Anda di halaman 1dari 63

STUDI KONSENTRASI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)

DI PERAIRAN PESISIR SEL SEDIMEN


MUARA SUNGAI BODRI – BANJIR KANAL TIMUR MENGGUNAKAN
PENGINDERAAN JAUH

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh:
Alfa Husnul Elwafa
NIM 3211414041

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019

i
ii
iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip dan

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 4 Februari 2019

Alfa Husnul Elwafa

NIM 3211414041

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

 MOTO

Jika kau melakukan sesuatu, lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Just do it.

 PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, skripsi ini peneliti persembahkan untuk

kedua orang tua dan segenap keluarga yang sangat saya cintai yang selalu

memberikan dukungan baik moril maupun materil, dan tiada henti selalu mendoakan.

v
SARI

Elwafa, Alfa Husnul. 2018. Studi Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) di
Perairan Pesisir Sel Sedimen Muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur
Menggunakan Penginderaan Jauh. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si.

Kata kunci: konsentrasi, TSS, sel sedimen, muara sungai Bodri, Banjir Kanal
Timur, penginderaan jauh

Saat ini kualitas perairan di perairan pesisir utara Jawa Tengah sudah dalam
status tercemar dalam tingkat sedang hingga berat. Upaya pemantauan kualitas air
sebagai tahap awal dalam mengevaluasi kondisi sedimentasi yang terlarut dalam air
dapat dilakukan melalui kajian Total Suspended Solid (TSS) menggunakan teknologi
citra penginderaan jauh. TSS adalah bahan tersuspensi (diameter > 1 µm) yang
tertahan pada saringan miliopore dengan diameter pori 0.45 µm. Tujuan dari
penelitian ini yaitu: 1) Mengetahui algortima empiris yang sesuai untuk mengestimasi
konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) di perairan pesisir Sel Sedimen Muara
Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur. 2) Mengkaji sebaran konsentrasi TSS di perairan
pesisir Sel Sedimen Muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur. 3) Mengetahui
tingkat pencemaran dan wilayah peruntukkan di perairan pesisir Sel Sedimen Muara
Sungai Bodri –Banjir Kanal Timur berdasarkan nilai TSS.
Penelitian ini dilakukan menggunakan data citra Landsat 8
akuisisi tanggal 9 Agustus 2018. Unit analisis dibatasi hingga radius 12 mil laut dari
garis pantai. Nilai konsentrasi TSS diperoleh dari uji regresi linier algoritma
Nurhayati, Budhiman, Parwati dan Doxaran. Dari keempat algoritma tersebut akan
dipilih algoritma yang paling sesuai dengan kondisi lapangan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Algoritma empiris yang sesuai untuk
mengestimasi konsentrasi TSS adalah algoritma Doxaran dengan persamaan TSS =
1,0248x – 10,503 . 2) Sebaran TSS dipengaruhi oleh pergerakan arus yang
digerakkan oleh arah angin kearah sisi barat dan barat daya dan sebagian terkumpul
pada sisi muara sel sedimen bagian barat. 3) Kelas pencemaran didominasi oleh
kelas belum tercemar (370,21 Km2) dan tercemar ringan (364,57 Km2), wilayah
peruntukkan didominasi oleh wilayah budidiaya perikanan, taman laut dan konservasi
(370,21 Km2) dan pariwisata dan rekreasi (261,90 Km2). Saran yang didapat dari
penelitian ini antara lain: 1) Penelitian pada lokasi yang berbeda agar menggunakan
rumus algoritma yang sudah teruji pada lokasi tersebut. 2) Pengambilan sampel air
disarankan tersebar secara lebih merata pada waktu yang sama. 3) Penggunaan band
yang sesuai karakteristik lapangan agar menghasilkan estimasi yang lebih tepat dan
akurat.

vi
ABSTRACT
Elwafa, Alfa Husnul. 2018. Study of Total Suspended Solid Concentration in the
Bodri Estuary - East Flood Canal Coastal Waters Sediment Cells Using Remote
Sensing. Department of Geography, Faculty of Social Science, State University of
Semarang. Supervisor Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si.

Keywords: concentration, TSS, sediment cell, Bodri restuary, East Flood Canal,
remote sensing

At present the quality of the waters in the northern coastal waters of Central
Java has been polluted at a moderate to severe level. Water quality monitoring efforts
as the first step in evaluating the condition of sedimentation dissolved in water can be
done through TSS methods using the remote sensing imagery technology. Total
Suspended Solid (TSS) is suspended material (diameter> 1 µm) which is retained in
the millopore filter with a 0.45 µm pore diameter. The purpose of this research are:
1) Determine the appropriate empirical algorithms to estimate the concentration of
Total Suspended Solid (TSS) in in the Bodri Estuary - East Flood Canal Coastal
Waters Sediment Cells. 2) Assessing the distribution of TSS concentrations in coastal
waters of in the Bodri Estuary - East Flood Canal Coastal Waters Sediment Cells. 3)
Knowing the level of pollution and designation area in the coastal waters of the Bodri
Estuary - East Flood Canal Coastal Waters Sediment Cells based on TSS value.
This study was conducted using Landsat 8 image data on the acquisition of
images on August 9 in 2018. Analysis unit is limited to a 12 nautical mile radius of
the coastline. TSS concentration values were obtained from linear regression
algorithms Nurhayati, Budhiman, Parwati and Doxaran. From the four algorithms,
the algorithm that best fits the field conditions will be selected.
The results show that: 1) The appropriate empirical algorithm for estimating
TSS concentrations is the Doxaran algorithm with the TSS equation = 1.0248x -
10.503. 2) Distribution of TSS is affected by the movement of currents driven by the
wind towards the west and southwest and partly collected in the western part of the
estuary sediment cells. 3) Pollution class is dominated by uncontaminated class
(370.21 Km2) and lightly polluted (364.57 Km2), designation area is dominated by
fishery, marine and conservation areas (370.21 Km2) and tourism and recreation
(261.90 Km2 )
Suggestions obtained from this study include: 1) use an algorithm formula
that has been tested before in research for different locations. 2) Taking the
recommended water sample spreads more evenly at the same time. 3) Use bands that
match the characteristics of the field to produce more precise and accurate estimates.

vii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan nikmat, karunia, dan

kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi

Konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Pesisir Sel Sedimen Muara

Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur Menggunakan Penginderaan Jauh”. Penyusunan

skripsi ini adalah untuk menyelesaikan studi strata satu dan memperoleh gelar sebagai

Sarjana Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, motivasi, dan

bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada

pembimbing Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si yang telah memberikan arahan,

bimbingan, saran, dan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini,

dan juga tak lupa penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada :

1. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk bisa menimba

ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk bisa menimba

ilmu di Jurusan Geografi.

viii
3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Geografi yang telah menjadi pendidik

yang baik dan inspiratif, pembimbing sekaligus keluarga dalam berbagi ilmu

yang bermanfaat.

4. Angga, Jhonata, Nella, Rizky, Ridho, dan Resti yang telah turut andil dalam

membantu menyelesaikan skripsi ini dan juga segenap teman-teman

seperjuangan prodi Ilmu Geografi khususnya angkatan 2014 yang selalu

memberi motivasi.

5. Semua pihak yang membantu sehingga skripsi ini dapat tersusun.

Atas segala bimbingan, semangat, inspirasi, dan bantuannya, penulis

mengucapkan terima kasih. Semoga Tuhan membalas kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna

dan masih banyak kelemahan. Walaupun demikian, besar harapan penulis semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 4 Februari 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iii
PERNYATAAN.............................................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN. .................................................................. v
SARI ................................................................................................................ vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
PRAKATA ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
1.5 Batasan Istilah.................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
2.1 Deskripsi Teoritis............................................................................... 11
2.1.1 Sedimentasi................................................................................. 13
2.1.2 Sel Sedimen ................................................................................ 13
2.1.3 Total Suspended Solid (TSS)...................................................... 18
2.1.4 Citra Penginderaan Jauh ............................................................. 19
2.1.5 Koreksi Citra............................................................................... 21

x
2.1.6 Penginderaan Jauh untuk Estimasi Nilai TSS............................. 24
2.1.7 Satelit Landsat............................................................................. 29
2.2 Kajian Hasil – Hasil Penelitian yang Relevan ................................... 30
2.3 Kerangka Berpikir.............................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 38
3.2 Sampel dan Teknik Sampling ............................................................ 40
3.3 Variabel Penelitian............................................................................. 43
3.4 Alat dan Teknik Pengumpulan Data .................................................. 45
3.5 Teknik Analisis Data.......................................................................... 47
3.5.1 Analisis Korelasi Regresi Linier................................................. 48
3.5.2 Klasifikasi Derajat Pencemaran Berdasarkan Kadar TSS .......... 49
3.5.3 Klasifikasi Wilayah peruntukkan Berdasarkan Nilai Ambang
Batas TSS.................................................................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 52
4.1.1 Letak Geografis dan Adminsitratif ............................................. 52
4.1.2 Klimatologi ................................................................................. 55
4.1.3 Hidro-Oseanografi ...................................................................... 56
4.2. Hasil Penelitan ................................................................................... 59
4.2.1 Koreksi Citra............................................................................... 59
4.2.1.1 Koreksi Geometrik.......................................................... 60
4.2.1.2 Koreksi Radiometrik....................................................... 62
4.2.1.3 Pemotongan Citra ........................................................... 65
4.2.1.4 Pemisahan Darat dan Laut .............................................. 66
4.2.1.5 Perhitungan Nilai TSS .................................................... 70
4.2.2 Pengambilan Sampel dan Hasil Sampel ..................................... 73
4.2.3 Penentuan Algoritma Empiris TSS untuk Wilayah Kajian ........ 74
4.2.4 Sebaran Konsentrasi TSS Menggunakan Algoritma Doxaran ... 82

xi
4.2.5 Kelas Pencemaran Berdasarkan Nilai TSS dan Peruntukkan
Wilayah Berdasarkan Nilai Ambang Batas TSS ........................ 87
4.2.5.1 Kelas Pencemaran Berdasarkan Nilai TSS ..................... 87
4.2.5.2 Peruntukkan Wilayah Berdasarkan Nilai Ambang
Batas TSS........................................................................ 91
4.3. Pembahasan........................................................................................ 95
4.3.1 Analisis Sebaran Konsentrasi TSS.................................. 95
4.3.2 Analisis Kelas Pencemaran Berdasarkan Nilai TSS ....... 98
4.3.3 Analisis Peruntukkan Wilayah Berdasarkan Nilai
Ambang Batas TSS ......................................................... 102
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 104
5.2. Saran .................................................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107
LAMPIRAN.................................................................................................... 114

