c. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
d. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971 .
e. Petunjuk-petunjuk dan Peringatan-peringatan tertulis yang diberikan oleh direksi/
pengawas pekerjaan untuk mencapai tujuan perjanjian.
f. Bentuk kontrak lump sump.
I) Fixed Lump Sump Price (PP 29/2000 Pasal 21 ayat 2) adalah kontrak dimana
volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang.
II) Unit Price (PP 29/2000 Pasal 21 ayat 2) dalah kontrak dimana volume pekerjaan
yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang
untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan.
III) PERPRES No. 54 Tahun 2010, Pasal 51 ayat 1, Kontrak Lump sump merupakan
kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas
waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan:
a) Jumlah harga pasti dan tetap, serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga
b) Semua resiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa
c) Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai
isi kontrak
d) Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based)
e) Total harga penawaran bersifat mengikat
f) Pasal 87 ayat l; Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada
saat pelaksanaan dengan gambar dan atau spesifikasi teknis yang ditentukan
dalam dokumen kontrak, dapat dilakukan perubahan kontrak yang meliputi
1) Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak
2) Menambah dan atau mengurangi jenis pekerjaan

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


3) Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan,
atau
4) Mengubah jadwal pelaksanaan/ harus sesuai dengan jadwal

4. PERMEN PU No. 043 Buku 2 Tahun 2007 (Jenis kontrak kerja konstruksi atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang
pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian
pekerjaan sepenuhnya ditanggung penyedia jasa).

Pasal 4
PENGAWASAN PEKERJAAN

1. Untuk melakukan pengendalian pekerjaan yang terjadi atas pengawasan dan tindakan
pengoreksian PIHAK PERTAMA menunjuk Konsultan Pengawas Pekerjaan yang
bertindak untuk dan atas nama PIHAK PERTAMA dan akan diberitahukan secara tertulis
kepada PIHAK KEDUA,
2. Apabila petugas yang ditunjuk dalam ayat 1 pasal ini berhalangan atau tidak dapat
menjalankan kewajibannya maka PIHAK PERTAMA akan menunjuk penggantinya
secara tertulis dan disampaikan kepada PIHAK KEDUA.
3. PIHAK KEDUA harus memenuhi segala petunjuk (dalam pelaksanaan teknis atau
perintah pengawas pekerjaan/PIHAK PERTAMA).
4. PIHAK KEDUA telah membuat Struktur Organisasi Lapangan untuk pengawasan
pekerjaan dan dilaksanakan sesuai dengan bagan Struktur Organisasi, keterangan Bagan
Struktur Organisasi Lapangan terlampir.
5. Sebagai pengawas pekerjaan akan dilakukan langsung oleh PIHAK PERTAMA atau
orang yang ditunjuk dan diberi kuasa Oleh PIHAK KEDUA dan diberitahukan secara
tertulis kepada PIHAK PERTAMA.
6. PIHAK KEDUA harus bersedia jika diminta mendampingi oleh PIHAK PERTAMA
dalam pengawasan pekerjaan di lokasi proyek.
7.
Pasal 5
BAHAN-BAHAN DAN ALAT-ALAT

1. Bahan-bahan, alat-alat dan segala sesuatunya yang diperlukan untuk melaksanakan


pekerjaan pemborongan tersebut dalam pasal (1) ini, harus disediakan oleh PIHAK
KEDUA.
2. PIHAK KEDUA wajib membuat tempat atau gudang yang baik untuk memindahkan
bahan-bahan dan alat-alat tersebut guna lancarnya pekerjaan.
3. PIHAK PERTÂMA pengawas pekerjaan berhak menolak bahan-bahan dan alat alat yang
disediakan oleh PIHAK KEDUA, jika kualitasnya tidak memenuhi persyaratan.
4. Jika bahan-bahan dan alat-alat tersebut tidak disetujui oleh PIHAK PERTAMA /
Pengawas pekerjaan, maka PIH.AK KEDUA berkewajiban menggantikannya dengan
yang memenuhi persyaratan.

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


5. Penggunaan bahan-bahan dan alat-alat harus sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) atau PCM.

Pasal 6
TENAGA KERJA DAN UPAH

1. Agar pekerjaan berjalan seperti yang telah ditetapkan PIHAK KEDUA harus
menyediakan tenaga kerja yang cukup jumlah, keahlian dan keterampilannya.
2. Ongkos dan upah kerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut ditanggung PIHAK KEDUA.

