Anda di halaman 1dari 23

I.

DAFTAR INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

A. Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit dan Produksi CPO di


Indonesia
Pada awal perkembangannya, perkebunan kelapa sawit banyak
dibudidayakan di pulau Sumatera, khususnya Sumatera Utara. Tahun 2011, genap
satu abad perkebunan kelapa sawit komersial hadir di Indonesia.
Pengembangannya pun tidak lagi terfokus di pulau Sumatera melainkan ke pulau
Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

(Sumber: Kementerian Pertanian RI, Gapki, Pusat Data Info SAWIT, 2011)
Gambar I.2 Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit dan Produksi CPO di Indonesia

B. Pohon Industri Hilir Kelapa Sawit

0
C. Persebaran Pabrik Revinery di Indonesia
Setiap tahunnya industri minyak goreng yang diproses lewat refinery kerap
membutuhkan bahan baku CPO sekitar 4 hingga 5 juta ton. Sampai pada 2009,
tercatat Indonesia memiliki 94 refinery yang tersebar di 19 propinsi, yaitu:
No. Propinsi Jumlah Pabrik (unit)
1. NAD 2
2. Sumatera Utara 13
3. Sumatera Barat 3

1
4. Riau 8
5. Jambi 2
6. Sumatera Selatan 5
7. Lampung 4
8. DKI Jakarta 8
9. Jawa Barat 8
10. Jawa Tengah 5
11. Jawa Timur 9
12. Banten 1
13. Kalimantan Barat 11
14. Kalimantan Timur 2
15. Sulawesi Utara 5
16. Sulawesi Tengah 1
17. Sulawesi Selatan 5
18. Gorontalo 1
19. Papua Barat 1
Total 94
Sumber: Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian RI, 2009.
Daftar Pabrik Revinery di Indonesia
Nama Perusahaan Produk Minyak Sawit
PT Inti Boga Sejahtera, Jakarta Delima, Borneo, Bimoli, Bimoli Spesial
PT Smart Corporation, Surabaya- Filma, Kunci Mas, Obor
Lampung-Tarjun-Belawan, Jakarta
PT Tunas Baru Lampung Tawon
PT Ikan Dorang Ikan Dorang, Payung
PT Berkah Sawit Sumatera Barokah
PT Musin Semi Mas, Medan Sunco, Tani
II. DESKRIPSI PROSES
Pabrik Minyak Goreng dari Kelapa Sawit PT. SMART Tbk Tarjun

PT. SMART Tbk Tarjun merupakan pabrik terbesar dan satu-satunya yang
mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak goreng dan turunan lainnya yang
terletak di Desa Tarjun, Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten Kota Baru,
Kalimantan Selatan. Pabrik ini mulai berproduksi sejak tahun 2008 dan pada
tahun 2013, kapasitas produksinya mencapai 2,3 juta ton minyak goreng per
tahun. Saat ini PT. SMART Tbk merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit
yang terintegrasi, mulai dari pembibitan, perkebunan, dan pengolahan kelapa
sawit menjadi produk-produk yang siap dipasarkan.
Pengolahan minyak goreng sawit diawali dengan pengolahan sawit mentah
dari perkebunan menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan selanjutnya CPO dari buah

3
kelapa sawit ini dilakukan beberapa tahapan proses, dimaksudkan untuk diperoleh
berbagai macam hasil produksi seperti Olein (minyak jadi/minyak goreng),
stearin (bahan baku margarin), PFAD (Palm Fatty Acid Distilat) sebagai
campuran bahan baku sabun, kosmetik, dan lain-lain serta PKE (Palm Kernel
Expeller) sebagai bahan baku pakan ternak. Adapun produk dari PT. SMART Tbk
yang sering dijumpai di pasaran antara lain sebagai berikut:

Gambar II.1 Produk yang dihasilkan PT. SMART Tbk

PT. SMART Tbk terbagi menjadi 2 operasional, yaitu:


1. Upstream (pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO)).
2. Downstream (pengolahan lebih lanjut dari CPO menjadi hasil produk
akhir).
Untuk operasional upstream, Pengolahan kelapa sawit di mulai dengan
TBS kelapa sawit sampai terbentuk menjadi minyak kelapa sawit (CPO). Dalam
memproduksi biji atau inti kelapa sawit ini ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi mutu biji sawit yang di hasilkan antara lain, buah kelapa sawit
hasil panen, cara pengolahan, kondisi peralatan dan lancarnya proses pengolahan
perebusan. Perebusan yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan
pelepasan serabut pada biji yang menyebabkan pemecahan biji lebih sulit.
Untuk produk-produk Downstream PT. SMART Tbk terbagi menjadi tiga
kategori besar, yaitu: Retail, Industry, dan Bulk. Produk-produk industri ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan di industri lain sedangkan bulk adalah produk tanpa
merek dan ditargetkan untuk konsumsi dalam jumlah besar.

