Nomor : W5-A2/388/PL.01/V/2017
Tanggal : 07 Mei 2017
Pada hari ini, Kamis tanggal tiga bulan april tahun dua ribu tujuh belas (13-04-2017),
kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Selaku Kontraktor Pelaksana pada Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Gedung Tahap Finishing
Kantor Pengadilan Agama Muara Bulian, yang selanjutnya diebut sebagai PIHAK KEDUA.
Kedua belah pihak sepakat untuk melaksanakan Perjanjian Kerja dengan ketentuan dan syarat-
syarat seperti tersebut dibawah ini:
Pasal 1.
DASAR PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN KERJA
1. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.
2. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : 001/KMA/SK/I/2017, tentang Penunjukan
Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran / Pengguna Barang di Lingkungan Mahkamah Agung
RI.
3. Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung Nomor: 002/Sek/SK/I/2017 Tentang Penunjukan
Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang di Lingkungan Mahkamah Agung RI
dan semua Lingkungan Peradilan di seluruh Indonesia.
4. Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jambi Nomor : W5-A/01/KU.01/I/2017 tanggal 2
Januari 2017 tentang Penunjukan dan Pengangkatan Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna
Barang pada Pengadilan Tinggi Agama Jambi dan Pengadilan Agama Sewilayah Hukum
Pengadilan Tinggi Agama Jambi.
5. Keputusan Ketua Pengadilan Agama Muara Bulian Nomor : W5-A2/95.a/KU.01/I/2017
tanggal 09 Januari 2017 tentang Penunjukan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran /Pengguna
Barang pada Pengadilan Agama Muara Bulian.
Pasal 2
TUGAS PEKERJAAN
PIHAK PERTAMA memberikan tugas pekerjaan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA menerima tugas tersebut dari PIHAK PERTAMA masing-masing dalam
jabatan/kedudukan tersebut diatas untuk melaksanakan, menyelesaikan dan memelihara Pekerjaan
Pembangunan Gedung Kantor Tahap Finishing (Ke III) Kantor Pengadilan Agama Muara
Bulian tahun 2017, sehingga memberi kepuasan kepada PIHAK PERTAMA sesuai dengan
ketentuan dalam dokumen kontrak.
Pasal 3
DASAR PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pekerjaan tersebut dalam pasal 1 diatas harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA atas dasar
referensi-referensi kerja yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian ini, yaitu:
1. Dokumen Pengadaan Standar dengan perubahan sesuai dengan Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan (terlampir)
2. Semua ketentuan dan peraturan-peraturan administrasi teknis yang tercantum
dalam:
a. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah No. 339/KPTS/M/2003 tanggal 31
Desember 2003.
c. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat tentang hal-hal yang berkaitan
dengan pembangunan gedung.
d. Pasal-pasal yang masih berlaku dari Algemene Voorwaden Voor de uitvoering by a
aaneming van open bore wekwn, yang disahkan dengan surat Keputusan Pemerintah Hindia
Belanda Nomor 9 tanggal 29 Mei 1941 dan tambahan Lembaran Negara RI nomor 14571.
e. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
f. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971 yang diterbitkan oleh Yayasan
Normalisasi Indonesia.
g. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1961 yang diterbitkan oleh Yayasan
Normalisasi Indonesia.
Pasal 4
PENGAWASAN PEKERJAAN
1. Untuk melakukan pengendalian pekerjaan yang terjadi atas pengawasan dan tindakan
pengoreksian PIHAK PERTAMA menunjuk CV. INTI TEHNIK CONSULTAN sebagai
pengawas Pekerjaan yang bertindak untuk dan atas nama PIHAK PERTAMA dan akan
diberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA.
2. Apabila petugas yang ditunjuk dalam ayat 1 pasal ini berhalangan atau tidak dapat
menjalankan kewajibannya maka PIHAK PERTAMA akan menunjuk penggantinya
secara tertulis dan disampaikan kepada PIHAK KEDUA.
3. PIHAK KEDUA harus memenuhi segala petunjuk (dalam pelaksanaan teknis atau perintah
pengawas pekerjaan/PIHAK PERTAMA).
Pasal 5
BAHAN-BAHAN DAN ALAT-ALAT
1. Bahan-bahan, alat-alat dan segala sesuatunya yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan pemborongan tersebut dalam pasal (1) pekerjaan ini, harus disediakan oleh
PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA wajib membuat tempat atau gudang yang baik untuk memindahkan
bahan-bahan dan alat-alat tersebut guna lancarnya pekerjaan.
3. PIHAK PERTAMA pengawas pekerjaan berhak menolak bahan-bahan dan alat-alat yang
disediakan oleh PIHAK KEDUA, jika kualitasnya tidak memenuhi persyaratan.
4. Jika bahan-bahan dan alat-alat tersebut ditolak PIHAK PERTAMA/Pengawas pekerjaan,
maka PIHAK KEDUA harus menyingkirkan bahan-bahan dan alat-alat tersebut dari lokasi
pekerjaan dalam waktu 2 x 24 jam, kemudian menggantikannya dengan yang memenuhi
persyaratan.
5. Tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat tidak dijadikan alasan untuk kelambatan
pekerjaan.
6. Semua bahan-bahan dan alat-alat yang dipakai memakai bahan-bahan buatan dalam negeri
dan bahan-bahan buatan lokal.
7. Penggunaan bahan-bahan dan alat-alat harus sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS)
Pasal 6
TENAGA KERJA DAN UPAH
1. Agar pekerjaan berjalan seperti yang telah ditetapkan PIHAK KEDUA harus menyediakan
tenaga kerja yang cukup jumlah, keahlian dan keterampilannya.
2. Ongkos dan upah kerja untuk melaksanakan pekerjaan tersebut ditanggung PIHAK
KEDUA.
Pasal 8
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
1. Jangka Waktu pelaksanaan pekerjaan sampai dengan 100% yang disebut dalam pasal 1 Surat
Perjanjian ini ditetapkan selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender terhitung sejak
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
2. Waktu penyelesaian tersebut dalam ayat 1 pasal ini tidak dapat dirubah oleh PIHAK KEDUA
kecuali adanya Keadaan Kaharseperti yang diatur dalam pasal (9) perjanjian ini atau adanya
perintah penambahan pekerjaan sesuai dengan pasal (14) dari perjanjian ini. Selanjutnya hal-hal
lain yang tak terduga seperti hujan terus menerus sehingga tidak memungkinkan lagi untuk
bekerja. Semua ini harus disetujui oleh PIHAK PERTAMA secara tertulis bahwa waktu
penyelesaiannya ditambah.
Pasal 9
KEADAAN KAHAR
1. Yang dimaksud dengan Keadaan Kahar adalah peristiwa-peristiwa sebagai berikut :
a. Bencana Alam
b. Bencana Non Alam
c. Bencana Sosial
d. Pemogokan
e. Kebakaran dan/atau
f. Gangguan industry lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama Menteri
Keuangan dan Menteri Teknis terkait.
2. Apabila terjadi Keadaan Kahar PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis
kepada PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak
terjadinya Keadaan Kahar dengan menyertakan salinan pernyataan keadaan kahar yang
dikeluarkan oleh pihak/instansi berwenang sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
3. Atas Pemberitahuan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA dapat menyetujui atau menolak
secara tertulis Keadaan Kahar tersebut itu dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak
pemberitahuan tersebut.
Pasal 10
MASA PEMELIHARAAN
1. Masa Pemeliharaan atau hasil pekerjaan ditetapkan selama 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender terhitung sejak tanggal setelah selesainya pekerjaan dan diterima oleh PIHAK
PERTAMA dalam keadaan baik, yang dinyatakan dalam Berita Acara serah terima ke-I
2. Dalam hal adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan melampaui jangka waktu tersebut dalam
ayat 1 Pasal ini, maka masa pemeliharaannya dihitung sampai berakhirnya perbaikan yang
dilakukan tersebut.
3. semua biaya perbaikan yang dilakukan dalam masa pemeliharaan ditanggung oleh PIHAK
KEDUA.
Pasal 11
HARGA BORONGAN
1. Jumlah Harga Kontrak Pekerjaan tersebut dalam pasal 1 perjanjian ini adalah sebesar:
Rp.640.169.000,- (enam ratus empat puluh juta seratus enam puluh Sembilan ribu
rupiah). Jumlah biaya pekerjaan Pelaksanaan tersebut adalah merupakan biaya tetap dan
dibebankan Pada Sumber DIPA No. 005.01.2.403052/2017 tanggal 05 Desember 2012. Pada
Pengadilan Agama Muara Bulian. Dengan MAK 005.01.02.1072.998.011.53. Dalam jumlah
biaya pelaksanaan tersebut diatas sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesr 10 %.
2. Volume harga satuan pekerjaan, harga satuan upah satuan bahan pekerjaan tidak mengikat pada
pelaksanaan fisik, tetapi dipergunakan untuk menghitung perubahan pekerjaan, bila terjadi
pekerjaan tambah atau kurang, evaluasi lelang dan menghitung prestasi pekerjaan.
3. Dalam jumlah harga borongan tersebut diatas adalah sudah termasuk segala pengeluaran
pemborongan dan biaya lainnya yang harus dibayar PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku serta biaya-biaya yang menyangkut perizinan bangunan.
Pasal 12
CARA PEMBAYARAN
Pembayaran biaya borongan tersebut pada pasal 11 diatas akan dilakukan dengan perincian sebagai
berikut :
1. Pembayaran sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari harga borongan dan diberikan atas
permintaan dari PIHAK KEDUA sebagai uang muka pekerjaan.
2. Pembayaran pertama sebesar 60 %(enam puluh persen) setelah dikurangi uang muka, diberikan
atas permintaan PIHAK KEDUA.
3. Pembayaran kedua sebesar 95 % (sembilan puluh lima persen) diberikan setelah Serah Terima
Pekejaan Pertama (I) antara PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA dengan ketentuan
apabila hasil pekerjaan telah dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA telah selesai seluruhnya 100
% (seratus persen) dan diterima dengan baik, lengkap, dan cukup, setelah dibuktikan dan
diteliti oleh Panitia Penerima Barang / Jasa Kantor Pengadilan Agama Muara Bulian.
Pasal 13
KENAIKAN HARGA
1. Kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah selama masa pelaksanaan pekerjaan
borongan pekerjaan ini ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA.
2. Pada dasarnya PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan klien atas kenaikan harga
bahan-bahan, alat-alat dan upah terkecuali apabila terjadi tindakan/kebijakan pemerintah RI
dalam bidang moneter, yang secara diumumkan dan diatur dalam peraturan pemerintah
khusus tentang pekerjaan pemborongan.
Pasal 14
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
1. Penyimpangan-penyimpangan atau perubahan-perubahan yang merupakan penambahan
pengurangan-pengurangan pekerjaan dianggap sah sesudah mendapat perintah tertulis dari
pengawas/ PIHAK PERTAMA dengan menyebutkan jenis dan perincian pekerjaan secara
jelas.
2. Perhitungan penambahan atau pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar yang disetujui
oleh kedua belah pihak.
3. Adanya pekerjaan tambah kurang tidak dapat dipakai sebagai alas an untuk merubah waktu
penyelesaian pekerjaan, kecuali persetujuan tertuli pengawas pekerjaan/PIHAK
PERTAMA.
4. Untuk pekerjaan tersebut diatas dibuat perjanjian tambahan (addendum).
Pasal 15
PENGAMANAN TENAGA KERJA DAN TEMPAT KERJA
1. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja/tenaga kerja, kebersihan
halaman, bangunan-bangunan, gedung alat-alat dan bahan bangunan selama pekerjaan
berlangsung.
2. PIHAK KEDUA bertanggung jawab/wajib menyediakan sarana untuk menjaga
keselamatan para tenaga kerjanya guna menghindari bahaya yang mungkin terjadi pada saat
melaksanakan pekerjaan.
3. Jika terjadi kecelakaan pada saat pelaksanaan pekerjaan maka PIHAK KEDUA diwajibkan
memberikan pertolongan kepada korban dan segala biaya yang dikeluarkan sebagai
akibatnya menjadi tanggung jawab/ beban PIHAK KEDUA.
4. PIHAK KEDUA wajib menyediakan tempat tinggal yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan ketertiban, dalam hal para tenaga kerja tinggal sementara di lokasi pekerjaan.
Pasal 16
LAPORAN
1. PIHAK KEDUA wajib membuat laporan berkala baik mengenai pelaksanaan pekerjaan
secara keseluruhan dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pekerjaan yang
termasuk dalam pasal (1) perjanjian ini.
2. PIHAK KEDUA wajib membuat catatan yang jelas mengenai kemajuan pekerjaan yang
telah dilakukan, dan jika diminta oleh PIHAK PERTAMA untuk keperluan pemeriksaan
sewaktu-waktu diserahkan.
3. segala laporan atau catatan tersebut dalam ayat 1 dan 2 pasal ini dibuat berbentuk buku
harian rangkap 4 (empat) diisi formulir yang telah disetujui pengawas dan pekerja harus
selalu ditempat pekerjaan.
4. PIHAK KEDUA wajib membuat dan menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA photo-
photo dokumen yang dimasukkan dalam album proyek tentang pelaksanaan, perkembangan
kegiatan, hasil kerja tiap-tiap pos pelaksanaan/bagian pekerjaan sampai selesai yang dibuat
dalam rangkap 4 (empat).
Pasal 17
SANKSI DAN DENDA
1. Apabila terjadi keterlambatan yang disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA setelah mendapat
peringatan 3 (tiga) kali berturut-turut tidak mengindahkan dari tugas kewajibannya
sebagaimana tercantum dalam pasal 3, pasal 4 ayat 1 dan 2, pasal 5 ayat 1 dan 3, pasal 7 ayat 1,
pasal 14 ayat 2 dan 4 serta pasal 15 surat perjanjian ini, maka untuk setiap kali melakukan
kelalaian PIHAK KEDUA wajib membayar denda kelalaian sebesar 1 (satu permil) dari
harga borongan, sampai dengan sebanyak-banyaknya sebesar 5% (lima persen). dari harga
borongan, dengan ketentuan bahwa PIHAK KEDUA tetap berkewajiban untuk memenuhi
ketentuan termasuk dalam ayat ini.
2. Jika PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan borongan sesuai dengan jangka
waktu pelaksanaan yang tercantum pada pasal 8 surat perjanjian ini, maka untuk setiap hari
keterlambatan PIHAK KEDUA wajib membayar denda kelalaian 1 (satu permil) dari harga
borongan, sampai dengan sebanyak-banyaknya sebesar 5% (lima persen)
3. Denda-denda tersebut dalam ayat 1 dan 2 pasal ini, akan diperhitungkan dengan kewajiban
pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
Pasal 18
R E S I K O
1. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA musnah dengan cara apapun sebelum diserahkan kepada
PIHAK PERTAMA maka PIHAK KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya atas segala
kerugian yang timbul, kecuali jika PIHAK PERTAMA telah lalai untuk menerimanya hasil
pekerjaan tersebut.
Pasal 19
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan diselesaikan secara
musyawarah.
2. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka diselesaikan oleh suatu
Panitia Perdamaian yang berfungsi sebagai Juri/wasit, yang dibentuk dan diangkat oleh
kedua belah pihak yang terdiri dari:
Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai anggota.
Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota.
Seorang PIHAK KETIGA yang ahli, sebagai ketua yang terpilihdan disetujui kedua
anggota tersebut.
3. Keputusan "Panitia Perdamaian" ini mengikat kedua belah pihak, dan biaya penyelesaian
perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul bersama.
4. Jika keputusan sebagaimana dimaksud ayat 3 pasal ini tidak dapat diterima oleh salah satu
pihak, maka perselisihan akan diteruskan melalui Pengadilan Negeri Jambi.
Pasal 20
PEMUTUSAN PERJANJIAN
1. PIHAK PERTAMA berhak memutuskan perjanjian secra sepihak, dengan pemberitahuan
secara tertulis 7 (tujuh) hari sebelumnya setelah melakukan peringatan/teguran tertulis 3 (tiga)
kali berturut-turut dalam hal PIHAK KEDUA:
2. Jika terjadi pemutusan perjanjian PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini
PIHAK PERTAMA dapat menunjuk pemborong lain atas kehendak dan berdasarkan
pilihannya sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Pasal 21
BEA MATERAI DAN PAJAK
Bea Materai dan Pajak dilunasi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 22
TEMPAT DAN KEDUDUKAN
Segala akibat, yang terjadi dari pelaksanaan pekerjaan ini, kedua belah pihak telah memilih tempat
kedudukan (domisili) hukum yang tetap dan sepakat memilih Pengadilan Negeri Muara Bulian.
Pasal 23
LAIN LAIN
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau perubahan-perubahan yang
dianggap perlu oleh kedua belah pihak akan diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian Tambahan
(ADDENDUM) dan merupakan perjanjian yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian ini.
Pasal 24
KETENTUAN PENUTUP
1. Dengan ditandatanganinya Surat Perjanjian ini oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA, maka seluruh ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal perjanjian ini dan seluruh
dokumen yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari perjanjian ini.
Pasal 25
PENUTUP
Surat Perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak hari ini Pada tanggal tersebut diatas.
Dan dinyatakan syah serta mengikat sejak tanggal ditanda tangani
Diketahui oleh,
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
FAIZAL, SH
NIP. 19610107 198803 1 002