Pasal 7
PELAKSANA PIHAK KEDUA

1. Ditempat pekerjaan harus selalu ada wakil PIHAK KEDUA yang ditunjuk sebagai
pemimpin pelaksanaan atau tenaga ahli yang berwenang/kuasa penuh untuk mewakili
PIHAK KEDUA, dan dapat menerima/memutuskan segala petunjuk PIHAK
PERTAMA.

2. Ditempat pekerjaan hanıs selalu ada wakil PIHAK KEDUA yang ditunjuk sebagai
pemimpin pelaksanaan atau tenaga ahli yang berwenang/kuasa penuh untuk mewakili
PIHAK KEDUA, dan dapat menerima/memutuskan segala petunjuk PIHAK PERTAMA,

Pasal 8
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

1. Jangka Waktu pelaksanaan pekerjaan sampai dengan 100 % yang disebut dalam pasal 1
Surat Perjanjian ini ditetapkan selama 548 (lima ratus empat puluh delapan) hari kalender
terhitung sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

2. Waktu penyelesaian tersebut dalam ayat 1 pasal ini tidak dapat di ubah oleh PIHAK
KEDUA kecuali adanya Keadaan Kahar seperti yang diatur dalam pasal (9) pejanjian ini
atau adanya perintah penambahan pekerjaan sesuai dengan pasal (14) dari pejanjian ini.
Selanjutnya hal-hal lain yang tak terduga seperti hujan terus-menerus sehingga tidak
memungkınkan laği untuk bekerja. Semua ini hanıs disetujui oleh PIHAK PERTAMA
secara tertulis bahwa waktu penyelesaiannya ditambah.

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


Pasal 9
KEADAAN KAHAR (FORCE MAJUERE)

1. Yang dimaksud dengan Keadaan Kahar adalah peristiwa-peristiwa sebagai


berikut:
a. Bencana Alam
b. Bencana Non Alam
c. Bencana Sosial
d. Pemogokan
e. Kebakaran dan/atau
f. Gangguan İndustri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama
Menteri Keuangan dan Menteri Teknis terkait.

2. Apabila terjadi Keadaan Kahar PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis
kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari
sejak terjadinya Keadaan Kahar dengan menyertakan salinan pernyataan keadaan kahar
yang dikeluarkan oleh pihak/instansi berwenang sesuai ketentuan peraturan
perundangan-undangan.

3. Atas Pemberitahuan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA dapat menyetujui atau


menolak secara tertulis Keadaan Kahar tersebut itu dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak
pemberitahuan tersebut.

4. Jika dalam 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan PIHAK KEDUA kepada


PIHAK PERTAMA tentang Keadaan Kahar tersebut PIHAK PERTAMA tidak memberi
jawaban maka PIHAK PERTAMA dianggap menyetujui adanya Keadaan Kahar
tersebut

Pasal 10
MASA PEMELIHARAAN

1. Masa Pemeliharaan atas hasil pekerjaan ditetapkan selama 182 (seratus delapan puluh
dua ) hari atau 6 (bulan) kalender terhitung sejak tanggal setelah selesainya pekerjaan
dan diterima oleh PIHAK PERTAMA dalam keadaan baik, yang dinyatakan dalam
Berita Acara serah terima.

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


2. Dalam hal adanya perbaikan perbaikan yang dilakukan melampaui jangka waktu
tersebut dalam ayat I Pasal ini, maka masa pemeliharaannya dihitung sampai
berakhimya perbaikan yang dilakukan tersebut.

3. Semua biaya perbaikan ditanggung PIHAK KEDUA

Pasal 11
HARGA BORONG

1. Jumlah Harga Kontrak Pekerjaan tersebut dalam pasal I perjanjian ini adalah
sebesar : Rp. 15.961.000.000 (lima belas milyar sembilan ratus enam puluh satu juta
rupiah) Jumlah biaya pekerjaan Pelaksanaan tersebut adalah merupakan biaya tetap dan
dibebankan pada PT. Rembun Assyifa Barokah Medika
2. Volume harga satuan pekerjaan, harga satuan upah satuan bahan pekerjaan tidak
mengikat pada pelaksanaan fisik, tetapi dipergunakan untuk menghitung perubahan
pekerjaan, bila terjadi pekerjaan tambah atau kurang, evaluasi ulang dan menghitung
prestasi pekerjaan.
3. Dalam jumlah harga borongan tersebut diatas adalah sudah termasuk segala pengeluaran
pemborongan dan biaya lainnya yang harus dibayar PIHAK KEDUA sesuai dengan
ketentuan- ketentuan yang berlaku.

