Anda di halaman 1dari 39

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TB PARU TENTANG

TEHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM DI RSU IMELDA


PEKERJA INDONESIA
TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Ahli Madya

OLEH :

DAHLINA ROSINTA RITONGA


NIM : 1814401012

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2021​
LEMBAR PERSETUJUAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TB PARU TENTANG
TEHNIK RELAKSASI NAPAS DALAM DI RSU IMELDA
PEKERJA INDONESIA
TAHUN 2021

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Oleh Dosen


Pembimbing Sebagai Persyaratan Menyelesaikan
Pendidikan Ahli Madya Keperawatan
Di Prodi D-III Keperawatan Universitas Imelda
Medan.

Diketahui oleh :

Dosen pembimbing

(Sarmaida Siregar, S.Kep., M.KM)

Disetujui oleh :

Ketua Program Studi

(Noradina, S.Kep., Ns., M.Biomed)

LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian Dengan Judul :
GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TB
PARU TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAPAS
DALAM DI RS IMELDA PEKERJA INDONESIA
TAHUN 2021
Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim
Penguji
Pada Tanggal 19 Oktober 2021

​ ​ ​
Penguji I ​: Rostinah Manurung, S.Kep, Ns,
M.Kes ( ​ ​ )

Penguji II :​ Sarmaida Siregar, S.Kep,
M.KM ​ ( ​ ​ )

Penguji III ​: Ali Sabela Hasibuan, S.Kep, Ns,


M.Kep ( ​ ​ )

Disahkan :
Ketua Program Studi

(Noradina, S.Kep, Ns, M.Biomed)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI
Nama ​: ​Dahlina Rosinta Ritonga
Tempat/Tgl Lahir ​: ​Simpang Pardomuan,
12 September 2000
Suku/Kebangsaan ​: ​Mandailing/Indonesia
Agama ​: ​Islam
Anak Ke ​: ​4 dari 4 bersaudara
Status ​: ​Mahasiswa D-III- Keperawatan
Universitas Imelda Medan
Alamat ​: ​Simpang Pardomuan Kec. Bilah
Barat Kab. Labuhan Batu
Email ​: ​sintatonga2000@gmail.com
II. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah ​: ​ aham Ritonga
D
Pekerjaan ​: ​Petani
Nama Ibu ​: ​Raudah Hasibuan
Alamat ​: Simpang Pardomuan Kec. Bilah Barat
Kab. Labuhan Batu
III. ​RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2006 – 2012 :​ SDN 114380 Padang Laut
Tahun 2012 - 2015 ​: SMPS Imelda Tanjung
Medan
Tahun 2015 - 2018 ​: SMAS Imelda Tanjung
Medan
Tahun 2018 - 2021 ​ ​: D-III Keperawatan
Universitas Imelda Medan​
UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
PRODI D-III KEPERAWATAN

NAMA ​: DAHLINA ROSINTA RITONGA


NIM ​: 1814401012
JUDUL ​: ​Gambaran Pengetahuan Pasien
TB Paru Tentang Tehnik Relaksasi Napas
Dalam di Rumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Medan

ABSTRAK
TBC (Tuberkulosis) adalah suatu penyakit infeksi
menular yang disebabkan Mycobacterium
tuberkulosis. Dapat menyerang paru-paru
(tuberkulosis paru), tulang, kelenjar getah bening
(KGB) dan orang tubuh lainnya (Tuberkulosis ekstra
paru). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan
yang besar di dunia. Dalam 20 tahun World Health
Organitation (WHO) dengan Negara-negara yang
tergabung di dalamnya mengupayakan untuk
mengurangi TB paru. Tuberkulosis paru adalah suatu
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh infeksi
menular oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif
melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya.Penyakit ini apabila tidak segera
diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian.
Jenis Penelitian ini adalah kualitatif dengan metode
penelitan deskriptif. Tujuan Penelitian: untuk
mengetahui Gambaran Pengetahuan pasien TB paru
tentang teknik relaksasi nafas dalam di RSU Imelda
Pekerja Indonesia Medan. Instrumennya adalah
lembar kuesioner. Sampel yang diambil dengan teknik
Non Probalitity jenis Accident Sampling yaitu 32
orang. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas
pengetahuan pasien TB Paru Tentang Tehnik
Relaksasi Napas Dalam Dengan Kategori Baik yaitu
sebanyak 16 responden (50%) dan minoritas dengan
kategori Kurang yaitu sebanyak 7 responden (21,8%).
peneilitian ini dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat khususnya responden yaitu menjadi
masukan bahwa terapi Tehnik Relaksasi Napas Dalam
dapat dijadikan alternatif pengobatan terbaru dalam
menangani masalah TB Paru.

Kata Kunci: Pengetahuan, Pasien, TB Paru,


Tehnik Relaksasi, Napas Dalam


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
kasihnya hingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang
berjudul “Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru
Tentang Tehnik Relaksasi Napas Dalam di Rumah
Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan” tepat
pada waktunya.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan
sebagai syarat menyelesaikan pendidikan gelar
Amd.Kep Program Studi D-III Keperawatan
Universitas Imelda Medan. Dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, KTI ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak/ Ibu :
1. dr. H. Raja Imran Ritonga,MSc Selaku Ketua
Yayasan Imelda Medan.
2. Dr. dr.Imelda Liana Ritonga, S.Kp.,M.Pd.,M.N
selaku Rektor Universitas Imelda Medan.
3. Noradina, S.Kep., Ns., M.Biomed selaku Ka. Prodi D-III Keperawatan
Universitas Imelda Medan.
4. Sarmaida Siregar, S.Kep., M.KM selaku dosen
pembimbing dan sekaligus Wali Kelas D- III
Keperawatan yang sudah banyak mengarahkan dan
membimbing penulis dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
5. Seluruh staf Dosen Universitas Imelda Medan yang
sudah mendidik dan mengajari penulis selama
kurang lebih tiga tahun berkuliah di Universitas
Imelda Medan.
6. Seluruh staff pegawai RSU IPI Medan yang turut
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
7. Teristimewa kepada Ayahanda Daham Ritonga dan
Ibunda Raudah Hasibuan dan kepada saudara/i
kandung saya, Nurliana Ritonga, Rustam Efendi
Ritonga, Dena Baharuddin Ritonga yang selalu
mendukung dalam bentuk moril dan materi dan
kasih sayang dan selalu mendoakan dan memberi
semangat penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
8. Serly Juryarti Matondang, Saituma Rambe, Setia
Ningsih, Henni Sarlina Simbolon, Lointan Rada
Putri Sihombing kakak yang memberikan
dukungan, memotivasi dan menyemangati penulis
dari awal hingga selesainya penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini.
9. Pebri Alianda Sikettang, Normasita, Mailani
Ritonga, Lusiana Ritonga, Judika Cristine Audina
Pasaribu, Aldi Syahputra yang selalu memberikan
Motivasi dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Buat kakak dan Adik-Adik tersayang di CSSD kak
Arta, Kak Winda, Kak Prety, Bunda Elida, Darmi
Yani Ritonga, Lia Henriana Siregar, Rosidah
Dalimunthe, Ummi Habibah Pulungan, Dinamika
Anjelina Ritonga, Syairotun Haniah Rambe, Rati
Pohan, Anggraini Putri Nursena Rambe yang telah
memberi dukungan dan semagat kepada penulis.
11. Buat adik-adik asrama Ririn Dwi Lestari Siregar,
Evi Yanti Sinaga, Riski Rahmadani Nasution,
Mega Deana, Sarmila Lubis, Indah Rezeki, Dinanti
Maulidya Nasution yang telah memberi dukungan
dan semagat kepada penulis.
12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa D-III
Keperawatan angkatan XXVII Universitas Imelda
Medan yang telah ikut berpartisipasi dalam
membantu penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis
hingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik, semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan berkah dan karunia kepada kita semua
dan kiranya karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.