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran .....Diameter


18
Tabel 2.2 Algoritma TSS yang Dipakai dalam Penelitian .............................. 28
Tabel 2.3 Karakteristik Satelit Landsat 8 ........................................................ 30
Tabel 2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 50
Tabel 3.1 Tingkat Pencemaran Perairan Berdasarkan Kandungan TSS. . 49
Tabel 3.2 Nilai Ambang Batas untuk TSS 51
Tabel 4.1 Nilai Digital Number Sebelum Koreksi Radiometrik .......65
Tabel 4.2 Nilai Digital Number Setelah Koreksi Radiometrik .......65
Tabel 4.3 Nilai TSS Lokasi Sampel .......74
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai TSS Insitu dengan Algoritma TSS
Empiris 81
Tabel 4.5 Kelas Nilai Konsentrasi TSS .......82
Tabel 4.6 Luas Klasifikasi Sebaran Konsentrasi TSS .......83
Tabel 4.7 Tingkat Pencemaran Perairan Berdasarkan TSS .......87
Tabel 4.8 Luas Klasifikasi Tingkat Pencemaran Perairan Berdasarkan

TSS .......87
Tabel 4.9 Nilai Ambang Batas untuk TSS .......91
Tabel 4.10 Luas Klasifikasi Nilai Ambang Batas untuk TSS .......91
Tabel 4.11 Daftar Industri yang Dilewat DAS Banjir Kanal Timur .......... 100
Tabel 4.12 Penggunaan Lahan Radius 100 meter dari Aliran Sungai yang
Bermuara di Perairan Sel Sedimen Muara Sungai Bodri – Banjri Kanal
Timur ........................................................................................ 101

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Komponen Sel Sedimen ........................................................... 14


Gambar 2.2 Sel Sedimen Tertutup dan Terbuka .......................................... 15
Gambar 2.3 Pembagian Sel Sedimen Pantai untuk Pantai Utara
Jawa Tengah berdasarkan Citra Landsat 7 ETM+ Komposit 321
dan Pengukuran Lapangan ...................................................... 17
Gambar 2.4 Diagram Skematik Proses Pengukuran oleh Sistem Penginderaan
Jauh pada Kolom Air................................................................ 26
Gambar 2.5 Varian Reflektansi Kurva Spektral untuk Konsentrasi Padatan 27
Gambar 2.6 Kerangka Berpikir 37
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian 39
Gambar 3.2 Peta Titik Acuan Sampel Berdasarkan Kelas Sedimentasi 42
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian 54
Gambar 4.2 Persebaran Titik GCP Koreksi Geometrik 61
Gambar 4.3 Nilai RMS Error Koreksi Geometrik Image to Map 61
Gambar 4.4 Metadatada Citra. 65
Gambar 4.5 Rumus Koreksi Radiometrik pada Formula Editor 64
Gambar46. HostigarmBand4Sebuelma(ts)danSesudahb(awah) Koerksi
Radiometrik 64
Gambar 4.7 Pemotongan Citra Pada Jendela ER Mapper 66
Gambar 4.8 Hasil Citra Pemisahan Darat dan Laut 68
Gambar 4.9 Garis Pantai Yang Belum Dideliniasi 69
Gambar 4.10 Garis Pantai Sebelum (Kiri) dan Sesudah (Kanan) Deliniasi... 69
Gambar 4.11 Hasil Deliniasi Darat dan Laut 70
Gambar 4.12 Pemilihan File Masking dan Edit Formula 72
Gambar 4.13 Pemasukan Algoritma TSS....................................................... 72

xiv
Gambar 4.14 Citra Setelah Dimasukkan Algoritma....................................... 73
Gambar 4.15 Algoritma empiris TSS Budhiman – TSS Insitu ...................... 75
Gambar 4.16 Algoritma empiris TSS Doxaran – TSS Insitu ......................... 75
Gambar 4.17 Algoritma empiris TSS Parwati – TSS Insitu........................... 75
Gambar 4.18 Algoritma empiris TSS Nurhayati – TSS Insitu....................... 75
Gambar 4.19 Hasil regresi antara TSS Insitu dengan Algoritma
Budhiman, Doxaran, Parwati dan Nurhayati............................ 76
Gambar 4.20 Histogram TSS Algoritma Budhiman (mg/l) ........................... 78
Gambar 4.21 Histogram TSS Algoritma Nurhayati (g/l) ............................... 78
Gambar 4.22 Histogram TSS Algoritma Parwati (mg/l)................................ 79
Gambar 4.23 Histogram TSS Algoritma Doxaran (mg/l) .............................. 79
Gambar 4.24 Grafik Hubungan antara Nilai Konsentrasi TSS Insitu dengan
TSS Algoritma Doxaran ........................................................... 80
Gambar 4.25 Peta Sebaran Konsentrasi TSS ................................................. 86
Gambar 4.26 Peta Tingkat Pencemaran Perairan Berdasarkan Kandungan TSS
90
Gambar 4.27 Peta Nilai Ambang Batas untuk TSS Terhadap Berbagai
Wilayah Peruntukkan ............................................................... 94
Gambar 4.28 Sirkulasi Angin di Wilayah Indonesia Dasarian I Juli 2018 .... 97

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Foto Survey Lapangan.............................................................. 114
Lampiran 2 Nilai Konsentrasi TSS Hasil Uji Laboratorium........................ 116
Lampiran 3 Petunjuk Pengolahan Data Citra Landsat 8 untuk Proses
Estimasi TSS .................................................................................................. 128

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kabupaten Kendal dan Kota Semarang memiliki banyak aliran sungai yang

bermuara di perairan pesisir utara Jawa Tengah, diantaranya adalah Sungai Bodri,

Sungai Bendo dan Sungai Blorong di Kabupaten Kendal, serta Sungai Plumbon,

Sungai Bringin, Sungai Banjir Kanal Barat dan Sungai Banjir Kanal Timur di Kota

Semarang. Sungai-sungai tersebut melewati wilayah yang padat penduduk seperti

Sungai Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur yang melewati Kota Semarang,

serta Sungai Bodri dan Sungai Blorong yang melewati Kabupaten Kendal. Aliran

sungai yang melewati wilayah berpenduduk banyak dan padat seperti Kota Semarang

yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.729.428 jiwa (BPS Kota Semarang,

2017:27) dan Kabupaten Kendal sebanyak 961.989 jiwa (BPS Kabupaten Kendal,

2017:63) memberikan kemungkinan bahwa aliran sungai tersebut mengangkut

kandungan bahan organik maupun non-organik dari hasil erosi kiksan tanah maupun

limbah padat dan cair, yang dapat mempengaruhi kualitas air dan menambah

kapasitas sedimentasi di muara aliran air tersebut, yakni di perairan pesisir utara Jawa

Tengah.

Kawasan kepesisiran, sejak awal peradaban manusia, merupakan kawasan

multi guna yang telah menjadi salah satu lokasi strategis untuk dijadikan pusat

aktivitas. Kawasan kepesisiran dapat menyediakan berbagai sumberdaya untuk

1
2

pemenuhan kebutuhan yang dapat dimanfaatkan oleh penduduknya. (Khakhim,

2017:37). Perairan pesisir utara Jawa Tengah memiliki banyak potensi ekonomi di

berbagai sektor, seperti pariwisata, perikanan laut (perikanan tangkap dan budidaya

laut di sepanjang Pesisir Utara Jawa Tengah), budidaya pesisir (tambak), dan sektor

perhubungan, seperti Pelabuhan Tanjung Mas di Kota Semarang dan Pelabuhan

Penyeberangan Kendal di Kabupaten Kendal.

Perairan pesisir utara Jawa Tengah juga memiliki potensi untuk ekosistem

habitat vital bagi biota perairan pesisir dan laut yang berfungsi sebagai spawning

ground, nurseryground dan feeding ground seperti mangrove, padang lamun dan

terumbu karang yang mana sebagian besar kondisinya telah dalam keadaan

mengkhawatirkan. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa jumlah hutan bakau yang

berada di pesisir utara Jawa Tengah pada tahun 2011 memiliki luas 2.458 Ha

(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011) namun pada tahun 2013 luasnya

semakin menyusut menjadi 1.829,62 Ha (Noegroho, 2013:16).

Wilayah pesisir utara Jawa Tengah merupakan lahan sumber penghidupan

bagi banyak masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, pelaku bisnis, dan lainnya.

Apabila kualitas air di perairan pesisir terganggu oleh sedimentasi dari bahan organik,

non organik, maupun bahan lainnya, maka hal ini akan dapat mengganggu kelancaran

aktivitas ekonomi yang berada di wilayah perairan pesisir utara Jawa Tengah. Saat

ini sebagian besar perairan di muara sungai yang terdapat di perairan pesisir utara

Jawa Tengah sudah dalam status tercemar dalam tingkat sedang hingga berat. Hasil

tersebut berdasarkan pengujian sampel kualitas air yang dilakukan oleh Tim
3

Hidrologi BBWS Pemali pada beberapa sungai utama di Pantura timur, yakni Sungai

Jragung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juwana di Kabupaten Demak, serta sungai

Penggaron dan Palebon di Semarang. Faktor terbesar yang menyebabkan pencemaran

ialah limbah industri dan rumah tangga (Mustholih, 2018).

Pencemaran di perairan pesisir juga dapat terjadi karena akibat dari

perkembangan fisik wilayah pesisir itu sendiri yang dinamis. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Sanjoto (2010:2) di wilayah pesisir Kabupaten Kendal sering dijumpai

proses sedimentasi dan proses abrasi secara berdampingan. Kedua proses tersebut

terjadi sebagai akibat adanya proses hidrodinamika yang berlangsung di wilayah

perairan pesisir tersebut. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kondisi kualitas

perairan pesisir di Kabupaten Kendal dari tahun 1992 hingga 2009 sangat bervariasi.

perubahan yang dinamis terjadi terkait kualitas perairan pesisir yang secara

keseluruhan menunjukkan kualitas perairan pantai bagian timur Kendal lebih buruk

dibandingkan dengan perairan pantai bagian barat. Penyebab buruknya kualitas

perairan di bagian timur dikarenakan proses sedimentasi dari Sungai yang mengalir di

daerah tersebut tinggi dan dibantu juga oleh proses abrasi pantai yang tinggi. Salah

satu penyebab utamanya yakni aktivitas perekonomian Kabupaten Kendal cenderung

terkonsentrasi di bagian timur, yang mana proses pembukaan lahan untuk kawasan

industri, kawasan perumahan, dan aktivitas perekonomian lain menjadi salah satu

penyebab meningkatnya erosi. Bahan hasil erosi ini terangkut oleh sungai-sungai

yang bermuara di bagian timur pantai seperti Sungai Blorong.