Pasal 12
CARA PEMBAYARAN

1. Pembayaran biaya borongan tersebut pada pasal 11 diatas akan dilakukan


dengan perincian sebagai berikut :

Tenggat
No. Progres (%) Termint Pembiayaan (Rp.)
Tanggal
1 13 % 13 % 07-07-2021 Rp. 1.971.183.500,-
2 26 % 13 % 07-09-2021 Rp. 1.971.183.500,-
3 45 % 19 % 07-11-2021 Rp. 2.880.960.500,-
4 60 % 15 % 07-01-2022 Rp. 2.274.442.500,-
5 72 % 12 % 07-03-2022 Rp. 1.819.183.000,-
6 85 % 13 % 07-05-2022 Rp. 1.971.183.500,-
7 100 % 15% 07-07-2022 Rp. 2.274.442.000,-

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


Jumlah Rp. 15.162.950.000,-

Pembayaran Pemeliharaan Gedung


Pembayaran Tenggat Tanggal Pembiayaan
1 07-10-2022 Rp. 90.000.000
2 07-11-2022 Rp. 90.000.000
3 07-12-2022 Rp. 90.000.000
4 07-01-2023 Rp. 90.000.000
5 07-02-2023 Rp. 90.000.000
6 07-03-2023 Rp. 90.000.000
7 07-04-2023 Rp. 90.000.000
8 07-05-2023 Rp. 90.000.000
9 07-06-2023 Rp. 78.050.000
Jumlah Rp. 798.050.000
Jumlah Rp. 15.961.000.000,-

2. PIHAK PERTAMA membayar kepada PIHAK KEDUA dengan tepat waktu


berdasarkan jadwal dan progres yang telah disepakati bersama.

Pasal 13
KENAIKAN HARGA

1. Kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah selama masa pelaksanaan pekerjaan
borongan pekejaan ini ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA.

2. Pada dasamya PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan klien atas kenaikan
harga bahan-bahan, alat-alat dan upah terkecuali apabila terjadİ tindakan/kebijakan
pemerintah RI dalam bidang moneter, yang secara syah diumumkan dan diatur dalam
peraturan pemerintah khusus tentang pekerjaan pemborongan.

Pasal 14
PEKERJAAN TAMBAH KURANG

1. Penyimpangan-penyimpangan atau perubahan-perubahan yang merupakan penambahan


pengurangan-pengurangan pekerjaan dianggap sah sesudah mendapat perintah tertulis
dari pengawas / PIHAK PERTAMA dengan menyebutkan jenis dan perincian pekerjaan
secara jelas.

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


2. Perhitungan penambahan atau pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar yang
disetujui oleh kedua belah pihak.
3. Untuk pekerjaan tersebut di atas dibuat perjanjian tambahan (addendum).

Pasal 15
PENGAMANAN TENAGA KERJA DAN TEMPAT KERJA

1. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja, tenaga kerja,
kebersihan halaman, bangunan-bangunan, gedung alat-alat dan bahan bangunan
selama pekerjaan berlangsung.
2. PIHAK KEDUA bertanggung jawab/wajib menyediakan sarana untuk menjaga
keselamatan para tenaga kerjanya guna menghindari bahaya yang mungkin terjadi
pada saat melaksanakan pekerjaan.
3. Jika terjadi kecelakaan pada saat pelaksanaan pekerjaan maka PIHAK KEDUA
diwajibkan memberikan pertolongan kepada korban dan segala biaya yang
dikeluarkan sebagai akibatnya menjadi tanggung jawab/ beban PIHAK KEDUA.
4. PIHAK KEDUA wajib menyediakan tempat tinggal yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan ketertiban, dalam hal para tenaga tinggal sementara di lokasi
pekerjaan.
5. Hubungan antara tenaga kerja dengan PIHAK KEDUA sepanjang tidak
diatur secara khusus, tunduk pada peraturan yang berlaku.
6. PIHAK KEDUA harus menggunakan program K3L (keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Lingkungan)
Dasar dari Program K3L adalah:
a. Undang - undang Nomor 14 tahun 1989 tentang Keselamatan Kesehatan Tenaga Kerja
b. Undang-undang nomor I tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
c. Peraturan No.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan
d. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Urnum dan Menteri Tenaga Kerja Noo. 174/
MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tetang Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada
Tempat Pekerjaan Konstruksi
e. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
f. Peraturan Menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) konstruksi Bidang PU.