​ ​ ​ ​ ​ ​ ​
​ ​ ​ ​ ​ ​ edan, 19 Oktober
M
2021
​ ​ ​ ​ ​ Peneliti

(Dahlina Rosinta
Ritonga)
1814401012

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ​ ​i
DAFTAR ISI ​ ​iv
DAFTAR TABEL ​ ​vi
DAFTAR GAMBAR ​ ​vii
DAFTAR LAMPIRAN ​ ​viii
BAB I ​PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ​ ​1
1.2 Rumusan Masalah ​ ​5
1.3 Tujuan Penelitian ​ ​5
1.4 Manfaat Penelitian ​ ​5
BAB II ​TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ​Konsep
Pengetahuan ​ ​7
2.1.1 ​Defenisi
Pengetahuan ​ ​7
2.1.2 ​Faktor Yang
Mempengaruhi
Pengetahuan ​ ​9
2.1.3 ​Cara Memperoleh
Pengetahuan ​ ​11
2.1.4 ​Kriteria
Pengetahuan ​ ​12
2.2 ​Konsep Tuberkulosis
Paru ​ ​12
2.2.1 ​Defenisi
Tuberkulosis
Paru ​ ​12
2.2.2 ​Penyebab
Tuberkulosis ​ ​13
2.2.3 ​Gejala
Tuberkulosis ​ ​13
2.2.4 ​Cara Penularan
Tuberkulosis ​ ​14
2.2.5 ​Faktor Yang
Mempengaruhi Resiko
Penularan
TB ​ ​15
2.2.6 Faktor Resiko
Terjadinya
TB ​ ​16
2.3 ​Konsep Tehnik Relaksasi
Napas Dalam ​ ​18
2.3.1 ​Defenisi Teknik
Relaksasi Nafas
Dalam ​ ​18
2.3.2 ​Tujuan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam
pada pasien TB
paru ​ ​18
2.3.3 ​Manfaat Relaksasi
Napas Dalam pada
pasien TB
paru ​ ​19
2.3.4 ​Efek Teknik
Relaksasi NaPas
Dalam ​ ​20
2.3.5 ​Prosedur Tehnik
Relaksasi Napas
Dalam ​ ​20
2.4 ​Kerangka
Konsep ​ ​22
BAB III ​METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 ​Jenis
Penelitian ​ ​23
3.2 ​Waktu dan Tempat
Penelitian ​ ​23
3.2.1 ​Waktu
Penelitian ​ ​23
3.2.2 ​Tempat
Penelitian ​ ​23
3.3 ​Populasi dan
Sampel ​ ​23
3.3.1
​Populasi ​ ​2
3
3.3.2 ​Sampel ​ ​24
3.4 ​Teknik Pengumpulan
Data ​ ​24
3.4.1 ​Data
Primer ​ ​24
3.4.2 ​Data
Skunder ​ ​25
3.4.3 ​Data
Tersier ​ ​25
3.5 ​Variabel dan Definisi
Operasional ​ ​25
3.5.1 ​Variabel ​ ​2
5
3.5.2 ​Defenisi
Operasional ​ ​25
3.6 ​Teknik
Pengukuran ​ ​26
3.6.1
Variabel ​ ​26

3.7 Pengelolaan
Data ​ ​27
3.7.1 Editing ​ ​27
3.7.2 Coding ​ ​27
3.7.3
Processing/entry ​
​27
3.7.4 Cleaning ​ ​28
BAB IV ​HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 ​ Hasil Penelitian
​ ​29
4.2 ​Pembahasan ​ ​32
BAB V ​PENUTUP
5.1 ​Kesimpulan ​ ​38
5.2 ​Saran ​ ​39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021 ​ 29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Umur di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja
Indonesia Medan Tahun 2021 ​ 29
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pendidikan di Rumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021 ​ 30
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021 ​ 30
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Sumber Informasi Tentang Tehnik Relaksasi
Napas Dalam di Rumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021 ​ 31
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Tehnik Relaksasi Napas
Dalam di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja
Indonesia Medan Tahun 2021. ​ 31

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 ​: Kerangka Konsep ​ ​22

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran - I :​ Surat Survei Awal Dari Universitas


Imelda Medan
Lampiran - II ​: Surat balasan Survei Awal
penelitian dari tempat penelitian Rumah
Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
Medan
Lampiran- III ​: Surat Izin penelitian Dari
Universitas Imelda Medan
Lampiran - IV ​: Surat balasan izin penelitian dari
tempat penelitian Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan
Lampiran - V ​: Master Tabel
Lampiran - VI ​: Quesioner (Lembar Pertanyaan)
Lampiran - VII ​: Informend Consent
Lampiran - VIII ​: Lembar Konsul​
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
TBC (Tuberkulosis) adalah suatu penyakit infeksi
menular yang disebabkan Mycobacterium
tuberkulosis. Dapat menyerang paru-paru
(tuberkulosis paru), tulang, kelenjar getah bening
(KGB) dan organ tubuh lainnya ( Tuberkulosis ekstra
paru).
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang
besar di dunia.Dalam 20 tahun World Health
Organitation (WHO) dengan Negara-negara yang
tergabung di dalamnya mengupayakan untuk
mengurangi TB paru.Tuberkulosis paru adalah suatu
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh infeksi
menular oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis.Sumber penularan yaitu pasien TB BTA
positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya.Penyakit ini apabila tidak segera
diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian
(Kemenkes RI, 2015).
Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit
yang menjadi perhatian global. Dengan berbagai
upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan
kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun
tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta
orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun
2014. India, Indonesia dan China merupakan Negara
dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu
berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh
penderita di dunia (WHO, 2015).
Jumlah kasus baru atau jumlah kejadian insiden
Tuberkulosis paru di Indonesia tahun 2016 sebesar
298.128 kasus. BTA positif ditemukan sebesar
156.723 kasus diantaranya 39% perempuan dan 61 %
laki-laki dimana 1 % anak-anak dan 99 % dewasa.
Dimana Care Notification Rate(CNR) atau jangka
notifikasi kasus, angka yang menunjukkan jumlah
pasien baru tuberkulosis BTA positif yang ditemukan
dan tercatat sebesar 61 . Diikuti dengan Case
Detection Rate (CDR) atau angka penemuan kasus,
presentase jumlah pasien baru BTA positif yang
ditemukan dan diobati ada sebesar 60,59% (Kemenkes
RI, 2017).
Menurut data profil Dinas Kesehatan provinsi
Sumatera Utara tahun 2016 menyebutkan bahwa
jumlah kasus TB paru di Sumatera Utara tahun 2016
ditemukan sebesar 17.798 kasus. BTA positif
ditemukan sebesar 11.771 kasus diantaranya 34 persen
perempuan dan 66 persen laki-laki diantaranya 1
persen anak-anak dan 99 persen dewasa. Dimana CNR
tuberkulosis dengan BTA positif sebesar 83 persen
CDR sebesar 66 persen. Menurut data tersebut juga
mengatakan bahwa ada 3 (tiga) Kabupaten/Kota
tertinggi angka kejadian Tuberkulosis Paru,
diantaranya kota Medan sebesar 3.006 per 100.000,
Kabupaten Deli Serdang Sebesar 2.184 per 100.000
dan Kabupaten Simalungun sebesar 962 per 100.000
(Depkes RI,2016).
Pada tahun 2020 di RSU Imelda Pekerja Indonesia
terdapat peningkatan kasus tuberkulosis dibandingkan
pada tahun 2019. Pada tahun 2020 terjadi 910 kasus
tuberkulosis lebih banyak dibandingkan tahun 2019
yang hanya 804 kasus.
Data terakhir dinas kesehatan Jawa Tengah
menyebutkan, di Jawa Tengah pada tahun 2015 kasus
TB BTA positif sebesar 115,17 per 100.000 penduduk.
Kota dengan CNR tuberkulosis BTA positif di
Sukoharo sebesar 66,6 per 100.000 penduduk (Dinkes
Jateng, 2016).
Peningkatan tuberkulosis paru di tanggulangi
dengan beberapa strategi dari kementrian kesehatan,
salah satunya yaitu meningkatan perluasan pelayanan
DOTS (Directly Observed Treatment Short-course).
DOTS adalah salah satu strategi untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai TB paru melalui
penyuluhan sesuai dengan budaya setempat, mengenai
TB paru pada masyarakat miskin, memberdayakan
masyarakat dan pasien TB paru, serta menyediakan
akses dan standart pelayanan yang diperlukan bagi
seluruh pasien TB paru. Studi sebelumnya
mengungkapkan bahwa pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan untuk penyakit tuberkulosis
tidak efektif dan terbatas.Petugas kesehatan baik dari
pemerintah atau swasta kurang dilatih dalam diagnosis
dan pengobatan tuberkulosis serta kurangnya
keterampilan komunikasi yang dibutuhkan untuk
memotivasi pasien guna meningkatkan kepatuhan
dalam upaya penyembuhan tuberkulosis (Mushatqdkk,
2011).
TB paru merupakan penyakit yang sangat cepat
ditularkan.Cara penularan TB paru yaitu melalui
perckan dahak (droplet muclei) pada saat pasien
bantuk atau bersin terutama pada orang di sekitar
pasien seperti keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien.Perilaku keluarga dalam pencegahan TB paru
sangat berperan penting dalam mengurangi resiko
penularan TB paru.Meningkatnya penderita TB di
Indonesia disebabkan oleh perilaku hidup yang tidak
sehat. Hasil survey di Indonesia oleh Ditjet
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan (P2MPL), salah satu penyebab tingginya
angka kejadian TB Paru di sebabkan oleh kurangnya
tingkat pengetahuan (Kemenkes, 2011).
Latihan tarik nafas dalam merupakan salah satu
teknik relaksasi yang bertujuan untuk memberikan
efek relaksasi pada pasien TB paru.Hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Ali & Hasan, 2010 dalam
Widiarti, 2013), menunjukkan bahwa terapi relaksasi
efektif dalam mengurangi ansietas.Deep breathing
relaxation atau tehnik tarik napas dalam ini juga
pernah di teliti oleh Ghovur & Purwoko (2007) dari
penelitian tersebut teknik relaksasi nafas dalam cukup
efektif dalam menurunkan ansietas ibu persalinan kala
satu. Sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
dan tingkat kecemasan pasien berkisar panik, besar,
sedang, ringan, dan setelah diberikan invensi tingkat
kecemasan menjadi cemas ringan, sedang, dan berat,
yang menunjukkan perubahan yang signifikan
terhadap penurunan tingkat kecemasan yang dialami.
Tehnik relaksasi napas dalam merupakan aktivitas
perawat untuk membersihkan sputum pada jalan napas
yang berfungsi meningkatkan mobilisasi sekresi,
setelah diberikan tindakan tehnik relaksasi napas
dalam, dalam waktu 2x24 jam pasien mengalami
bersihan jalan napas.
Tujuan dari teknik relaksasi napas dalam pada
pasien TB paru adalah untuk mencapai keadaan
relaksasi menyeluruh, mencakup keadaan relaksasi
secara fisiologis, secara kognitif, dan secara
behavioral. Pemberian teknik relaksasi napas dalam
pada pasien TB paru akan menurunkan ketegangan
sehingga mencapai keadaan rileks, untuk mengontrol
emosi pada pasien TB paru dan dapat memusatkan
perhatian pada teknik relaksasi pernafasan, dan
mengencangkan serta mengundurkan kumpulan otot
secara bergantian sehingga dapat merasakan
perbedaan antara relaksasi dan ketegangan (Ghofur &
Purwoko, 2012).
Dari survei awal yang penulis lakukan di RSU
Imelda Pekerja Indonesia terhadap pasien TB paru ,
masih ada beberapa pasien manfaat tehnik relaksasi
napas dalam. Dari uraian diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “ Gambaran
Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang Tehnik
Relaksasi Napas Dalam di RSU Imelda Pekerja
Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat di
rumuskan masalah penelitian ini adalah gambaran
penegtahuan pasien TB paru tentang teknik relaksasi
napas dalam di RSU Imelda Pekerja Indonesia

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan
penelitian dengan maksud untuk mengetahui
Gambaran Pengetahuan pasien TB paru tentang teknik
relaksasi napas dalam di RSU Imelda Pekerja
Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Institusi pendidikan keperawatan
Sebagai bahan masukan bagi institusi dengan upaya mengetahui tentang
gambaran pengetahuan pasien TB Paru Tentang Teknik Telaksasi Napas
Dalam di RSU Imelda Pekerja Indonesia.
2. Pelayanan kesehatan
Penelitian ini diharapkan Sebagai sumber masukan bagi Rumah
sakit/Tenaga Kesehatan yang lainnya yang ada di RSU Imelda Pekerja
Indonesia .

3. Bagi responden
Penelitian ini dapat memacu pengetahuan pasienTB paru tentang teknik
relaksasi napas dalam.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan atau referensi untuk
peneliti selanjutnya, agar penelitian selanjutnya lebih baik lagi.

23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan


2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(overt behaviour). Tingkat pengetahuan di dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan
(Notoatmodjo, 2014), yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi
tersebut secara benar.Orang yang telah paham terhadap obyek atas materi dapat
mnejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang baru
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden.Kedalamanpengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan- tingkatan di atas.

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu:
1. Faktor Internal meliputi:
a. Umur
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat
yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup
tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa
(Nursalam, 2011).
b. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best teacher),
pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh
suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun
dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu
(Notoadmodjo, 2010).
c. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang kurang
akan mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2011).

d. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Menurut Thomas
2007, dalam Nursalam 2011). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan
berulang dan banyak tantangan (Frich 1996 dalam Nursalam, 2011).
e. Jenis Kelamin
Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-
laki maupun perempuan yang dikontruksikan secara sosial maupun
kultural.
2. Faktor eksternal
a. Informasi
Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan Pariani (2010) informasi
merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas.
Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi tingkat
pengetahuan terhadap suatu hal.
b. Lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa pengalaman dan hasil
observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat) bahwa perilaku seseorang
termasuk terjadinya perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-
pengalaman seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan
non fisik)

c. Sosial budaya
Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial seseorang maka
tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi pula.
2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat beberapa
cara memperoleh pengetahuan, yaitu:
1. Cara kuno atau non modern
Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan statistik dan
logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi:
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba
kemungkinan yang lain.
b. Pengalaman pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
c. Melalui jalan fikiran
Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia harus
menggunakan jalan fikirannya serta penalarannya.Banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak.Kebiasaan-kebiasaan
seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi
berikutnya.Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai
kebenaran yang mutlak.
2. Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis,
dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer
disebut metodologi penelitian, yaitu:
a) Metode induktif
Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam
atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan astu
diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.
b) Metode deduktif
Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang khusus.
2.1.4 Kriteria Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang
dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala
yang bersifat kualitatif, yaitu:
1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.
2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.
3. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.

2.2 KonsepTuberkulosis Paru


2.2.1 Defenisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang parenkim paru.Tuberkulosis
dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya,
termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus
limfe.Agens infeksius utama, Mycobacterium
tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitife terhadap panas
dan sinar ultrafiolet.(Brunner & Suddart, 2013).
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh
organ tubuh dapat diserang olehnya, tapi paling
banyak adalah paru-paru (Padila, 2013).
2.2.2 Penyebab Tuberkulosis
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri yang
menyebar di udara melalui semburan air liur dari
batuk atau bersin pengidap TB.Nama bakteri TB
adalah Mycobacterium tuberculosis. Berikut ini
beberapa kelompok orang yang memiliki resiko lebih
tinggi titular TB:
a. Orang yang sistem kekebalan tubuhnya menurun. Contohnya, pegidap
diabetes, orang yang menjalani rangkaian kemoterapi atau pengidap
HIV/AIDS.
b. Orang yang emengalami malnutrisi atau kekurangan gizi
c. Pecandu narkoba
d. Para perokok
e. Para petugas medis yang sering berhubungan dengan pengidap TB
2.2.3 Gejala Tuberkulosis
Tuberkulosis umumnya menyerang paru-paru
dengan gejala utama batuk berdahak yang berlangsung
lebih dari 2 minggu.Batuk yang terjadi kadang
menegeluarkan dahak berwarna seperti karat atau
batuk darah. Selain menimbulkan gejala berupa batuk
yang berlangsung lama, penderita TBC juga akan
merasakan beberapa gejala lain, seperti:

a. Demam
b. Lemas
c. Berat badan menurun
d. Tidak nafsu makan
e. Nyeri dada
f. Berkeringat di malam hari
Jika infeksi tuberkulosis pada paru telah
menyebabkan kerusakan pada paru, akan timbul gejala
sesak nafas. Bakteri TB bisa saja bersifat tidak aktif
saat masuk ke dalam tubuh, tetapi seiring dengan
berjalannyanwaktu, akhirnya menyebabkan
kemunculan gejala-gejala TB paru.
2.2.4 Cara Penularan Tuberkulosis
a. Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang mengandung
kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei / percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup
udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk
dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung
kuman sebanyak 0-3500 M.tuberkulosis. Sedangkan jika bersin dapat
menegeluarkan sebanyak 4500-1.000.000 M.tuberkulosis ( Kemenkes RI,
2017).
b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah
65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26%
sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatf dan foto Toraks positif
adalah 17%.
c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik renik dahak yang infeksius tersebut.
d. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei/ percik renik). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. ( Direktur Jenderal PP dan
PL, Kementrian Kesehatan RI,2014)
2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Resiko
Penularan TB
Ada beberapa fator yang mempengaruhi
kemungkinan seorang yang terpajan dengan kuman
TB menjadi terinfeksi, yaitu:
a. Konsentrasi droplet-infeksius di udara. Ini dipengaruhi oleh jumlah droplet-
infeksius yang dikeluarkan oleh pasien TB maupun keadaan ventilasi di
area pajanan.
b. Lamanya pajanan tersebut terjadi.
Jika seorang hidup atau tidur sekamar dengan
pasien TB maka mereka mempunyai risiko besar
untuk menghirup droplet yang infeksius.Hanya droplet
halus yang dapat mencapai alveoli paru. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
meningkatnya risiko penularan pasien TB:
1) Lokasi penyakitnya (di paru, saluran napas atau laring).
2) Terdapatnya batuk atau tenaga yang mendorong kuman tersebut keluar.
3) Dahak BTA positif.
4) Terdapatnya kavitas paru.
5) Pasien tidak menutup mulut dan hidung pada waktu batuk atau bersin.
Biasanya setelah pengobatan TB dimulai maka
dalam waktu singkat pasien TB menjadi tidak menular
(sekitar 2 minggu). Jadi, seorang petugas kesehatan
dapat dikatakan turut berkontribusi pada penularan
TB, bila:
a. Terlambat memulai pengobatan pada pasien TB.
b. Tidak memberi pengobatan TB dengan panduan obat yang memadai.
c. Melakukan prosedur yang dapat merangsang batuk (misalnya bronkoskopi
atau induksi sputum) tanpa memperhatikan pengamanan perorangan.
Faktor-faktor lingkungan yang dapat meningkatkan
penularan adalah:
a. Pajanan terjadi di ruangan yang relatif kecil dan tertutup.
b. Kurangnya ventilasi untuk mengalirkan udara sehingga terjadi pengenceran
dan pembungan droplet infeksius.
Jadi, maka dekat dan makin lama seorang kontak
dengan pasien TB yang menular (pasien TB paru BTA
positif yang belum diobati) maka makin besar resiko
yang bersangkutan terinfeksi TB (Direktur Jenderal
dan PL, Kementerian Kesehatan RI,2014).
2.2.6 Faktor Resiko Terjadinya TB
a. Kuman Penyebab TB
1) Pasien TB dengan BTA positif lebih besar resiko menilbulkan penularan
dibandingkan dengan BTA negatif.
2) Makin tinggi jumlah kuman dalam percikan dahak, makin besar risiko
terjadi penularan.
3) Makin lama dan makin sering terpapar dengan kuman, makin besar
risiko terjadi penularan.

b. Faktor individu yang bersangkutan


Beberapa faktor individu yang dapat meningkatkan risiko menjadi sakit
TB adalah:
1) Faktor usia dan jenis kelamin:
a) Kelompok paling rentan tertular TB adalah kelompok usia dewasa
muda yang juga merupakan kelompok usia produktif.
b) Menurut hasil survei prevalansi TB, laki-laki lebih banyak terkena
TB dari pada wanita.
2) Daya tahan tubuh:
Apabila daya tahan tubuh seseorang menurun oleh karena sebab
apapun, misalnya usia lanjut, ibu hamil, koinfeksi dengan HIV,
penyandang diabetes mellitus, gizi buruk, keadaan immune-supressive,
bilamana terinfeksi dengan M.tb, lebih mudah jatuh sakit.
3) Perilaku:
a) Batuk dan cara membuang dahak pasien TB yang tidak sesuai etika
akan meningkatkan paparan kuman dan risiko penularan.
b) Merokok meningkatkan risiko terkena TB paru sebanyak 2,2 kali.
c) Sikap dan perilaku pasien TB tentang penularan, bahaya, dan cara
pengobatan.
4) Status sosial ekonomi:
TB banyak menyerang kelompok sosial ekonomi lemah.
c. Faktor lingkungan:
a) Lingkungan perumahan padat dan kumuh akan memudahkan penularan
TB.
b) Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang baik dan tanpa cahaya
matahari akan meningkatkan risiko penularan. (Kementrian Kesehatan
RI,2017).

2.3 Konsep Teknik Relaksasi Nafas Dalam


2.3.1 Defenisi Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan suatu
bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas
abdomen dengan frekuensi yang lambat dab berirama
(Smeltzer & Bare, 2002 ). Latihan nafas dalam yaitu
bentuk latihan nafas yang terdiri dari pernafasan
abdominal (diafragma) dan pursed lip breathing
(Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2012).
Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan pada
abdomen dengan frekuensi lambat serta perlahan,
berirama, dan nyaman dengan cara memejamkan mata
saat menarik nafas dalam. Efek dari terapi ini ialah
distraksi atau pengalihan perhatian (Setyoadi dkk,
2011). ​
2.3.2 Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada
pasien TB paru
Tujuan dari teknik relaksasi nafas dalam pada
pasien TB paru untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
meningkatkan efensiensi batuk, memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, dan
mengurangi tingkat stres baik itu stres fisik maupun
emosional sehingga dapat, menurunkan intesitas nyeri
yang dirasakan oleh individu (Smeltzer & Bare, 2002).
Selain tujuan tersebut, terdapat beberapa tujuan
dari teknik nafas dalam menurut Lusianah, Indaryani
dan Suratun (2012), yaitu antara lain untuk mengatur
frekuensi pola nafas, memperbaiki fungsi diafragma,
menurunkan kecemasan, meningkatkan relaksasi otot,
mengurangi udara yang terperangkap, meningkatkan
inflasi alveolar, memperbaiki kekuatan otot-otot
pernapasan, dan memperbaiki mobilitas dada dan
vertebra thorakalis.
2.3.3 Manfaat Relaksasi Napas Dalam pada pasien
TB paru
Relaksasi napas dalam telah diketahui dapat
mengurangi kecemasan, depresi, emosi, ketegangan
otot, nyeri, dan kelelahan.Keunggulan dari latihan ini
yaitu dapat dilakukan dimanapun dan
kapanpun.Petunjuk untuk melakukan latihan
pernapasan yang baik yaitu dilakukan sekitar 5-15
menit selama 2-4 kali sehari atau kapanpun saat
merasakan ketegangan (Townsend, 2012; O'Brien,
Kennedy, & Ballard, 2013).
Beberapa manfaat dari latihan relaxation adalah
manfaat psikologis meredakan stres merupakan salah
satu cara untuk membuat rileks dengan berkonsentrasi
pada pernafasan. Bernafas bisa sebagai tehnik
relaksasi untuk mengelola stres dan sakit kepala.
Kunci utamanya adalah focus pada menghilangkan
ketegangan dengan bernafas melalui diafragma,
mengisi perut dengan udara. Bernafas dalam dapat
membantu mengurangi keparanan dan frekuensi
ketegangan sakit kepala yang berhubungan dengan
stres, memperlambat denyut jantung, tekanan darah
rendah dan mengurangi kelelahan (Michael Hersen &
William Sledge, 2012).

