Anda di halaman 1dari 16

BAB III

OBYEK PENELITIAN

III.1. Sejarah Perusahaan


PT. PMO adalah perusahaan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit
yang didirikan pada tanggal 11 Juli 1981. Pada tahun 1982 dimulailah kegiatan
pembebasan tanah, dan pada akhir tahun 1983 penanaman pertama dilakukan. Pada
tahun 1987 untuk pertama kali panen kelapa sawit. Pembangunan pabrik Crude Palm
Oil (CPO) dimulai pada tahun 1985 dan mulai beroperasi pada bulan September 1987
dimana pada awalnya PT. PMO harus membeli Tandan Buah Segar (TBS) dari pihak
ketiga sampai kurang lebih 50%, karena areal yang dipanen masih kecil, tetapi sekarang
pembelian TBS dari pihak ketiga tinggal sekitar 10% saja.
Pemilik perusahaan ini adalah kakak beradik kandung, putra daerah Kabupaten
Ogan Komering Ulu, Palembang Propinsi Sumatera Selatan yang ingin berpartisipasi
dalam pembangunan daerah di mana mereka dilahirkan. Kelapa sawit dipilih karena
prospek perdagangan minyak sawit baik untuk kebutuhan lokal maupun ekspor sangat
menjanjikan. Disamping itu Pemerintah Indonesia juga mendorong dengan memberikan
fasilitas-fasilitas untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit dalam bentuk tingkat
bunga yang rendah, tax holiday, dan insentif lainnya.
Saat ini PT. PMO memiliki perkebunan-perkebunan kelapa sawit yang tersebar
di beberapa daerah, diantaranya:
1. PT. PMO, berada di Desa Lubuk Batang, Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Palembang, Propinsi Sumatera Selatan dan memiliki luas 6.393,76 Ha.

2. Kebun plasma (KUD MO), berada di Desa Tanjung Manggus, Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Palembang, Propinsi Sumatera Selatan dan memiliki luas 6.000
Ha.
3. Kebun PT. Kartika Mangestitama, berada di Desa Bahuga, Desa Waytuba, dan
Bukit Gamuruh, Kabupaten Waykana, Propinsi Lampung serta memiliki luas
2.500 Ha.
4. Kebun PT. Gunung Meraksa Jaya, berada di Desa Gunung Meraksa, Kabupaten
Muara Enim, Propinsi Sumatera Selatan dan memiliki luas 400 Ha.
5. Kebun PT. Dinamikaprima Artha, berada di Kabupaten Kutai Timur, Propinsi
Kalimantan Timur dan memiliki luas 3.320 Ha. Namun kebun PT.
Dinamukaprima Artha baru sampai pada tahap pembibitan saja.
Kapasitas pabrik CPO yang dimiliki oleh PT. PMO pada awalnya adalah sebesar 30 Ton
TBS/jam, namun pada tahun 2003 telah meningkat meningkat menjadi 60 Ton TBS/jam.
Bahan baku TBS kelapa sawit yang diperlukan adalah sebesar 1.200 Ton per hari, yang
sebagian besar diperoleh dari perkebunan-perkebunan yang dimiliki oleh PT. PMO dan
sisanya berasal dari perkebunan pihak ketiga yang berada di sekitar perkebunan PT.
PMO. Mulanya PT. PMO memiliki pabrik untuk mengolah Kernel (inti sawit) menjadi
Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dengan kapasitas sebesar 20 Ton kernel/hari, namun
saat ini PT. PMO tidak lagi memproduksi CPKO tetapi langsung menjual inti sawit ke
perusahaan Rifinery karena dirasa lebih menguntungkan.

III.2. Bentuk Badan Hukum Perusahaan


PT. PMO adalah perusahaan modal dalam negeri (PMDN) yang berbentuk
Perseroan Terbatas (PT). Pengesahannya dilakukan oleh Departemen Kehakiman No.

C2-8017.HT.01.TH.83 tanggal 12 Desember 1983. Kemudian PT. PMO mendapatkan


izin usaha

tetap dari

Badan

Koordinasi

Penanaman Modal

(BKPM)

No.

27/T/Pertanian/92 pada tanggal 23 Juli 1992.

III.3. Operasi Perusahaan


PT. PMO memilih beroperasi di bidang perkebunan dan pabrik pengolahan
kelapa sawit karena kelapa sawit merupakan jenis tanaman multiguna karena dapat
memberikan hasil atau manfaat yang cukup besar. Selain itu daya tarik penanaman
kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih
merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri. Keunggulan lainnya,
pengolahan minyak kelapa sawit memiliki biaya produksi yang jauh lebih rendah bila
dibandingkan dengan biaya produksi minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari.
Saat ini pabrik yang dimiliki oleh PT. PMO memiliki kapasitas sebesar 60 Ton
TBS/jam dengan skema proses produksi dari Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO
dan inti sawit sebagai berikut:
1. TBS yang merupakan hasil panen direbus dan menghasilkan tandan buah rebus
sebesar 88,92% dan air kondensat sebesar 8,12%
2. Tandan buah rebus yang dihasilkan, memiliki tandan kosong sebesar 20%-23%
dan buah terpipil (lepas) sebesar 55%-65%.
3. Pada buah terpipil yang dihasilkan, 43%-53% merupakan Mesokup (daging
buah) dan 12%-16% merupakan biji.
4. Mesokup yang dihasilkan kemudian diperas dan menghasilkan CPO sebesar
20%-23%, air sebesar 13%-23%, dan serabut sebesar 10%-12%. Biji yang

dihasilkan kemudian dipecahkan dan menghasilkan Kernel sebesar 4%-5% dan


cangkang sebesar 7%-9%.
Tandan kosong dan air kondensat adalah limbah, tetapi dapat dimanfaatkan atau dibuang
ke areal kebun. Tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk kompos
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pupuk kebun yang dimiliki oleh PT.
PMO. Serabut dan cangkang adalah bahan baku Boiler untuk uap yang sebagian
digunakan untuk memasak buah dan sebagian lagi digunakan untuk pembangkit listrik
tenaga uap untuk menjalankan mesin-mesin pabrik melalui Turbin.
CPO dan Kernel adalah hasil produksi yang dijual kepada perusahaan Rifinery
dengan harga sebesar Rp.6.200/Kg. Sebelumnya harga CPO adalah Rp.10.000/Kg,
namun setelah terjadinya krisis ekonomi global harga CPO mengalami penurunan drastis
sehingga harga CPO hanya sebesar Rp.4000/Kg. CPO dan Kernel yang dijual oleh PT.
PMO hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja.
Salah satu perusahaan Rifinery yang membeli CPO dan Kernel dari PT. PMO
adalah PT. Sinar Alam Permai yang merupakan anak perusahaan dari Grup Sinar Mas.
Perusahaan Rifinery tersebut kemudian mengolah CPO dan Kernel yang telah dibeli
menjadi produk-produk turunan dari minyak kelapa sawit seperti minyak goreng,
margarin, sabun, deterjen dan lain-lain.

III.4. Struktur Organisasi Perusahaan


Di bawah ini adalah struktur organisasi PT. PMO:

STRUKTUR ORGANISASI PT. PMO


RUPS

DIREKSI

KOMISARIS

GENERAL
MANAGER

SEKRETARIS

KABAG
TEKTAN

KABAG
LOGISTIK

KABAG
HRD & GA

KABAG
PENGAWASAN
INTERN

MANAJER
UNIT
BATURAJA

ASKEP

KTU

KABAG
KEUANGAN

MANAJER
KEBUN
KUD MO

KEPALA
PABRIK

ASKEP

AKEU

Dewan Komisaris dan Dewan Direksi berkedudukan di Jakarta dan sebagai


penanggung jawab perkebunan sehari-hari ditempatkan seorang manajer kebun.
Secara garis besar tugas dan wewenang yang terdapat pada masing-masing
fungsi adalah sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris tidak secara langsung ikut dalam pelaksanaan kegiatan
perusahaan sehari-hari, tetapi mempunyai tugas melakukan pengawasan atas
tindakan Direksi. Dengan adanya Dewan Komisaris diharapkan dapat mencegah

KABAG
LITBANG

tindakan Direksi yang bertentangan dengan anggaran dasar perusahaan.