4

Berbagai proses yang terjadi di wilayah pesisir seperti aktivitas gelombang

(wave), pasang surut (tidal), dan arus sepanjang pantai (longshore current) akan

mengangkut dan mendistribusikan material sedimen ke sebelah kanan ataupun kiri

muara sungai, sehingga secara teoritis perkembangan pesisir di samping dipengaruhi

oleh besaran asupan material sedimen juga dipengaruhi oleh besaran tenaga

hidrodinamika yang bekerja di sepanjang pantai (Masselink dan Russel dalam

Sanjoto, 2010:2).

Proses sedimentasi di muara sungai mempengaruhi tingkat pencemaran

perairan itu sendiri, dikarenakan material yang tertransportasi bukan hanya berasal

dari proses erosi tanah, tetapi juga bercampur dengan limbah industri dan limbah

rumah tangga, serta material cair maupun padatan lainnya. Material-material tersebut

kemudian tersuspensi di perairan muara sungai yang menyebabkan keruhnya perairan

dan menurunkan kualitas perairan. Salah satu upaya dalam pemantauan kualitas air

adalah dengan menggunakan kajian estimasi Total Suspended Solid (TSS). TSS

adalah materi padat seperti kikisan tanah atau erosi tanah, limbah cair, padat maupun

logam berat yang terbawa ke badan air. Konsentrasi TSS apabila terlalu tinggi akan

menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses

fotosintesis (Effendi dalam Lestari, 2009:4). TSS dapat dianggap sebagai indikator

awal dalam mengevaluasi kondisi sedimentasi yang larut dalam air (Badan

Standardisasi Nasional, 2004).

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan diperlukan suatu upaya pemantauan

kualitas air di lokasi sedimen Muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur yang
5

notabenenya memiliki keseragaman fisik pada tahun penelitian terbaru. Dengan

bantuan teknologi citra satelit penginderaan jauh, pemantauan kualitas air dengan

kajian TSS dapat dilakukan baik secara temporal maupun spasial di suatu wilayah

perairan yang luas. Oleh karena itu teknologi penginderaan jauh dapat menjadikan

usaha pemantauan kualitas air tersebut dapat berjalan secara lebih efektif dari segi

waktu dan lebih efisien dari segi biaya yang perlu dikeluarkan, serta dapat dilakukan

secara terus-menerus agar dapat diketahui model perkembangannya. Oleh sebab itu

peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Studi Konsentrasi Total

Suspended Solid (TSS) di Perairan Pesisir Sel Sedimen Muara Sungai Bodri –

Banjir Kanal Timur Menggunakan Penginderaan Jauh”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana algortima empiris yang sesuai untuk konsentrasi Total

Suspended Solid (TSS) di perairan pesisir Sel Sedimen Muara Sungai Bodri

– Banjir Kanal Timur ?

2. Bagaimana sebaran konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) di perairan

pesisir Sel Sedimen Muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur ?

3. Bagaimana tingkat pencemaran dan wilayah peruntukkan di perairan pesisir

Sel Sedimen Muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur berdasarkan nilai

Total Suspended Solid (TSS) ?


6

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui algortima empiris yang sesuai untuk mengestimasi konsentrasi

Total Suspended Solid (TSS) di perairan pesisir Sel Sedimen Muara Sungai

Bodri – Banjir Kanal Timur.

2. Mengkaji sebaran konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) di perairan

pesisir Sel Sedimen Muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur.

3. Mengklasifikasikan tingkat pencemaran dan wilayah peruntukkan di perairan

pesisir Sel Sedimen Muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur berdasarkan

nilai Total Suspended Solid (TSS).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang

baik dalam rangka ilmu pengetahuan dan dapat memberi masukan

guna lebih bijak dalam mengelola dan memanfaatkan wilayah pesisir

dalam keberlangsungan aktivitas masyarakat.

b. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat membantu dalam mengetahui

indikasi awal terjadinya sedimentasi di satuan wilayah pesisir, dan juga

dapat menjadi masukan dan informasi yang berguna dalam mengelola

daerah pesisir.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti, penelitian ini menambah wawasan penulis maupun

pembaca akan kualitas perairan melalui kajian sebaran konsentrasi


7

Total Suspended Solid (TSS) dan sedimentasi yang terjadi di sebagian

pesisir sel sedimen Muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur.

b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik

dalam rangka ilmu pengetahuan dan menambah khazanah akan

pengetahuan khususnya dalam bidang Geografi.

1.5 Batasan Istilah

1. Studi

Istilah studi menurut kamus Bahasa Indonesia memiliki pengertian yakni

penelitian ilmiah, kajian, telaahan (Depdiknas, 2008:1530). Studi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian ilmiah yang bermaksud untuk

menelaah suatu kondisi TSS di perairan sel sedimen Muara Sungai Bodri –

Banjir Kanal Timur dengan menggunakan penginderaan jauh.

2. Konsentrasi

Pengertian konsentrasi menurut kamus Bahasa Indonesia adalah

persentase kandungan bahan di dalam satu larutan (Depdiknas, 2008:802).

Konsentrasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kandungan

dari padatan tersuspensi (TSS) yang terkandung dan larut di perairan sel

sedimen muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur.

3. Total Suspended Solid (TSS)

Pengertian Total Suspended Solid menurut Effendi (2003:64) adalah

sebagai berikut :
8

“ Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter

> 1 > 1 µm) yang tertahan pada saringan miliopore dengan diameter pori 0.45

µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik”. Penyebab

TSS di perairan yang utama adalah kikisan tanah atau erosi tanah yang

terbawa ke badan air. Dalam penelitian ini yang akan diestimasi nilai dari

konsentrasi Total Suspended Solid pada lokasi penelitian yang berlokasi di sel

sedimen Muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur.

4. Perairan

Pengertian perairan menurut kamus Bahasa Indonesia adalah laut yang

termasuk kawasan suatu negara (Depdiknas, 2008:22). Perairan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah wilayah perairan sel sedimen lokasi

penelitian, yakni yang dibatasi dari muara Sungai Bodri di Kabupaten Kendal

hingga muara Sungai Banjir Kanal Timur di Kota Semarang.

5. Pesisir

Poernomosidhi (2007) dalam Supriharyono (2009:14) memberikan

pengertian mengenai wilayah pesisir sebagai berikut :

“Wilayah pesisir merupakan interface antara kawasan laut dan darat yang

saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lainnya, baik secara

biogeofisik maupun sosial ekonomi. Wilayah pesisir mempunyai karakteristik

yang khusus sebagai akibat interaksi antara proses-proses yang terjadi di

daratan dan di lautan. Ke arah darat, wilayah pesisir meliputi bagian daratan,

baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut
9

seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke arah

laut, wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh

proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air

tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti

penggundulan hutan dan pencemaran”.

Wilayah pesisir yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wilayah yang

dipengaruhi sifat-sifat laut dan darat di sepanjang lokasi penelitian, yakni di

sel sedimen muara Sungai Bodri hingga muara Banjir Kanal Timur,

diantaranya adalah wilayah administratif Kabupaten Kendal dan Kota

Semarang.

6. Sel Sedimen

Pengertian Sel sedimen menurut Crown (2001) dalam Khakhim (2003:3)

adalah satuan panjang pantai yang mempunyai keseragaman kondisi fisik

dengan karakteristik dinamika sedimen dalam wilayah pergerakannya tidak

mengganggu keseimbangan kondisi pantai yang berdekatan.

Sel sedimen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu wilayah

perairan yang dibatasi oleh dua muara, yakni muara Sungai Bodri dan muara

Sungai Banjir Kanal Timur, dimana didalam daerah tersebut pola pergerakan

sedimentasi dan sifat-sifat perairan pantainya seragam.

7. Muara Sungai

Muara sungai adalah bagian hilir dari sungai yang berhubungan dengan

laut. Permasalahan di mulut sungai dapat ditinjau di bagian mulut sungai


10

(river mouth) dan estuari. Mulut sungai adalah bagian paling hilir dari muara

sungai yang langsung bertemu dengan laut . Sedang estuari adalah bagian dari

sungai yang dipengaruhi pasang surut (Triatmodjo, 1999:277). Muara sungai

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah batas lokasi penelitian yakni

berada di mulut aliran Sungai Bodri di Kabupaten Kendal dan mulut aliran

Sungai Banjir Kanal Timur di Kota Semarang yang masih termasuk ke dalam

1 sel sedimen.

8. Penginderaan Jauh

Definisi penginderaan jauh menurut NASA dalam Puntodewo (2003:90)

adalah pengambilan atau pengukuran data informasi mengenai sifat dari

sebuah fenomena, obyek atau benda dengan menggunakan sebuah alat

perekam tanpa berhubungan langsung dengan bahan study.

Penginderaan jauh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan

memanfaatkan data dari alat perekam berupa citra satelit penginderaan jauh

Landsat 8 untuk dilakukan pengolahan citra guna mengestimasi nilai

konsentrasi Total Suspended Solid (TSS) yang dinyatakan dalam satuan mg/l

yang terdapat di lokasi penelitian.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Deskripsi Teoritis

2.1.1 Sedimentasi

Dalam proses kajian Total Suspended Solid (TSS) erat kaitannya dengan

proses sedimentasi yang terjadi pada setiap aliran air dimulai dari hilir hingga

bermuara ke laut pesisir utara Jawa Tengah. Sedimentasi sendiri menurut Jeffries dan

Mills dalam Effendi (2003:29) adalah peristiwa erosi mengangkut tanah pucuk atau

tanah lapisan atas yang subur (top soil) dan memindahkannya ke tempat lain yang

lebih rendah. Bersama dengan lapisan tanah pucuk tersebut, terangkut pula unsur

hara. Tanah yang terbentuk akibat pengendapan tanah pucuk dikenal sebagai tanah

aluvial. Sementara itu pengertian erosi menurut Pidwirny (2008) dalam Khakhim

(2017:172) adalah sebagai berikut:

“The removal of weathered sediment or rocks by the forces of wind ,water and

ice. (Pelepasan sedimen atau batuan yang telah lapuk oleh tenaga angin, air, atau es)”.

