KELOMPOK 4 :
Lia RafalDini (2012120029)
Berdasarkan dari kedua tabel diatas, perbedaan yang paling mendasar antara traditional
budgeting dan activity based budgeting adalah banyaknya informasi yang dibutuhkan untuk
membangun anggaran.
Menurut Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini (2007:375), ada tiga prinsip
dasar Activity Based Budgeting (ABB) sebagai berikut:
1) Activity based budgeting berfokus pada pemahaman tentang aktivitas dan
hubungannya untuk mencapai tujuan strategik.
Activity-based budgeting ini diawali dengan manajemen mendefinisikan visi, misi,
strategi dan usulan nilai dari produk/jasa. Strategi dirumuskan berbasis pada
analisis customer requirement, pengetahuan pasar dan persaingan untuk menentukan
nilai (value) yang dapat diberikan kepada customer. Melalui serangkaian langkah,
strategi ini didefinisikan untuk mendukung atribut performance yang mengusulkan
nilai suatu produk/jasa. Proses cascading dapat digunakan untuk mengartikulasi
bagaimana strategi seharusnya direfleksikan dalam proses dan aktivitas.
Berikut ini contoh bagaimana suatu bank melalui proses ini :
Tahap Contoh
Mendefinisikan Pernyataan Misi Menjadi penyedia pinjaman terbesar di
Provinsi X
Mendefinisikan Tujuan Organisasi Meningkatkan Cash Flow $5000
Menetapkan Faktor-Faktor Kritis Menumbuhkan market share melalui
Kesuksesan pengurangan unit biaya
Menetapkan Target Produk Meningkatkan market share untuk kredit
mobil sebesar 50%
Meningkatkan pendapatan kredit modal
sebesar 5%
Mengurangi biaya 9,75%
Untuk mencapai visi, perusahaan perlu mengidentifikasi berbagai desain strategi yang
mengarah ke area kunci. Kesuksesan akan dapat dicapai jika strategi difokuskan pada
proses-proses ktitis. Melalui feature costing, activity-based budgeting mengidentifikasi
proses-proses yang berbeda akibat persyaratan dan kondisi yang unik (feature) dari
setiap produk/jasa. Dengan mengkombinasikan activity-based budgeting dan feature
costing, organisasi dapat menyusun rencana pemacu nilai (a value-driven planning).
2) Activity based budgeting berfokus ke penciptaan nilai.
Nilai dapat diciptakan ketika costumer bersedia menggunakan produk/jasa. Sasaran
yang diperlukan untuk menciptakan nilai yaitu:
1. Pemerolehan/pertumbuhan mangsa pasar
Biaya yang dapat dikurangi meliputi biaya pokok produksi (seperti biaya bahan
mentah, tenaga kerja danoverhead pabrik).
Saat perputaran modal kerja naik maka pendapatan juga akan naik dan
mengurangi cost of capital dan biaya.
Dalam panduan perencanaan ini para manajer kemudian menyusun usulan anggaran
melalui activity-based-budgeting, panduan ini dapat diaplikasikan kepada pengertian
yang lebih rinci yakni tingkat aktivitas organisasi bukan sekedar tingkat sumber daya.
3. Waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas tersebut
4. Penaksiran nilai (value) dari aktivitas tersebut bagi organisasi, termasuk rekomendasi
untuk memilih dan mempertahankan hanya pada aktivitas yang menambah nilai.
Ada tiga tahap utama untuk menentukan beban kerja suatu aktivitas dan proses, yaitu:
1. Forecast produk – menentukan aktivitas/proses bisnis
Tahap untuk forecasting beban kerja organisasi total yaitu dengan mem-
forecast permintaan cost object(produk, jasa atau channel) dan menentukan beban kerja untuk
aktivitas produk/jasa langsung yang mencakup seluruh aktivitas yang diperlukan untuk
mendefinisikan, mendesain, mengembangkan, menguji, me-release, menghasilkan,
mendistribusikan, meng-install dan mempertahankan suatu produk atau jasa.
2. Forecast non produk – menentukan aktivitas/proses bisnis
Tahap kedua dalam peramalan beban kerja adalah menentukan beban kerja untuk aktivitas
pendukung yang merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh departemen pendukung
(support) seperti sumber daya manusia, sistem informasi manajemen, keamanan dan akuntansi.
Beban kerja harus ditentukan untuk setiap departemen, yang mungkin merupakan satu fungsi
dari:
• Produk/jasa
• Costumer
1) Membuat rencana dan anggaran untuk seluruh proses bisnis dan setiap aktivitas dalam
proses bisnis dan aktivitas setiap departemen.
Setelah anggran berbasis aktivitas disusun, maka dilakukan review dan perlu
diujicobakan pada sebuah departemen.
2) Mengevaluasi performance yang dianggarkan dengan sasaran.
Anggaran yang disiapkan (anggaran pendahuluan) harus dibandingkan dengan sasaran
strategik. Perbedaan antara performance yang dianggarkan dengan sasaran strategik
seharusnya menghasilkan suatu modifikasi pada aktivitas yang dianggarkan dan
sumber daya yang dihasilkannya. Jika target biaya tidak dapat dipenuhi, manajer proses
bisnis dan aktivitas seharusnya mengidentifikasi peluang perbaikan tambahan.
3) Mengevaluasi performance dan cost trade off
Jika terjadi perbedaan antara performance dari aktivitas/proses bisnis dengan target
biaya maka tradeoffperlu dibuat.
4) Memfinalkan biaya dari aktivitas dan proses bisnis dengan sasaran performance.
Organisasi harus mengawali anggaran dengan aktivitas. Organisasi memiliki dua
pilihan untuk menganggarkan aktivitas: