Pendidikan
Pendidikan
Pendidikan
Eko Purwanto
AGENDA
• Mengapa Pemerintah terlibat dalam Bidang Pendidikan
1
• Pendidikan di Indonesia
4
ALASAN KETERLIBATAN PEMERINTAH
DALAM BIDANG PENDIDIKAN (1)
Terdapat sejumlah manfaat publik (eksternalitas positif) dari pendidikan
yang dapat menjadi alasan mengapa pemerintah perlu terlibat:
• Productivity
o Masyarakat mendapat manfaat dari peningkatan standar kehidupan
sebagai akibat dari peningkatan produktivitas.
• Citizenship
o Pendidikan menjadikan warga lebih pintar dan menjadi pemilih aktif,
meningkatkan kualitas proses demokrasi.
ALASAN KETERLIBATAN PEMERINTAH
DALAM BIDANG PENDIDIKAN (2)
• Educational credit market failure: kegagalan/ketidakmampuan pasar
untuk menyediakan pinjaman yang dapat memfasilitasi masyarakat
untuk dapat membiayai pendidikan.
o Tanpa pendidikan publik, banyak keluarga yang harus meminjam
uang untuk memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anaknya.
o Pasar tersebut tidak berfungsi dengan baik.
ALASAN KETERLIBATAN PEMERINTAH
DALAM BIDANG PENDIDIKAN (3)
• Failure to maximize family utility
o Orang tua tidak memilih jenis/tingkat pendidikan yang sesuai untuk
anaknya.
• Redistribution
o Selama pendidikan adalah barang normal, masyarakat
berpenghasilan tinggi akan membeli pendidikan lebih banyak
(mahal).
o Penyediaan sekolah publik memberikan level of playing field
(mendorong income mobility)
FREE PUBLIC EDUCATION
AND CROWDING OUT
• Penyediaan pendidikan (terutama pendidikan dasar didominasi oleh
pendidikan publik (sekolah negeri) yang diberikan secara gratis
• 90% siswa di AS bersekolah di sekolah negeri (yang gratis) dibanding siswa
yangg sekolah di sekolah swasta
• Hal ini diakibatkan oleh sistem pendidikan yg menyebabkan crowding out
dari penyediaan pendidikan oleh swasta.
o Tanpa adanya free public schools, orang tua akan menyekolahkan
anaknya di sekolah yg mahal dan berkualitas tinggi.
o Dengan adanya free public schools, orang tua dapat menurunkan
biaya pendidikan untuk anaknya dengan kompensasi tambahan porsi
anggaran untuk belanja lain yg lebih besar
CARA KETERLIBATAN PEMERINTAH
• Satu solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi
masalah crowd-out di bidang pendidikan adalah
educational vouchers (kupon pendidikan)
• Educational vouchers: sejumlah dana yang
diberikan oleh pemerintah bagi keluarga yang
memiliki anak usia sekolah, sehingga dana
tersebut dapat digunakan untuk membiayai
pendidikan baik di negeri atau swasta
• Sistem pemberian voucher tersebut memberikan
keadilan baik bagi sekolah swasta maupun
sekolah negeri
KURVA PENGARUH DARI
VOUCHER PENDIDIKAN
Other goods
spending EV
G2 C
A
G1 X1 Y2
G5
Z2
G6
G3
Y1
G4
Z1
E1 EF E2 E4 E3 E5 B Education
EV spending
ALASAN PENERAPAN VOUCHER
2 alasan penerapan Voucher Pendidikan:
1. Consumer Sovereignty
o Vouchers memungkinkan individu untuk memilih pilihan
pendidikan sesuai seleranya.
2. Competition
o Vouchers memungkinkan pasar pendidikan menerima manfaat
dari tekanan kompetitif yg menjadikan mekanisme pasar
berjalan efisien.
o Terjadi mekanisme Tiebout (sekolah menghadapi ancaman
ditinggalkan oleh siswa jika inefisien)
DAMPAK NEGATIF PENERAPAN
SISTEM VOUCHER (1)
• Excess Specialization
o Dengan fokus pada segmen pasar tertentu, sekolah menjadi kurang
fokus pada elemen dasar pendidikan.
o Banyak sekolah di tingkat dasar fokus pada aspek tertentu guna
memenuhi permintaan pasar sehingga elemen dasar (membaca,
menulis, matematika) kurang terpenuhi
DAMPAK NEGATIF PENERAPAN
SISTEM VOUCHER (2)
• Vouchers will lead to segregation
o Terdapat potensi menimbulkan kembali pembeda-bedaan berdasarkan
berbagai dimensi, seperti ras, tingkat pendapatan, atau kemampuan anak.
• Vouchers are an inefficient and inequitable use of public resources
o Dengan penerapan vouchers, total biaya sektor publik u/ pendidikan
meningkat, karena pemerintah berkontribusi u/ biaya sekolah swasta yang
sudah menjadi tanggungan keluarga yg memilih sekolah di swasta.