Menurut Asdak dalam Sunarto (2017:101) sedimentasi merupakan hasil dari

proses erosi. Dalam konteks kajian kepesisiran terjadi pula erosi yang hanya terjadi di

sekitar wilayah pesisir, yakni proses abrasi. Menurut Setiyono (1996) dalam Khakhim

(2017:43) erosi atau abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang

laut dan arus laut yang bersifat merusak.

11
12

Hasil dari erosi yang memasuki badan air dapat menimbulkan dampak positif

maupun negatif. Menurut Effendi (2003:29) dampak positif erosi tanah pucuk yakni

meningkatkan kandungan unsur hara di perairan. Sedangkan dampak negatifnya

adalah dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas perairan, antara lain

penurunan nilai kecerahan serta peningkatan nilai kekeruhan dan padatan tersuspensi.

Kekeruhan yang tinggi dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam air

dan secara langsung dapat mengakibatkan gangguan pada biota akuatik, antara lain

terganggunya penglihatan dan sistem osmoregulasi (misalnya kerja insang).

Menurut Drake (1978) dalam Millaty (2015:772), sumber utama material

sedimen yang tedapat pada sebagian besar proses sedimentasi dasar laut adalah

berasal dari daratan, dimana erosi dan pelapukan sangat nyata terhadap pengikisan

daratan yang menuju ke laut. Menurut pendapat lain yang dikemukakan oleh

Dackombe dan Gardiner (1983) dalam Sanjoto (2012:18) kebanyakan sumber dari

material sedimen adalah daratan, dimana erosi dan pelapukan batuan berperan

terhadap pengikisan daratan dan ditransportasikan ke laut. Sedimen pantai menurut

Pethick (1984) dalam Sanjoto (2012:18-19) berasal dari tiga umber, yaitu erosi

sungai, erosi pantai, dan erosi dasar laut, dimana pada kenyataannya justru sungai

yang memberikan suplai yang relatif besar (kurang lebih 90%) terhadap transport

sedimen yang terjadi di pantai.

Secara garis besar ada dua sedimen yang ditransportasikan yaitu Cohesive dan

Non Cohesive. Pratikto, dkk., dalam Sanjoto (2010:104) menjelaskan bahwa

transportasi sedimen cohesive sering diistilahkan menjadi Suspended Load Transport


13

karena kebanyakan sifatnya yang melayang di air, sedangkan transport sedimen non

kohesif disebut Bed Load Transport. Dalam kenyataan di lapangan, material yang

termasuk Suspended Load Transport adalah material lumpur (mud/siltation),

sedangkan Bed Load Transport adalah material littoral.

Proses hanyutan sedimen sepanjang pantai berlangsung dinamik, terus

menerus terjadi dan akan berpengaruh terhadap bangunan-bangunan pantai seperti

pelabuhan, Industri, obyek wisata, maupun pertambakan. Akibat yang ditimbulkan

bisa berupa abrasi, akresi, dan pendangkalan. Dengan mempelajari arah gerakan

hanyutan sedimen akan dapat diperkirakan kemungkinan terjadinya perubahan garis

pantai (Sanjoto, 2010:104).

2.1.2 Sel Sedimen

Sel sedimen adalah satuan panjang pantai yang mempunyai keseragaman

kondisi fisik dengan karakteristik dinamika sedimen dalam wilayah pergerakannya

tidak mengganggu keseimbangan kondisi pantai yang berdekatan (Crown dalam

Khakhim, 2003:4).

Pendapat lain tentang sel sedimen juga dikemukakan oleh Stul T, Gozzard JR,

Eliot IG dan Eliot MJ (2015:3) yang menyatakan bahwa sel sedimen adalah sebagai

berikut :

“Sediment cells are spatially discrete areas of the coast within which marine

and terrestrial landforms are likely to be connected through processes of sediment

exchange, often described using sediment budgets.”


14

Suatu sel sedimen terentang sepanjang garis pantai, dan biasanya dibatasi oleh

dua tanjung yang mencolok, dimana pergerakan dari sedimen di daerah itu kurang

dan lebihnya akan menjadi bagian dari sel sedimen itu sendiri. Secara garis besar,

konsep sistem sel sedimen terdiri dari tiga bagian, yaitu (1.) pemasukan (sumber)

utamanya berasal dari sungai, erosi pantai dan proses lepas pantai seperti bars atau

banks, (2.) pemindahan (arus) longshore (littoral) melintas bersamaan dengan

onshore dan offshore proses seperti rip current , dan (3.) penyimpanan (mengendap)

pada pantai, sand dunes dan tumpukan yang dihasilkan oleh proses lepas pantai

(bands dan bars).

Gambar 2.1 Komponen Sel Sedimen


(Stul T., Gozzard JR, Eliot IG dan Eliot MJ 2015:10)
15

Menurut Stul. T, I. Elliot dan Charitha Pattiaratchi (2007:1), “Sediment cells

are segments of the coast, in which sediments derived from a common origin or

source can be traced along transport paths to a sink where they are temporarily or

permanently lost to the coast”. Bentukan sel sedimen terbagi menjadi sel sedimen

tertutup dan sel sedimen terbuka, sebagaimana yang dapat dilihat secara lebih detail

pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Sel Sedimen Tertutup dan Terbuka.


(Stul. T, I. Elliot dan Charitha Pattiaratchi, 2007:1)

Menurut Stul. T, Gozzard JR, Eliot IG dan Eliot MJ (2015:6), beberapa

maksud penggunaan analisis sel sedimen adalah :

1. Mengidentifikasi sel-sel sedimen yang dapat dikenali sebagai unit manajemen

alami untuk studi pesisir skala regional, sub-regional dan lokal; membangun
16

kerangka kerja untuk menghubungkan proyek-proyek kelautan dan terestrial

yang didirikan pada konektivitas bentang alam pesisir bawah laut dan bawah

laut, dan mendukung perencanaan dan pengelolaan pesisir terpadu.

2. Mengidentifikasi daerah pantai di mana perkiraan sediment budgets dapat

menyediakan alat yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan pesisir

berdasarkan bentuk lahan pada skala waktu dan ruang yang berbeda-beda.

3. Menghindari bentrokan kebijakan dan praktik di mana pengelolaan pesisir

dibutuhkan oleh lembaga-lembaga pesisir tetangga, khususnya otoritas

pemerintah daerah, dalam sel sedimen tunggal maupun berdekatan.

Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM+ pada komposit 321 dan

pengukuran di lapangan dapat ditentukan sel sedimen yang terdapat di Pantai Utara

Jawa Tengah (Khakhim, 2003:11) yaitu:

1. Antara muara S. Comal Pemalang sampai muara S. Bodri Kendal.

2. Antara muara S. Bodri Kendal sampai Banjir Kanal Timur Semarang.

3. Antara Banjir Kanal Timur Semarang sampai muara S. Wulan Demak.

4. Antara muara S. Wulan Demak sampai Teluk Awur Jepara.

5. Antara Tanjung Bugel Pati sampai Pantai Lasem Rembang.

Adapun untuk lebih jelasnya sel sedimen yang telah diidentifikasi pada pantai

utara Jawa Tengah dapat dilihat secara lebih detail pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Pembagian Sel Sedimen Pantai untuk Pantai Utara Jawa Tengah Berdasarkan
Citra Landsat 7 ETM+ Komposit 321 dan Pengukuran Lapangan

17
(Khakhim, 2003:11. Dengan Modifikasi)
18

2.1.3 Total Suspended Solid (TSS)

Total Suspended Solid atau muatan padatan tersuspensi adalah bahan-bahan

tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan pada saringan miliopore dengan

diameter pori 0.45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad jasad renik.

Penyebab TSS di perairan yang utama adalah kikisan tanah atau erosi tanah yang

terbawa ke badan air. Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan tidak

bersifat toksik,akan tetapi jika berlebihan, terutama TSS, dapat meningkatkan nilai

kekeruhan; yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom

air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan (Effendi, 2003).

Penyebaran TSS di perairan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik antara lain

angin, curah hujan, gelombang, arus, dan pasang surut (Effendi, 2000:12-18)

Tabel 2.1 Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter


Ukuran Diameter Ukuran Diameter
No Klasifikasi Padatan
(µm) (mm)
1 Padatan terlarut < 10-3 < 10-6
2 Koloid < 10-3 - 1 < 10-3
3 Padatan Tersuspensi >1 > 10-3
Sumber : Effendi, 2003.

Sastrawijaya (2000) dalam Effendi (2000:12-18) menyatakan bahwa

konsentrasi TSS dalam perairan umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplankton,

limbah manusia, limbah hewan, lumpur, sisa tanaman dan hewan, serta limbah

industri. Bahan-bahan yang tersuspensi di perairan alami tidak bersifat toksik, akan

tetapi jika jumlahnya berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang

selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air.


19

TSS merupakan cerminan dari dinamika perubahan ekologi perairan dan

daratan. TSS pula merupakan indikator awal akan kemungkinan terjadinya

sedimentasi di wilayah perairan. Nilai TSS yang tinggi akan menunjukkan tingkat

pencemaran yang tinggi. Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisik perairan dan

mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis dari biota air pada suatu perairan

(Budhiman dalam Fathiyah, dkk, 2017:518). Setiap wilayah perairan memiliki tingkat

konsentrasi TSS yang berbeda pula. Perbedaan konsentrasi TSS ini dapat disebabkan

oleh beragam hal, yakni tingkat kekeruhan perairan dan tingkat sedimentasi yang

dibawa oleh aliran air yang bermuara pada lokasi perairan tersebut.

Pada penelitian yang dilakukan Jiyah dan Sukmono (2016:47), sebaran TSS di

perairan pantai Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, mengalami fluktuasi pada

tahun 2003, 2013, dan 2016. Diketahui pula dari pengambilan sampel air pada tahun

2016, nilai TSS tertinggi yakni 540 mg/l . Sedangkan pada penelitian Febrianto dan

Latifah (2017:59), yang meneliti tentang sebaran TSS di Teluk Semarang dengan

algoritma TSS modifikasi Susiati et al. (2010) dengan pemanfaatan citra Landsat 8

OLI didapatkan hasil nilai konstentrasi berkisar antara 0 – 204 mg/l . Status

pencemaran di Teluk Semarang berdasarkan variabel TSS tersebut masuk dalam

kategori tercemar sedang hingga berat dan kurang baik bagi kepentingan perikanan.