2.3.4 Efek Teknik Relaksasi Nafas Dalam


Menurut Potter and Perry (2006) teknik relaksasi
nafas dalam yang baik dan benar akan memberikan
efek yang penting bagi tubuh, efek tersebut antara lain
sebagi berikut :
1. Penurunan nadi, tekanan darah, dan pernafasan
2. Penurunan komsumsi oksigen
3. Penurunan ketegangan otot
4. Penurunan kecepatan metabolisme
5. Peningkatan kesadaran global
6. Kurang perhatian terhadap stimulus lingkungan
7. Tidak ada perubahan posisi yang volunteer
8. Perasaan damai dan sejahtera
9. Periode kewaspadaan yang santai, terjaga, dan dalam
2.3.5 Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Berikut ini adalah langlah-langkah tindakan dalam
melakukan teknik relaksasi nafas dalam menurut
Lusianah, Indaryani dan Suratun (2012) :
1. Mengecek program terapi medik klien.
2. Mengucapkan salam terapeutik pada klien.
3. Melakukan evaluasi dan validasi.
4. Melakukan kontrak ( waktu, tempat, dan topik ) dengan klien.
5. Menjelaskan langkah-langkah tindakan atau prosedur pada klien.
6. Mempersiapkan alat : satu bantal
7. Memasang sampiran.
8. Mencuci tangan.
9. Mengatur posisi nyaman bagi klien dengan posisi setengah duduk di
temapat tidur atau dengan posisi lying position ( posisi berbaring) di tempat
tidur atau kursi dengan satu bantal.
10. Memfleksikan (membengkokkan) lutut klien untuk merilekskan otot
abdomen.
11. Menempatkan satu atau dua tangan klien pada abdomen yaitu tempat
dibawah tulang iga.
12. Meminta klien untuk menarik nafas dalam melalui hidung, menjaga mulut
tetap tertutup. Hitunglah sampai 3 selama inspirasi.
13. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan gerakan naiknya
abdomen sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah lengkung
pada punggung. Jika ada kesulitan menaikkan abdomen, tarik nafas dengan
cepat, lalu nafas kuat melalui hidung.
14. Meminta klien untuk menghembuskan udara melalui bibir, seperti meniup
dan ekspirasikan secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk suara
hembusan tanpa mengembungkan pipi, teknik pursed lip breathingini
menyebabkan resistensi pada penegluaran uadar paru, meningkatkan
tekanan di bronkus (jalan nafas utama) dan meminimalkan kolapsnya jalan
nafas yang sempit.
15. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan turunnya abdomen
ketika akspirasi. Hitungla sampai 7 selama ekspirasi.
16. Menganjurkan klien untuk menggunakan latihan dan meningkatnya secara
bertahap 5-10 menit. Latihan ini dapat dilakukan dalam posisi tegap,
berdiri, dan berjalan.
17. Merapikan lingkungan dan kembalikan dan kembalikan klien pada posisi
semula.
18. Membereskan alat.
19. Mencuci tangan.
20. Mendokumentasikan yang telah dilakukan dan memantau respon klien.
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu
hubungan atau yang berkaitan antara konsep yang satu
terhadap konsep yang lain dari masalah yang diteliti
(Setiadi, 2007).
Keterangan :

​: Variable Yang Diteliti

​: Hubungan Variabel

Gambar 2.1 Kerangka konsep



23
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dengan metode penelitan deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien TB
Paru Tentang Teknik Relasksasi Napas Dalam di
Rumah Sakit Umum imelda Pekerja Indonesia Medan
tahun 2021.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


3.2.1 waktu penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April
sampai Juni 2021
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau
objek yang akan diteliti (Notoadmodjo, 2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
TB Paru yang dirawat di Rumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Medan sebanyak 32 orang.

3.3.2 Sample
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karaktristik
yang dimilki oleh populasi dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Sugiyono, 2010). Tehnik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
adalah tehnik sampel jenuh yaitu tehnik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Berdasarkan tehnik penelitan diatas
maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 32
reponden.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Sebelum proses pengumpulan data dilakukan,
tahap awal dalam pengumpulan data adalah persiapan
untuk kelancaran pelaksanaan penelitian berupa surat
izin penelitian dari institusi Universitas Imelda Medan
Prodi DIII Keperawatan. Surat penelitian diberikan
kepada kepala Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja
Indonesia Medan, dimana penelitian dilakukan setelah
persyaratan terpenuhi, selanjutnya dilakukan proses
pengambilan data untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, maka diberikan surat
persetujuan menjadi responden yang menjelaskan
tentang kerahasiaan data dan hasil penelitian tidak
berdampak negatif baik fisik dan psikis responden
tanpa adanya unsur keterpaksaan. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini dengan mengunakan
kuesioner.
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil
pengukuran, pengamatan survei, dan lain-lain, data
primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung
dari responden melalui wawancara dan kuisioner yang
disusun berdasarkan konsep tertulis.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari pihak lain, badan atau instansi yang secara rutin
mengumpulkan data (Setiadi, 2007). Data sekunder ini didapatkan dari Rumah
Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan yang meliputi jumlah pasien TB
Paru yang telah menjalani terapi tehnik relaksasi napas dalam sebelumnya dan
data kunjungan pasien yang sedang menjalani relaksasi napas dalam.
3.4.3 Data Tersier
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dan
jurnal yang telah dipublikasikan.

3.5 Variabel Dan Defenisi Operasional


3.5.1 ​Variable
Variable adalah karateristik yang diamati yang
mempunyai variasi nilai dan merupakan
operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti
secara empirisatau ditentukan tingkatnya (setiadi
2007).Variable dalam penelitian ini adalah tehnik
relaksasi napas dalam terhadap pasien TB Paru.
3.5.2 ​Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu atribut atau sifat
nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi
tertentu yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015).
Definisi oprasional penelitian ini adalah:
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui pasien TB paru
tentang tehnik relaksasi napas dalam. ​

3.6 Teknik Pengukuran


Teknik pengukuran yang dilakukan penelitian
dengan kuesioner tertutup kepada responden
sebanyak 24 pertanyaan untuk variable pengetahuan
kemudian diformulasikan interval jawaban variable
menggunakan rumus Sturgers untuk menetukan
jawaban responden. Apabila responden menjawab
dengan benar diberi nilai 1, sedangkan responden yang
menjawab dengan salah diberi nilai 0, yaitu:
=8
Keterangan: 8
I ​: interval kelas
R ​: Jarak kelas (Skor Maksimal – Skor Minimal)
K ​: jumlah kelas
3.6.1 ​Variable
1. Variable pengetahuan
Variable pengetahuan dalam penelitian ini
mengunakan skala guttman dengan rumus strugers
oleh sudjana (2009) dalam manentukan kriteria
Sedangkan untuk mengetahui persentasi jawaban
responden melalui kriteria responden menggunakan
rumus determinan oleh setiadi (2007).
Keterangan ​: ​
P ​: persentase
F ​: jumlah jawaban benar
N ​: jumlah soal

Tabel 3.1 ​
Interval Jawaban Kategori Pengetahuan
No Kriteria Skore jawaban Persentase (%)
1 Baik 17-24 71-100
2 Cukup 9-16 37-66
3 Kurang 0-8 0-33

3.7 ​Pengelolaan Data


3.7.1 ​Editing
Editing adalah pemeriksaan hasil instrumen
penelitian dari responden yang dilakukan oleh
peneliti.Pemeriksaan tersebut meliputi kelengkapan
jawaban, keterbatasan tulisan, relavansi jawaban. Jika
terdapat beberapa kuisioner yang masih belum diisi,
atau pengisian yang tidak sesuai dengan petunjuk dan
tidak relevan jawaban dengan pertanyaan, sebaiknya
diperbaiki dengan mengisi kembali kuisioner yang
masih kosong pada responden semula (Setiadi, 2007).
Proses editing pada hasil penelitian dilakukan pada
lembar observasi Batuk Efektif dengan melakukan
penulisan ulang hasil observasi rawat jika dirasa oleh
peneliti memiliki rentang nilai tidak sesuai.
3.7.2 ​Coding
Coding adalah pemberian tanda atau kode
berbentuk angka pada masing-masing jawaban dari
responden ke dalam kategori tertentu (Setiadi, 2007).
3.7.3 Processing/entry
Proses dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel secara manual atau
melalui pengelolaan komputer (Setiadi, 2007). Hasil penelitian dalam penelitian
ini dimasukkan dalam program SPSS. Data yan diolah dalam program SPSS
antara lain karakteristik responden dan hasil observasi pre-test dan post-test.
3.7.4 ​ leaning
C
Cleaning merupakan tehnik pembersihan data
untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidaklengkapan,dan sebagainya sehingga perlu atau
koreksi (Notoatmodjo, 2010). Proses cleaning
dilakukan selama melakukan pengelompokkan data
karakteristik responden dan variabel proses
penyembuhan penyakit TB Paru menggunakan
relaksasi napas dalam, apabila terjadi kesalahan
pengelompokkan dan ketidaklengkapan data maka
akan dilakukan proses pembersihan data.

23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Setelah dilakukannya penelitian dengan judul
“Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang
Tehnik Relaksasi Napas Dalam di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan” pada tahun
2021 dan hasilnya disajikan pada tabel berikut:
4.1.1 ​Data Umum
Tabel 4.1 ​Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan
Tahun 2021.

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


1 Laki-laki 20 62,5 %
2 Perempuan 12 37,5 %
Total 32 100%

​ erdasarakan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa
B
mayoritas jenis kelamin responden adalah laki-laki
yaitu sebanyak 20 responden (62,5 %) dan minoritas
jenis kelamin responden adalah perempuan yaitu
sebayak 12 responden (37,5 %).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun
2021.

No Umur Frekuensi Persentase (%)


1 20-25 tahun 6 18,75 %
2 30-38 tahun 4 12,5 %
3 40-49 tahun 9 28,2 %
4 50-58 tahun 6 18,75 %
5 60-65 tahun 7 21,8 %
Total 32 100 %

​Berdasarakan tabel 4.2 diatas dapat dilihat


bahwa mayoritas umur responden adalah berumur 40-
49 tahun yaitu sebanyak 9 responden (28,2 %) dan
minoritas umur responden adalah berumur 30-38
tahun yaitu sebayak 4 responden ( 12,5%).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pendidikan di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan
Tahun 2021.

No Pendidkan Frekuensi Persentase (%)


1 SD 1 3 ,1%
2 SMP 7 21,8 %
3 SMA 21 65,7 %
4 Sarjana 3 9,4 %
Total 32 100%

​ erdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa
B
mayoritas pendidikan responden adalah SMA yaitu
sebanyak 21 responden (65,7%) dan minoritas
pendidikan responden adalah SD yaitu sebayak 1
responden ( 3,1%).
Tabel 4.4 ​Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan
Tahun 2021.

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


1 Karyawan swasta 15 46,9 %
2 IRT 10 31,2 %
3 Buruh 4 12,5 %
4 PNS 3 9,4 %
Jumlah 30 100%

​ erdasarkan tabel 4.4. diatas dapat dilihat bahwa
B
mayoritas pekerjaan responden adalah yaitu Karyawan
swasta sebanyak 15 responden (46,9 %) dan minoritas
pekerjaan responden adalah PNS yaitu sebayak 3
responden (9,4 %).

Table 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi


Tentang Tehnik Relaksasi Napas Dalam di Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


1 Petugas kesehatan 20 62,5%
2 Media cetak 3 9,4%
3 Media elektronik 3 9,4 %
4 Anggota keluatga 5 15,6 %
5 Tetangga 1 3,1 %
Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa


mayoritas Sumber Informasi Tentang TB Paru
responden adalah yaitu petugas kesehatan sebanyak 20
responden (62,5%) dan minoritas Riwayat TB Paru
responden adalah tetangga yaitu sebayak 1 responden
(3,1%).
4.1.2 Data Khusus
Tabel 4.6 ​Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pengetahuan Tentang Tehnik
Relaksasi Napas Dalam di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan
Tahun 2021.

NoPengetahuan Frekuensi Persentase (%)


1 Baik 16 50 %
2 Cukup 9 28,2%
3 Kurang 7 21,8 %
Jumlah 32 100 %

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa


mayoritas pengetahuan responden tentang
pengetahuan pasien TB Paru tentang Tehnik Relaksasi
Napas Dalam adalah Baik yaitu sebanyak 16
responden (50%) dan minoritas pengetahuan
responden tentang Tehnik Relaksasi Napas Dalam
adalah Cukup sebanyak 9 responden (28,2 % ) dan
minoritas pengetahuan responden tentang Tehnik
Tehnik Relaksasi Napas Dalam adalah Kurang
sebanyak 7 responden (21,8 %).
4.2 Pembahasan
Setelah penulis melakukan penelitian dengan mengumpulkan data melalui uji
test dan melakukan teknik analisa data yang dilakukan oleh kepada responden di
Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan sebagai berikut:
4.2.1 Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di
Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
Medan Tahun 2021.
Menurut Wade dan Tavris (2007), istilah jenis
kelamin dengan gender memiliki arti yang berbeda,
yaitu “jenis kelamin” adalah atribut-atribut fisiologis
dan anatomis yang membedakan antara laki-laki dan
perempuan, sedangkan “gender” dipakai untuk
menunjukan perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan
perempuan yang di pelajari.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 32 responden bahwa hasil penelitian
menunjukkan responden tentang Jenis Kelamin
Responden di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja
Indonesia Medan adalah mayoritas laki-laki yaitu
sebanyak 20 responden (62,5 %) dan minoritas
responden adalah perempuan yaitu sebanyak 12
responden (37,5 %).
Menurut Margareth (2015) banyaknya jumlah
kejadian TB paru yang terjadi pada laki-laki
disebabkan karena laki laki memiliki mobilitas yang
tinggi dari pada perempuan, sehinga kemungkinan
untuk terpapar lebih besar, selain itu kebiasaan seperti
merokok dan peminum alcohol yang sering disebut
sebagai agen dari penyakit TB paru. Laki-laki lebih
berat beban kerjanya, kurang istirahat, gaya hidup
yang tidak sehat.

4.2.2 ​ erdasarkan Umur Responden di Rumah


B
Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan
Tahun 2021.
Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan
seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang dari
segi kronologik, individu normal yang
memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan
fisiologik sama, Usia adalah lama waktu hidup atau
ada (sejak dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 32 responden bahwa hasil penelitian
menunjukkan responden tentang Umur responden di
Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan
adalah berumur 40-49 tahun yaitu sebanyak 9
responden (28,2 %) dan minoritas umur responden
adalah berumur 30-38 tahun yaitu sebayak 4
responden ( 12,5%).
4.2.3 ​Berdasarkan Pendidikan Responden di
Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja
Indonesia Medan Tahun 2021.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
pasal 1 tentang pendidikan adalah usaha dasar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembeajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 32 responden bahwa hasil penelitian
menunjukkan responden tentang pendidikan
responden di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja
Indonesia Medan adalah mayoritas SMA yaitu
sebanyak 21 responden (65,7 % ) dan minoritas
responden adalah SD yaitu sebanyak 1 responden
(3,1%).
4.2.4 ​Berdasarkan Pekerjaan Responden di
Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
Medan Tahun 2021.
Wiltshire (2016) mendefinisikan kerja/pekerjaan
sebagai konsep yang dinamis dengan berbagai sinonim
dan definisi. (1) Pekerjaan mengacu pada pentingnya
suatu aktifitas, waktu, dan tenaga yang dihabiskan,
serta imbalan yang diperoleh. (2) Pekerjaan
merupakan satu rangkaian keterampilan dan
kompetensi tertentu yang harus selalu ditingkatkan
dari waktu ke waktu. (3) Pekerjaan adalah sebuah cara
untuk mempertahankan kedudukan daripada sekedar
mencari nafkah. (4) Pekerjaan adalah "kegiatan sosial”
di mana individu atau kelompok menempatkan upaya
selama waktu dan ruang tertentu, kadang-kadang
dengan mengharapkan penghargaan moneter (atau
dalam bentuk lain), atau tanpa mengharapkan imbalan,
tetapi dengan rasa kewajiban kepada orang lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 32 responden bahwa hasil penelitian
menunjukkan responden tentang Pekerjaan responden
di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
Medan adalah mayoritas Karyawan Swasta yaitu
sebanyak 15 responden (47 %) dan minoritas
responden adalah PNS yaitu sebanyak 3 responden
(9,4 %).
Menurut penelitian suryo (2010) jenis pekerjaan
menentukan faktor resiko yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja dilingkungan yang
berdebu, paparan partikel debu di daerah terpapar akan
mempengaruhi terjadinya gangguan pernafasan.
4.2.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Sumber Informasi Tentang Tehnik Relaksasi
Napas Dalam di Rumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Medan Tahun 2021.
Menurut McLeod dalam yakup (2012) Informasi
adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih
berguna bagi penerimanya. Berdasarkan pendapat para
ahli yang dikemukakan diatas dapat ditarik esimpulan
bahwa informasi adalah data yang sudah diolah
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna,
yang bermafaat dalam pengambilan keputusan saat ini
atau mendukung sumber informasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 32 responden bahwa hasil penelitian
menunjukkan responden tentang Sumber Informasi
Pasien Tentang TB Paru responden di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan adalah
mayoritas Petugas Kesehatan sebanyak 20 responden
(62,5%) dan minoritas responden adalah Tetangga
yaitu sebayak 1 responden (3,1%).
4.2.6 ​Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang
Tehnik Relaksasi Napas Dalam di Rumah Sakit
Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan
Tahun 2021.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui ​
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Notoatmodjo, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 32 responden bahwa hasil penelitian
menunjukkan pengetahuan responden tentang Tahnik
Relaksasi Napas Dalam di Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan adalah mayoritas
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 13 responden
(40,7%) dan minoritas pengetahuan responden adalah
Cukup sebanyak 9 responden (28,2 % ). Dan minoritas
pengetahuan responden adalah Kurang sebanyak 7
responden (28,1 %). Menurut asumsi peneliti tingkat
pengetahuan pasien baik disebabkan oleh tingkat
pendidikan masyarakat pada taraf SMA, apabila
semakin tinggi pendidikan responden ini akan
mempengaruhi pengetahuan responden (Notoadmojo
2010).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa
responden yang berpengetahuan baik mendapat
informasi tehnik relaksasi napas dalam pada pasien
TB Paru dari tenaga kesehatan dan media yang benar,
sedangkan responden yang memiliki pengetahuan
kurang harus mencari informasi tentang tehnik
relaksasi napas dalam pada pasien TB Paru.
Maka diharapkan bagi responden yang
berpengetahuan kurang agar lebih aktif mencari
Gambaran Kriteria
informasi tentang tehnik relaksasi napas dalam,
pengetahuan
Informasi yang diperoleh baik Pengetahuan
dari : formal
pendidikan
- Baik
pasiennon
maupun TB paru
formal dapat memberikan
- Cukup pengaruh
tentang teknik - Kurang
jangka pendek (immediate impact) sehingga
relaksasi nafas
menghasilkan perubahan atau peningkatan
dalam
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai
bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
dan majalah mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pula pesan-pesan berisi
sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
Dalam melakukan penelitian terdapat masalah
kelemahan yaitu pengambilan sampel yang tidak
homogen seperti, pendidikan yang tidak sederajat, usia
yang bervariasi, jenis kelamin yang berbeda, pekerjaan
yang berbeda dan pertanyaan yang bervariasi setiap
sub, sehingga data pengetahuan yang diperoleh juga
bervariasi pada setiap responden. Dari uraian di atas
dapat diketahui bahwa responden yang
berpengetahuan baik mendapat informasi tentang
tehnik relaksasi napas dalam pada pasien TB Paru dari
tenaga kesehatan dan media yang benar, sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan kurang harus
mencari informasi tentang tehnik relaksasi napas
dalam pada pasien TB Paru.

23
BAB V
PENUTUP
5.1 ​ esimpulan
K
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian
mengenai Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien TB Paru
Tentang Tehnik Relaksasi Napas Dalam di Rumah
Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Jenis kelamin pasien sebagian besar adalah laki-
laki, dengan pekerjaan sebagian besar karyawan
swasta. Hal ini sesuai dengan penelitian kepustakaan
dimana laki laki beresiko lebih besar untuk terkena
penyakit TB Paru dibandingkan dengan perempuan.
Dimana laki-laki lebih banyak yang merokok dan
minum alcohol dibanding dengan perempuan,
merokok dan alcohol dapat menurunkan imunitas
tubuh sehingga lebih mudah terkena penyakit TB Paru
berdasarkan mayoritas jenis kelamin adalah laki-laki
yaitu sebanyak 20 responden (62,5 %) dan minoritas
responden adalah perempuan yaitu sebanyak 12
responden (37,5 %).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui ​
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga, berdasarkan Pengetahuan responden
mayoritas Baik yaitu sebanyak 16 responden (50%)
dan minoritas pengetahuan responden Cukup yaitu
sebanyak 9 responden (28,2 %) dan minoritas
pengetahuan responden Kurang yaitu sebanyak 7
responden (21,8 %) di Rumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Medan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
​Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat diaplikasi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien TB paru untuk mendapatkan terapi
Tehnik Relaksasi Napas Dalam.
5.2.2 ​Bagi Pendidikan Keperawatan
​Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terutama tentang Tehnik Relaksasi Napas Dalam sebagai terapi bagi pasien TB
Paru.
5.2.3 Bagi Penelitian Keperawatan
​Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan dasar
bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam menentukan standar intervensi
Tehnik Relaksasi Napas Dalam pada pasien TB Paru.
5.2.4 ​Bagi Masyarakat dan Responden
​Hasil peneilitian ini dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat khususnya responden yaitu
menjadi masukan bahwa terapi Tehnik Relaksasi
Napas Dalam dapat dijadikan alternatif pengobatan
terbaru dalam menangani masalah TB Paru.


23
DAFTAR PUSTAKA

Asep dkk. (2015). Penerapan Teknik Napas Dalam


Pada Pasien Diagnosis Keperawatan Ansietas
Dengan Diabetes Mellitus Serta Tubercolosis
Paru Di Ruangan Umum RSMM Bogor. Jurnal
Keperawatan Jiwa. Volume 3, No.2, November
2015

Brunner & Sudart. (2013). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta EGC

Dinkes Jateng. (2016). Profil Kesehatan Provinsi


Jawa Tengah 2016. Semarang: Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah

Lusianah, indaryani, & Suratum. (2012). Prosedur


Keperawatan (P.287). Jakarta: Trans Info Media

Notoatmadjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan.


Jakarta Rineka Cipta

Notoatmadjo. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta

Padila. (2013). Asuhan keperawatan penyakit dalam.


Yogyakarta: Nuha Medika

Retno Ardanari. (2020). Tuberkulosis.Yogyakarta: CV


Budi Utama

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset


Keperawatan. Cetakan Pertama. Graha Ilmu:
Yogyakarta
Sri Andayani. (2020). Jurnal Ilmiah Prediksi Kejadian
Penyakit Tuberkulosis Paru Berdasarkan Jenis
Kelamin. Jurnal Keperawatan Muhammadiyan,
Volume 08, Nomor 02, Oktober 2020

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan


Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta

World Health Organization. Global Tuberculosis


Report 2015, 20 Edition. Geneva (Swiss): World
th

Health Organization; 2015

Yenni Debora. (2020). Karakteristik Penderita


Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan
Kota Medan 2017-2018. Skripsi kesehatan
masyarakat

LEMBAR PERSETUJUAN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i Responden
di Tempat
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama ​ ​:
Umur ​ ​:
Jenis Kel ​ ​: ​
Alamat ​ ​:
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden
peneliti dari:
Nama ​ ​: Dahlina Rosinta Ritonga
NIM ​ ​: 1814401012
Fakultas ​ ​: Ilmu Keperawatan
Alamat ​ ​: Jl. Bilal No.24 Pulo Brayan
Kecamatan Medan Timur
Dengan judul penelitian “Gambaran Pengetahuan
Pasien TB Paru Tentang Teknik Relaksasi Napas
Dalam Di Rumah Sakit Umum Imelda Medan”.
Prosedur penelitian ini tidak akan menimbulkan resiko
dan ketidaknyamanan pada responden.
​Dengan ini saya menyatakan kesanggupan untuk
dilakukan penelitian dengan sebenar-benarnya.

​ ​ ​ ​ ​
Medan, Juli
2021
​ ​
​ ​ ​ ​
​ ​ ​ ​ ​ (
)
LEMBAR KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TB PARU TENTANG TEHNIK
RELAKSASI NAPAS DALAM DI RSU IMELDA
PEKERJA INDONESIA
TAHUN 2021

I. Petunjuk Pengisian :
1. Isilah data ini dengan lengkap
2. Responden diharapkan bersedia menjawab setiap pertanyaan yang telah
tersedia dengan memberikan tanda ceklis ( √ ) pada kotak yang telah di
sediakan.
3. Semua pertanyaan di isi dengan satu jawaban
4. Semua pertanyaan harus di jawab.
5. Bila kurang mengerti dapat di tanyakan pada peneliti.
II. Data Umum Responden
➢ Identitas Responden
1. Nama ​:
2. Tempat dan tanggal lahir ​:
3. Jenis Kelamin ​:
4. Usia ​:
5. Alamat ​:
:​
6. Pendidikan

​ Tamat SD ​ ​ ​Tamat
SMA ​ ​
Tamat SMP ​ ​ ​Sarjana

7. Pekerjaan
​ Petani ​ ​PNS ​
​ Buruh ​ ​Karyawan Swasta ​
​ IRT ​ ​ ​Lain – lain, ………..
8. Dari mana klien mengetahui tentang Tehnik Relaksasi Napas Dalam ?
(boleh dipilih lebih dari satu)
Petugas kesehatan
Media cetak
Media elektronik

Anggota keluarga

Tetangga

Lain – lain, sebutkan …..

No. Pertanyaan Benar Salah


1 Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh infeksi menular
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
2 Tehnik relaksasi napas dalam merupakan aktivitas
perawat untuk membersihkan sputum pada jalan
napas yang berfungsi meningkatkan mobilisasi
sekresi.
3 Manfaat teknik relaksasi untuk melonggarkan dan
melegakan saluran pernapasan, maupun mengatasi
sesak napas akibat adanya lendir yang menumpuk
pada saluran pernapasan.
4 Tujuan dari teknik nafas dalam pada pasien TB
paru untuk mengurangi tingkat stres baik itu stres
fisik maupun emosional.
5 Efek dari tehnik relaksasi napas dalam adalah
- Penurunan nadi, tekanan darah, dan pernafasan
6 Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan pada
abdomen dengan frekuensi lambat serta perlahan,
berirama, dan nyaman dengan cara memejamkan
mata saat menarik nafas dalam.
7 Pemberian tehnik relaksasi napas dalam pada
pasien TB paru akan menurunkan ketegangan
sehingga mencapai keadaan rileks.
8 Latihan tarik nafas dalam merupakan salah satu
teknik relaksasi yang bertujuan untuk memberikan
efek relaksasi pada pasien TB paru.
9 Menarik napas dalam dari hidung dan mengisi
paru-paru dengan udara melalui hitungan 1, 2, 3
10 Tehnik relaksasi napas dalam untuk meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenisasi
darah
11 Penderita tuberkulosis paru harus meminum obat
dengan tepat dosisnya
12 Jika minum obat tidak tepat waktu pengobatan
dapat dilanjutkan langsung tanpa mengulang dari
awal
13 Agar orang lain tidak tertular penyakit tuberkulosis
paru, penderita tuberkulosis paru sebaiknya
berbicara tidak terlalu dekat
14 Penyakit tuberkulosis paru dapat disembuhkan
dengan pengobatan yang tepat
15 Setelah rasa sakit hilang diperbolehkan berhenti
minum obat tuberkulosis
16 Meludah disembarangan tempat tidak ada
hubungannya dengan tuberkulosis
17 Pengambilan obat tuberkulosis paru harus tepat
waktu
18 Tehnik relaksasi napas dalam dipercayai mampu
merangsang tubuh untuk melepaskan opoid
endogen yaitu endorphin dan enkefalin
19 Efek relaksasi nafas dalam membuat pasien merasa
rileks dan tenang
20 Badan lemah, berat badan menurun dan nafsu
makan menurun merupakan gelaja dari
tuberkulosis paru
21 Latihan napas dalam dapat dilakukan dimanapun
dan kapanpun
22 Untuk mengetahui seseorang menderita TB paru
pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan
dahak
23 Lingkungan perumahan padat dan kumuh akan
memudahkan penularan TB.
24 Obat untuk TB paru harus diminum teratur
sekurang-kurangnya selama 6 bulan
BUKTI REVISI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama ​ ​: Dahlina Rosinta Ritonga
Nim ​ ​: 1814401012
Prodi ​ ​: D-III Keperawatan Tingkat III
Benar telah melakukan revisi Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan Pasien Tb Paru Tentang Tehnik Relaksasi Napas Dalam Di
RSU Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2021”.

Kepada Tim Penguji I Rostinah Manurung , S.Kep.,


Ns., M.Kes
Demikian surat saya ini saya perbuat, untuk di
pergunakan seperlunya.

DiketahuiOleh :
Penguji I

(Rostinah Manurung,
S.Kep., Ns., M.Kes)
BUKTI REVISI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama ​ ​: Dahlina Rosinta Ritonga
Nim ​ ​: 1814401012
Prodi ​ ​: D-III Keperawatan Tingkat III

Benar telah melakukan revisi Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan Pasien Tb Paru Tentang Tehnik Relaksasi Napas Dalam Di
RSU Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2021”.

Kepada Tim Penguji II Sarmaida Siregar S.Kep.,


M.KM
Demikian surat saya ini saya perbuat, untuk di
pergunakan seperlunya.

DiketahuiOleh :
Penguji II

(Sarmaida Siregar S.Kep.,


M.KM)

BUKTI REVISI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama ​ ​: Dahlina Rosinta Ritonga
Nim ​ ​: 1814401012
Prodi ​ ​: D-III Keperawatan Tingkat III
Benar telah melakukan revisi Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul “Gambaran
Pengetahuan Pasien Tb Paru Tentang Tehnik Relaksasi Napas Dalam Di
RSU Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2021”.

Kepada Tim Penguji III Ali Sabela Hasibuan S.Kep.,


Ns., M.Kep
Demikian surat saya ini saya perbuat, untuk di
pergunakan seperlunya.

DiketahuiOleh :
Penguji III

​ ​ ​ ​ ​ (Ali Sabela Hasibuan


S.Kep., Ns., M.Kep)

47

Anda mungkin juga menyukai