Anda di halaman 1dari 107

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.

A
DENGAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RUMBAI PESISIR PEKANBARU

KARYA TULIS ILMIAH STUDI KASUS

T HIDAYU MARIZAL
NIM. P031714401076

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
RIAU
2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. A
DENGAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RUMBAI PESISIR PEKANBARU

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan DIII Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pekanbaru

T HIDAYU MARIZAL
NIM. P031714401076

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
RIAU
2020

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : T Hidayu Marizal


TTL : Pulau Muda, 3 Desember 1998
Agama : Islam
Alamat : Desa Labuhan Bilik, Kec. Teluk Meranti

Nama Ayah : T Amirudin


Nama Ibu : T Markuza

Riwayat Pendidikan
Tahun
No Pendidikan Tempat
Kelulusan
1 SDN 009 Labuhan Bilik Desa Labuhan Bilik, Kec.
2011
Teluk Meranti
2 SMP Muhammadiyah Tanjung Tanjung Pinang,
2014
Pinang Kepulauan Riau
3 SMAN 1 Pangkalan Kerinci Pangkalan Kerinci Kota,
2017
Pelalawan.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : T Hidayu Marizal

NIM : P031714401076

Program Studi : D III Keperawatan

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

Menyatakan dengan sebenarnya Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
merupakan benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya
sendiri yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pekanbaru,21 April 2020

Yang Membuat Pernyataan,

T Hidayu Marizal
NIM. P031714401076

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Idayanti, S.Pd, M.Kes. Hj. Rusherina, S.Pd, M.Kep, M.Kes.


NIP. 196910221994032002 NIP. 196504241988032002

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh T Hidayu Marizal (P031714401076) telah diperiksa

dan disetujui untuk diujikan.

Pekanbaru, 21 April 2020

Pembimbing I

Idayanti, S.Pd, M.Kes


NIP. 196910221994032002

Pembimbing II

Hj. Rusherina, S.Pd, M.Kep, M.Kes


NIP. 196504241988032002

v
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah T Hidayu Marizal (P031714401076) dipertahankan di

depan dewan penguji pada tanggal 2 Mei 2020

Mengetahui,

Penguji Ketua

Idayanti, S.Pd, M.Kes


NIP. 196910221994032002

Penguji I Penguji II

Ns. Wiwiek Delvira, S. Kep, M.Kep. Hj. Husnan, SKp., MKM.


NIP. 197410081997032001 NIP. 196505101985031008

Direktur Ketua Jurusan Keperawatan

H. Husnan, SKp., MKM. Hj. Rusherina, S.Pd, M.Kep, M.Kes


NIP. 196505101985031008 NIP. 196504241988032002

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat Nya

penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Keluarga Tn. A dengan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas

Rumbai Pesisir Pekanbaru”

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

Tugas Akhir dan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Ujian Akhir

Program di Program Studi Diploma III Keperawatan Jurusan Keperawatan

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau.

Atas terselesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak H. Husnan, SKP., MKM. selaku direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Riau dan sebagai penguji 2 pada ujian hasil karya tulis ilmiah yang

telah banyak memberikan kritik dan saran guna menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

2. Ibu Hj. Rusherina, S.Pd, M.Kep, M.Kes. selaku ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau dan sebagai dosen pembimbing 2 yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

selama penulisan karya tulis ilmiah ini.

3. Ibu Dince Safrina, SST selaku Kepala PKM Rumbai Pesisir kota Pekanbaru

yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di wilayah Rumbai

Pesisir.

vii
4. Ibu Idayanti, S.Pd, M.Kes. selaku ketua Program Studi DIII Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau dan sebagai dosen pembimbing 1 yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Ns. Wiwiek Delvira, S. Kep, M.Kep. selaku penguji 1 pada ujian hasil

karya tulis ilmiah yang telah banyak memberikan kritik dan saran guna

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Ayahanda T Amirudin dan Ibunda T Markuza selaku orang tua yang telah

memberikan motivasi dan bantuannya selama penyelesaian karya tulis ilmiah

ini.

7. Semua teman-teman seperjuangan dan adik-adik dari berbagai jurusan

maupun teman terdekat kami yang telah memberikan dukungan dan semangat

serta bantuan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, 21 April 2020

Penulis

viii
ABSTRAK

Asuhan Keperawatan pada Keluarga Tn. A dengan Gastritis di Wilayah Kerja


Puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru
T Hidayu Marizal (2020)
Program Studi DIII Keperawatan
Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau
Pembimbing (1) Idayanti, S.Pd, M.Kes., (2) Hj. Rusherina, S.Pd, M.Kep, M.Kes.
Kata kunci : Asuhan keperawatan keluarga, puskesmas, gastritis, lapar, nyeri akut.