2.1.4 Citra Penginderaan Jauh

Proses estimasi nilai TSS dalam proses pemantauan kualitas perairan merupakan

salah satu jenis data geospasial yang berada di permukaan bumi. Menurut UU No. 4

tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, data geospasial adalah data tentang lokasi
20

geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau buatan

manusia yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi. Informasi

Geospasial adalah data geospasial yang sudah diolah sehingga dapat digunakan

sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau

pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian. Lebih lanjut

disebutkan dalam Pasal 27 Ayat 1 bahwa pengumpulan data geospasial dilakukan

dengan cara survei dengan menggunakan instrumentasi ukur dan/atau rekam, yang

dilakukan di darat, pada wahana air, pada wahana udara, dan/atau padawahana

angkasa.

Penginderaan jauh menggunakan wahana angkasa dalam mengumpulkan data

geospasial di bumi. Citra penginderaan jauh merupakan salah satu aspek penting

dalam menganalisis data spasial. Citra satelit dapat merekam objek permukaan bumi

dengan tingkat resolusi yang beragam. Resolusi citra dapat diartikan sebagai

kemampuan citra dalam merepresentasikan informasi objek/ fenomena di permukaan

bumi. Resolusi citra penginderaan jauh menurut Pusat Pemanfaatan Penginderaan

Jauh LAPAN (2015:2) dapat dibagi menjadi :

a. Resolusi Spasial

Dapat diartikan sebagai ukuran objek terkecil yang dapat dibedakan

dengan objek lain. Pada citra raster berarti ukuran 1 (satu) pixel data di

lapangan. Pada citra optik (fotografik) 1 (satu) detik busur medan pandang di

lapangan.
21

b. Resolusi Spektral

Resolusi spektral adalah julat (range) spektrum elektromagnetk yang

dipergunakan oleh perangkat pengindera.

c. Resolusi Temporal

Resolusi temporal adalah ukuran perulangan pengambilan data oleh

satelit tersebut pada lokasi yang sama di permukaan bumi.

d. Resolusi Radiometrik

Resolusi radiometrik adalah julat (range) reprrsentasi/ kuantisasi data,

bisasanya dipergunakan untuk format raster.

2.1.5 Koreksi Citra

Koreksi citra merupakan suatu operasi pengondisian supaya citra yang akan

digunakan benar-benar memberikan informasi yang akurat secara geometris dan

radiometris (Danoedoro, 2012). Koreksi citra yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi koreksi radiometrik dan geometrik.

2.1.5.1 Koreksi Radiometrik

Koreksi radiometrik merupakan pembetulan citra akibat kesalahan

radiometrik atau cacat radiometrik, yaitu kesalahan yang berupa pergeseran nilai atau

derajat keabuan elemen gambar (pixel) pada citra, yang disebabkan oleh kesalahan

sistem optik, karena gangguan energi radiasi elektromagnetik pada atmosfer, dan

kesalahan karena pengaruh sudut elevasi matahari (Purwadhi dan Tjaturahono,

2008:79).
22

Lebih lanjut dalam Purwadhi dan Sanjoto (2008:80), penyebab kesalahan

radiometrik dapat dibedakan dalam tiga kelompok :

a. Kesalahan pada sistem optik disebabkan oleh (a) Kesalahan bagian optik buram,

menyebabkan data yang dibentuk oleh sistem optik tidak linier. (b) Kesalahan

karena perubahan kekuatan sinyal pada subsistem optlk, mengakibatkan terjadi

bising koheren (coherece noise), berupa bising periodik (periodic noise), bising

sisir (spike noise), dan bising garis (stripes noise).

b. Kesalahan karena gangguan energi radiasi elektromagnetik pada atmosfer,

disebabkan oleh (a) Pengaruh hamburan (hamburan Rayleigh, hamburan Mie,dan

hamburan non-selektif) dan serapan padaatmosfer.(b)Tanggapan (response)

amplitudo yang tidak linier. (c) Terjadinya bising (noise) pada waktu transmisi

data dari sensor ke stasiun penerima di bumi.

c. Kesalahan karena pengaruh sudut elevasi matahari, sehingga menyebabkan (a)

perubahan pencahayaan pada permukaan bumi, karena sifat obyek dan kepekaan

obyek menerima tenaga dari luar tidak sama. (b) perubahan radiasi permukaan

obyek disebabkan oleh perubahan sudut pengamatan sensor.

Koreksi Landsat 8 OLI dalam penelitian ini dilakukan konversi nilai DN

(Digital Number) ke TOA reflektan yang terkoreksi sudut matahari. Berikut

persamaan koreksi radiometrik :

a. Konversi nilai radian ke TOA Reflektan

ρλ' = Mρ*Qcal + Aρ
23

Keterangan:

ρλ' = Top of Atmosphere spektral reflektan, tanpa koreksi sudut matahari

Mρ = konstanta rescalling

Aρ = konstanta penambah

Qcal = nilai piksel DN

b. TOA Reflektan dengan koreksi sudut penyinaran matahari (sun angle)

ρλ = ρλ’/ cos (θSZ) = ρλ’/ sin (θSE)

Keterangan:

ρλ= TOA planetary reflectance

θSE= Local sun elevation angle

θSZ = Local solar zenith angle;

θSZ = 90° - θSE

2.1.5.2 Koreksi Geometrik

Koreksi geometrik dilakukan untuk mentransformasi citra hasil penginderaan

jauh sehingga citra tersebut mempunyai sifat-sifat peta dalam bentuk, skala dan

proyeksi. Transformasi geometrik yang paling mendasar adalah penempatan kembali

posisi piksel sedemikian rupa, sehingga pada citra digital yang telah tertransformasi

dapat dilihat gambaran objek di permukaan bumi yang terekam oleh sensor (Pusfatja

LAPAN, 2015:8).

Koreksi geometrik harus dilakukan dengan mengacu ke data geospasial dasar

seperti peta RBI atau LPI dengan skala yang sama atau lebih besar dari data yang

akan dibuat. Sebagai contoh, untuk menghasilkan peta mangrove skala 1:50.000,
24

maka peta dasar untuk koreksi geometrik yang digunakan adalah peta RBI dengan

skala 1:50.000 atau 1:25.000 (Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN ,

2015:8). Koreksi geometrik citra dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Image to map rectification : menggunakan polynomial (titik kontrol) atau

geocoding linear untuk merektifikasi sebuah citra ke dalam sebuah datum dan

proyeksi peta menggunakan GCP (titik kontrol) dari peta RBI atau titik kontrol

geodesi nasional.

b. Image to image rectification: menggunakan polynomial (titik kontrol) atau

geocoding linier untuk merektifikasi satu citra ke citra yang lainnya menggunakan

GCP.

Koreksi geometrik mempunyai tiga tahapan, yaitu:

1. Melakukan rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar koordinat

citra sesuai dengan koordinat geografi.

2. Registrasi (mencocokkan) posisi citra dengan citra lain atau mentransformasikan

sistem koordinat citra multispektral atau citra multitemporal.

3. Registrasi citra ke peta atau transformasi sistem koordinat citra ke peta, yang

menghasilkan citra dengan sistem proyeksi tertentu.

2.1.6 Penginderaan Jauh Untuk Estimasi Nilai TSS

Penginderaan jauh berasal dari dua kata dasar yaitu indera berarti melihat dan

jauh berarti dari jarak jauh. Jadi berdasarkan asal katanya (episti-mologi),

penginderaan jauh berarti melihat obyek dari jarak jauh. Lillesand dan Kiefer dalam

Kusumowidagdo dkk. (2007:5) mendefinisikan penginderaan jauh sebagai ilmu dan


25

seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan

menganalisis menggunakan kaidah ilmiah data yang diperoleh dengan menggunakan

alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.

Teknologi penginderaan jauh telah banyak diimplementasikan untuk

pekerjaan pemantauan sumberdaya di bumi, baik di darat maupun di perairan. Salah

satu bentuk pemantauan sumberdaya perairan adalah dengan kajian TSS di berbagai

perairan, seperti perairan darat (danau, waduk, Sungai) maupun laut. Kualitas

perairan memiliki penetrasi cahaya yang berbeda pada daerah tertentu, dapat

diketahui dengan teknik multispektral (Barret dan Curtis 1982 dalam Lestari,

2009:9).

Pemanfaatan data penginderaan jauh untuk aplikasi bidang wilayah perairan

pesisir dan secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian menurut karasteristik

gelombang elektromagnetik, yaitu untuk mempelajari obyek yang ada di kolom air

dan yang berada di atas kolom air. Obyek di daerah pesisir dan laut yang berada di

bawah kolom air adalah karang dan lamun, oleh karena itu untuk melakukan

identifikasi kedua obyek tersebut proses koreksi kolom air menjadi salah satu tahapan

yang harus dipertimbangkan. Sedangkan garis pantai, mangrove, batimetri, klorofil,

SPL dan MPT (Muatan Padatan Tersuspensi)/ TSS merupakan bagian dari wilayah

pesisir yang berada diatas kolom air oleh karena itu untuk identifikasi obyek tersebut

tidak menuntut adanya koreksi kolom air karena gelombang elektromagnetik tidak

melewati kolom air. (Setiawan dkk, 2015:2).


26

Gambar 2.4 Diagram Skematik Proses Pengukuran oleh

Sistem Penginderaan Jauh pada Kolom Air

(Brandon et al., 2006 dalam Tantiyana,2016:8)

Materi organik maupun non organik yang terlarut dan tersuspensi dalam suatu

badan air dapat mempengaruhi reflektansi dari badan air tersebut. Melalui teknologi

penginderaan jauh dapat memberi gambaran tentang kondisi dan kualitas perairan

dari pemantauan terhadap nilai pantulan cahaya tampak dari suatu badan air pada

sensor di sebuah citra. Menurut Hasyim dalam Lestari (2009:9) kekeruhan yang

disebabkan oleh TSS adalah salah satu faktor yang mempengaruhi sifat spektral suatu

badan air. Air yang keruh mempunyai nilai reflektansi yang lebih tinggi daripada air
27

jernih. Dapat dikatakan bahwa kandungan padatan tersuspensi merupakan indikator

awal tanda-tanda terjadinya sedimentasi di suatu perairan. Keluaran dalam penelitian

ini akan menghasilkan peta mengenai informasi konsentrasi TSS pada lokasi

penelitian. Sedangkan pemetaan yang dimaksud yakni sebuah tahapan yang harus

dilakukan dalam pembuatan peta. Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan

data, dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian dalam bentuk peta (Juhadi

dan Liesnoor S., 2001).

Gambar 2.5 Varian Reflektansi Kurva Spektral untuk Konsentrasi Padatan

(Farooq, 2011)

Warna air dapat berubah karena kandungan material tersuspensi yang

terkandung di permukaan air. Air jernih hanya memantulkan sedikit dari pancaran

sinar matahari, sehingga nilai pantulannya rendah. Pantulan air jernih memiliki nilai

tertinggi pada spektrum biru dan semakin menurun ketika panjang gelombang

meningkat.
28

Air keruh mampu untuk memantulkan lebih banyak sinar matahari sehingga

memiliki nilai pantulan yang tinggi dibandingkan air jernih. Penyerapan cahaya oleh

sedimen umumnya jauh lebih kecil daripada klorofil, tetapi hamburan baliknya jauh

lebih tinggi dalam rentang panjang gelombang optik. Oleh karena itu, panjang

gelombang antara 400 nm sampai 850 nm dapat digunakan untuk estimasi parameter

kualitas air (Dekker et al., 2002 dalam Tantiyana, 2016). Beberapa algortima empiris

yang digunakan untuk mendeteksi TSS dengan satelit Landsat pada berbagai perairan

dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Algoritma TSS yang Dipakai dalam Penelitian


No. Algoritma TSS Referensi Lokasi
Teluk
Sanjoto
1. gr/l = (Band Hijau) + 11.246/ 111.002 Semarang
(2010)
(Nurhayati)

Parwati Pesisir Berau


2. mg/l = 0.6211 * (7.9038 * Exp
(2017) (Parwati)
(23.942 * Band Merah)) * 0.9645
Delta
Budhiman
3. mg/l = 8.1429*Exp (23.704*Band Merah) Mahakam
(2004)
(Budhiman)
Banjir Kanal
Subiyanto
4. mg/l = 5,1271*Exp(27*Band Merah) Barat
(2017)
(Doxaran)
Sumber: Budhiman (2004), Sanjoto (2010), Parwati (2017) dan
Subiyanto (2017)
29

2.1.7 Satelit Landsat

Sistem penginderaan jauh satelit secara umum terdiri dari objek permukaan

bumi yang diamati menggunakan sensor pengamat yang diletakkan pada wahana

satelit yang bergerak pada orbitnya dengan pengamatan yang berulang dan liputan

yang luas. Banyak satelit yang digunakan untuk memantau objek-objek di permukaan

bumi yang disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan pengguna, salah satunya

adalah satelit Landsat MSS (Multi Spectral Scanner), TM (Thematic Mapper), ETM

(Enhanched Thematic Mapper), dan yang terbaru satelit Landsat 8 OLI (Operational

Land Imager)-TIRS (Thermal Infrared Sensor).

Teknologi penginderaan jauh satelit dipelopori oleh NASA Amerika Serikat

dengan diluncurkannya satelit sumberdaya alam yang pertama, yang disebut ERTS-1

(Earth Resources Technology Satellite) pada tanggal 23 Juli 1972,menyusul ERTS-2

pada tahun 1975, satelit ini membawa sensor RBV (Retore Beam Vidcin) dan MSS

(Multi Spectral Scanner) yang mempunyai resolusi spasial 80 x 80 m. Satelit ERTS-

1, ERTS-2 yang kemudian setelah diluncurkan berganti nama menjadi Landsat 1,

Landsat 2, diteruskan dengan seri-seri berikutnya, yaitu Landsat 3, 4, 5, 6, 7 dan

terakhir adalah Landsat 8 yang diorbitkan bulan Februari 2013. Pada penelitian ini

satelit yang akan dipakai adalah satelit Landsat 8. Satelit Landsat 8 mengorbit pada

sudut inklinasi 98,2° dan pada ketinggian 705 km. Satelit Landsat 8 merekam dalam

99 menit dan waktu liput ulangnya 16 hari. Karakteristik satelit Landsat 8 dapat

dilihat secara lebih detail pada Tabel 2.3.


30

Tabel 2.3 Karakteristik Satelit Landsat 8


Kanal Spektral Resolusi Spasial Keterangan
Kanal 1 : 0,433 – 0,453 µm 30 m x 30 m Pesisir/Aerosol
Kanal 2 : 0,450 – 0,515 µm 30 m x 30 m Cahaya Tampak (Biru)
Kanal 3 : 0,525 – 0,600 µm 30 m x 30 m Cahaya Tampak (Hijau)
Kanal 4 : 0,630 – 0,680 µm 30 m x 30 m Cahaya Tampak (Merah)
Kanal 5 : 0,845 – 0,885 µm 30 m x 30 m Inframerah Dekat
Kanal 6 : 1,560 – 1,660 µm 30 m x 30 m Inframerah Menengah 1
Kanal 7 : 2,100 – 2,300 µm 30 m x 30 m Inframerah Menengah 2
Kanal 8 : 0,500 – 0,680 µm 15 m x 15 m Pankromatik
Kanal 9 : 1,360 – 1,390 µm 30 m x 30 m Cirrus
Kanal 10 : 10,3 – 11,3 µm 100 m x 100 m Inframerah Jauh 1
Kanal 11 : 11,5 – 12,5 µm 100 m x 100 m Inframerah Jauh 2
Sumber : Sitanggang, LAPAN, 2010.

2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang berkaitan dengan total suspended solid (TSS) atau muatan padatan tersuspensi

di berbagai wilayah penelitian dengan penggunaan algoritma yang beragam. Dalam

beberapa penelitian sebelumnya berfokus pada regresi algoritma TSS empiris dan

analisis nilai konsentrasi TSS. Berikut merupakan perbandingan antara penelitian

yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya secara rinci dapat dilihat pada

Tabel 2.4.
31

Tabel 2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan


Nama dan Judul Tujuan Penelitian Metode Penelitian Teknik Analisis Hasil
Jiyah, B. Sudarsono Melakukan Metode persamaan Teknis analisis yang Algoritma empiris
dan A. Sukmono pemetaan konsentrasi regresi hasil digunakan adalah yang sesuai yakni
(2016), Studi TSS tahun algoritma pada citra analisis regresi algoritma Sturn
Distribusi Total 2003,2013,dan 2016 Landsat dengan hasil linier antar dengan persamaan
Suspended Solid di perairan pesisir pengambilan sampel algortima TSS TSS = -140,8x +
(TSS) di Perairan Kecamatan Wedung, air TSS insitu. dengan TSS Insitu 913,8, dan Sebaran
Pesisir Kabupaten Kabupaten Demak, TSS di perairan
Demak dan mengetahui pesisir Kecamatan
Menggunakan Citra algoritma terbaik Wedung pada tahun
Landsat yang sesuai untuk 2003, 2013, 2016
diterapkan pada mengalami fluktuasi.
lokasi penelitian.
Simbolon, Untuk mengetahui Metode observasi, Teknis analisis yang Nilai TSS
pola sebaran TSS yakni pengolahan digunakan regresi pada saat pasang
Fernandho, Heron
insitu dan pendugaan citra Landsat 7 dan linier antar berkisar 113, 44
Surbakti dan Hartoni
dan untuk menggunakan algortima TSS mg/l – 477,11 mg/l
(2012), Analisis Pola mengetahui algoritma algoritma TSS dengan TSS Insitu dan pada
TSS pendugaan yang terbaik yang sesuai saat surut 40,333

31
32

Sebaran Sedimen paling sesuai di dengan daerah mg/l- 754.667


Muara Banyuasin dan penelitian. mg/l. Algoritma
Tersuspensi
menerapkannya. Sedangkan metode pendugaan
Menggunakan
pengamatan konsentrasi
Teknik Penginderaan langsung berupa TSS dan pola
pengambilan data sebaran yang
Jauh
insitu. paling sesuai
Di Perairan Muara
digunakan di muara
Sungai Banyuasin
Sungai Banyuasin
adalah algoritma
Budhiman dengan
nilai koefisien
determinasi R
(0,426).
Febrianto, Sigit dan Untuk mengetahui Metode yang Teknik analisis Konsentrasi TSS
Nurul Latifah (2017), konsentrasi visualisasi berkisar 0-204 mg/l
digunakan dalam
Pemetaan Pola konsentrasi TSS di berdasarkan Status pencemaran
penelitian ini adalah
Sebaran Total perairan Teluk perhitungan masuk dalam
Suspended Solid Semarang, status descriptive algoritma TSS kategori tercemar
(TSS) di Perairan pencemaran di Teluk modifikasi Susiati. sedang hingga berat

32
33

Teluk Semarang Semarang dan eksploratif dengan dan kurang baik bagi
Menggunakan Citra mengetahui penyebab kepentingan
pendekatan
Satelit Landsat 7 terjadinya perikanan.
penginderaan jauh.
ETM dan Landsat 8 peningkatan TSS. Peningkatan
terjadinya TSS
disebabkan
oleh banyaknya
material padatan
tersuspensi yang
larut dibawa oleh
sungai ke muara
yang berasal dari
daratan terutama
daerah Delta Wulan
Kabupaten Demak.

33
34

2.3 Kerangka Berpikir

Setiap aliran sungai memiliki bahan organik maupun non organik yang

terlarut kemudian tertransportasi dan tersedimentasi di suatu tempat. Penelitian ini

bermaksud untuk mengetahui kandungan padatan tersuspensi tersebut pada beberapa

wilayah yang menjadi muara sungai di perairan pesisir sel sedimen muara Sungai

Bodri, Kabupaten Kendal, hingga muara Banjir Kanal Timur, Kota Semarang, dengan

cara memperbandingkan 4 algoritma TSS empiris yang telah dipakai pada berbagai

penelitian, yakni Algoritma TSS Budhiman (2004), Algoritma TSS Nurhayati (2010),

Algoritma TSS Doxaran (2017) dan Algoritma TSS Parwati (2017), dengan

menggunakan uji regresi linier sederhana untuk mengetahui angka korelasi (R) nya

dan memilih algoritma TSS empiris yang korelasinya paling baik yang selanjutnya

digunakan untuk estimasi konsentrasi TSS pada wilayah sel sedimen Muara Sungai

Bodri – Banjir Kanal Timur.