5
A. Bahan Baku dan Bahan Pendukung
1. Bahan Baku
Adapun bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan
minyak goreng ini adalah buah kelapa sawit yang akan diolah menjadi
CPO (hasil produk Upstream) dan CPO inilah yang akan diproses lebih
lanjut menjadi minyak goreng sawit.
2. Bahan Pendukung
a. Phosporic Acid (PA) 85%
Digunakan untuk mengikat getah sawit yang terikut. PA ini digunakan
saat proses degumming pada proses pembuatan minyak goreng sawit.
b. Citric Acid 25%
Berfungsi sebagai anti oksidan. Citric Acid ini digunakan saat proses
degumming pada proses pembuatan minyak goreng sawit.
c. Absorben BE (Bleaching Earth)
Absorben BE digunakan untuk menghilangkan impurities ( logam,
pigmen warna, fosfatida) yang tidak diinginkan dari CPO dan untuk
mengabsorbsi getah yang telah diikat pada proses degumming.
Absorben BE ini digunakan saat proses bleaching pada proses
pembuatan minyak goreng sawit.

B. Unit Operasi Proses Pembuatan CPO dari Buah Kelapa Sawit


Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak
sawit melalui proses pengolahan yang sesuai dengan standar operasi
prosedur pabrik, dan bahan baku (raw material) yang sesuai mutu kriteria
panen yang baik. terbagi atas beberapa tahap yang di lakukan di beberapa
stasiun yaitu:
1. Stasiun Penerimaan buah (Fruit Reception Station)
2. Stasiun Rebusan (Sterilizer Station)
3. Stasiun Penebah (Treshing Station)
4. Stasiun Kempa (Pressing Station)
5. Stasiun pemurnian (Clarification Station)

C. Unit Operasi Proses Pembuatan Minyak Goreng Sawit dari CPO


Proses produksi dari bahan baku minyak kelapa sawit CPO yang masuk
sampai menjadi produk-produknya di PT. SMART Tbk Tarjun terbagi
menjadi unit operasi, yaitu:
1. Weight Bridge (Jembatan Timbang)

7
Unit ini digunakan untuk proses penimbangan berat beban truk-
truk pengangkut bahan baku dan lainnya ketika masuk dan keluar area
pabrik. Adapun material yang harus ditimbang sebelum masuk dan
keluar area pabrik adalah:
a. Pengiriman Produk : Olein (minyak goreng)
b. Penerimaan Bahan Baku Utama : CPO
c. Penerimaan Bahan Pendukung
 Chemical : PA, BE.
 Spare Part : peralatan suku cadang pabrik
 Bahan Bakar : batubara dan solar
2. Unloading CPO
Unit ini merupakan proses pembongkaran bahan baku utama ke
dalam tangki penyimpanan. CPO akan ditampung dalam storage tank
yang kemudian akan diproses di Refinery.
3. Pump House (rumah pipa)
CPO setelah melewati jembatan timbang dan kemudian
dibongkar dari truk tangki penampungan, akan ditarik oleh Pump
House Station. Di dalam Pump House, CPO akan ditransfer masuk ke
dalam Refinery Plant untuk diproses lebih lanjut. Pump House ini
berfungsi untuk pendistribusian minyak bahan baku sebelum proses
dan minyak jadi setelah proses hasil refinery plant.
4. Refinery Plant
Refinery Plant terbagi menjadi dua tahapan proses produksi
yaitu Refinery ( pengolahan tahap pertama untuk CPO yang akan
menghasilkan minyak setengah jadi (RBDPO) dan proses Fractination
(untuk diperoleh hasil produk akhir berupa olein (minyak goreng) dan
stearin. Hasil olahan dari Refinery plant akan dikirim ke Storage Tank
melalui Pump House yang kemudian bisa dijual ke konsumen.
5. Jetty (pelabuhan)
Untuk menerima dan mengirim minyak hasil olahan maupun
bahan baku.