Gastritis merupakan suatu masalah pada saluran pencernaan dapat bersifat akut
yang datang mendadak dalam beberapa jam atau beberapa hari dan dapat juga
bersifat kronis sampai berbulan – bulan atau bertahun – tahun. Tujuan penulisan
karya tulis ilmiah ini untuk menggambarkan asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga Tn. A dengan gastritis di wilayah kerja Puskemas Rumbai Pesisir
Pekanbaru. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dalam
bentuk studi kasus. Hasil pengkajian didapatkan salah satu anggota keluarga Tn.
A yang menderita gastritis akut yaitu Tn. Ag dengan keluhan rasa nyeri dan
pusing sejak tiga hari yang lalu dengan skala nyeri saat pengkajian adalah tiga.
Gastritis muncul dikarenakan Tn. Ag menahan rasa lapar dan meneruskan kerja
tanpa memperdulikan waktu makan. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah
nyeri akut pada Tn. Ag keluarga Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
Intervensi disusun berdasarkan prioritas dengan nyeri akut pada Tn Ag sebagai
masalah utama dan penyusunan intervensi disesuaikan dengan teoritis. Hasil
evaluasi dari implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn.Ag setelah
perawatan selama dua hari dengan satu kali kunjungan sehari masalah nyeri akut
dapat teratasi. Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat mengedukasi tentang
manifestasi klinis lain terkait kondisi klien agar tidak memicu terjadinya stress.

ix
ABSTRACT

Nursing Care Of The Familyl With Gastritis in Public Health Center of Rumbai
Pesisir of Pekanbaru
T Hidayu Marizal (2020)
DIII Study Program of Nursing
Department of Nursing
Health Polytechnic of Ministry of Health of Riau
Counselor (1) Idayanti, S.Pd, M.Kes., (2) Hj. Rusherina, S.Pd, M.Kep, M.Kes.
Keywords: Family nursing care, health center, gastritis, hunger, acute pain.

Gastritis is a problem in the digestive tract which can be acute which comes
suddenly in a few hours or several days and can also be chronic for months or
years. The purpose of writing this scientific paper is to describe family nursing
care for the family of Mr. A with gastritis in the working area of Pekanbaru
Tassel Coastal Health Center. The research method used is descriptive method in
the form of case studies. The assessment results obtained by one family member
Mr. A who suffers from acute gastritis namely Mr. Ag with complaints of pain and
dizziness since three days ago with a pain scale when assessment is three.
Gastritis arises due to Mr. Ag hold back hunger and continue working without
regard to mealtime. Nursing diagnosis that appears is acute pain in Mr. Mr. A's
family relationship is related to the inability of the family to care for family
members who experience health problems. Interventions were arranged
according to priority with acute pain in Mr. Ag as the main problem and the
intervention was adjusted according to theoretical. The results of the evaluation
of the implementation of nursing conducted at Mr. Ag after treatment for two days
with one visit a day the problem of acute pain can be resolved. For the next writer
is expected to educate about other clinical manifestations relate to the client’s
condition so as not to trigger stress.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................ iv
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. v
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR SKEMA ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Keluarga ................................... 5
2.1.1 Pengertian Keluarga........................................................................ 5

2.1.2 Tipe Keluarga ................................................................................. 6

2.1.3 Fungsi Keluarga.............................................................................. 8

2.1.4 Tahapan Dan Tugas Perkembangan Keluarga ............................... 10

2.1.5 Level Pencegahan Perawatan Keluarga ......................................... 13

2.1.6 Tugas Keluarga ............................................................................. 14

2.1.7 Tingkat Kemandirian Keluarga ..................................................... 15

2.2 Konsep Dasar Penyakit Gastritis .......................................................... 17


2.2.1 Pengertian..................................................................................... 17

xi
2.2.2 Penyebab ...................................................................................... 18

2.2.3 Klasifikasi .................................................................................... 19

2.2.4 Manifestasi Klinik ........................................................................ 20

2.2.5 Patofisiologi ................................................................................. 21

2.2.6 Pathway ........................................................................................ 22

2.2.7 Komplikasi ................................................................................... 23

2.2.8 Pemeriksaan Diagnostic ................................................................ 23

2.2.9 Penatalaksanaan ............................................................................ 24

2.3 Asuhan Keperawatan Kelurga Dengan Gastritis ................................... 29


2.3.1 Pengkajian .................................................................................... 29

2.3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................. 34

2.3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................ 38

2.3.4 Implementasi keperawatan ............................................................ 48

2.3.5 Evaluasi keperawatan ................................................................... 49

BAB 3 TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian ........................................................................................... 50
3.1.1 Data Umum .................................................................................. 50