Pasal 16
LAPORAN

1. PIHAK KEDUA wajib membuat laporan berkala baik mengenai pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pekerjaan yang termasuk dalam
pasal (1) perjanjian ini.
Pasal 17
SANKSI DAN DENDA

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


1. Apabila terjadi keterlambatan yang disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA setelah mendapat
peringatan 3 (tiga) kali berturut-turut tidak mengindahkan dari tugas kewajibannya
sebagaimana tercantum dalam pasal 3, pasal 4 ayat I dan 2, pasal 5 ayat 1 dan 3, pasal 7 ayat l,
pasal 14 ayat 2 dan 4 serta pasal 15 surat perjanjian ini, maka untuk setiap kali melakukan
kelalaian PIHAK KEDUA wajib membayar "denda kelalaian" sebesar 1/10.000 dari harga
borongan (RP.1.569.100) dan atau sampai dengan sebanyak-banyaknya sebesar 5% (lima
persen) dari harga borongan, dengan ketentuan bahwa PIHAK KEDUA tetap berkewajiban
untuk memenuhi ketentuan termasuk dalam ayat ini.

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


2. Jika PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan borongan sesuai dengan
jangka waktu pelaksanaan yang tercantum pada pasal 8 surat perjanjian ini, maka untuk
setiap hari keterlambatan PIHAK KEDUA wajib membayar denda 1/10.000 dari harga
borongan (Rp. 1.569.100.-/hari), dan atau sampai dengan sebanyak.banyaknya sebesar
5% (lima persen) dari harga borongan.
3. Denda-denda tersebut dalam ayat I dan 2 pasal ini, akan diperhitungkan dengan
kewajiban pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.

Pasal 18
RESIKO

1. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA musnah dengan cara apapun sebelum diserahkan
kepada PIHAK PERTAMA maka PIHAK bertanggung jawab sepenuhnya atas segala
kerugian yang timbul, kecuali jika PIHAK PERTAMA telah lalai untuk menerima hasil
pekerjaan tersebut.
2. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah diluar kesalahan
kedua belah pihak (akibat Keadaan Kahar tersebut dalam pasal 9) sebelum pekerjaan
diserahkan kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA tidak lalai untuk menerima
/ menyetujui hasil pekerjaan tersebut maka segala kerugian yang timbul akibat keadaan itu
akan ditanggung oleh kedua belah pihak secara musyawarah dan mufakat.
3. Jika waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi kemacetan-kemacetan yang diakibatkan tidak
masuknya atau tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat karena semata- mata kesalahan
dari PIHAK KEDUA maka segala resiko akibat kemacetan pekerjaan tersebut pada
dasarnya menjadi tanggungjawab PIHAK KEDUA.
4. Segala persoalan dan tuntutan tenaga kerja maupun kontraktor menjadi beban dan tanggung
jawab sepenuhnya PIHAK KEDUA.Bilamana selama PIHAK KEDUA melaksanakan
pekerjaan pemborongan ini menimbulkan kerugian bagi PIHAK KETIGA (orang-orang
yang tidak ada sangkut pautnya dalam perjanjian ini), maka segala kerugian ditanggung
sepenuhnya Oleh PIHAK KEDUA

Pasal 19
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan
diselesaikan secara musyawarah.
2. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka diselesaikan
Oleh suatu "Panitia Perdamaian" yang berfungsi sebagai Juri/wasit, yang dibentuk dan
diangkat Oleh kedua belah pihak yang terdiri dari:
- Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai anggota.
- Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota.