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran dari konsentrasi TSS di sel

sedimen Muara Sungai Bodri hingga Banjir Kanal Timur. Selain itu penelitian ini

juga memiliki tujuan untuk untuk mengetahui sebaran pencemaran melalui

pengklasifikasian wilayah pencemaran berdasarkan nilai TSS dan juga untuk

mengetahui sebaran wilayah yang peruntukkan pada perairan lokasi penelitian

berdasarkan klasifikasi nilai ambang batas TSS.

Penelitian ini menggunakan citra Landsat 8 pada musim kemarau tahun 2018

tepatnya pada bulan Agustus, dengan maksud untuk mendapatkan data yang bebas

awan atau memiliki kandungan awan yang sangat sedikit, agar proses perhitungan
35

TSS dapat menghasilkan nilai yang tidak terganggu. Citra Landsat 8 multiband

dilakukan pemotongan citra sesuai daerah penelitian dengan maksud agar tidak

memakan ruang yang besar. Citra yang telah dipilih kemudian dilakukan koreksi

geometrik dengan tujuan untuk membenarkan posisi obyek dalam citra sebagai akibat

dari distorsi ke posisi yang sebenarnya di muka bumi. Selanjutnya dilakukan koreksi

radiometrik, tujuannya adalah untuk mengubah nilai Digital Number (DN) menjadi

nilai reflektan.

Proses selanjutnya adalah pemisahan batas wilayah darat dan air, dengan cara

memasukkan rumus pemisahan darat dan laut. Selanjutnya dilakukan deliniasi batas

antara laut dan darat dengan menggunakan band nampak untuk membedakan situs air

dan darat. Proses deliniasi ini dilakukan karena piksel yang dianggap air bukan hanya

ada di laut, sedangkan dalam penelitian ini nilai piksel pada permukaan air darat tidak

akan dihitung sehingga harus dilakukan pemisahan nilai piksel pada wilayah

permukaan air non laut. Kemudian setelah dilakukan pemisahan nilai piksel antara

darat dan laut, hasil tersebut digunakan sebagai batas daerah acuan dalam

mendeliniasi batas darat dan laut.

Setelah itu dilakukan proses estimasi TSS dengan memasukkan beberapa

algortima yang akan dipakai pada waktu yang sama dengan waktu perekaman citra

dilakukan pengambilan sampel air di lapangan. Sampel yang telah diperoleh

kemudian dilakukan uji lab pada hari yang sama dengan waktu kurang dari 24 jam

guna mengetahui kandungan berat padatan tersuspensi. Jeda waktu 24 jam dari

pengambilan sampel kepada uji lab dimaksudkan agar kandungan padatan terlarut
36

yang terdapat dalam botol sample tidak banyak berubah, sehingga jika akan diujikan

maka hasilnya akan sama seperti pada saat waktu pengambilan sampel air.

Hasil dari uji lab akan dilakukan uji korelasi regresi linier sederhana dengan 4

algoritma TSS empiris yang telah diaplikasikan pada citra yang sama sehingga dapat

diketahui algoritma TSS empiris yang memiliki korelasi (R) dan keeratan paling

tinggi dengan hasil pengambilan sampel di lapangan. Algoritma terbaik hasil uji

regresi linier sederhana selanjutnya akan di terapkan dalam perhitungan TSS wilayah

penelitian . Secara skematis kerangka berpikir dapat dilihat secara lebih rinci pada

Gambar 2.6.
37

Studi Literatur dan Pengambilan Sampel


Pengumpulan Data Air Laut

Citra Landsat 8
Tahun 2018

Pemotongan Citra

Koreksi Geometrik

Tidak RMSE ≤ 1 Peta RBI Skala


Piksel 1:25.000

Ya
Koreksi Radiometrik Uji Laboratorium

Pemisahan Darat dan Laut

Uji Regresi Linier Algoritma TSS Nilai TSS Insitu

Penerapan Algoritma TSS Terbaik

Informasi Konsentrasi TSS Tahun


2018 Analisis Konsentrasi TSS

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir


Keterangan :

Data Hasil Sementara Proses Hasil Akhir


104

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang konsentrasi Total

Suspended Solid (TSS) di Sel Sedimen Muara Sungai Bodri – Banjir Kanal Timur

menggunakan Penginderaan Jauh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil uji regresi linier sederhana yang didapatkan dari algoritma TSS

Budhiman, Nurhayati, Parwati dan Doxaran menunjukkan bahwa algoritma

Doxaran merupakan algoritma terbaik dan memiliki nilai R (korelasi) paling

tinggi mendekati 1 yakni sebesar 0,956 serta nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,915 (91,5%) dengan persamaan TSS = 1,0248x – 10,503. Nilai

tersebut menunjukkan hubungan yang kuat dan positif, serta memiliki saling

keterkaitan antara kedua variabel (TSS insitu dan hasil algoritma TSS).

Pemantauan daerah perairan untuk mengestimasi nilai konsentrasi TSS

menggunakan algoritma Doxaran dapat diprediksi dengan baik hingga 91,5

%, kemudian 8,5 % merupakan faktor lain yang tidak diamati oleh citra

sehingga menyebabkan ketidakakuratan korelasi nilai antara nilai TSS insitu

dengan algoritma TSS Doxaran.

2. Berdasarkan klasifikasi nilai konsentrasi TSS , kelas 1 (0-25 mg/l) memiliki

luas wilayah paling dominan yakni yakni seluas 677,23 Km2 dari total luas

104
105

wilayah kajian sel sedimen. Kelas 2 (25-50 mg/l) memiliki luas 72,31 Km2.

Kelas 3 (50-75 mg/l memiliki luas 14,75 Km2. Kelas 4 (75-100 mg/l) memiliki

luas 7,12 Km2. Kelas 5 (100-125 mg/l) ) memiliki luas 3,85 Km2. Kelas 6 (125-

150 mg/l memiliki luas 3,35 Km2. Kelas 7 (>150 mg/l) memiliki luas 2,04 Km2.

3. Klasifikasi pencemaran berdasarkan nilai konsentrasi TSS kelas terluas adalah

belum tercemar (370,21 Km2) diikuti oleh tercemar ringan (364,57 Km2),

tercemar sedang (37,11 Km2), dan tercemar berat (9,12 Km2). Adapun untuk luas

kasifikasi peruntukkan wilayah berdasarkan nilai ambang batas untuk TSS

dengan kelas wilayah terluas adalah Budidiaya perikanan, taman laut, dan

konservasi (370,21 Km2), kemudian Pariwisata dan rekreasi renang dan selam

(261,90 Km2), Kehidupan Koral (131,98 Km2), dan wilayah yang melebihi nilai

ambang batas (16,91 Km2).

4. Distribusi total suspended solid (TSS) bergerak kearah sisi barat dan barat daya

wilayah penelitian dan sebagian terkumpul pada sisi muara sel sedimen bagian

barat (sekitar muara Sungai Blorong dan Sungai Bodri) sesuai dengan arus Laut

Jawa yang dipengaruhi angin muson musim kemarau 2018 yang bergerak dari

arah timur ke barat pada wilayah perairan Laut Jawa.

5. Luas penggunaan lahan pemukiman, sawah irigasi dan tegalan pada radius 100

meter di kanan kiri sungai memberikan kemungkinan nilai konsentrasi TSS yang

lebih besar pada perairan lokasi penelitian.


106

5.2 Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan peneliti memberikan beberapa

saran yang bisa diajukan adalah sebagai berikut :

1. Algoritma Doxaran yang digunakan untuk penelitian ini merupakan algoritma

Doxaran (2002) modifikasi Subiyanto (2017) dan dibangun dengan lokasi

penelitian di sekitar perairan Muara Banjir Kanal Barat Kota Semarang pada

bulan April, Juni, daan Agustus 2017. Asumsi yang digunakan untuk penelitian

ini merupakan kesamaan lokasi penelitian, kesamaan musim penelitian dan

kesamaan penggunaan band merah yang memiliki kepekaan paling tinggi

terhadap perairan. Disarankan untuk penggunaan pada lokasi lain agar dilakukan

menggunakan rumus algoritma yang sudah teruji untuk diterapkan, dikarenakan

tidak semua perairan di Laut Utara Jawa memiliki kesamaan aspek geografis.

2. Jika dibutuhkan sampel air berjumlah banyak disarankan agar mengambil pada

waktu yang bersamaan dengan menyebar sampel pengambilan air ke dalam

berbagai titik lokasi pengambilan sampel.

3. Perlu diperhatikan karakteristik kondisi lapangan yang sesuai untuk penggunaan

band agar menghasilkan estimasi yang lebih tepat dan akurat.


107

DAFTAR PUSTAKA

Adiputro, S. B. 1994. 'Metode Pengambilan dan Analisis Data Biota Perairan'.


Makalah disajikan dalam Kursus Amdal PPSMI di Jakarta, Universitas
Indonesia.

Azhar, Husnan, dkk. 2012. ‘Studi Kandungan Logam Berat Pb, Cu, Cd, Cr Pada
Kerang Impin (Amusium Pleuronectes), Air Dan Sedimen Di Perairan
Wedung, Demak Serta Analisis Maximum Tolerable Intake Pada Manusia’.
Dalam Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Hal.
41-42.

Baktiar, Aditya Hafidh, dkk. 2016. ‘Analisis Kesuburan Dan Pencemaran Air
Berdasarkan Kandungan Klorofil-A Dan Konsentrasi Total Suspended Solid
Secara Multitemporal Di Muara Banjir Kanal Timur’. Dalam Jurnal Geodesi
Undip Vol. 5 No.4 Tahun 2016 Hal. 275.

Budhiman, Syarif. 2004.‘Mapping TSM Concentrations from Multisensor Satellite


Images in Turbid Tropical Coastal Waters of Mahakam Delta-
Indonesia’.Thesis. Netherlands: International Institute for Geo-Information
Scienceand Earth Observation.

Danoedoro, P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Penerbit Andi


Yogyakarta: Yogyakarta.

Effendi,H.2000. Telaah Kualitas Air. Bogor: Jurusan Manajemen Sumberdaya


Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

. . . 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan


Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
108

Farooq, S. 2011. Spectral Reflectance of Land Cover. Aligahr: Departement of


Geology, Aligahr Muslim University.