3.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga ................................ 52

3.1.3 Pengkajian Lingkungan ................................................................ 53

3.1.4 Struktur Keluarga ......................................................................... 55

3.1.5 Fungsi Keluarga............................................................................ 56

3.1.6 Stress dan Koping Keluarga .......................................................... 58

3.1.7 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 59

3.1.8 Harapan Keluarga ......................................................................... 60

3.2 Analisa Data ........................................................................................ 61


3.3 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 62
3.4 Prioritas Masalah ................................................................................. 63

xii
3.5 Intervensi Keperawatan........................................................................ 67
3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ............................................. 72
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ........................................................................................... 77
4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 79
4.3 Intervensi Keperawatan........................................................................ 80
4.4 Implementasi Keperawatan .................................................................. 81
4.5 Evaluasi Keperawatan .......................................................................... 82
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 84
5.2 Saran ................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak


Dianjurkan pada Diet 2 ......................................................................25

Tabel 2.2 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak


Dianjurkan pada Diet 3 .......................................................................26

Tabel 2.3 Komposisi Anggota Keluarga .............................................................28

Tabel 2.4 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga ...............................35

Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Keluarga dengan Gastritis .............................37

Tabel 3.1 Komposisi Keluarga ...........................................................................49

Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik ..............................................................................58

Tabel 3.3 Analisa Data .......................................................................................60

Tabel 3.4 Skoring Diagnosa 1 ............................................................................62

Tabel 3.5 Skoring Diagnosa 2 ............................................................................63

Tabel 3.6 Skoring Diagnosa 3 ............................................................................63

Tabel 3.7 Skoring Diagnosa 4 ............................................................................64

Tabel 3.8 Skoring Diagnosa 5 ............................................................................65

Tabel 3.8 Intervensi Keperawatan Keluarga Tn A ..............................................66

Tabel 3.9 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga Tn A ....................70

xiv
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Pathway Gastritis .............................................................................21

Skema 3.1 Genogram Keluarga Tn. A ................................................................50

Skema 3.2 Denah Rumah Keluarga Tn A ..........................................................53

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Penentuan Judul Karya Tulis Ilmiah


Lampiran 2 Lembar Konsultasi
Lampiran 3 Leaflet Gastritis

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis merupakan suatu masalah pada saluran pencernaan yang paling sering

ditemukan yaitu Gastritis bersifat akut yang datang mendadak dalam beberapa

jam atau beberapa hari dan dapat juga bersifat kronis sampai berbulan – bulan

atau bertahun – tahun (Diyono, 2013 dalam Putriana, 2019).

Gastritis secara umum dikenal dengan istilah sakit “maag” atau ulu hati ialah

peradangan pada dinding lambung terutama pada selaput lendir lambung. Gastritis

merupakan gangguan yang paling sering ditemui di klinik karena diagnosisnya

hanya berdasarkan gejala klinis. Penyakit ini sering dijumpai timbul secara

mendadak biasanya ditandai dengan rasa mual dan muntah, nyeri, perdarahan,

rasa lemah, nafsu makan menurun dan sakit kepala (Megawati A dkk, 2014 dalam

Putriana, 2019).

Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia menempati

urutan ke empat dengan penderita gastritis terbanyak setelah Negara Amerika,

Inggris dan Bangladesh yaitu 430 juta penderita gastritis. Insiden gastritis di Asia

Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (Rahma M dkk,

2013 dalam Putriana, 2019).

Presentasi dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah

40,8%, dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi

dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Kurnia,

2011, dalam Rukmana, 2018). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun


2

2011, gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak

pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154

kasus (4,9%) (Depkes, 2012 dalam Rukmana, 2018).

Berdasarkan Pravelensi, Gastritis termasuk kedalam 10 penyakit terbesar yang

ada di Puskesmas Se- Pekanbaru, sumber hasil Dinkes Kota Pekanbaru tahun

2015. Dan Sebanyak 13,5 % penduduk Pekanbaru Mengunjungi Puskesmas

dengan keluhan penyakit Gastritis.

Gastritis sangat mengganggu aktifitas sehari-hari, sehingga dapat

mengakibatkan kualitas hidup menurun, dan kurang produktif. Apabila tidak

ditangani dengan baik akan berakibat fatal bahkan sampai tahap kematian.

Gastritis akan mengakibatkan sekresi lambung semakin meningkat dan berakibat

lambung luka-luka (ulkus) juga dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna

bagian atas (SCTA) berupa hematemesis (muntah darah), melena, perforasi dan

anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 (anemia pernisiosa) bahkan

dapat menimbulkan kanker lambung (Suratum,2010 dalam Rukmana, 2018).

Upaya pencegahan meningkatnya jumlah penderita gastritis, peran pelayanan

kesehatan sangat penting yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan

kepada semua masyarakat tentang gastritis, baik cara mencegah maupun

menanganinya. Peran keluarga dan lingkungan juga mendorong penurunan

terjadinya gastritis, yaitu dengan cara hidup sehat (Lippoit Williams &

Wikins, 2008 dalam Rukmana, 2018 ).

Hingga saat ini penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga pada klien Gastritis

masih belum optimal. Menurut Huzaifah, 2017 pada kenyataan yang terjadi di

kalangan usia muda maupun masyarakat luas, masih banyak yang tidak terlalu
3

memperhatikan kesehatan dan menjaga gaya hidup terutama dari apa yang

dikonsumsi, penggunaan obat-obatan, stres, infeksi bakteri, serta pola makan dan

minum yang kurang baik., oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul

“Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien dengan Masalah Gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru Tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam karya tulis

ilmiah studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada

Keluarga Tn A dengan Masalah Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas

Rumbai Pesisir Pekanbaru Tahun 2020”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.1.1 Tujuan Umum

a. Menggambarkan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.A dengan masalah

gastritis di wilayah kerja puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru.

1.1.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada keluarga Tn.A dengan masalah gastritis di

wilayah kerja puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga Tn.A dengan masalah

gastritis di wilayah kerja puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru

c. Menyusun intervensi keperawatan pada keluarga Tn.A dengan masalah

gastritis di wilayah kerja puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru

d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada keluarga Tn.A dengan masalah

gastritis di wilayah kerja puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru


4

e. Melaksanakan evaluasi perkembangan pada keluarga Tn.A dengan masalah

gastritis di wilayah kerja puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Teoritis

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi dalam asuhan keperawatan keluarga pada keluarga

dengan masalah gastritis di wilayah kerja puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru.

1.4.2 Praktis

a. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dalam proses dalam menerapkan tentang

asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan masalah gastritis.

b. Bagi Penulis

Sebagai sarana dalam mendapatkan pengetahuan dan pengalaman

khusunya asuhan keperawatan keluarga pada keluarga dengan masalah

gastritis.

c. Bagi Institusi

Sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar tentang asuhan

keperawatan Keluarga pada keluarga dengan masalah gastritis yang dapat

digunakan sebagai gambaran dalam praktik bagi mahasiswa keperawatan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Menurut (friedman, 1998) dalam (Achjar, 2010), keluarga merupakan

sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang

bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada

di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk

mencapai tujuan bersama.

Keluarga menurut Leininger dalam Andarmoyo(2012) keluarga adalah

sistem sosial karena terdiri dari individu-individu yang bergabung dan berinteraksi

secara teratur antara satu dengan yang lain yang diwujudkan dengan adanya saling

ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini,

keluarga mempunyai anggota yang terdiri dari ayah, ibu dan anak atau sesama

individu yang tinggal di rumah tangga tersebut.

Keluarga sebagai suatu system, dimana system keluarga merupakan bagian

dari suprasistem yang lebih besar dan disusun dari beberapa subsistem, perubahan

pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi semua anggota keluarga.

Karakteristik keluarga yang sehat, bila anggota keluarganya berinteraksi satu

dengan yang lainnya, anggota keluarga terlibat dalam peran masing-masing secara

fleksibel, anggota keluarga selalu termotivasi untuk berkomunikasi dengan

keluarga lainnya dan juga dengan masyarakat sekitar serta setiap anggota keluarga
6

menguasai salah satu tugas keluarga seperti pengambilan keputusan atau upaya

pencarian informasi (Achjar, 2010).

2.1.2 Tipe Keluarga

Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber,

dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan keluarga non tradisional seperti :

1. Menurut Maclin (1988) dalam achjar (2010), pembagian tipe keluarga

dibedakan menjadi :

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-

anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.

2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga hanya dengan satu

orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah atau ditinggalkan.

3) Pasangan inti, hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau

tidak ada anak yang tinggal dengan mereka.

4) Bujang dewasa yang tinggal sendirian.

5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,

istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.

6) Jaringan keluarga besar : terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau

anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah

geografis.

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah

(biasanya terdiri dari ibu dan anak saja).

2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
7

3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama

hidup bersama sebagai pasangan menikah.

4) Keluarga komuni adalah umah tangga yang terdiri dari lebih satu

pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan

fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sama.

2. Menurut Allender & Spradley (2001) dalam Achjar (2010), pembagian tipe

keluarga berdasarkan :

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,

istri dan anak kandung atau anak angkat.

2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan

keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,

nenek, paman dan bibi.

3) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak.

4) Single parent yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari satu orang tua

dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena

perceraian atau kematian.

5) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang

dewasa saja.

6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

yang berusia lanjut.


8

b. Keluarga non tradisional

1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah

hidup serumah.

2) Orang tua (ayah/ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah tangga.

3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama

dalam satu rumah tangga.

3. Menurut Carter & Mc Goldrick (1998) dala Achjar (2010), membagi tipe

keluarga berdasar :

a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita

dan pria yang menikah lebih dari satu keluarga inti.

b. Keluarga berkomposisi, yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami

dan hidup secara bersama-sama.

c. Keluarga kabitas, yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.

2.1.3 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga

atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Terdapat beberapa fungsi

keluarga menurut Friedman (1998); Setiawati & Dermawan (2005) dalam Achjar

(2010) yaitu:

1. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan

pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga

terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang
9

maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih

sayang.

2. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi anak,

membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku

yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam

melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin

pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual, dengan cara

memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap

anggota keluarga.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,

pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga.

Mencari sumber penghasilan guna memnuhi kebutuhan keluarga, pengaturan

penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi biologis

Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi

untuk memlihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.

6. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan

rasa aman, memberikan perhatian antara anggota keluarga, membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.


10

7. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak

untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan

perkembangannya.

2.1.4 Tahapan Dan Tugas Perkembangan Keluarga

Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas

perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis

pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan

dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya.

Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall & Miller (1985); Carter & Mc

Goldrick (1988) dalam achjar (2010), mempunyai tugas perkembangan yang

berbeda seperti :

1. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru

Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan yang

harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling

memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan

jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan

mempersiapkan diri menjadi orang tua.

2. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30

bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga muda

sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,


11

memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran

orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga

besar masing-masing.

3. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6

tahun)

Tugas perkembangan keluarga keluarga pada tahap III yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang

baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan

hubunganyang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai

kehidupan dan norma kehidupan, mulai mengenal kultur keluarga, menanamkan

keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

4. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu mensosialisasikan anak

termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan

teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,

memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar

teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.

5. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri,

memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka

antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan

dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.


12

6. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak

pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap VI yaitu memperluas siklus

keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yanf didapat melalui

perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan,

membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suaami maupun istri,

membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan

keluarga antara orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi

keluarga setelah ditinggalkan anak.

7. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu menyediakan lingkungan

yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan

penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan,

menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan dating, memperhatikan

kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.

8. Tahap VIII, keluarga dalam masa pension dan lansia

Tugas perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu mempertahankan

pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang

menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap

kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,

meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian, yang

menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua

seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.


13

2.1.5 Level Pencegahan Perawatan Keluarga

Menurut Achjar (2010), Pelayanan keperawatan keluarga, berfokus pada

tiga level prevensi yaitu :

1. Pencegahan primer (primary prevention), merupakan tahap pencegahan yang

dilakukan sebelum masalah timbul, kegiatannya berupa pencegahan spesifik

(specific protection) dan promosi kesehatan (health promotion) seperti

pemberian pendidikan kesehatan, kebersihan diri, penggunaan sanitasi

lingkungan yang bersih, olah raga, imunisasi, perubahan gaya hidup. Perawat

keluarga harus membantu keluarga untuk memikul tanggung jawab kesehatan

mereka sendiri, keluarga tetap mempunyai peran penting dalam membantu

anggota keluarga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

2. Pencegahan sekunder (secondary prevention), yaitu tahap pencegahan kedua

yang dilakukan pada awal masalah timbul maupun saat masalah berlangsung,

dengan melakukan deteksi dini (early diagnosis) dan melakukan tindakan

penyembuhan (promp treatment) seperti screening kesehatan, deteksi dini

adanya gangguan kesehatan.

3. Pencegahan tersier (tertiary prevention), merupakan pencegahan yang

dilakukan pada saat masalah kesehatan telah selesai, selain mencegah

komplikasi juga meminimalkan keterbatasan (disability limitation) dan

memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation) seperti melakukan

rujukan kesehatan melakukan konseling kesehatan bagi yang bermasalah,

memfasilitasi ketidakmampuan dan mencegah kematian. Rehabilitasi meliputi

upaya pemulihan terhadap penyakit atau luka hingga pada tingkat fungsi yang

optimal secara fisik, mental, social dan emosional.


14

2.1.6 Tugas Keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehetan. Asuhan

keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan

etiologi/penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila

ditemui data maladaptive pada keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud

dalam Achjar (2010) adalah sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana

persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan

gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami

keluarga.

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauhmana

keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaiamana masalah

dirasakan oleh keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang

dihadapi, adakah rasa takut, terhadap akibat atau adakah sikap negative dari

keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan

keputusan yang dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yan sakit.

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti

bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan perkembangan

perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta

sikap keluarga terhadap yang sakit.

4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan, seperti pentingnya

hygeiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan

keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarg,


15

kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan luar

rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.

5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,

seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas

pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan

keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah fasilitas pelayanan

kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik

yang dipersepsikan keluarga.

2.1.7 Tingkat Kemandirian Keluarga

Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan perawat

keluarga, dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian keluarga dengan

mengetahui kriteria atau cir-ciri yang menjadi ketentuan tingkatan mulai dari

tingkat kemandirian I sampai dengan tingkat kemandirian IV, menurut Dep-Kes

(2000) dalam Achjar (2010) sebagai berikut :

1. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I/KM-I)

a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat.

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana

keperawatan.

2. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/KM-II)

a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat.

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana

keperawatan.

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.

d. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.


16

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.


17

3. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/KM-III)

a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat.

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana

keperawatan.

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.

d. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.

f. Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran.

4. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/KM-IV)

a. Menerima petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat.

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana

keperawatan.

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar.

d. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.

f. Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran.

g. Melakukan tindakan promotif secara aktif.

2.2 Konsep Dasar Penyakit Gastritis

2.2.1 Pengertian

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

kronik difus atau local dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada

epigastrium, mual dan muntah (Suratun & Lusianah, 2010). Peradangan dapat

mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel

mukosa superfisial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran


18

pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi

pada lambung (Sukarmin,2012 dalam Megawati & Nosi).

Gastritis yang dikenal dengan penyakit maag ini merupakan suatu

peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor

iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat makan,

makan terlalu banyak, makan cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu

dan pedas. Agar terhindar dari penyakit tersebut, maka diperlukan pencegahan

yang tepat dengan menghindari hal-hal yang memicu terjadinya gastritis

(Huzaifah, 2017).

2.2.2 Penyebab

Menurut Suratun & Lusianah (2010), penyebab gastritis yaitu :

1. Konsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen (aspirin), steroid kortikosteroid),

digitalis. Asetaminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada

mukosa lambung, NSAIDS (non stroid anti inflamasi drugs) dan

kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga sekresi HCL

meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam sehingga

menimbulkan iritasi mukosa lambung.

2. Konsumsi alcohol. Alcohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster.

3. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif, (cuka, lada) menyebabkan

kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan.

4. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan

saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCL lambung.


19

5. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan

lain-lain.

Selain itu menurut Rendi & Margareth (2019) yang menjadi penyebab gastritis

selain yang disebutkan diatas, yaitu :

1. Refluks usus

2. Bahan kimia misalnya lisol

3. Endotoksin

4. Keracunan makanan (Enterotoksin)

5. Merokok

2.2.3 Klasifikasi

Menurut Suratun & Lusianah (2010), gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Gastrtis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung yang

menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar

pada zat iritan. Erosi tidak mengenal lapisan otot lambung.

2. Gastritis kronik, merupakan gastritis yang terkait dengan atropi mukosa

gastrik sehingga produksi HCl menurun dan menimbulkan kondisi

achlorhidria dan ulserasi peptic. Gastritis kronik dapat diklasifiksikan pada

tipe A dan tipe B.

a. Tipe A merupakan gastritis autoimun. Adanya antibody terhadap sel

parietal menimbulkan reaksi peradangan yang pada akhirnya dapat

menimbulkan atropi mukosa lambung. Pada 95% pasien dengan anemia

pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropi kronik memiliki

antibody terhadap sel parietal. Biasanya kondisi ini merupakan tendensi

terjadinya Ca lambung pada fundus atau korpus.


20

b. Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat infeksi oleh helicobacter

pylori. Terdapat inflamasi yang difuse pada lapisan mukosa sampai

muskularis, sehingga sering menyebabkan perdarahan dan erosi. Sering

mengenai antrum.

2.2.4 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul

perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak

menimbulkan gejala yang khas. Menurut Suratun & Lusianah (2010) manifestasi

gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti dibawah ini :

1. Anoreksia

2. Rasa penuh

3. Nyeri pada epigastrium

4. Mual dan muntah

5. Sendawa

6. Hematemesis

Menurut Priscilla, dkk (2016) manifestasi pasien gastritis akut dapat memiliki

gejala ringan seperti anoreksia (hilang nafsu makan), atau nyeri epigastrium

ringan yang dapat diredakan dengan sendawa atau defekasi. Manifestasi yang

lebih berat meliputi nyeri abdomen, mual dan muntah. Pardarahan lambung dapat

terjadi, disertai hematemesis atau melena (feses gelap seperti tar yang

mengandung darah).