D. Langkah Proses Pembuatan CPO (Crude Palm Oil)


Proses pembuatan CPO dari buah kelapa sawit ini dibagi menjadi beberapa
stasiun, antara lain:
1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruid Reception Station)

9
Tandan Buah Segar yang berasal dari kebun-kebun diangkut ke
pabrik untuk diolah. Pengangkutan secepatnya dilakukan setelah
pemanenan (diterima di pabrik maksimum 24 jam setelah dipanen).
Hal ini bertujuan untuk mencegah kenaikan kadar Asam Lemak Bebas
(ALB) karena keterlambatan pemprosesan. Adapun cara untuk
megurangi kadar ALB yang tinggi adalah dengan cara melakukan
pencampuran antara buah lama dengan buah baru, maka buah baru
yang akan dicampur harus lebih banyak dari buah lama. Adapun
kriteria-kriteria panen dan syarat mutu Tandan Buah Segar dapat
dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Kriteria Panen dan Syarat Mutu Tandan Buah Segar
No Kematangan Fraksi Jumlah Bondolan Keterangan
.
00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat Mentah
1. Mentah
0 1-1,25% buah luar membondol Mentah
I 12,5-25% Buah luar membrondol Kurang Matang
2. Matang II 25-50% Buah luar membrondol Matang I
III 50-76% Buah luar membrondol Matang II
IV 75-100% Buah luar membrondol Lewat Matang I
Lewat
3. V Buah dalam juga membrondol, Lewat Matang II
Matang
ada buah yang membusuk

Tandan Buah Segar dari Loading Ramp ini kemudian


dimasukkan kedalam lori-lori yaitu tempat meletakkan buah kelapa
sawit untuk proses perebusan. Tandan Buah Segar dimasukkan
kedalam lori dengan membuka Pintu Loading yang diatur dengan
sistem hidrolik. Lori yang diisi penuh dengan Tandan Buah Segar
dimasukkan kedalam Sterilizing, dengan menggunakan Capstand yang
berfungsi untuk menarik lori masuk dan keluar dari Sterilizing.
2. Stasiun Rebusan (Sterilizer Station)
Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang
disebut dengan Sterilizing. Proses perebusan dilakukan selama 95
menit panas 1300C dipakai dari uap bekas turbin yang bertekanan 2.5
-3 kg/cm2. Tujuan dari perebusan antara lain: mematikan aktivitas

11
enzim, mempermudah pelepasan buah dari tandan, mempermudah
pemisahan minyak dari daging buah, menurunkan dakar air dalam
buah, memudahkan pengurangan serabut pada biji, memisahkan antara
inti dan cangkang
3. Stasiun Penebah (Treshing Station)

Gambar II.2 Diagram Alir Proses di Stasiun Penebah

Lori-lori diangkat dengan menggunakan Hosting Crane,


kemudian dituangkan kedalam Hopper, selanjutnya lori diturunkan
untuk ditarik kembali ke Loading Ramp. Buah di dalam Hopper jatuh
melalui Automatic Bunch Feeder ke dalam drum berputar yang
berbentuk sillinder, drum ini dilengkapi dengan sudu-sudu dan spike
yang memanjang sepanjang drum. Dengan bantuan sudu-sudu dan
spike ini buah terangkat dan jatuh terbanting sehingga brondolan buah
terlepas dari tandannya. Tandan yang masuk akan terbanting pada
dinding drum yang sedang berputar, Kemudian jatuh karena adanya
gravitasi. Bantingan yang dilakukan secara berulang-ulang akan
menyebabkan brondolan terlepas dari tandannya dan melalui celah-
celah drum jatuh kebagian bawah drum yaitu ke Bottom Cross

13
Cenveyor. Sedangkan tandan kosong akan terlempar keluar dan jatuh
ke Empty Bunch Conveyor dan dibawa ke incinerator untuk dibakar.
Brondolan yang berada pada Botton Cross Conveyor diangkut
ke Fruit Elevator dan ke Top Cross Conveyor kemudian diteruskan ke
Fruit Distribution Conveyor untuk dibagi dalam tiap-tiap Digester.

4. Stasiun Pengempaan (Pressing Station)


Stasiun pengempaan adalah stasiun pengambilan minyak dari
Pericarp (daging buah), dilakukan dengan melumat dan mengempa.
Pelumat dilakukan dalam Digester, sedangkan pengempaan dilakukan
dalam kempa ulir ( Screw Press). Tujuan pelumatan agar daging buah
terlepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang mengandung
minyak, sehingga minyak ini dapat diperas pada proses pengempaan.

