Anda di halaman 1dari 13

SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN

NOMOR : 817/K1O/PPK/LK/2015
TANGGAL : 01 MEI 2015
PEKERJAAN : REDESAIN RUMAH TINGGAL DUA LANTAI SEMARANG

HARGA BORONGAN : RP. 834.700.000,00 ( DELAPAN RATUS TIGA PULUH


EMPAT JUTA TUJUH RATUS RIBU RUPIAH )
TAHUN ANGGARAN : 2015

DILAKSANAKAN OLEH :
CV. ESCODA JAYA
Desa Wonoyoso Rt 05 Rw 06 Kecamatan Pringapus Semarang
SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN
REDESAIN RUMAH TINGGAL DUA LANTAI SEMARANG
NOMOR : 817/K10/PPK/LK/2015
TANGGAL : 01 MEI 2015

Pada hari ini Jumat tanggal satu bulan Mei tahun 2015 , kami yang bertanda tangan dibawah ini :
I. Nama : Drs. Martono, MT.
Jabatan : Pimpinan Proyek
Alamat Kantor : Jl. Klenteng Sari I No.4 Rt 06 Rw 02 Pedalangan, Banyumanik, Semarang
Selaku Pejabat Pembuat Komitmen berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN RI Nomor : 679/A.A3/KU/2015
tanggal 25 bulan Februari tahun 2015, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Negara yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
II. Nama : Tetty Anggraeni
Jabatan : Direktur Utama PT. TETTY ANGGRAENI
Alamat Kantor : Dusun Cikalong Rt 07/RW 05 Sidareja, Cilacap
Yang didirikan sesuai dengan Akte Notaris Nomor : tanggal 9 bulan Juni tahun 2002 oleh MUHAMMAD
HAFIDH, SH., yang dalam hal ini sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasarnya, bertindak untuk dan
atas nama PT. TETTY ANGGRAENI yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak sepakat mengadakan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Redesain Rumah Tinggal Dua
Lantai Semarang, selanjutnya disebut dengan Surat Perjanjian, dengan ketentuan dan syarat syarat
sebagaimana tercantum dalam pasal - pasal dan ayat-ayat sebagai berikut :

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA memberikan tugas pekerjaan kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima tugas
tersebut, yaitu untuk melaksanakan pekerjaan : REDESAIN RUMAH TINGGAL DUA LANTAI SEMARANG
sesuai Daftar Terlampir.

PASAL 2
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN
Sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan ini adalah :
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;
2. Keppres Nomor 42 Tahun 2002 jo. Keppres No. 72 tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
3. Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
beserta peraturan-peraturan perubahannya;
4. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) dengan semua perubahan sesuai dengan Berita Acara
Penjelasan pekerjaan Nomor : 479/K10/Pan/LK/2015 tanggal 22 bulan Maret tahun 2015
5. PERPRES RI No.54 tahun 2010, Tentang pengadaan barang/ jasa Pemerintah
6. PERPRES RI No.70 tahun 2012, Tentang pengadaan barang/ jasa Pemerintah
7. Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa : Nomor : 725/K10/PPK/LK/2015 tanggal 20 bulan
April tahun 2015
PASAL 3
DIREKSI / PENGAWAS PEKERJAAN
1. Untuk melakukan pengendalian pekerjaan yang terdiri atas pengawasan dan tindakan pengoreksian,
sehingga PIHAK KEDUA dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan
ketentuan dalam Surat Perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA menunjuk CV. MAWAR MELATI yang
beralamat di Jl. Klenteng Sari No.102 Pedalangan, Banyumanik, Semarang sebagai Pengawas
Pekerjaan dan bertindak atas nama PIHAK PERTAMA, penunjukan tersebut akan diberitahukan secara
tertulis kepada PIHAK KEDUA;
2. Apabila Badan Hukum yang ditunjuk dalam ayat ( 1 ) Pasal ini berhalangan atau tidak dapat
menjalankan kewajibannya, maka PIHAK PERTAMA akan menunjuk penggantinya yang secara tertulis
akan disampaikan kepada PIHAK KEDUA;
3. PIHAK KEDUA harus memenuhi segala petunjuk ( dalam hal teknis, berdasarkan RKS dan Addendum /
Berita Acara Aanwijzing) dan atau perintah dari Pengawas Pekerjaan / PIHAK PERTAMA;

PASAL 4
BAHAN - BAHAN DAN ALAT ALAT
1. Bahan-bahan, Alat-alat dan segala sesuatunya yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan
pemborongan tersebut dalam Pasal 1 perjanjian ini, harus disediakan oleh PIHAK KEDUA;
2. PIHAK KEDUA wajib membuat tempat atau gudang yang baik untuk menyimpan bahan-bahan dan alat-
alat tersebut guna kelancaran pekerjaannya;
3. PIHAK PERTAMA / Pengawas Pekerjaan berhak menolak bahan-bahan dan alat-alat yang disediakan
oleh PIHAK KEDUA, jika spesifikasi dan kualitasnya bahan maupun alat tidak memenuhi persyaratan;
4. Jika bahan-bahan dan alat-alat tersebut ditolak oleh PIHAK PERTAMA / Pengawas Pekerjaan, maka
PIHAK KEDUA harus menyingkirkan bahan-bahan dan alat-alat dari lokasi pekerjaan dalam waktu 2 x
24 jam, kemudian menggantinya dengan alat maupun bahan yang memenuhi persyaratan;
5. Tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat, tidak dapat dijadikan alasan penyebab kelambatan
pekerjaan.