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


- Seorang PIHAK KETIGA yang ahli, sebagai ketua yang terpilih dan disetujui kedua
anggota tersebut.
Keputusan "Panitia Perdamaian" ini mengikat kedua belah pihak, dan biaya
penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul bersama.
3. Jika keputusan sebagaimana dimaksud ayat 3 pasal ini tidak dapat diterima oleh salah
satu pihak, maka perselisihan akan diteruskan melalui Pengadilan Negeri setempat.
4. Penyelesaian Perselisihan menurut Undang-undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi juncto Undang undang No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
penyelesaian sengketa juncto Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tetang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi serta peraturan Iain.
5. Dalam hal kasus sengketa yang bersifat kontraktual atau sengketa dimasa pekerjaan
sedang berlangsung, maka penyelesaian sengketa tersebut dapat melalui jalur-jalur:
5.1 Jalur Konsultasi
5.2 Jalur Negosiasi
5.3 Jalur Mediasi
5.4 Jalur Konsiliasi
5.5 Jalur Pendapat Hukum oleh Lembaga Arbitrase

Pasal 20
PEMUTUSAN PERJANJIAN

l. PIHAK PERTAMA berhak memutuskan perjanjian secara sepihak, dengan


pemberitahuan secara tertulis 7 (tujuh) hari sebelumnya setelah melakukan
peringatan/teguran tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dalam hal PIHAK KEDUA:
1.1 Dalam waktu I bulan berturut-turut terhitung tanggal surat perjanjian ini tidak atau
belum memulai pekerjaan pemborongan sebagaimana diatur dalam pasal 1 surat
perjanjian ini.
1.2 Dalam waktu 1 bulan berturut-turut tidak melanjutkan pekerjaan pemborongan yang
telah dimulai.
1.3 Secara langsung ataupun tidak langsung sengaja memperlambat penyelesaian
pekerjaan pemborongan ini.
1.4 Memberikan keterangan tidak benar yang merugikan atau dapat merugikan PIHAK
PERTAMA sehubungan dengan pekerjaan pemborongan ini.
1.5 Jika pekerjaan ini dilaksanakan PIHAK KEDUA tidak sesuai dengan jadwal waktu
Yang dibuat PIHAK KEDUA dan telah disetujui o1eh PIHAK PERTAMA dan atau
pengawas pekerjaan.
1.6 Telah dikenakan denda keterlambatan paling tinggi 5% dari harga borongan.

2. Jika pemutusan perjanjian PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini
PIHAK PERTAMA dapat menunjuk pemborong lain .

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


Pasal 21
BEA MATERAI DAN PAJAK

1. Bea Materai dan Pajak dilunasi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
2. PIHAK KEDUA harus mempunyai NPWP dan telah membayar pajak tahunan.
3. Pajak Pembangunan dengan metoda Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) sebesar 4%
dari nilai belanja barang dan jasa dibebankan kepada PIHAK KESATU (PT.Rembun
Assyifa Barokah Medika)

Pasal 22
TEMPAT DAN KEDUDUKAN

Segala akibat, yang terjadi dari pelaksanaan pekerjaan ini, kedua belah pihak telah memilih
tempat kedudukan (domisili) hukum yang tetap dan sepakat memilih Pengadilan Negeri
Kabupaten Pekalongan.

Pasal 23
LAIN-LAIN

Segala sesuatu yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau perubahan perubahan yang
dianggap perlu oleh kedua belah pihak akan diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian
Tambahan (ADDENDUM) dan merupakan perjanjian yang tidak terpisahkan dari Surat
Perjanjian ini.

Pasal 24
KETENTUAN PENUTUP

1. Dengan ditandatanganinya Surat Perjanjian ini oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA, maka seluruh ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal perjanjian ini dan
seluruh dokumen yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari
perjanjian ini.
2. Yang dimaksud dengan dokumen tersebut dalam ayat 1 pasal ini adalah dokumen yang
ada pada saat mulai, selama dan sesudah surat perjanjian ini berlaku bagi
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA meliputi:
a. Dokumen pengadaan beserta perubahaannya (addendum)
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua


Pasal 25
PENUTUP

Surat Perjanjian ini ditandatangani Oleh kedua belah pihak hari ini pada tanggal tersebut
diatas. Dan dinyatakan syah serta mengikat sejak tanggal ditandatangani.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

Direktur
Pimpinan Proyek PT. Rembun Assyifa Barokah Medika

Budiarto ST Rini Meilasari

Paraf pihak pertama

Paraf pihak kedua

Anda mungkin juga menyukai