OBYEK PENELITIAN
2. Kebun plasma (KUD MO), berada di Desa Tanjung Manggus, Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Palembang, Propinsi Sumatera Selatan dan memiliki luas 6.000
Ha.
3. Kebun PT. Kartika Mangestitama, berada di Desa Bahuga, Desa Waytuba, dan
Bukit Gamuruh, Kabupaten Waykana, Propinsi Lampung serta memiliki luas
2.500 Ha.
4. Kebun PT. Gunung Meraksa Jaya, berada di Desa Gunung Meraksa, Kabupaten
Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan dan memiliki luas 400 Ha.
5. Kebun PT. Dinamikaprima Artha, berada di Kabupaten Kutai Timur, Propinsi
Kalimantan Timur dan memiliki luas 3.320 Ha. Namun kebun PT.
Dinamukaprima Artha baru sampai pada tahap pembibitan saja.
Kapasitas pabrik CPO yang dimiliki oleh PT. PMO pada awalnya adalah sebesar 30 Ton
TBS/jam, namun pada tahun 2003 telah meningkat meningkat menjadi 60 Ton TBS/jam.
Bahan baku TBS kelapa sawit yang diperlukan adalah sebesar 1.200 Ton per hari, yang
sebagian besar diperoleh dari perkebunan-perkebunan yang dimiliki oleh PT. PMO dan
sisanya berasal dari perkebunan pihak ketiga yang berada di sekitar perkebunan PT.
PMO. Mulanya PT. PMO memiliki pabrik untuk mengolah Kernel (inti sawit) menjadi
Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dengan kapasitas sebesar 20 Ton kernel/hari, namun
saat ini PT. PMO tidak lagi memproduksi CPKO tetapi langsung menjual inti sawit ke
perusahaan Rifinery karena dirasa lebih menguntungkan.
tetap dari
Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
(BKPM)
No.
DIREKSI
KOMISARIS
GENERAL
MANAGER
SEKRETARIS
KABAG
TEKTAN
KABAG
LOGISTIK
KABAG
HRD & GA
KABAG
PENGAWASAN
INTERN
MANAJER
UNIT
BATURAJA
ASKEP
KTU
KABAG
KEUANGAN
MANAJER
KEBUN
KUD MO
KEPALA
PABRIK
ASKEP
AKEU
KABAG
LITBANG
2. Dewan Direksi
Dalam
kerangka
struktur
Dewan
Direksi
3. Manajer Kebun
Pimpinan tertinggi di kebun dilaksanakan oleh seorang Manajer Kebun
yang secara langsung bertanggung jawab kepada Direksi. Dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari manajer kebun dibantu oleh beberapa Asisten Kepala yang
membawahi beberapa Asisten Afdeling yang secara langsung bertanggung jawab
atas keberhasilan penanaman dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit pada areal
yang menjadi tanggung jawabnya. Masing-masing Asisten Afdeling dibantu oleh
beberapa orang Mandor yang secara langsung mengawasi pekerjaan dari para
buruh, baik pekerjaan pemupukan, panen, pemberantasan hama atau penyakit
maupun pemberantasan ilalang yang tumbuh di areal perkebunan.
Untuk mengelola proses produksi baik dari segi kuantitas maupun
kualitas dari minyak sawit yang dihasilkan, Manajer Kebun dibantu oleh seorang
Kepala Pabrik yang juga membawahi bagian laboratorium untuk pengawasan
mutu.
Disamping bagian-bagian yang berhubungan dengan masalah tanaman
atau pabrik, terdapat juga Kepala Tata Usaha yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugas di bagian administrasi dan umum, serta pembukuan yang
PT. PMO adalah pos hutang bank. Berdasarkan catatan atas laporan keuangan PT. PMO
tahun 2008, PT. PMO memiliki hutang bank jangka pendek dan hutang bank jangka
panjang. Hutang bank jangka pendek yang dimiliki oleh PT. PMO adalah dengan PT.
BII, Tbk. Cab Juanda sebesar Rp. 22.668.149.905 dan dengan PT. Bank Niaga, Tbk
sebesar Rp. 1.200.000.000. Sedangkan hutang bank jangka panjang yang dimiliki oleh
PT. PMO adalah dengan PT. BII, Tbk. Cab Juanda sebesar Rp. 28.981.079.169 dan PT.
Bank Niaga, Tbk. sebesar Rp. 1.300.000.000.
Ekuitas perusahaan mengalami peningkatan di tahun 2007 bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Laba yang diperoleh pada tahun 2007 oleh PT. PMO
memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan jumlah ekuitas perusahaan.
Berdasarkan catatan atas laporan keuangan PT. PMO tahun 2007, jumlah modal
ditempatkan dan disetor PT. PMO adalah 8000 lembar saham dengan jumlah nominal
Rp. 8000.000.000. Persentase kepemilikan adalah 50% untuk Dr. H. Lukman Hakim
Makmoen dan 50% untuk H. Achmad Zawawi Soelaeman.
Pada laporan laba rugi yang tersaji pada lampiran 3 (L3), tahun 2007, PT. PMO
mendapatkan peningkatan laba yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun
2006. Peningkatan laba tersebut dapat terjadi karena pada tahun 2007, PT. PMO dapat
meningkatkan penjualannya. Selain itu peningkatan laba yang terjadi pada tahun 2007
didukung dengan menurunnya beban yang harus ditanggung oleh perusahaan, seperti
beban pemasaran dan beban di luar operasional perusahaan.
Namun pada tahun 2008, PT. PMO mengalami penurunan yang cukup drastis
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu tahun 2007. Bila melihat pada hasil
penjualan yang terjadi pada tahun 2008, PT. PMO mampu meningkatkan pencapaian
hasil penjualan dibandingkan dengan tahun 2007. Peningkatan penjualan yang terjadi
pada tahun 2008 disertai dengan peningkatan yang signifikan pada beban-beban yang
harus ditanggung oleh perusahaan. Peningkatan besarnya beban yang cukup mencolok
dapat terlihat pada beban di luar operasional perusahaan. Berdasarkan catatan atas
laporan keuangan PT. PMO tahun 2008, beban di luar operasional yang harus
ditanggung oleh PT. PMO terdiri atas bunga bank sebesar Rp.7.913.132.023, PPh jasa
giro sebesar Rp.26.626.593, buku cek sebesar Rp.2.838.000, kerugian penjualan surat
beharga sebesar Rp.817.500.000 dan beban lain-lain sebesar Rp.309.341.881. Sehingga,
walaupun perusahaan berhasil mendapatkan hasil penjualan yang cukup besar, tetapi
dengan tingginya jumlah beban yang harus ditanggung oleh perusahaan maka laba yang
didapat perusahaan akan semakin kecil. Menurunnya tingkat laba yang didapat oleh PT.
PMO juga disebabkan oleh menurunnya harga CPO sejak bulan september sebagai
dampak terjadinya krisis ekonomi global.
oleh PT. PMO. PT. Astra Agro Lestari Tbk memfokuskan bisnisnya dalam bidang
pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan produksi CPO di Indonesia. Kegiatan
bisnisnya dimulai 1981 sejak didirikannya PT. Pandu Dian Pertiwi.
Pada tahun 1983 PT. Astra Internasional mendirikan divisi agribisnis, dimulai
dengan 2000 hektar perkebunan ubi kayu yang kemudian dikonversi menjadi
perkebunan karet. Pada tahun 1984, PT. Astra Internasional masuk ke bisnis minyak
kelapa sawit dengan mengakuisisi PT. Tunggal Perkasa Plantation. Pada tahun 1985, PT.
Astra Internasional memiliki 10.000 hektar perkebunan kelapa sawit di Riau, Sumatera,
dibawah program pemerintah, Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Kemudian di tahun 1988,
PT. Astra Agro Niaga yang dahulu bernama PT. Suryaraya Cakrawala dan PT.
Suryaraya Bahtera didirikan sebagai perusahaan sub holding untuk mengelola semua
perkebunan.
Pada tahun 1990, PT. Astra Internasional mengakuisisi 80% saham PT. Astra
Agro Niaga dan 50% saham PT. Suryaraya Bahtera. Kemudian pada tanggla 30 Juni
1997, PT. Astra Agro Niaga dan PT. Suryaraya Bahtera menjadi perusahaan holding PT.
Astra Agro Niaga. Pada tanggal 31 Agustus 1997, PT. Astra Agro Niaga mengubah
namanya menjadi PT. Astra Agro Lestari Tbk. Pada tanggal 9 Desember 1997, PT. Astra
Agro Lestari Tbk berhasil mencatatkan diri di Bursa Efek Jakarta maupun Bursa Efek
Surabaya dengan menawarkan 125.800.000 lembar saham ke publik dengan harga Rp.
1.550 per lembar saham. Pada bulan Maret 2000, PT. Astra Agro Lestari Tbk berhasil
menerbitkan menerbitkan obligasi di Bursa Efek Surabaya sebesar Rp. 500 milyar dalam
jangka waktu lima tahun. Saat ini PT. Astra Agro Lestari Tbk mengelola 231.412 hektar
perkebunan kelapa sawit. PT. Astra Internasional Tbk adalah pemegang saham
mayoritas PT. Astra Agro Lestari Tbk dengan 79,7%, selebihnya dimiliki oleh publik.
2. Tujuan apa yang ingin dicapai oleh PT. PMO di tahun 2009?
Tujuan yang ingin dicapai oleh PT. PMO pada tahun ini umumnya sama dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan-perusahaan lain yaitu meningkatkan
laba dari tahun-tahun sbelumnya sehingga pada tahun ini perusahaan dapat
memperoleh laba yang optimal.
3. Rencana strategi apa yang dijalankan oleh PT. PMO untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan?
Ada dua aspek yang digunakan dalam mengimplimentasikan rencana strategi
yang dimiliki oleh perusahaan. Pertama, dari aspek Sumber Daya Manusia
(SDM) yang ada di perusahaan, yaitu dengan mengirimkan karyawan-karyawan
4. Apakah PT. PMO memiliki rencana ekspansi di masa mendatang? Bila ada,
rencana ekspansi seperti apa yang akan dijalankan oleh PT. PMO?
Untuk saat ini, PT. PMO belum memiliki rencana untuk melakukan ekspansi.
Tetapi beberapa tahun yang lalu kami telah melakukan ekspansi dengan cara
mengakuisisi PT. Kartika Mangestitama dan PT. Gunung Meraksa Jaya. Ataupun
yang baru-baru ini telah kami lakukan dengan membuka lahan baru (PT.
Dinamikaprima Artha) yang saat ini sedang dalam proses Hak Guna Usaha dan
kami berencana untuk membangun kebun plasma di lahan yang baru kami buka
ini.
5. Dalam hal yang berkaitan dengan proses produksi, apakah perusahaan memiliki
rencana untuk melakukan efisiensi? Bila ada, rencana efisiensi seperti apa yang
akan dijalankan oleh PT. PMO?
Efisiensi yang kami lakukan adalah dengan mengganti spare part mesin-mesin
pabrik secara tepat waktu dan melakukan servis besar (Overhole) terhadap
mesin-mesin pabrik secara berkala. Begitu pula dalam hal yang berkaitan dengan
masalah perkebunan, buah yang dipanen harus buah yang memang sudah layak
untuk dipetik sesuai dengan penilaian (grading). Buah yang baik untuk dipetik
adalah buah yang memiliki nilai fraksi 2 dan fraksi 3. Selain itu, buah kelapa
sawit yang telah dipanen harus segera dikirim ke pabrik dalam tempo tidak lebih
dari 24 jam. Karena bila lebih dari 24 jam, buah kelapa sawit akan memiliki
asam lemak bebas lebih dari 5%. Sedangkan, buah kelapa sawit yang baik adalah
buah yang memiliki asam lemak bebas kurang dari 5%.
6. Masalah atau kendala apa saja yang saat ini sedang dihadapi oleh PT. PMO?
Yang pertama adalah masalah yang disebabkan oleh alam. Pada saat terjadi
panen puncak, yaitu pada bulan Oktober, November, dan Desember bertepatan
dengan terjadinya musim hujan dan ini menyulitkan proses pengiriman buah
yang telah dipanen ke pabrik karena jalan tidak dapat dilalui oleh truk. Lalu
permasalahan yang kedua adalah masalah likuiditas yang terjadi pada saat panen
rendah, karena pada saat panen rendah pendapatan perusahaan akan berkurang.
7. Tindakan apa saja sudah dilakukan atau yang direncanakan oleh PT. PMO untuk
mengatasi masalah yang ada?
8. Timbal balik apa saja yang sudah atau yang dapat diberikan oleh PT. PMO pada
masyarakat yang ada di sekitar perkebunan milik PT. PMO?
Timbal balik yang diberikan oleh PT. PMO kepada masyarakat sekitar
perkebunan adalah dengan melakukan kemitraan dengan masyarakat yang
diimplementasikan dalam pembangunan kebun plasma (KUD MO) dimana
masyarakat memberikan tanahnya untuk
dikelola oleh
perusahaan dan
masyarakat akan menerima bayaran berupa persekot sebelum Break Even Point
(BEP), setelah BEP masyarakat yang memberikan tanahnya untuk dikelola
perusahaan akan menerima bayaran setiap bulannya yang merupakan sisa hasil
dari produksi buah setelah dikurangi dengan biaya pemeliharaan kebun dan
angsuran kredit.
Selain itu, perusahaan juga memberikan kontribusi dalam rehabilitasi masjid dan
pembangunan Sekolah Dasar Maryam yang dibangun oleh perusahaan dimana
karyawan-karyawan perkebunan maupun masyarakat sekitar perkebunan dapat
menyekolahkan anaknya secara gratis.
III.8. Permasalahan
Selain masalah yang sedang dihadapi oleh PT. PMO sudah dijabarkan pada
bagian hasil wawancara, masalah lain yang dihadapi oleh PT. PMO adalah menurunnya
laba yang diperoleh bila dibandingkan antara tahun 2007 dan 2008. Bila melihat laporan
laba rugi yang disajikan pada lampiran 3 (L3), tahun 2007 adalah tahun yang dapat
dikatakan baik bagi PT. PMO karena pada tahun tersebut PT. PMO mendapatkan laba
yang cukup besar bila dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 2006.
Menurunnya laba yang diperoleh oleh perusahaan pada tahun 2008 membuat
manajemen perusahaan berpikir lebih keras agar dapat mengalokasikan dana yang sesuai
untuk kebutuhan operasional perusahaan pada tahun 2009 dan pembagian bonus kepada
karyawan atas hasil kinerja pada tahun 2008. Walaupun perusahaan mengalami
penurunan laba yang cukup drastis pada tahun 2008, tetapi pada tahun tersebut
perusahaan masih tetap mendapatkan laba, sehingga para karyawan tetap menuntut akan
adanya pembagian bonus sebagai hasil kinerja mereka pada tahun 2008 dan sebagai
pemompa semangat mereka dalam bekerja.