PASAL 5
TENAGA KERJA DAN UPAH
1. Agar pekerjaan berjalan seperti yang ditetapkan, PIHAK KEDUA harus menyediakan tenaga kerja yang
cukup dalam jumlahnya, keahliannya dan ketrampilannya;
2. Ongkos-ongkos dan upah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut ditanggung oleh PIHAK KEDUA;
3. PIHAK KEDUA wajib menyelenggarakan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) sesuai
dengan ketentuan dalam Undang Undang No. 3 tahun 1992 juncto Peraturan Pemerintah No. 14 tahun
1993.

PASAL 6
PELAKSANA PIHAK KEDUA
1. Ditempat pekerjaan harus selalu ada wakil PIHAK KEDUA yang ditunjuk sebagai Pemimpin Pelaksana /
Tenaga Ahli, yang mempunyai wewenang / kekuasaan penuh untuk menerima / memberikan /
memutuskan segala petunjuk - petunjuk dari PIHAK PERTAMA;
2. Penunjukan Pemimpin Pelaksana / Tenaga Ahli ini harus mendapat persetujuan secara tertulis dari
PIHAK PERTAMA;
3. Apabila menurut pertimbangan PIHAK PERTAMA, Pemimpin Pelaksana / Tenaga Ahli yang digunakan
oleh PIHAK KEDUA tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan, maka PIHAK PERTAMA akan
memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA segera mengganti dengan
Pemimpin Pelaksana / Tenaga Ahli lain yang memenuhi persyaratan tersebut;
4. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas kerugian PIHAK PERTAMA sebagai akibat perbuatan orang-
orang yang dipekerjakan olehnya.
PASAL 7
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
1. Jangka waktu pelaksanaan sampai pekerjaan selesai 100 % yang disebut dalam Pasal 1 Perjanjian ini
ditetapkan selama 150 (seratus lima puluh hari) hari kalender terhitung sejak diterbitkannya Surat
Perintah Mulai Kerja ( SPK/ SPMK );
2. Waktu penyelesaian pekerjaan tersebut dalam ayat (1) Pasal ini tidak dapat diubah oleh PIHAK KEDUA,
kecuali adanya Keadaan memaksa ( Force Majeure ) seperti diatur dalam Pasal 9 Surat Perjanjian ini,
atau adanya perintah penambahan pekerjaan sesuai Pasal 15 Surat Perjanjian ini atau perubahan-
perubahan yang dipandang perlu oleh kedua belah pihak seperti diatur dalam Pasal 24 ayat 1 Surat
Perjanjian ini;
3. Perubahan jangka waktu tersebut pada ayat 2 Pasal ini, harus disetujui oleh PIHAK PERTAMA secara
tertulis dan diketahui oleh Pejabat yang berwenang dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, atau Pejabat
yang ditunjuk olehnya.

PASAL 8
KEADAAN MEMAKSA ( FORCE MAJEURE)
1. Yang termasuk dalam Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) adalah peristiwa-peristiwa antara lain seperti
berikut :
- Bencana alam ( gempa bumi, tanah longsor, angintopan dan banjir );
- Kebakaran;
- Perang, huru-hara, pemogokan, pemberontakan, demonstrasi, dan epidemi atau keadaan-keadaan di
luar kekuasaan PIHAK KEDUA untuk mengatasinya, yang secara keseluruhan atau sebagian ada
hubungan langsung dengan penyelesaian pekerjaan pemborongan ini;
- Peraturan Pemerintah dibidang moneter yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan Peraturan
Pemerintah, dan kebijakan Pemerintah dibidang moneter yang secara langsung atau tidak langsung,
mempengaruhi jalannya pelaksanaan proyek;
2. Apabila terjadi Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) PIHAK KEDUA harus memberitahukan kepada
Pengawas pekerjaan / PIHAK PERTAMA secara tertulis dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak terjadinya
Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) tersebut;
3. Pemberitahuan tersebut pada ayat 2 Pasal ini harus dilengkapi dengan data-data yang dapat
dipertanggung jawabkan dan disahkan oleh pihak yang berwenang dalam jangka waktu 3 x 24 Jam;
4. Dalam pemberitahuan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA dapat menyetujui atau menolak secara tertulis
adanya Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) itu dalam jangka waktu 3 x 24 jam, setelah diterimanya
pemberitahuan tersebut pada ayat (2) dan (3) Pasal ini;
5. Jika dalam waktu 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
dan PIHAK PERTAMA tidak memberikan jawabannya, maka PIHAK PERTAMA dianggap menyetujui
adanya Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) tersebut.
6. Bilamana Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) itu ditolak oleh PIHAK PERTAMA, maka berlaku
ketentuan-ketentuan Pasal 18, 19, 20, 21 dan 24 dalam perjanjian ini.

PASAL 9
MASA PEMELIHARAAN
1. Masa pemeliharaan dari hasil pekerjaan ditetapkan selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
setelah tanggal selesainya pekerjaan atau prestasi pekerjaan mencapai 100% yang dinyatakan dalam
Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan ( PHO )
2. Selesainya masa pemeliharaan dinyatakan dalam Berita Acara Pemeliharaan dan diterimanya pekerjaan
pemeliharaan oleh PIHAK PERTAMA dalam keadaan baik yang dinyatakan dalam Berita Acara
Penyerahan Kedua Pekerjaan ( FHO );
3. Dalam hal adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam ayat ( 1 ) Pasal ini, maka masa
pemeliharaan untuk pekerjaan perbaikan tersebut dihitung sampai dengan berakhirnya perbaikan yang
dilakukan tersebut;
4. Semua biaya perbaikan yang dikeluarkan dalam masa pemeliharaan ditanggung oleh PIHAK KEDUA;
5. Selama masa pemeliharaan tersebut PIHAK KEDUA diharuskan dan bertanggung jawab atas perbaikan /
pembetulan dan penyempurnaan dari segala kekurangan - kekurangan serta cacat - cacat dari pekerjaan
seperti yang tersebut dalam Pasal 1 sehingga dapat diterima oleh PIHAK PERTAMA.

PASAL 10
JAMINAN UANG MUKA / PELAKSANAAN / PEMELIHARAAN
A. Jaminan Uang Muka
1. Apabila PIHAK KEDUA untuk pekerjaan ini menghendaki pembayaran Uang Muka, maka PIHAK
KEDUA harus menyerahkan Jaminan Uang Muka berupa Jaminan Bank Pemerintah/Bank lain/Lembaga
Keuangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebesar 20 % dari harga
borongan (HB) atau sebesar = 20 % x Rp. 834.700.000,00 = Rp. 250.410.000 (dua rajus lima puluh
juta empat ratus sepuluh ribu rupiah);
2. Jaminan Uang Muka ini akan diterima kembali oleh PIHAK KEDUA setelah uang muka selesai
diperhitungkan di dalam penerimaan termyn/ angsuran.

B. Jaminan Pelaksanaan
1. Sebagai jaminan pelaksanaan pekerjaan borongan, maka selambat-lambatnya, pada saat perjanjian ini
ditandatangani, PIHAK KEDUA harus menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA jaminan pelaksanaan
pekerjaan berupa Surat Jaminan Bank Pemerintah/Bank lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Republik Indonesia,
2. Berdasarkan Dokumen Pelelangan Umum dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) serta
Addendum Dokumen Pelelangan Umum Nomor : 479/K10/Pan/LK/2015 tanggal 22 MARET 2015 untuk
pekerjaan tersebut di atas, PIHAK KEDUA harus menyediakan Jaminan Pelaksanaan sebesar 5 % dari
Harga Borongan (HB) yaitu 5 % X Rp. 834.700.000,00 = Rp. 41.735.000,00 (empat puluh satu juta
tujuh ratus tiga puluh lima ribu rupiah)
3. Surat Jaminan Bank tersebut, akan diserahkan kembali oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA,
setelah pekerjaan dilaksanakan dengan baik yang dinyatakan dengan Berita Acara Serah Terima
Pertama dan diganti dengan Surat Jaminan Pemeliharaan;
4. Jaminan pelaksanaan tersebut pada huruf B ayat (1) Pasal ini dapat dicairkan PIHAK PERTAMA secara
langsung dan disetor ke Kas Negara apabila PIHAK KEDUA mengundurkan diri dan atau apabila
terjadinya pemutusan perjanjian;
5. Apabila terjadi perpanjangan jangka waktu pelaksanaan yang telah disetujui oleh PIHAK PERTAMA,
maka PIHAK KEDUA wajib memperpanjang jaminan pelaksanaannya.

C. Jaminan Pemeliharaan
1. Sebagai jaminan pemeliharaan atas pekerjaan pemeliharaan pada masa pemeliharaan dimana
penyelesaian pekerjaan pemeliharaan tersebut melewati batas akhir tahun anggaran.
2. Jaminan Pemeliharaan ini harus diserahkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA berupa
Surat Jaminan Bank Pemerintah/Bank lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Republik
Indonesia, pada saat pengajuan angsuran terakhir pada tahun anggaran yang sama ( bilamana masa
pemeliharaan berakhir pada tahun anggaran berikutnya );
3. Besarnya Jaminan Pemeliharaan yang harus diserahkan PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
sebesar : 5 % dari Harga Borongan (HB) yaitu 5 % X Rp 834.700.000,00 = Rp. 41.735.000,00 (empat
puluh satu juta tujuh ratus tiga puluh lima ribu rupiah);
4. Surat Jaminan Pemeliharaan tersebut dapat dicairkan kembali oleh PIHAK KEDUA setelah masa
pemeliharaan berakhir yang ditandai dengan diterbitkannya Berita Acara Pemeliharaan dan Berita Acara
Serah Terima Pekerjaan yang ke dua (FHO );
5. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan pekerjaan pemeliharaan pada masa pemeliharaan seperti
diatur dalam pasal 10 Surat Perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA dapat mencairkan Jaminan
Pemeliharaan tersebut setelah memberikan surat teguran secara tertulis kepada PIHAK KEDUA, dan
PIHAK KEDUA tidak mengindahkan surat teguran dari PIHAK PERTAMA tersebut.

PASAL 11
HARGA BORONGAN PEKERJAAN
1. Jumlah harga borongan untuk pekerjaan tersebut pada Pasal 1 ( satu ) perjanjian ini termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) adalah sebesar Rp. 834.700.000,00 (delapan ratus tiga puluh empat juta
tujuh ratus ribu rupiah) merupakan jumlah yang tetap dan pasti (lumpsum fixed price) dibebankan
pada dana pribadi Bapak Suharsono.
2. Dalam jumlah Harga Borongan tersebut diatas sudah termasuk segala pengeluaran pemborong : Jasa
Kontraktor dan iuran-iuran daerah lainnya yang harus dibayar oleh PIHAK KEDUA sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.

PASAL 12
CARA PEMBAYARAN
1. Pembayaran uang muka dan angsuran uang muka serta pembayaran angsuran diatur sebagai berikut :

TAHAP
PRESTASI PEMBAYARAN PEMBAYARAN

0% Uang Muka 20 % X NK = 20 %

30 % Angsuran I = 25% 25% X NK Pengembalian UM I = 25% - (25% X 20% X NK) = 20 %

65 % Angsuran II = 60% 60% X NK Angsuran I - Pengembalian UM II = 60% -25% - (25% X 20% X NK) = 30 %

100 % Angsuran III = 95% 95 % X NK Angsuran II Pengembalian UM III = 95% - 60% - (50% X 20% X = 25 %
NK)
Selesai Masa Angsuran IV = 100% 100 % - 95 % X NK = 5%
Pemeliharaan

3. Pengaturan Pembayaran :
Pembayaran dilakukan Oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA melalui Bank Jateng Cabang
Utama Semarang dengan Nomor Rekening : 1.034-14315 3 dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pembayaran Uang Muka
Prestasi : 0 %
Tahap Pembayaran : Uang Muka akan dibayarkan sebesar 20 % (dua puluh) prosen dari Harga
Borongan atau sebesar = 20 % x Rp. 834.700.000,00 = Rp. 166.940.000 (Seratus Enam Puluh
Enam Juta Sembilan Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah).
Uang Muka tersebut akan dibayarkan dengan persyaratan sebagai berikut :
1. PIHAK KEDUA telah menyerahkan Jaminan Uang Muka sebesar 20 % dari Harga
Borongan yang ditetapkan sebesar 20 % x Rp. 834.700.000,00 = Rp. 166.940.000 (Seratus
Enam Puluh Enam Juta Sembilan Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah).
2. Uang Muka yang dibayarkan kepada PIHAK KEDUA akan dikembalikan kepada PIHAK PERTAMA
dengan cara angsuran sebagai berikut :
Tahap Pembayaran Angsuran I sebesar 5 % x Rp. 834.700.000,00 = Rp. 41.735.000,00
(Empat Puluh Satu Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah).
Tahap Pembayaran Angsuran II sebesar 5 % x Rp. 834.700.000,00 = Rp. 41.735.000,00
(Empat Puluh Satu Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah).
Tahap Pembayaran Angsuran III sebesar 10 % x Rp. 834.700.000,00 = Rp. 83.470.000,00
(Delapan Puluh Tiga Juta Empat Ratus Tujuh Puluh Ribu Rupiah).
3. Jaminan uang muka yang dimaksud adalah jaminan yang berupa Jaminan Bank dari Bank
Pemerintah atau Lembaga Keuangan yang lain yang ditetapkan/ditunjuk oleh Pernerintah dalam
hal ini oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia.
4. Uang Muka hanya dapat dicairkan oieh PIHAK KEDUA setelah mendapat persetujuan dari
PIHAK PERTAMA dan telah dipenuhi Pasal 13 (Tiga belas) butir 3 a.1
5. Uang Muka sebagaimana tersebut di atas hanya berlaku untuk menyelesaikan pekerjaan yang
tertuang dalam Pasal 1 (satu) Perjanjian ini.
b. Pembayaran Angsuran I (Pertama) diperhitungkan sebagai berikut :
Prestasi : 30 %
Tahap Pembayaran : Angsuran pertama akan dibayarkan sebesar 25% dari Harga Borongan ( HB
atau NK) atau sebesar (20% x Rp. 834.700.000,00) (10% x Rp. 166.940.000,00) = Rp.
150.246.000,00
c. Pembayaran Angsuran II (Kedua) diperhitungkan sebagai berikut :
Prestasi : 65 %
Tahap Pembayaran : Angsuran kedua akan dibayarkan sebesar 60% dari Harga Borongan atau
sebesar : (30% X Rp. 834.700.000,00) (10% X Rp. 25.041.000,00) = Rp. 225.369.000,00 dan
dikurangi pajak
d. Pembayaran Angsuran III (Ketiga) diperhitungkan sebagai berikut :
Prestasi : 100 %
Tahap Pembayaran : Angsuran ketiga akan dibayarkan sebesar 95% dari Harga Borongan atau
sebesar : (25% X Rp. 834.700.000,00) (10% - Rp. 20.867.500,00) = Rp. 187.807.500,00

e. Pembayaran Angsuran IV (Keempat) diperhitungkan sebagai berikut :


Prestasi : Masa Pemeliharaan selesai
Tahap Pembayaran Angsuran ketiga akan dibayarkan sebesar 5 % dari Harga Borongan atau
sebesar : 5% X NK , dibayarkan kepada PIHAK KEDUA setelah Selesainya Masa Pemeliharaan
dan dinyatakan dengan Berita Acara Serah Terima Kedua ( FHO ) Pekerjaan atau dengan
menyampaikan Jaminan Pemeliharaan dari Bank Pemerintah/Bank lain sebesar 5 % dari Harga
Borongan atau sebesar 5%x NK, dan dikurangi pajak;
4. Setiap permohonan pembayaran angsuran diserahkan atau dilampiri Berita Acara yang telah disetujui
oleh pengawas pekerjaan dan kedua belah pihak yaitu PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dengan
menyerahkan foto dokumentasi sesuai dengan kemajuan dan prestasi yang dikerjakan, sedangkan
ukuran foto dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang ada pada RKS;
5. Pembayaran angsuran harus mengacu dari jadwal pelaksanaan yang telah disetujui oleh pengawas
pekerjaan, dan PIHAK KEDUA wajib membuat dan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan tentang pekerjaannya secara teknis.
6. Sebelum mengajukan permintaan pembayaran angsuran harus dilakukan pemeriksaan di lapangan
untuk menilai bahwa pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA telah memenuhi prestasi
pekerjaan yang dicapai, sebagaimana yang disebutkan di atas dalam surat perjanjian ini.

PASAL 13
KENAIKAN HARGA
1. Kenaikan harga bahan - bahan, alat - alat, dan upah selama masa pelaksanaan pemborongan ini
ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA;
2. Pada dasarnya PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan / klaim atas kenaikan harga bahan-
bahan, alat-alat, dan upah, kecuali apabila diadakan pengaturan khusus oleh Pemerintah sehubungan
dengan terjadinya tindakan / kebijaksanaan Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang moneter, yang
diumumkan secara resmi dan diatur dalam Peraturan Pemerintah, khususnya untuk Pekerjaan
Pemborongan.

PASAL 14
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
1. Segala penyimpangan dan atau perubahan merupakan penambahan atau pengurangan pekerjaan, yang
tidak melebihi 10 % dari harga borongan, hanya dianggap sah sesudah mendapat perintah tertulis dari
pengawas pekerjaan / PIHAK PERTAMA, dengan menyebut jenis dan rincian pekerjaan secara jelas;
2. Perhitungan biaya untuk pekerjaan tambah kurang diperhitungkan menurut harga satuan pekerjaan yang
dimasukkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA pada waktu pemasukan penawaran untuk
pelelangan pekerjaan ini. Untuk pekerjaan tambah kurang yang belum ada harganya ditetapkan bersama
oleh kedua belah pihak;
3. Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk mengubah jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan, kecuali atas persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA / Pengawas Pekerjaan;
4. Untuk pekerjaan tersebut diatas apabila diperlukan dapat dibuat perjanjian tambahan (Addendum).

PASAL 15
PENGAMANAN TEMPAT KERJA DAN TENAGA KERJA
1. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja / tenaga kerja, kebersihan bangunan-
bangunan, kebersihan lingkungan, alat-alat dan bahan-bahan bangunan selama pekerjaan berlangsung;
2. PIHAK KEDUA bertanggung jawab / wajib menyediakan sarana untuk menjaga keselamatan para tenaga
kerja, guna menghindarkan bahaya yang mungkin terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan;
3. Jika terjadi kecelakaan pada saat melaksanakan pekerjaan, maka PIHAK KEDUA diwajibkan
memberikan pertolongan pertama kepada korban-korban dan segala biaya yang dikeluarkan sebagai
akibatnya, menjadi beban/tanggung jawab PIHAK KEDUA;
4. PIHAK KEDUA wajib menyediakan tempat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, sanitasi dan
ketertiban, dalam hal para pekerja tinggal sementara di lokasi pekerjaan;
5. Hubungan antara para pekerja dan PIHAK KEDUA sepanjang tidak diatur secara khusus, tunduk pada
peraturan-peraturan yang berlaku;
6. PIHAK KEDUA diwajibkan mengasuransikan tenaga kerjanya melalui Perum Jamsostek.

PASAL 16
LAPORAN
1. PIHAK KEDUA wajib membuat laporan harian secara tertulis baik mengenai pelaksanaan secara
keseluruhan maupun pelaksanaan pekerjaan oleh Sub-Kontraktor dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut dalam Pasal 1 surat perjanjian ini;
2. PIHAK KEDUA wajib membuat catatan catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang telah
dilaksanakan, dan jika diminta oleh PIHAK PERTAMA untuk keperluan pemeriksaan sewaktu-waktu
dapat diserahkan;
3. Segala laporan dan atau catatan tersebut dalam ayat (1) dan (2) Pasal ini, dibuat berbentuk buku harian
rangkap 5 (lima) diisi pada formulir yang telah disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, dan selalu berada di
tempat pekerjaan;
4. Dokumen Foto :
PIHAK KEDUA wajib membuat dokumen berupa foto-foto, sebelum pekerjaan dimulai dan tiap tahap
permintaan angsuran disertai keterangan lokasi, arah pengambilan dan tahap pelaksanaan pekerjaan
serta disusun secara rapi dan diterima oleh PIHAK PERTAMA.
Syarat-syarat foto dokumentasi :
a. Setiap Unit Bangunan diambil dari empat arah
b. Gambar menyeluruh pandangan dari empat arah
c. Sudut pengambilan gambar dari tiap tahapan harus tetap pada sudut pengambilan tersebut pada
butir (a) ayat ini.
5. Gambar dimasukkan dalam album dan diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melalui
pengawas pekerjaan rangkap 2 (dua) biaya dokumen merupakan tanggung jawab PIHAK KEDUA.

PASAL 17
SANKSI DAN DENDA
1. Jika PIHAK KEDUA telah melakukan kelalaian dan mendapat peringatan tertulis 3 (tiga) kali berturut
turut tidak mengindahkan kewajiban-kewajiban sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 ayat ( 3 ), Pasal 5
ayat ( 1 ) dan ( 2 ), Pasal 7, Pasal 16 ayat 2 dan 4 dan Pasal 17, maka untuk setiap kali melakukan
kelalaian PIHAK KEDUA wajib membayar denda kelalaian sebesar 1 0/00 (satu permil) dari Harga
Borongan untuk setiap kali melakukan kelalaian;
2. JIka PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan pemborongan sesuai dengan jangka waktu
yang tercantum dalam Pasal 8 perjanjian ini, maka untuk setiap hari keterlambatan, PIHAK KEDUA harus
membayar denda kelambatan sebesar 1 0/00 (satu permil) dari Harga Borongan untuk setiap hari
kelambatan sampai sebanyak banyaknya sebesar 5 % (lima prosen) dari Harga Borongan;
3. Denda denda tersebut dalam ayat (1) dan (2) pasal ini, akan diperhitungkan dengan kewajiban
pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
Disamping itu kepada PIHAK KEDUA dibebankan pula biaya pengawasan lapangan dan / atau biaya
Direksi Pekerjaan perhari kelambatan sebesar Rp 150.000,- (Seratus lima puluh ribu rupiah) akibat
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang ditimbulkan sebagai akibat kesalahan PIHAK KEDUA.

PASAL 18
R E S I K O
1. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah dengan cara apapun sebelum
diserahkan kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya atas segala
kerugian yang timbul kecuali jika PIHAK PERTAMA telah lalai untuk menerima pekerjaan tersebut;
2. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah atau hancur akibat Keadaaan
memaksa sebagaimana tersebut dalam pasal 9 sebelum pekerjaan diserahkan kepada PIHAK
PERTAMA dan PIHAK PERTAMA tidak lalai untuk menerima/menyetujui hasil pekerjaan tersebut, maka
kerugian yang timbul akibat keadaan itu, akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak secara
musyawarah dan mufakat;
3. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya rusak disebabkan oleh suatu cacat-cacat
tersembunyi dalam pelaksananaan strukturnya, maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab selama
10 (sepuluh) tahun, terhitung sejak tanggal penyerahan hasil pekerjaan kepada PIHAK PERTAMA
(KUH. Perdata bagian ke-enam pasal 1609 tentang Pemborongan Pekerjaan);
4. Jika pada waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi kemacetan-kemacetan yang diakibatkan tidak masuknya
atau tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat karena semata-mata kesalahan PIHAK KEDUA, maka
segala resiko akibat kemacetan pekerjaan tersebut pada dasarnya menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA;
5. Segala persoalan dan tuntutan para tenaga kerja menjadi beban dan tanggung jawab sepenuhnya dari
PIHAK KEDUA, atau dengan kata lain bahwa PIHAK KEDUA membebaskan PIHAK PERTAMA dari
segala tuntutan para tenaga kerja yang berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian ini baik didalam
maupun diluar pengadilan;
6. Bilamana selama PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan pemborongan ini menimbulkan kerugian bagi
PIHAK KETIGA (orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dalam perjanjian ini) maka kerugian
sepenuhnya ditanggung oleh PIHAK KEDUA.

PASAL 19
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka akan diselesaikan secara musyawarah;
2. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka akan diselesaikan oleh suatu
Panitia Pendamai/ Dewan Arbitrace yang dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak, yang terdiri
dari :
2.1 Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai anggota
2.2 Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota
2.3 Seorang PIHAK KETIGA, sebagai Ketua, yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
3. Keputusan Panitia Pendamai ini mengikat kedua belah pihak, dan biaya penyelesaian yang dikeluarkan
akan dipikul secara bersama;
4. Jika keputusan sebagaimana dimaksud ayat ( 3 ) Pasal ini tidak dapat diterima oleh salah satu atau
kedua belah pihak maka perselisihan akan diteruskan ke Pengadilan Negeri Semarang

PASAL 20
PEMUTUSAN PERJANJIAN
1. PIHAK PERTAMA berhak memutuskan perjanjian ini secara sepihak, dengan pemberitahuan tertulis
7 (tujuh) hari sebelumnya setelah melakukan peringatan/teguran tertulis 3 (tiga) kali berturut turut
kepada PIHAK KEDUA apabila :
a. Dalam satu bulan terhitung tanggal Surat Perjanjian ini tidak atau belum memulai melaksanakan
pekerjaan pemborongan sebagaimana diatur dalam Pasal 1
b. Dalam waktu satu bulan berturut-turut tidak melanjutkan pekerjaan borongan yang telah
dimulainya secara langsung atau tidak langsung dengan sengaja memperlambat penyelesaian
pekerjaan pemborongan ini
c. Memberikan keterangan tidak benar atau dapat merugikan PIHAK PERTAMA, sehubungan
dengan pekerjaan pemborongan ini
d. Jika pekerjaan pemborongan ini dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA tidak sesuai dengan jadual
waktu (Time Schedule) yang dibuat oleh PIHAK KEDUA dan telah disetujui oleh PIHAK
PERTAMA dan atau pengawas pekerjaan dan kelambatan yang diatur dalam Pasal 18 ayat 2
Surat Perjanjian ini telah melampaui batas maksimum sebesar 5 % dari harga borongan
e. Terpenuhinya ketentuan pasal 7 ayat ( 7 ) surat perjanjian ini
2. Jika terjadi pemutusan perjanjian ini secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) Pasal ini, maka :
a. PIHAK PERTAMA dapat menunjuk pemborong lain atas kehendak dan berdasarkan pilihannya
sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan pemborongan tersebut
b. PIHAK KEDUA harus menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA segala arsip, gambar-gambar,
perhitungan-perhitungan dan keterangan-keterangan lainnya yang berhubungan dengan Surat
Perjanjian tersebut
c. PIHAK KEDUA harus membuat Berita Acara perhitungan prestasi hasil pekerjaan yang telah
dilakukan
3. Jika terjadi pemutusan perjanjian ini secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) Pasal ini, maka Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Surat Perjanjian ini
menjadi milik Negara, sedangkan Jaminan Uang Muka akan dicairkan PIHAK PERTAMA dan
diperhitungkan dengan prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan PIHAK KEDUA.
P A S A L 21
BEA METERAI DAN PAJAK
1. Bea meterai surat perjanjian ini sebesar Rp 6.000,00 ( enam ribu rupiah ) untuk setiap ganda yang
diperlukan dan menjadi beban PIHAK KEDUA;
2. Segala pajak-pajak yang timbul akibat dari surat perjanjian ini menjadi beban PIHAK KEDUA.

PASAL 22
TEMPAT KEDUDUKAN
Segala akibat yang terjadi dari pelaksanaan perjanjian ini, kedua belah pihak telah memilih tempat kedudukan
(Domisili) yang tetap dan sah di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Semarang

PASAL 23
LAIN - LAIN
1. Hal - hal lain yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau perubahan-perubahan yang dipandang
perlu oleh kedua belah pihak, akan diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian tambahan (Addendum ) dan
merupakan Perjanjian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian ini.
2. Dengan ditandatanganinya surat perjanjian ini oleh kedua belah pihak, maka seluruh ketentuan yang
tercantum dalam pasal pasal surat perjanjian ini dan seluruh ketentuan tambahan serta bagian yang
tidak terpisahkan dari surat perjanjian ini, termasuk segala sanksinya, mempunyai kekuatan yang
mengikat dan berlaku sebagai undang undang bagi kedua belah pihak, berdasarkan ketentuan dalam
pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHP);
3. Apabila PIHAK KEDUA tidak memenuhi kewajibannya, dengan dan karena ketentuan tersebut pada ayat
(1) dan ayat (2), maka ketentuan pada pasal 1266 K U H P tidak diperlukan lagi dalam Surat Perjanjian
ini.
4. Surat Perjanjian dibuat dalam rangkap secukupnya dan bermeterai cukup yang sama kuatnya untuk
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selebihnya diberikan kepada pihak - pihak yang berkepentingan
dan ada hubungannya dengan pekerjaan ini.

PASAL 24
PENUTUP
1. Segala sesuatu akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata
terdapat kesalahan-kesalahan didalam Surat Perjanjian ini;
2. Surat perjanjian pemborongan ini dinyatakan berlaku sejak tanggal ditanda tangani.
3. Demikian Surat Perjanjian ini ditanda tangani oleh kedua belah pihak di Semarang dan dinyatakan berlaku
pada hari, tanggal, bulan dan tahun seperti tersebut diatas dan diketahui oleh para pejabat yang
berwewenang, atau pejabat yang ditunjuk olehnya.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


PT. Tetty Anggraeni PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Materai
Rp. 6.000,00

Drs. Martono, MT
Tetty Anggraeni NIP. 195707171987031002

CATATAN: JANGAN LUPA DIBERI MATERAI 6000 RUPIAH


Kegiatan : Redesain Rumah Tinggal Dua Lantai Semarang Tanggal : 1 Januari 2015

Pekerjaan : Redesain Rumah Tinggal Dua Lantai Semarang TA : 2015

Lokasi : Jalan Mekarsari Semarang

SURAT PERINTAH MULAI KERJA


Nomor : 212/K10/PPK/LK/2015
Tanggal : 04 Mei 2015
Yang bertanda tangan di bawah ini :
I. Nama : Drs. Martono, MT
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen
Alamat : Jl. Klenteng Sari I No.4 Rt 06 Rw 02 Pedalangan, Banyumanik, Semarang
Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA
Berdasarkan Surat Keputusan Penetapan Penyedia Barang/Jasa Nomor :725 /K10/PPK/LK/2010 Tanggal 20
April 2015, dengan ini memberikan perintah kepada :
II. Nama : Tetty Anggraeni
Jabatan : Direktur Utama PT. Tetty Anggraeni
Alamat : Dusun Cikalong Rt 07/Rw 05 Sidareja, Cilacap
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana berikut :
1. Macam Pekerjaan : Redesain Rumah Tinggal Dua
Lantai Semarang
2. Surat Perjanjian Pemborongan : Nomor :
817/K10/PPK/LK/2015 tanggal 01 Mei 2015
3. Syarat-Syarat Pekerjaan : RKS, RAB, BA Aanwijzing
& Jadwal waktu yang telah ditetapkan
4. Harga Borongan : Rp 834.700.000,-( delapan ratus
tiga puluh empat juta tujuh ratus ribu rupiah )
5. Dibebankan pada : Dana Pribadi Bapak Suharsono
6. Pembayaran : Melalui Kantor Pelayanan dan
Perbendaharaan Negara Semarang
7. Waktu penyelesaian : 150 (seratus lima puluh) hari
kalender
8. Waktu pelaksanaan : 04 Mei 2015 sampai dengan 04
Oktober 2010
9. Waktu pemeliharaan: 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender
10. Denda/Sanksi : Jika PIHAK KEDUA tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan tersebut dalam waktu yang ditentukan
maka PIHAK KEDUA harus membayar denda kepada PIHAK
KESATU sebesar 1 permil (1 0/00) setiap hari keterlambatan
dan setinggi-tingginya 5 % dari harga borongan

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


PT. Tetty Anggraeni PEJABAT PEMBUAT KOMITEMEN

Drs. Martono, MT
Tetty Anggraeni NIP. 195707171987031002
DIREKTUR UTAMA

Anda mungkin juga menyukai