Disamping itu dengan suara terbanyak Dewan Komisaris berhak
mengangkat dan atau memberhentikan Anggota Direksi bila mereka dinilai telah
bertindak bertentangan dengan anggaran dasar atau melalaikan kewajiban
mereka atau karena hal-hal penting lainnya. Dewan Komisaris pada PT. PMO
adalah:
-

Prof. MR. H. Makmoen Soeleiman sebagai Presiden Komisaris

dr. Lukman Hakim sebagai Anggota Komisaris

Darmansyah Bani Surya, MBA. sebagai Anggota Komisaris

2. Dewan Direksi
Dalam

kerangka

struktur

organisasi PT. PMO

Dewan

Direksi

berkedudukan sebagai pimpinan perusahaan yang menentukan haluan kebijakan


dalam pengelolaan perusahaan yang mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
-

Mewakili perusahaan baik di dalam maupun di luar perusahaan.

Berhak mengangkat kuasa direksi.

Menentukan haluan kebijakan sesuai anggaran dasar perusahaan


perseroan.

Memberikan laporan kepada dewan komisaris mengenai seluruh kegiatan


perusahaan, terutama yang menyangkut pertanggungjawaban terhadap
keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Menetapkan Sistem perencanaan, organisasi, informasi akuntansi dan


pengawasannya.
Dalam menjalankan tugas-tugas di lokasi perkebunan Dewan Direksi

diwakili oleh seorang Manajer Kebun.

Selain itu untuk tugas-tugas pengawasan intern telah dibentuk suatu


kelompok internal auditor yang diharpkan secara periodik dapat melakukan
pemeriksaan ke lokasi perkebunan.
Dewan direksi pada PT. PMO adalah:
-

H. A. Zawawi Soeleiman, MBA. sebagai Presiden Direktur

Yusro Saidi sebagai Direktur Keuangan

Ir. Nursani Mona Surya sebagai Direktur Produksi

3. Manajer Kebun
Pimpinan tertinggi di kebun dilaksanakan oleh seorang Manajer Kebun
yang secara langsung bertanggung jawab kepada Direksi. Dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari manajer kebun dibantu oleh beberapa Asisten Kepala yang
membawahi beberapa Asisten Afdeling yang secara langsung bertanggung jawab
atas keberhasilan penanaman dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit pada areal
yang menjadi tanggung jawabnya. Masing-masing Asisten Afdeling dibantu oleh
beberapa orang Mandor yang secara langsung mengawasi pekerjaan dari para
buruh, baik pekerjaan pemupukan, panen, pemberantasan hama atau penyakit
maupun pemberantasan ilalang yang tumbuh di areal perkebunan.
Untuk mengelola proses produksi baik dari segi kuantitas maupun
kualitas dari minyak sawit yang dihasilkan, Manajer Kebun dibantu oleh seorang
Kepala Pabrik yang juga membawahi bagian laboratorium untuk pengawasan
mutu.
Disamping bagian-bagian yang berhubungan dengan masalah tanaman
atau pabrik, terdapat juga Kepala Tata Usaha yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugas di bagian administrasi dan umum, serta pembukuan yang

menyangkut pencatatan atas penggunaan material kebun dan pencatatan upah


buruh maupun gaji seluruh pegawai dilingkungan perkebunan.
Laporan-laporan yang menyangkut produksi tandan buah segar dari
masing-masing afdeling diolah di bagian kantor Asisten Kepala sebagai bahan
pembuatan laporan produksi buah kelapa sawit serta laporan yang menyangkut
kuantitas dan kualitas minyak kelapa sawit yang berasal dari bagian pabrik,
setelah mendapat persetujuan dan ditandatangani oleh Manajer Kebun langsung
diserahkan ke kantor pusat (kantor direksi) di Jakarta.