Fathiyah, N., Tjiong G. P, dan Ratna S. ‘Pola Spasial dan Temporal Total Suspended
Solid (TSS) dengan Citra SPOT di Estuari Cimandiri, Jawa Barat’. Makalah
disajikan dalam 8th Industrial Research Workshop and National Seminar
Politeknik Negeri Bandung 26-27 Juli 2017 Hal. 518.

Febrianto, Sigit dan Nurul Latifah. 2017. ‘Pemetaan Pola Sebaran Total Suspended
Solid TSS) Di Perairan Teluk Semarang Menggunakan Citra Satelit Landsat
7 ETM dan Landsat 8’. Dalam Jurnal Harpodon Borneo Vol. 10 No. 1 April
2017 Hal.. 56-60.

Handoyo, Gentur dan Agus A.D Suryoputro. 2015. ‘Kondisi Arus dan Gelombang
Pada Berbagai Kondisi MorfologiPantai di Perairan Pantai kendal Provinsi
Jawa Tengah’. Dalam Jurnal Kelautan Tropis Juni 2015 Vol. 18 No.1
Hal.37.

Jiyah, B. Sudarsono dan A. Sukmono. 2016. ‘Studi Distribusi Total Suspended Solid
(TSS) Di Perairan Pantai Kabupaten Demak Menggunakan Citra
Landsat’.Dalam Jurnal Geodesi Undip Hal.. 41-47.

Khakhim, Nurul. 2003. ‘Pendekatan Sel Sedimen (Sediment Cell) Sebagai Acuan
Penataan Ruang Wilayah Pesisir Menggunakan Teknologi Penginderaan
Jauh’. Makalah disajikan dalam Kuliah Pengantar Falsafah Sains di Bogor,
Institut Pertanian Bogor Hal. 3 dan 11.

Khakhim, Nurul, dkk. 2017. Perubahan Iklim dan Pemanfaatan SIG di Kawasan
Pesisir. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kurniawan, Muhammad Erri. 2014.‘Perencanaan Embung Blorong Kabupaten


Kendal, Jawa Tengah’. Dalam Jurnal Karya Teknik Sipil, Volume 3, Nomor
1, Tahun 2014, Hal. 1.
109

Kusumowidagdo, Mulyadi, dkk. 2007 Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.


Pusat Data Penginderaan Jauh LAPAN dan Jurusan Geografi. Semarang:
Universitas Semarang.

Juhadi dan DewiLiesnoor S.2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik. Semarang:
CV.Indoprint.

Lestari, I.B. 2009. ‘Pendugaan Konsentrasi Total Suspended Solild (TSS) dan
Transparansi Perairan Teluk Jakarta Dengan Citra Satelit Landsat’. Skripsi.
Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Hal. 4 dan 9.

Lubis, Ernani, dkk. 2005. Atlas Perikanan Tangkap dan Pelabuhan Perikana di Pulau
Jawa: Suatu Pendekatan Geografi Perikanan Tangkap Indonesia. Bogor:
Program Kajian Kepelabuhan Perikanan dan Transportasi Maritim
(PK2PTM) – LPPM IPB Hal. 59.

Marfai, Muh Aris. 2014. Banjir Pesisir Kajian Dinamika Pesisir Semarang.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Millaty,Dian., Muslim dan W.R Prihatiningsih. 2015. ‘Studi Sebaran Material


Padatan Tersuspensi Di PerairanSebelah Barat Teluk Jakarta’. Dalam Jurnal
Oseanografi Vol. 4 No. 4 Tahun 2015 Hal.. 771-776.

Murphy, Sheila. 2007. General Information on Solids. USGS Water


Monitoring.http://bcn.boulder.co.us/basin/data/BACT/info/TSS.html (16
Nov. 2018)

Mustholih. 2018. Sungai di Pantura Hanya Bisa Jadi Air Baku.


http://jateng.metrotvnews.com/peristiwa/4KZOva6N-sungai-di-pantura-
hanya-bisa-jadi-air-baku(15 Maret 2018)

Noegroho, Anang, dkk. 2013. Profil Kelautan Dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah
Untuk Mendukung Industrialisasi Kp. Jakarta: Pusat Data Statistik dan
Informasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan PerikananHal. 16.
110

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Penerbit PT


Rineka Cipta Jakarta. 152 hlm.

Parwati, Ety dan Anang D.P. 2017. Time Series Analysis of Total Suspended Solid
(TSS) Using Landsat Data in Berau Coastal Area, Indonesia. Dalam
International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences Vol. 14 No.1
Hal.. 61-70.

Puntodewo, Atie dkk. 2003. Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan


Sumberdaya Alam. Bogor: Center for International Forestry Research.

Purwadhi, F.S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta : PT Grasindo.

Purwadhi, F.S.H dan Tjaturahono Budi Sanjoto. 2008. Pengantar Interpretasi Citra
Penginderaan Jauh. Semarang: LAPAN dan Unnes.

Riyanto, Hendro. 2004. ‘Model Numerik Dispersi Sedimen Akibat Pasang Surut di
Pantai. Thesis’. Semarang: Program Pascasarjana Undip.

Robinson, I. S. 1985. Satellite Oceanography: an Introduction for Oceanographers


and Remote Sensing Scientist. , England: Ellis Harvard Limied, Chiester. 455
h.

Romimohtarto K dan Sumiyati S. 1998. Kondisi Lingkungan Pesisir dan Laut


diIndonesia. Jakarta : Lembaga Oseanologi Nasional Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.

Sanjoto, Tjaturahono. 2010.‘Studi Sebaran Keruangan Kualitas Perairan Pesisir


Kendal MenggunakanTeknik Penginderaan Jauh’. Dalam Jurnal of
Geography Hal.2-4.

Sanjoto, Tjaturahon.2010.‘Kajian Morfodinamika Pesisir Kabupaten Kendal


Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Multi Spektral dan Multi
Waktu’. Dalam Jurnal Geografi Vol. 7 No.2 Juli 2010 Hal.. 103-110.
111

Sanjoto, Tjaturahono. 2012. ‘Perubahan Spasial Delta Sungai Bodri Sebagai Basis
Zonasi Tata Ruang Pesisir Kabupaten Kendal’. Thesis. Semarang: Program
Pascasarjana Undip Hal. 18-19.

Setiawan, Kuncoro Teguh, Yenni Marini dan Ahmad Supriyono. 2015. ‘Bedah
Tuntas Data Citra Landsat 8 untuk Wilayah Pesisir dan Laut’. Dalam Jurnal
Penginderaan Jauh dan Pengolahan Data Citra DigitalVol.10 No.1 Maret
2015 Hal.2.

Setyawan, Wahyu Budi dan Aditya Pamungkas. 2017. ‘Perbandingan Karakteristik


Oseanografi Pesisir Utara dan Selatan Pulau Jawa: Pasang-Surut, Arus dan
Gelombang’. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Kelautan
dan Perikanan III 2017 Universitas Trunojoyo Madura, 7 September 2017.
Hal. 201.

Simbolon, Fernandho, Heron Surbakti dan Hartoni. 2015. ‘Analisis Pola Sebaran
Sedimen Tersuspensi Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Perairan
Muara Sungai Banyuasin’. Dalam Maspari Journal. Vol 7 No. 2 Hal.. 1-10.

Sitanggang, Gokmaria. 2010. ‘Kajian Pemanfaatan Satelit Masa Depan : Sistem


Penginderaan Jauh Satelit LDCM (Landsat-8’). Dalam Berita Dirgantara
Vol.11 No.2 Juni 2010 Hal.47-58.

Somantri, Ating. 2001. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Stul T, Gozzard JR, Eliot IG dan Eliot MJ. 2015. Coastal Sediment Cells for the
Vlamingh Region betweenCape Naturaliste and Moore River, Western
Australia. The Department of Transport, The Governtment of Western
Australia.

Stul T, I. Elliot dan Charitha Pattiaratchi. 2007. ‘Sediment Cells along the Perth
Metropolitan Coast’. Dalam Coasts and Ports 2007Proceedings of the 18th
112

Australasian Coastal and Ocean Engineering (Melbourne ed., Vol. 1, pp.


Paper 101). Melbourne, Victoria: Engineers Australia. Hal.1.

Subiyanto, Sawitri. 2017. ‘Remote Sensing and Water Quality Indicators in the
WestFlood Canal Semarang City: Spatio-temporal Structures ofLandsat-8
Derived Chlorophyll-a and Total Suspended Solids’. Dalam IOP Conf.
Series: Earth and Environmental Science 98 (2017) 012055.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


Dan R & D. Bandung: ALFABETA.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


Dan R & D. Bandung: ALFABETA.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


Dan R & D. Bandung: ALFABETA

Sunarto. 2017. Geomorfologi dan Dinamika Pesisir Jepara. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati Di Wilayah Pesisir


Dan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tantiyana, Rika.‘Pemanfaatan Citra Spot 4 Untuk Analisis Pola Sebaran Muatan


Padatan Tersuspensi Di MuaraSungai Juwana, Pati’. 2016. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Triatmodjo,B. 1999. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset.

Wibowo, Mardi. 2018. ‘Kajian Karakteristik Perairan Teluk Semarang Untuk


Mendukung Rencana Pembangunan DAM Lepas Pantai’. Dalam Jurnal
Rekayasa Lingkungan Vol.11 No.1 Tahun 2018 Hal. 22.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Semarang. 2018.


Buletin Prakiraan Hujan Bulanan. Semarang: BMKG.
113

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal. 2017. Kabupaten Kendal Dalam Angka
2017.

Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2017. Kota Semarang Dalam Angka 2017.

Bappeda Kota Semarang dan Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2015. Statistik
Industri Besar & Sedang Kota Semarang Tahun 2015.

Badan Standardisasi Nasional. 2004. Air dan Air Limbah- Bagian 3: Cara Uji
Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid, TSS) Secara Gravimetri.
No. 06-6989.3-2004.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat


Bahasa.

Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup.. 1988. Keputusan


Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.Kep
02/MNKLH/I/1988 Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta: 32
Hal.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Data Indikator Kinerja Umum Kelautan
dan Perikanan Tahun 2010. Jakarta: Pusat Data Statistik dan Informasi.

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN. 2015. Pedoman Pengolahan Data


Penginderaan Jauh Landsat 8 untuk MPT. Jakarta: LAPAN.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2014.

Undang-Undang No. 4 Tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai