Anda di halaman 1dari 3

Nama : Siti Aminatus Sa’diah

NIM : 160321100055

Tugas: Perkembangan manajemen keuangan secara umum (global) atau khusus


(Indonesia) pasca 1990.

Pada dekade 1990an, terjadi krisis moneter di Indonesia, yang


mengakibatkan inflasi dan turunnya nilai tukar mata uang rupiah, sehingga
berdampak pada melonjaknya harga produk dalam negeri serta meningkatnya
hutang luar negeri. Krisis moneter ini disebabkan menurunnyanya kepercayaan
pasar dan masyarakat, ditambah kondisi kesehatan Presiden Soeharto saat
memasuki tahun 1998 yang semakin memburuk sehingga membuat
ketidakpastian terkait suksesi kepemimpinan nasional. Selain itu juga sikap plin-
plan pemerintah dalam pengambilan kebijakan.
Tercatat dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138
miliar dolar AS, sekitar 72,5 miliar dolar AS adalah utang swasta yang dua
pertiganya jangka pendek, sekitar 20 miliar dolar AS akan jatuh tempo pada
1998. Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 miliar dolar
AS. Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada
level Rp 4.850/dolar AS pada 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp
17.000/dolar AS pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen
sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
Krisis yang menandakan kerapuhan fundamental ekonomi tersebut dengan
cepat merambah ke semua sektor. Turunnya rupiah secara dramatis,
menyebabkan pasar uang dan pasar modal juga melemah, bank-bank nasional
mendadak terlilit kesulitan besar. Peringkat internasional bank-bank besar
tersebut memburuk, tak terkecuali surat utang pemerintah, peringkatnya ikut
lengser ke level di bawah "junk" atau menjadi sampah.
Menurut data statistik Bursa Efek Indonesia antara tahun 1995-1997
(sebelum terjadinya krisis moneter pada Juli 1997), jumlah perusahaan yang go
public tercatat kurang lebih sebanyak 259 perusahaan. Sebanyak 57 perusahaan
yang melakukan penggabungan usaha. Pada pasca krisis moneter tahun 2000
sampai dengan pertengahan tahun 2008, penggabungan usaha dilakukan oleh
lebih 40 perusahaan. Bentuk penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam
dua dekade terakhir ini adalah merger dan akuisisi di mana strategi ini dipandang
sebagai salah satu cara untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat
ekonomis dan jangka panjang.
Merger dan akuisisi menjadi trend bisnis di tahun 1990-an di Amerika
Serikat yang dimulai di tahun 1992. Sejak tahun 1992 perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi terus meningkat, bahkan jika dibandingkan
antara tahun 1996 dan 1995 peningkatan merger dan akuisisi meningkat hingga
67%. Demikian pula di Indonesia dengan adanya peraturan perundang-
undangan yang mempermudah masuknya investor asing, merger dan akuisisi,
maka pelaksanaan merger dan akuisisi meningkat.
Pelaksanaan merger dan akuisisi dimaksudkan untuk menjalankan
tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi. Pada
situasi perusahaan pengakuisisi ingin melakukan merger dan akusisi dengan
cara pembayaran lewat saham, pihak manajemen perusahaan pengakuisisi
cenderung akan berusaha untuk meningkatkan nilai laba perusahaannya.
Tujuannya adalah selain ingin menunjukkan earnings power perusahaan agar
dapat menarik minat perusahaan target untuk melakukan akuisisi juga untuk
meningkatkan harga saham perusahaannya.
Harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh
laba, risiko, dan spekulasi. Oleh sebab itu, perusahaan yang labanya selalu
mengalami kenaikan dari periode ke periode secara konsisten akan
mengakibatkan risiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar
dibandingkan prosentase kenaikan laba. Hal inilah yang mengakibatkan banyak
perusahaan yang melakukan pengelolaan dan pengaturan laba sebagai salah
satu upaya untuk mengurangi risiko.
Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen keuangan
untuk mencapaitujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan
meningkatkan nilai perusahaan. Setelah adanya merger dan akuisisi dilakukan
uji yang hasilnya adalah:

a) tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tindakan manajemen


laba baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi.
b) Adanya merger dan akuisisi akan mempengaruhi secara signifikan
terhadap net profit margin (NPM).
c) tindakan manajemen laba sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
tidak berbeda secara signifikan.

Kesimpulannya adalah dalam rangka menstabilkan perekonomian pasca


krisis moneter, banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang melakukan
akuisisi dan merger untuk memperbaiki kinerja keuangannya. Setelah adanya
merger dan akuisisi memungkinkan begi perusahaan untuk melakukan
manajemen laba dalam operasional manajemen keuangannya. Manajemen laba
dalam praktik merger dan akuisisi yaitu cara pembayaran lewat saham, pihak
manajemen perusahaan pengakuisisi cenderung akan berusaha untuk
meningkatkan nilai laba perusahaannya. Tujuannya adalah selain ingin
menunjukkan earnings power perusahaan agar dapat menarik minat perusahaan
target untuk melakukan akuisisi juga untuk meningkatkan harga saham
perusahaannya.
Indikator perkembangannya adalah berupa total asset turnover (TATO),
net provit margin (NPM) dan return on asset (ROA) mengalami perubahan yang
berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATO
mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger
dan akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger
dan akuisisi.
Berikut adalah dampak positif adanya merger dan akuisisi:

a. Perusahaan hasil merger dan akuisisi menjadi lebih kuat, karena


merupakan gabungan dengan perusahaan lain.
b. Dapat meningkatkan pendapatannya dengan manajemen laba dalam
sistem manajemen keuangan perusahaan.
c. Memungkinkan perusahaan berkembang menjadi perusahaan besar.

Sedangkan dampak negatifnya yaitu:

a) Perusahaan yang diakuisisi akan mengalami penurunan hak otoritas dari


pemilik sebelumnya.
b) Tidak semua manajemen laba berhasil dan mencapai tujuan peningkatan
profit.
c) Neraca dalam manajemen keuangan menjadi tolak ukur perusahaan lain
mempertimbangkan akan bergabung atau tidaknya pasca melakukan
merger.

Sumber:

Hasan, Zulkifli. 2018. Memori Krisis Moneter 1997/1998. Detik News. (online)
terdapat pada laman https://news.detik.com/kolom/d-4032343/memori-
krisis-moneter-19971998 diakses pada tanggal 23 Februari 2019 pukul
21.22 WIB.

Meta, Annisa. 2009. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan


Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009. Skripsi Jurusan
Manajemen Universitas Diponegoro. (online) terdapat pada laman
http://eprints.undip.ac.id/26437/2/JURNAL_ANALISIS_MANAJEMEN_LAB
A_DAN_KINERJA_KEUANGAN_PERUSAHAAN_PENGAKUISISI_SEBEL
UM_DAN_SESUDAH_M.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2019 pukul
20.38 WIB.

Anda mungkin juga menyukai