Gambar II.3 Diagram Alir Proses di Stasiun Pengempaan

Hasil proses pengadukan dalam Digester masuk kedalam


Silinder Press yang bertujuan untuk memeras daging buah sehingga
dihasilkan minyak kasar (Crude Oil). Pada proses pengempaan
dilakukan tambahan air panas (modulation water) ke dalam massa
digester dan penyemprotan air panas diatas cylinder press, sehingga
minyak kasar yang keluar tidak terlalu kental (diturunkan
viskositasnya) dan pori-pori silinder press tidak tersumbat.

15
Hasil pengepresan adalah minyak kasar (Crude Oil) yang keluar
dari pori-pori Silinder Press, melalui Oil Gutter akan menuju ke
Desanding Device (sandtrup tank) untuk awal pengendapan crude oil.
Hasil lain adalah ampas kempa (terdiri dari biji, serat dan
ampas), yang akan dipecah-pecah untuk memudahkan pemisahan pada
dipericarper dengan menggunakan Cake Breaker Conveyer (CBC).
5. Stasiun pemurnian (Clarification Station)
Minyak kelapa sawit kasar berasal dari stasiun pengempaan
masih banyak mengandung kotoran –kotoran yang berasal dari daging
buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Keadaan ini menyebabkan
minyak mudah mengalami penurunan mutu sehingga sulit dalam
pemasaran. Dalam mendapatkan minyak yang memenuhi standar,
maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada
stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan
minyak produksi.

Gambar II.4 Diagram Alir Proses di Stasiun Pemurnian

17
Dari Crude Oil Tank, minyak dipompakan ke Continuous
Setting Tank untuk mengendapkan lumpur, pasir. Minyak akan
terapung ke permukaan atas Continuous Setting Tank, selanjutnya
minyak masuk kedalamnya menuju ke Pure Oil Tank, sedangkan
sludge (masih mengandung minyak) yang densitasnya lebih berat turun
ke bagian bawah keluar melalui under flow di alirkan ke sludge oil
tank. Minyak dari CST menuju ke Pure Oil Tank untuk ditampung
sementara waktu, sebelum dialirkan ke Oil Purifier. Dalam Pure Oil
Tank juga terjadi pemanasan (90-950 C). Dengan tujuan untuk
memudahkan pengurangan kadar air pada proses selanjutnya. Didalam
Oil Purifier dilakukan pemurnian berdasarkan atas perbedaan densitas
dengan menggunakan gaya sentrifugal dengan kecepatan putarannya
7.500 rpm. Minyak yang keluar dari Oil Purifier masih mengandung
air, maka untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak melalui pompa
Oil Purifier dipompakan ke Vacum Dryer.
Sludge yang masih mengandung minyak pada bagian CST di
alirkan ke sludge oil tank untuk pengendapan lumpur, sluge kembali
dan dipanaskan dengan suhu 80-90 0C. Dengan menggunakan uap
(steam) injeksi untuk memudahkan pemisahan lumpur, air dan minyak.
Sludge dialirkan secara gravitasi saringan berbentuk selinder dan
berlubang halus. Dengan melalui Self Cleaning Brush Strainer yang
merupakan adanya putaran poros, timbul gaya sentrifugal dan minyak
akan berada di bagian tengah di hisap oleh pompa menuju Balancing
Tank. Dari balancing tank ini sludge (yang masih mengandung lumpur
halus ) secara gravitasi di bagi masuk ke dalam Sludge Separator dan
Decanter. Pada Sludge Separator terjadi dua fase pemisahan yaitu
minyak kasar dan sluge (mengandung air). Pada Decanter terjadi tiga
pemisahan tiga fase yaitu minyak, air dan padatan (Solid).
Minyak setelah melalui alat pengering (vacum dryer) dengan
mutu standar melalui pompa oil transfer pump, kemudian dipompakan
ke Storage Tank (tangki timbun), dengan suhu sampai 45-60oC. Setiap

19
hari dilakukan pengujian mutu minyak sawit. Minyak yang dihasilkan
dari daging buah ini berupa minyak kasar atau disebut juga Crude
Palm Oil (CPO).

E. Langkah Proses Pembuatan Minyak Goreng dari CPO


Proses pembuatan minyak goreng merupakan arus downsteam dari
industri kelapa sawit. Proses ini terbagi menjadi Refinery dan
Fractination.
1. Proses Revinery
Proses Revinery adalah proses pemurnian CPO dengan tahapan
proses preheating, degumming, bleaching, dan dedorized sehingga
menghasilkan produk RBDPO yang sesuai spesifikasi.
a. Preheating

Gambar II.5 Diagram Alir Proses Preheating

Bahan utama proses refinery adalah crude palm oil (CPO) yang
disimpan pada tangki penyimpanan CPO. Temperatur
penyimpanan dijaga sekitar 40-55oC. Umpan CPO dipompakan
melewati strainer yang terbuat dari stainless steel dengan ukuran
100 mesh yang berfungsi sebagai penyaring impuritas yang terikut
dalam CPO. CPO kemudian dialirkan melalui sistem pengembalian
panas (heat recovery system) yang berupa plate heat exchanger
dengan heat transfer dari RBDPO dan target temperatur 95-120oC.
Jika dalam keadaan start up umpan dilewatkan melalui plate heat
exchanger dengan pemanasan menggunakan steam yang didapat
dari power plant. Dari plate heat exchanger CPO dialirkan meuju
dryer yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam CPO.
b. Degumming

21
Proses degumming bertujuan untuk mengikat gum (getah)
berupa fosfatida dan komponen logam dengan penambahan PA
(Phosphoric Acid).

Gambar II.6 Diagram Alir Proses Degumming

Umpan yang telah dipanaskan dialirkan ke Intensive Mixer


dan ditambahkan phosphoric acid 85% dengan dosis 0,04 – 0,06%
kemudian dialirkan ke dinamic mixer dengan pengadukan secara
intensif untuk mempresipitasi gum (getah) pada CPO. Jika dalam
keadaan start up proses pencampuran PA menggunakan static
mixer. Presipitasi gum akan meringankan proses filtrasi dan
mencegah pembentukan scale dalam proses deodorizing. Pada
kondisi tertentu proses degumming dapat ditambahkan citric acid
25% dengan kadar 0,005 – 0,02% yang berfungsi sebagai anti
oksidan.
c. Bleaching
Proses bleaching (pemucatan) bertujuan untuk
menghilangkan beberapa impuritas yang tidak diinginkan (logam,
pigmen warna, fosfatida) dari CPO dengan penambahan Absorben
BE (Bleaching Earth). BE digunakan dengan dosis 0,6 – 2%.

23
Gambar II.7 Diagram Alir Proses Bleaching

Umpan dari mixer dinamic dipompakan ke tangki bleacher


dengan temperatur dalam tangki 95 – 120oC untuk mendapatkan
proses bleaching optimum. Dalam tangki bleacher CPO dicampur
dengan BE, dengan injeksi steam tekanan 1 – 1,5 bar agar proses
optimal. Slurry dialirkan ke tangki bleached (buffer tank) dalam
keadaan vacuum untuk menarik air dari minyak dengan
menggunakan vacuum bleaching. Gum yang dihasilkan dari proses
degumming akan diadsorbsi oleh absorben BE dengan sempurna.
Slurry yang mengandung minyak dan BE dipisahkan dengan
Niagara filter untuk memisahkan minyak dari partikel-partikel BE.
Slurry melewati lembaran Niagara filter dan Pertikel BE terjebak
pada lembaran filter. Setelah itu dialirkan ke bag filter untuk
dilakukan filtrasi ulang, kemudian DBPO ditampung ke dalam
filtrate receiver vessel. BE dari proses filtrasi ini dinamakan spent
earth dan dibuang pada tempat pengumpulan spent earth yard.
Tahapan proses filtrasi pada niagara filter adalah sebagai berikut:

25
1) Filling, slurry dipompakan ke dalam tangki Niagara Filter,
waktu yang diperlukan 10 menit.
2) Recirculation, pelapisan pada lembaran Niagara filter dengan
sirkulasi sampai minyak yang dihasilkan jernih dari partikel
bleaching earth, waktu yang diperlukan 15 menit.
3) Filtration, proses penyaringan minyak dari partikel-partikel
bleaching earth, waktu yang diperlukan 130 menit.
4) Emptying, pengosongan Niagara filter, waktu yang diperlukan
9 menit.
5) Steam Blowing, pengeringan spent earth dan menekan minyak
yang masih terdapat di spent earth, waktu yang diperlukan 13
menit.
6) Decompression, penurunan tekanan di dalam Niagara filter,
waktu yang diperlukan 1 menit.
7) Cake discharge, pelepasan spent earth melalui butterfly valve,
waktu yang diperlukan 20 menit.
DBPO dari filtrate receiver vessel dialirkan ke catrige filter
ini dilakukan agar minyak semakin murni dari BE. Adanya BE
pada minyak dapat mencemari deodorize.
d. Dedorizing

Gambar II.8 Diagram Alir Proses Dedorizing


Bleached Oil (BPO) yang telah difiltrasi ditampung di Receiver
tank yang selanjutnya akan di feeding ke Falling Film HE dengan
terlebih dahulu difiltrasi menggunakan Catridge Filter ukuran 10
micron untuk memastikan minyak dalam keadaan bersih. Tekanan

27
Catridge Filter dijaga 1,5 – 4 bar. Jika tekanan Cadridge Filter
dibawah atau lebih dari tekanan operasional atau jika pemakaian
sudah mencapai 2 bulan maka dilakukan penggantian Catridge
Filter. Temperatur Bleached Oil berkisar 95 – 120 oC, aktualnya
103oC. Kemudian BPO dialirkan ke falling film heat exchanger.
Pada tahap ini dilakukan proses perpindahan panas atau dapat
disebut juga sebagai economizer. Minyak BPO yang bertemperatur
95 – 120oC akan dikrosing dengan minyak RBDPO dari scrubber
yang mempunyai temperatur 258 – 265 oC. Falling film merupakan
vessel yang didesain berbentuk Shell and Tube. Dimana minyak
BPO yang akan dipanaskan dialirkan ke dalam tube dan minyak
RBDPO yang akan didinginkan dialirkan dalam Shell, sehingga
terjadi perpindahan panas antara minyak BPO dan RBDPO.
Temperatur BPO yang telah dialirkan silang melalui falling film
meningkat menjadi 200 – 230oC, sedangkan suhu RBDPO yang
telah dialirkan silang menurun menjadi 200 – 230 oC. Tujuan dari
tahap ini adalah untuk menghemat penggunaan steam dan
kebutuhan air pendingin.
BPO yang temperaturnya sudah meningkat kembali
ditingkatkan lagi temperaturnya dengan menggunakan final oil
heater. Final heating merupakan tahap pemanasan akhir sebelum
minyak BPO diumpan ke Deodorizer. Minyak BPO yang telah
dialirkan silang di falling film heat exchanger ditransfer ke final oil
heater. Disini minyak akan dipanaskan dengan dua sumber panas.
Pada pemanasan pertama, minyak yang akan dipanaskan dengan
steam 45 bar yang disuplai dari Power Plant. Media yang
digunakan sebagai alat pemindah panas adalah coil. Temperatur
steam 45 bar yang digunakan sebagai pemanas berkisar 268 oC.
Pemanasan minyak BPO selanjutnya adalah dengan menggunakan
High Pressure Boiler (HPB) bertekanan 55 – 68 bar, aktual yang
digunakan 60 bar. Hingga temperatur minyak mencapai 260 –

29
268oC, temperatur aktual 263oC. Media perpindahan panas yang
digunakan juga menggunakan coil.
Minyak BPO dengan temperatur sekitar 260 – 268oC
dialirkan ke unit deodorizing. Tahapan proses pada deodorizing
adalah sebagai berikut:
1) Proses ini adalah proses penghilangan asam lemak bebas (FFA)
dan zat-zat yang berbau yang terkandung dalam minyak DBPO
dengan jalan penguapan komponen-komponen volatilnya.
2) Minyak yang telah dipanaskan di final oil heater diumpankan
ke Prestripper. Minyak DBPO dipecah menjadi titik-titik
minyak melalui celah-celah mesh prestripper dengan tujuan
untuk memudahkan dalam penghilangan bau (keton), Peroxide
Value (PV), pemucatan warna DBPO dan menurunkan kadar
Free Fatty Acid (FFA). Kemudian minyak akan bergerak secara
overflow melewati tiap tray dari tray 6 hingga tray 1 pada
stripper. Setiap tray diinjeksikan sparging steam bertekanan 0,5
– 1 bar, aktualnya 0,6 bar. Pemisahan minyak dengan FFA
didasarkan titik didih yaitu dimana titik didih FFA sekitar
150oC dan minyak sekitar 300oC sehingga dalam kondisi sistem
sekitar 268oC FFA akan menguap dan menuju scrubber.
3) Scrubber merupakan paket kolom yang berisi isian yaitu
raschig rings yang berukuran 25 – 50mm. PFAD yang
menguap dilewatkan melalui isian dan dikontakkan dengan
FFA yang sudah didinginkan dan disimpan pada PFAD tank.
PFAD dikondensasikan dengan FFA bertemperatur 60 – 80oC
PFAD yang telah didinginkan di PHE ditransfer ke PFAD tank.
Minyak RBDPO dialirkan ke falling film heat exchanger
untuk diturunkan suhunya dengan mengalirkan silang dengan
minyak DBPO. Temperatur RBDPO akan turun menjadi sekitar
180oC. Kemudian RDBPO yang telah turun temperaturnya kembali
dialirkan dan diturunkan suhunya di PHE menjadi 80 – 140 oC.
Pada PHE tersebut pertukaran panas RBDPO dialirkan silang
dengan CPO. RBDPO dengan temperatur 80 – 140oC kembali

31
didinginkan dengan PHE dengan menggunakan air chiller dari
water cooling tower sehingga temperaturnya menjadi sekitar 70oC.
RBDPO dengan temperatur 70oC ini dialirkan ke bag filter CCP
yang berukuran 10 micron untuk menjaga mutu RBDPO.
Kemudian RBDPO disimpan dalam tank yard.
2. Proses Fraksinasi
Fraksinasi adalah metode fisik dengan menggunakan sifat
kristalisasi dari trigliserida untuk memisahkan campuran menjadi
leleh rendah fraksi cair dan lebur tinggi fraksi cair. Ada tiga jenis
fraksinasi: fraksinasi kering, fraksinasi detergen, dan fraksinasi
pelarut. Dua komponenyang dihasilkan dari fraksinasi minyak kelapa
sawit adalah minyak goreng (olein) dan stearin. Proses fraksinasi yang
dilakukan pada PT. SMART Tbk adalah proses fraksinasi kering.
Dengan pendinginan RBDPO akan terpisah menjadi dua fraksi yaitu
fraksi padat berupa stearin dan fase cair berupa olein.
Secara umum pengolahan minyak goreng dalam pabrik revinery
terdiri dari tahap proses revinery dan fraksinasi. Untuk proses
draksinasi kering terdiri dari 2 tahap proses, yaitu:
1. Kristalisasi
Proses kristalisasi yaitu proses yang dilakukan pada media
kristalizer dengan cara pemanasan RBDPO pada temperatur titik
lebur kemudian didinginkan secara perlahan hingga temperatur
leleh rendah sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan sambil
diaduk hingga terbentuk butiran-butiran kristal. Media kristalizer
dilengkapi dengan coil water yang berfungsi sebagai pendingin
dan agitator yang berfungsi sebagai pengaduk. Terdiri dari tahap
proses sebagai berikut:
a. Filling
RBDPO dari storage tank dipompakan ke tangki
crystallizer yang sebelumnya dinaikkan temperaturnya
menjadi 58 – 70oC. Waktu yang diperlukan untuk filling adalah
sekitar 21 menit. Setelah memasuki tangki crystallizer,

33
RBDPO mengalami proses pendinginan yang dimulai dengan
proses fast cooling.
b. Fast Cooling
Proses pendinginan cepat yang dilakukan pada RBDPO
yang telah homogen dengan menggunakan cooling water.
Temperatur air cooling water masuk ditetapkan maksimal
34oC. Temperatur minyak saat fast cooling sekitar 70 – 33oC.
c. Crystallization
Pada proses ini, pendinginan RBDPO menggunakan
chilled water dari tangki chilled water yang pendinginan
airnya menggunakan chiller. Temperatur chilled water diatur
sebesar 6,5oC untuk mendapatkan temperatur minyak 39,8 –
32oC. Pada langkah ini kondisi minyak cenderung labil karena
pembentukan kristal menimbulkan panas.
d. Final Cooling
Proses pendinginan RBDPO sampai mencapai temperatur
tertentu sesuai dengan produk yang diinginkan. Untuk produk
bulk temperatur akhir minyak diatur 24,6oC.
e. Holding
Holding bertujuan untuk mempertahankan temperatur
minyak sebelum memasuki proses filtrasi.

2. Filtrasi
Setelah tahap kristalisasi, olein dan stearin yang terbentuk
akan dipisahkan dalam filter press yang terdiri dari plate-plate
yang dilengkapi dengan membran dan filter cloth. Tahapan proses
filtrasi adalah sebagai berikut:
a. Closing
Filter press akan menutup dengan didorong oleh pompa
hidraulic.
b. Filtration
RBDPO kristal akan dipompa dari crystallizer menuju
filter press untuk filtrasi, dimana parameter yang digunakan
adalah filtration pressure. Olein akan lolos melalui filter cloth
sedangkan stearin akan tertahan pada permukaan filter cloth.

35
Ketika loading pressure sudah mencapai 2,1 bar maka loading
akan berhenti, dan dilanjutkan dengan proses squezzing. Olein
ditampung pada tangki olein kemudian dialirkan tank yard.
Pada tahap ini membran akan mengembang dan menekan
stearin pada permukaan filter cloth hingga tekanan 8 bar
dengan menggunakan minyak kerja sehingga stearin semakin
padat dan kandungan olein semakin sedikit pada stearin
tersebut.
c. Core Blow
Proses core blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-
sisa RBDPO kristal pada jalur feed. Proses blowing dilakukan
dengan angin yang bertekanan 3 bar selama 2 x 1 menit. Sisa
RBDPO kristal akan ditampung di blowing tank.
d. Filtrate Blow
Proses filtrate blowing bertujuan untuk membersihkan
sisa-sisa filtrat pada pipa filtrare. Proses blowing dilakukan
dengan angin yang bertekanan 3 bar selama 1 menit.
e. Pressure Release
Proses ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada filter
press sebelum proses opening dilakukan. Lamanya waktu
pressure release ini adalah 20 detik.
f. Opening
Setelah pressure release, filter press akan terbuka dan
stearin akan jatuh ke dalam bak penampungan stearin. Bak
penampungan stearin dilengkapi dengan steam coil untuk
mencairkan stearin (58 – 70oC) sebelum dipompa ke stearin
storage.

37
III. PENGOLAHAN LIMBAH
Pabrik Minyak Goreng dari Kelapa Sawit PT. SMART Tbk Tarjun

Limbah adalah suatu bahan yang dihasilkan dari suatu proses dan tidak
dapat digunakan kembali bagi proses tersebut. Adapun limbah dari Pabrik Minyak
Goreng dari Kelapa Sawit PT. SMART Tbk Tarjun antara lain:
1. Limbah Cair
Limbah cair yang ada, terlebih dahulu dinetralkan sebelum dibuang ke
sungai agar memenuhi standar yang ada. Limbah cair ini mengandung bahan
organik yang dapat mengalami Deagradasi dengan adanya bakteri pengurai.
Limbah yang mengandung senyawa organik diolah dalam kondisi Anaerobik
dan Aerobik.
Limbah yang telah dinetralkan dialirkan kedalam kolam Anaerobik untuk
diproses. Tujuan pengolahan air buangan secara biologis adalah mengurangi
jumlah kandungan bahan padat yang telah diendapkan oleh Micro Organisme
tanpa menggunakan oksigen. Proses penguraian limbah dapat berjalan lancar
jika kontak antara limbah dengan bakteri yang berasal dari kolam penetralan
lebih baik. Pada kolam ini sebagian limbah diambil sebagai pupuk tanaman
kelapa sawit.
Proses pengolahan Aerobik merupakan proses perubahan bahan organik
dengan oksigen bebas yang menghasilkan air, CO 2, unsur-unsur hara dan
energi. Beberapa keuntungan proses pengolahan limbah cair secara Aerobik
antara lain adalah hasil pengolahan Aerobik tidak berbau bersifat seperti
humus dan mudah dibuang. Selain itu pengolahan secara Aerobik lebih

39
mudah dilakukan dan biayanya lebih murah dibandingkan pengolahan
Anaerobik.
2. Limbah Padat
Limbah padat yang terdapat pada pabrik pengolahan kelapa sawit berupa
tandan kosong, cangkang, dan Solid Decanter. Tandan kosong di jadikan
mulsa (Pupuk) di kebun. Serabut yang merupakan hasil pemisah dari fibre
cyclone mempunyai kandungan cangkang dan inti kelapa sawit yang terikut
dapat dipergunakan untuk bahan bakar boiler. Kualitas asap pembakaran pada
dapur ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. Serabut dan
cangkang dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Solid Desanter yang dihasilkan dari unit pemurnian minyak dikumpulkan
terlebih dahulu sehingga mengalami pembusukan/ pengeringan, kemudian
digunakan untuk menyuburkan tanaman kelapa sawit.
Limbah padat yang berasal dari solid decanter menimbulkan bau,
sehingga akan mengalami pembusukan dan harus segera dibuang kelahan
pertanian untuk dijadikan sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit. Limbah
ini dapat menyuburkan tanaman, sehingga dapat mengurangi anggaran untuk
membeli pupuk.

DAFTAR PUSTAKA

41
Larasati, Ainul. 2012. “Laporan Kerja Praktek PT. SMART Revinery
Tarjun”. Universitas Syah Kuala. Aceh.
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, 2011, “Booklet Industri
Hilir Kelapa Sawit”, PT. Mitra Media Nusantara. Jakarta.

43

Anda mungkin juga menyukai