• The education market may not be competitive
o Pasar penyediaan pendidikan lebih dekat digambarkan sebagai model natural
monopoly, dimana tingkat efisien yang dicapai dengan hanya oleh penyedia
tunggal
o Sekolah dianggap ‘too big to fail’ sehingga tidak ada insentif u/ bersaing
DAMPAK NEGATIF PENERAPAN
SISTEM VOUCHER (3)
• The costs of special education
o Special education: Program khusus untuk memberikan pendidikan
bagi anak yg cacat.
o Setiap anak mendapatkan voucher pendidikan yang sama senilai biaya
pendidikan rata-rata pada kelasnya, namun tingkatan biaya
pendidikan anak tidak semuanya sama.
o Siswa dengan kebutuhan khusus perlu biaya sekitar 2 kali lebih banyak
dibanding siswa biasa
PROGRAM LAIN
Program lain yg dilakukan sejalan dengan kebebasan memilih sekolah negeri,
antara lain:
• Magnet schools: Sekolah negeri yg khusus di bangun untuk menarik
siswa berprestasi atau siswa dgn minat pada subjek tertentu.
• Charter schools: sekolah yg dibiayai dengan dana publik namun biasanya
tidak dibawah pembinaan dinas pendidikan setempat (local school
boards) atau tidak harus mengikuti aturan2 sekolah negeri pada
umumnya.
• Hasil studi banyak menemukan bahwa pola charter school efektif untuk
meningkatkan prestasi siswa
RETURN DARI BIAYA PENDIDIKAN
• Mengukur biaya pendidikan relatif bisa & mudah dilakukan, namun
mengukur manfaat dari pendidikan merupakan hal yg sangat sulit,
meskipun penting.
• Returns to education: manfaat yg didapatkan masyarakat ketika para
siswa dapat bersekolah dengan lingkungan yg berkualitas.
• Pendidikan yg lebih tinggi secara umum menyebabkan ybs mendapatkan
upah yg lebih tinggi
– Beberapa kajian menunjukkan stiap tambahan tahun sekolah akan
meningkatkan upah/gaji 7−10%.
• Meski demikian, interpretasi korelasi pendidikan-produktivitas/gaji masih
dianggap kontroversial
DAMPAK PENDIDIKAN
TERHADAP PRODUKTIVITAS
Terdapat 2 interpretasi atas korelasi pendidikan-produktivitas:
• Education as human capital accumulation
o Human capital: kumpulan keahlian seseorang yang dapat meningkat
dengan pendidikan lanjutan.
• Education as a screening device
o Screening: suatu model yang menunjukkan bahwa pendidikan tidak
meningkatkan kemampuan namun hanya menjadi media untuk
membedakan antara individu yg memiliki kemampuan tinggi dan
rendah.
DAMPAK PENDIDIKAN
TERHADAP PRODUKTIVITAS
• Policy implications
o Human capital: Pemerintah perlu mendukung pendidikan guna
meningkatkan produktivitas.
o Screening: Pendidikan tidak meningkatkan produktivitas sehingga
tidak perlu disupport dengan dana yg besar.
• Differentiating the theories
o Pada umumnya, returns to education mencerminkan akumulasi
human capital.
o Bentuk screening ditunjukkan pada tingkat pendidikan yg lebih tinggi
KETERLIBATAN PEMERINTAH
DALAM PENDIDIKAN TINGGI
• State Provision
o Bentuk utama pembiayaan pemerintah untuk pendidikan tinggi
adalah penyediaan langsung pendidikan tinggi melalui perguruan
tinggi dan universitas yang di dukung oleh Negara bagian.
• Pell Grants
o Subsidi untuk pendidikan tinggi yang dikelola oleh pemerintah federal
yang memberikan hibah kepada keluarga berpenghasilan rendah
untuk membayar pengeluaran pendidikan mereka.
KETERLIBATAN PEMERINTAH
DALAM PENDIDIKAN TINGGI - LOANS
• Pemerintah pusat juga menyediakan pinjaman (student
loan).
• Direct student loans: pinjaman yg diberikan langsung
oleh the Department of Education.
• Guaranteed student loans: pinjaman yang diambil dari
bank swasta dimana bank tersebut mendapatkan
jaminan pengembalian dari pemerintah.
• Subsidi Means-tested :
o Suku bunga yg rendah
o Penundaan pembayaran pinjaman hingga ybs lulus
KETERLIBATAN PEMERINTAH
DALAM PENDIDIKAN TINGGI - TAX RELIEF
• Bantuan lain yg diberikan pemerintah adalah
rangkaian pembebasan pajak bagi mahasiswa
dan keluarganya.
o Tax credits untuk keluarga yg memiliki anak
kuliah
o Alternatifnya, pengurangan biaya
pendidikan
• Pengurangan pajak ini mengurangi penerimaan
pemerintah hingga mencapai $12 milyar per
tahun.
PENDIDIKAN DI INDONESIA
• UUD 1945, Pasal 31 “Setiap warga Negara
berhak mendapat dan mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”
• UU Nomor 20 Tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional, dalam Pasal 49 ayat
(1) dinyatakan bahwa “Dana pendidikan
selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari
APBN pada sektor pendidikan dan minimal
20% dari APBD”
PERMASALAHAN MENDASAR
SDM DI INDONESIA
1. Akses dan kualitas pendidikan yang
belum merata
2. Rendahnya kualitas pekerja di Indonesia
(58% lulusan SMP ke bawah)
3. Skill mismatch antara pendidikan
dengan pasar tenaga kerja
4. Rendahnya produktivitas dan tingkat
keterampilan kerja
PERMASALAHAN RENDAHNYA KUALITAS
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Tahun 2015,
Indonesia
menduduki
peringkat 62 dari
70 Negara
Tahun 2018,
Indonesia
peringkat 71 dari
77 Negara
ALOKASI DANA PENDIDIKAN
DALAM APBN
1 Belanja K/L Dikelola dalam APBN
(Belanja K/L)