III.5. Gambaran Keuangan Perusahaan


Sesuai dengan neraca yang disajikan pada lampiran 2 (L2), tahun 2008, jumlah
aktiva yang dimiliki oleh PT. PMO meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2007.
Salah satu pos dalam neraca yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan jumlah
aktiva tersebut adalah pos piutang hubungan istimewa. Berdasarkan catatan atas laporan
keuangan tahun 2008, PT. PMO memiliki piutang hubungan istimewa dengan berbagai
pihak, seperti piutang direksi sebesar Rp. 7.731.706.039 dan piutang pemegang saham
sebesar Rp. 3.064.355.370. Selain itu PT. PMO juga memiliki piutang dengan beberapa
perusahaan afiliasi, seperti KUD Minanga Ogan sebesar Rp. 100.191.556.366, PT.
Kartika Mangestitatama sebesar Rp. 13.255.104.105, PT. Platon Niaga Berjangka Rp.
3.092.492.155, PT. Panca Mestika Multi Karya sebesar Rp. 493.451.515, PT. Surya
Indratara sebesar Rp. 2.375.175.902, PT. Dinamika Prima Arta Rp. 6.562.560.986 dan
PT. Gunung Jaya Meraksa Rp. 12.336.077.313.
Pada tahun 2008 jumlah kewajiban PT. PMO juga mengalami peningkatan. Pos
dalam neraca yang memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan jumlah kewajiban

PT. PMO adalah pos hutang bank. Berdasarkan catatan atas laporan keuangan PT. PMO
tahun 2008, PT. PMO memiliki hutang bank jangka pendek dan hutang bank jangka
panjang. Hutang bank jangka pendek yang dimiliki oleh PT. PMO adalah dengan PT.
BII, Tbk. Cab Juanda sebesar Rp. 22.668.149.905 dan dengan PT. Bank Niaga, Tbk
sebesar Rp. 1.200.000.000. Sedangkan hutang bank jangka panjang yang dimiliki oleh
PT. PMO adalah dengan PT. BII, Tbk. Cab Juanda sebesar Rp. 28.981.079.169 dan PT.
Bank Niaga, Tbk. sebesar Rp. 1.300.000.000.
Ekuitas perusahaan mengalami peningkatan di tahun 2007 bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Laba yang diperoleh pada tahun 2007 oleh PT. PMO
memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan jumlah ekuitas perusahaan.
Berdasarkan catatan atas laporan keuangan PT. PMO tahun 2007, jumlah modal
ditempatkan dan disetor PT. PMO adalah 8000 lembar saham dengan jumlah nominal
Rp. 8000.000.000. Persentase kepemilikan adalah 50% untuk Dr. H. Lukman Hakim
Makmoen dan 50% untuk H. Achmad Zawawi Soelaeman.
Pada laporan laba rugi yang tersaji pada lampiran 3 (L3), tahun 2007, PT. PMO
mendapatkan peningkatan laba yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun
2006. Peningkatan laba tersebut dapat terjadi karena pada tahun 2007, PT. PMO dapat
meningkatkan penjualannya. Selain itu peningkatan laba yang terjadi pada tahun 2007
didukung dengan menurunnya beban yang harus ditanggung oleh perusahaan, seperti
beban pemasaran dan beban di luar operasional perusahaan.
Namun pada tahun 2008, PT. PMO mengalami penurunan yang cukup drastis
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu tahun 2007. Bila melihat pada hasil
penjualan yang terjadi pada tahun 2008, PT. PMO mampu meningkatkan pencapaian
hasil penjualan dibandingkan dengan tahun 2007. Peningkatan penjualan yang terjadi

pada tahun 2008 disertai dengan peningkatan yang signifikan pada beban-beban yang
harus ditanggung oleh perusahaan. Peningkatan besarnya beban yang cukup mencolok
dapat terlihat pada beban di luar operasional perusahaan. Berdasarkan catatan atas
laporan keuangan PT. PMO tahun 2008, beban di luar operasional yang harus
ditanggung oleh PT. PMO terdiri atas bunga bank sebesar Rp.7.913.132.023, PPh jasa
giro sebesar Rp.26.626.593, buku cek sebesar Rp.2.838.000, kerugian penjualan surat
beharga sebesar Rp.817.500.000 dan beban lain-lain sebesar Rp.309.341.881. Sehingga,
walaupun perusahaan berhasil mendapatkan hasil penjualan yang cukup besar, tetapi
dengan tingginya jumlah beban yang harus ditanggung oleh perusahaan maka laba yang
didapat perusahaan akan semakin kecil. Menurunnya tingkat laba yang didapat oleh PT.
PMO juga disebabkan oleh menurunnya harga CPO sejak bulan september sebagai
dampak terjadinya krisis ekonomi global.

III.6. Gambaran Umum Perusahaan Pembanding


Agar dapat memberikan penilaian dan kesimpulan mengenai kinerja keuangan
PT. PMO untuk periode 2006-2008 maka diperlukan perusahaan pembanding yang
bergerak pada bidang bisnis yang sama. Dengan melakukan perbandingan dengan
perusahaan lain, akan dapat dihasilkan sebuah kesimpulan apakah PT. PMO memiliki
kinerja keuangan yang lebih baik atau lebih buruk bila dibandingkan dengan perusahaan
yang menjadi pembanding. Kesimpulan yang dihasilkan akan menjadi acuan untuk
memberikan saran kepada PT. PMO agar dapat meningkatkan kinerjanya di masa
mendatang.
Penulis memilih PT. Astra Agro Lestari Tbk sebagai perusahaan pembanding
karena perusahaan tersebut menjalankan bisnis yang sama dengan bisnis yang dijalankan

oleh PT. PMO. PT. Astra Agro Lestari Tbk memfokuskan bisnisnya dalam bidang
pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan produksi CPO di Indonesia. Kegiatan
bisnisnya dimulai 1981 sejak didirikannya PT. Pandu Dian Pertiwi.
Pada tahun 1983 PT. Astra Internasional mendirikan divisi agribisnis, dimulai
dengan 2000 hektar perkebunan ubi kayu yang kemudian dikonversi menjadi
perkebunan karet. Pada tahun 1984, PT. Astra Internasional masuk ke bisnis minyak
kelapa sawit dengan mengakuisisi PT. Tunggal Perkasa Plantation. Pada tahun 1985, PT.
Astra Internasional memiliki 10.000 hektar perkebunan kelapa sawit di Riau, Sumatera,
dibawah program pemerintah, Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Kemudian di tahun 1988,
PT. Astra Agro Niaga yang dahulu bernama PT. Suryaraya Cakrawala dan PT.
Suryaraya Bahtera didirikan sebagai perusahaan sub holding untuk mengelola semua
perkebunan.
Pada tahun 1990, PT. Astra Internasional mengakuisisi 80% saham PT. Astra
Agro Niaga dan 50% saham PT. Suryaraya Bahtera. Kemudian pada tanggla 30 Juni
1997, PT. Astra Agro Niaga dan PT. Suryaraya Bahtera menjadi perusahaan holding PT.
Astra Agro Niaga. Pada tanggal 31 Agustus 1997, PT. Astra Agro Niaga mengubah
namanya menjadi PT. Astra Agro Lestari Tbk. Pada tanggal 9 Desember 1997, PT. Astra
Agro Lestari Tbk berhasil mencatatkan diri di Bursa Efek Jakarta maupun Bursa Efek
Surabaya dengan menawarkan 125.800.000 lembar saham ke publik dengan harga Rp.
1.550 per lembar saham. Pada bulan Maret 2000, PT. Astra Agro Lestari Tbk berhasil
menerbitkan menerbitkan obligasi di Bursa Efek Surabaya sebesar Rp. 500 milyar dalam
jangka waktu lima tahun. Saat ini PT. Astra Agro Lestari Tbk mengelola 231.412 hektar
perkebunan kelapa sawit. PT. Astra Internasional Tbk adalah pemegang saham
mayoritas PT. Astra Agro Lestari Tbk dengan 79,7%, selebihnya dimiliki oleh publik.

III.7. Hasil Wawancara


Wawancara dilakukan antara penulis dengan Bapak Yusro Saidi selaku Direktur
Keuangan PT. PMO dan dilakukan di kediaman Bapak Yusro Saidi pada tanggal 22
Maret 2009. Yusro Saidi sudah bekerja di PT. PMO sejak perusahaan tersebut berdiri
pada tahun 1981 dan diangkat sebagai Direktur Keuangan pada tahun1991. Wawancara
dimulai pada pukul 18.44 dan selesai pada pukul 19.53. Berikut adalah hasil wawancara
antara penulis dengan Bapak Yusro Saidi yang terdiri dari delapan pertanyaan:
1. Apa visi dan misi dari PT. PMO?
Visi dari PT. PMO adalah menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar
di Sumatera Selatan dan misi dari PT. PMO adalah menjadikan perusahaan
bermanfaat bagi masyarakat di sekitar perkebunan.

2. Tujuan apa yang ingin dicapai oleh PT. PMO di tahun 2009?
Tujuan yang ingin dicapai oleh PT. PMO pada tahun ini umumnya sama dengan
tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan-perusahaan lain yaitu meningkatkan
laba dari tahun-tahun sbelumnya sehingga pada tahun ini perusahaan dapat
memperoleh laba yang optimal.

3. Rencana strategi apa yang dijalankan oleh PT. PMO untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan?
Ada dua aspek yang digunakan dalam mengimplimentasikan rencana strategi
yang dimiliki oleh perusahaan. Pertama, dari aspek Sumber Daya Manusia
(SDM) yang ada di perusahaan, yaitu dengan mengirimkan karyawan-karyawan

perusahaan untuk mengikuti seminar atau pelatihan-pelatihan yang berkaitan


dengan perkebunan kelapa sawit, sehingga para karyawan akan memiliki
pengetahuan yang semakin kaya mengenai pengelolaan perkebunan kelapa sawit
yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kemajuan perusahaan. Selain itu,
perusahaan juga mengirimkan karyawan untuk mengikuti seminar yang bersifat
non teknis seperti seminar ESQ (Emotional Spiritual Quotient) yang bertujuan
agar para karyawan tidak hanya baik dalam sisi intelektuan tetapi juga baik
dalam sisi emosional dan spiritual.
Lalu yang kedua adalah dari aspek perkebunan, yaitu dengan cara memperluas
perkebunan baik memperluas perkebunan dengan cara bermitra dengan
penduduk di sekitar perkebunan yaitu dengan membangun kebun plasma (KUD
MO) maupun dengan cara memperluas perkebunan milik PT. PMO.

4. Apakah PT. PMO memiliki rencana ekspansi di masa mendatang? Bila ada,
rencana ekspansi seperti apa yang akan dijalankan oleh PT. PMO?
Untuk saat ini, PT. PMO belum memiliki rencana untuk melakukan ekspansi.
Tetapi beberapa tahun yang lalu kami telah melakukan ekspansi dengan cara
mengakuisisi PT. Kartika Mangestitama dan PT. Gunung Meraksa Jaya. Ataupun
yang baru-baru ini telah kami lakukan dengan membuka lahan baru (PT.
Dinamikaprima Artha) yang saat ini sedang dalam proses Hak Guna Usaha dan
kami berencana untuk membangun kebun plasma di lahan yang baru kami buka
ini.

5. Dalam hal yang berkaitan dengan proses produksi, apakah perusahaan memiliki
rencana untuk melakukan efisiensi? Bila ada, rencana efisiensi seperti apa yang
akan dijalankan oleh PT. PMO?
Efisiensi yang kami lakukan adalah dengan mengganti spare part mesin-mesin
pabrik secara tepat waktu dan melakukan servis besar (Overhole) terhadap
mesin-mesin pabrik secara berkala. Begitu pula dalam hal yang berkaitan dengan
masalah perkebunan, buah yang dipanen harus buah yang memang sudah layak
untuk dipetik sesuai dengan penilaian (grading). Buah yang baik untuk dipetik
adalah buah yang memiliki nilai fraksi 2 dan fraksi 3. Selain itu, buah kelapa
sawit yang telah dipanen harus segera dikirim ke pabrik dalam tempo tidak lebih
dari 24 jam. Karena bila lebih dari 24 jam, buah kelapa sawit akan memiliki
asam lemak bebas lebih dari 5%. Sedangkan, buah kelapa sawit yang baik adalah
buah yang memiliki asam lemak bebas kurang dari 5%.

6. Masalah atau kendala apa saja yang saat ini sedang dihadapi oleh PT. PMO?
Yang pertama adalah masalah yang disebabkan oleh alam. Pada saat terjadi
panen puncak, yaitu pada bulan Oktober, November, dan Desember bertepatan
dengan terjadinya musim hujan dan ini menyulitkan proses pengiriman buah
yang telah dipanen ke pabrik karena jalan tidak dapat dilalui oleh truk. Lalu
permasalahan yang kedua adalah masalah likuiditas yang terjadi pada saat panen
rendah, karena pada saat panen rendah pendapatan perusahaan akan berkurang.

7. Tindakan apa saja sudah dilakukan atau yang direncanakan oleh PT. PMO untuk
mengatasi masalah yang ada?

Pendapatan yang diperoleh perusahaan pada saat panen tinggi didepositokan,


sehingga apabila dibutuhkan dana untuk kepentingan operasional selama panen
rendah, maka dana tersebut dapat dicairkan dari deposito yang dimiliki oleh
perusahaan. Apabila dana yang telah didepositokan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan operasional, maka perusahaan akan mengajukan kredit bank dalam
bentuk kredit modal kerja ataupun dalam bentuk refinancing.
Untuk masalah transportasi pada saat panen puncak, perusahaan mengatasinya
dengan menggunakan traktor untuk mengirimkan hasil panen. Hasil panen yang
diantarkan oleh traktor akan ditaruh di tempat penyimpanan (TPH induk),
kemudian truk akan mengambil hasil panen yang ada di TPH induk kemudian
mengirimkannya ke pabrik.

8. Timbal balik apa saja yang sudah atau yang dapat diberikan oleh PT. PMO pada
masyarakat yang ada di sekitar perkebunan milik PT. PMO?
Timbal balik yang diberikan oleh PT. PMO kepada masyarakat sekitar
perkebunan adalah dengan melakukan kemitraan dengan masyarakat yang
diimplementasikan dalam pembangunan kebun plasma (KUD MO) dimana
masyarakat memberikan tanahnya untuk

dikelola oleh

perusahaan dan

masyarakat akan menerima bayaran berupa persekot sebelum Break Even Point
(BEP), setelah BEP masyarakat yang memberikan tanahnya untuk dikelola
perusahaan akan menerima bayaran setiap bulannya yang merupakan sisa hasil
dari produksi buah setelah dikurangi dengan biaya pemeliharaan kebun dan
angsuran kredit.

Selain itu, perusahaan juga memberikan kontribusi dalam rehabilitasi masjid dan
pembangunan Sekolah Dasar Maryam yang dibangun oleh perusahaan dimana
karyawan-karyawan perkebunan maupun masyarakat sekitar perkebunan dapat
menyekolahkan anaknya secara gratis.

III.8. Permasalahan
Selain masalah yang sedang dihadapi oleh PT. PMO sudah dijabarkan pada
bagian hasil wawancara, masalah lain yang dihadapi oleh PT. PMO adalah menurunnya
laba yang diperoleh bila dibandingkan antara tahun 2007 dan 2008. Bila melihat laporan
laba rugi yang disajikan pada lampiran 3 (L3), tahun 2007 adalah tahun yang dapat
dikatakan baik bagi PT. PMO karena pada tahun tersebut PT. PMO mendapatkan laba
yang cukup besar bila dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 2006.
Menurunnya laba yang diperoleh oleh perusahaan pada tahun 2008 membuat
manajemen perusahaan berpikir lebih keras agar dapat mengalokasikan dana yang sesuai
untuk kebutuhan operasional perusahaan pada tahun 2009 dan pembagian bonus kepada
karyawan atas hasil kinerja pada tahun 2008. Walaupun perusahaan mengalami
penurunan laba yang cukup drastis pada tahun 2008, tetapi pada tahun tersebut
perusahaan masih tetap mendapatkan laba, sehingga para karyawan tetap menuntut akan
adanya pembagian bonus sebagai hasil kinerja mereka pada tahun 2008 dan sebagai
pemompa semangat mereka dalam bekerja.

Anda mungkin juga menyukai