Priscilla, dkk (2016) juga menjelaskan manifestasi pasien gastritis kronis

sering kali bersifat asimtomatik sampai atrofi secara signifikan memengaruhi

pengosongan lambung dan digesti. Pasien dapat mengeluh distress lambung yang
21

samar, rasa penuh pada epigastrium setelah makan atau gejala seperti ulkus.

Gejala gejala tersebut biasanya tidak mereda dengan antacid. Selain itu, pasien

dapat mengalami keletihan dan gejala anemia lain. Jika factor instrinsik

berkurang, parestesia dan manifestasi neurologic lain dari defisiensi vitamin B12

dapat terjadi.

2.2.5 Patofisiologi

Obat-obatan, alcohol, garam empedu, zatiritan lainnya dapat merusak

mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan penting dalam

melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung

rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa.

Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi

pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dan sel mast. Histamine akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan

cairan dariintrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler

sehingga timbul perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan

regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan

sendirinya. (Suratun & Lusianah, 2010).

Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi

akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan di isi oleh jaringan

fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel

mukosa lambung. Factor intrinsic yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan

menurun dan hilang sehingga cobalamin (B12) tidak dapat diserap di usu halus.

Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel

darah merah. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu
22

dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan.

(Suratun & Lusianah, 2010)

2.2.6 Pathway

Skema 2.1 Pathway gastritis sumber : Widiastuti (2013)


23

2.2.7 Komplikasi

1. Gastritis akut

Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah hematemesis atau

melena.

2. Gastritis kronik

Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena

gangguan absorpsi vitamin B12 (anemia pernisiosa)

(Suratun & Lusianah, 2010).

2.2.8 Pemeriksaan Diagnostic

1. Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.

2. Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya

defisiensi vitamin B12. Kadar normal menurut Priscilla, dkk (2016) adalah

200-1000 pg/ml dengan penurunan kadarnya pada lansia.

3. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.

4. Analisis gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl lambung.

Achlorhidria menunjukkan adanya gastritis atropi.

5. Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel parietal

dan factor intrinsic lambung terhadap helicobacter pylori.

6. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada

kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.

7. Sitology bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung

(Suratun & Lusianah, 2010).


24

2.2.9 Penatalaksanaan

Pada klien yang mengalami mual muntah anjurkan pasien untuk bedrest,

status NPO (nothing peroral), pemberian antiemetic dan pasang infuse untuk

mempertahankan cairan tubuh klien. Pasien biasanya sembuh spontan dalam

beberapa hari. Bila muntah berlanjut perlu dipertimbangkan pemasangan NGT

(naso gastric tube). Antasida diberikan untuk mengatasi perasaan begah (penuh)

dan tidak enak di abdomen dan menetralisir asam lambung dengan meningkatkan

pH lambung sekitar 6. Antagonis H2 (seperti rantin atau ranitidine, simetidine)

dan inhibitor pompa proton (seperti omeprazole atau lansoprazole) mampu

menurunkan sekresi asam lambung. Antibiotic diberikan bila dicurigai adanya

infeksi oleh helicobacter pylori. Kombinasi dua atau tiga antibiotic dapat

diberikan untuk mengeradikasi helicobacter pylori (seperti clarithromycin dan

amoksisilin) (Suratun & Lusianah, 2010).

Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu

dilakukan transfusi darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan

dilakukan lavage (bilas) lambung. Bila tidak dapat dikoreksi maka pembedahan

dapat menjadi alternatif. Pembedahan yang dapat dilakukan pada klien dengan

gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau pyloroplasti. Injeksi intravena

cobalamin dilakukan bila terdapat anemia pernisiosa. Focus intervensi

keperawatan adalah bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi factor penyebab

gastritis antara lain anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alcohol, kafein, the

panas atau zat iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola hidup

sehat dan meminimalkan stress (Suratun & Lusianah, 2010).


25

Menurut Almatsier (2010), diet lambung diberikan pada kepada pasien

gastritis dengan tepat sebagai berikut :

1. Diet lambung 1 diberikan pada pasien gastritis akut, ulkus peptikum, pasca

perdarahan, dan tifus abdominalis. Makanan tersebut diberikan dalam

bentuk saringan dan merupakan diet perpindahan dari diet pasca-

hematemesis-melena atau setelah fase akut teratasi. Makanan diberikan

tiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena membosankan serta kurang energy,

zat besi, tiamindan vitamin C.

2. Diet lambung 2 diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung, kepada

pasien ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus abdominalis ringan.

Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali

makanan lengkap dan 2-3 kali selingan. Makanan ini cukup energy,

protein, vitamin C, tetapi kurang tiamin.

3. Diet lambung 3 diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung II pada

pasien dengan ulkus peptikum, gastritis kronik atau typus abdomenalis

yang hampir sembuh. Makanan berbentuk lunak atau biasa tergantung

pada toleransi pasien. Makanan ini cukup energy dan zat gizi lainnya.
26

Tabel 2.1 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada diet 2

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan

Sumber Karbohidrat Beras dibubur atau ditim; Beras ketan; beras tumbuk;
kentang dipure; macaroni roti whole wheal; jagung;
direbus; roti dipanggang; ubi; singkong; talas; cake;
biscuit; krekers; mi; bihun; dodol dan berbagai kue
tepung-tepungan dibuat yang terlalu manis dan
bubur. berlemak tinggi.

Sumber Protein Hewani Daging sepi empuk; ikan; Daging; ikan; ayam yang
ayam digiling atau diawet; digoreng; daging
dicincang dan babi; telor diceplok atau
direbus,disemur, ditim, digoreng.
diceplok air dan dicampur
dalam makanan; susu.
Sumber Protein Nabati Tahu, tempe direbus ditim, Tahu, tempe digoreng;
ditumis; kacang hijau rebus, kacang tanah, kacang
dan dihaluskan merah, kacang tolo
Sayuran Sayuran yang tidak banyak Sayuran mentah, sayuran
serat dan tidak berserat tinggi dan
menimbulkan gas dimasak; menimbulkan gas seperti
bayam, bit, labu siam, labu daun singkong, kacang
kuning, wortel, tomat panjang, kol, lobak, sawi
direbus dan ditumis. dan asparagus.

Buah-buahan Papaya, pisang, jeruk Buah yang tinggi serat dan/


manis, sari buah; pirdan dapat menimbulkan gas
peach dalam kaleng. seperti jambu biji, nanas,
apel, kedondong, durian,
nangka; buah yang
dikeringkan.

Lemak Margarin dan mentega; Lemak hewan, santan


minyak untuk menumis dan kental.
santan encer.
Minuman Sirup, teh. Minuman yang
mengandung soda dan
alcohol, kopi dan es krim.

Bumbu Gula, garam, vetsin, kencur, Lombok, bawang, merica,


kunci, jahe, kunyit, terasi, cuka, dan sebagainya yang
laos, salam dan sereh. tajam.
Sumber : Almatsier (2010)
27

Tabel 2.2 Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada diet 3

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber Karbohidrat Beras ditim; kentang Beras ketan; beras tumbuk;
direbus, dipure; macaroni; roti whole wheal; jagung;
bihun direbus; roti, biscuit, ubi; singkong; talas;
krekers; tepung-tepungan kentang digoreng, dodol
dibuat pudding atau dan sebagainya.
dibubur.
Sumber Protein Hewani Daging sapi empuk, hati, Daging; ikan; ayam yang
ikan; ayam direbus, dikaleng, dikeringkan,
disemur, ditim dipanggang; diasap, diberi bumbu-
telur ayam direbus, ditim, bumbu tajam; daging babi;
didadar, diceplok air dan telor digoreng.
dicampur dalam makanan;
susu.
Sumber Protein Nabati Tahu, tempe direbus ditim, Tahu, tempe digoreng;
ditumis; kacang hijau rebus kacang tanah, kacang
merah, kacang tolo

Sayuran Sayuran yang tidak banyak Sayuran dikeringkan.


serat dan tidak
menimbulkan gas dimasak;
bayam, bit, labu siam, labu
kuning, wortel, tomat
direbus, ditumis, disetup
dan diberi santan.
Buah-buahan Papaya, pisang, sawo, jeruk Buah yang tinggi serat
manis, sari buah; buah dan/atau dapat
dalam kaleng. menimbulkan gas seperti
jambu biji, nanas, apel,
kedondong, durian, nangka
dan buah yang dikeringkan.
Lemak Margarin, minyak dan Lemak hewan, santan
santan encer. kental.

Minuman Sirup, teh. Kopi, teh kental, minuman


yang mengandung soda dan
alcohol, es krim.
Bumbu Gula, garam, vetsin, dalam Lombok, merica, cuka, dan
jumlah terbatas; kencur, bumbu lainnya yang tajam.
kunci, jahe, kunyit, terasi,
laos, salam dan sereh dan
sebagainya.
Sumber : Almatsier (2010)
28

Terapi komplementer seperti pengobatan herbal atau aromaterapi dapat

direkomendasikan untuk pasien gastritis. Rujuk pasien ke penyedia layanan

kesehatan yang terlatih dalam bidang pengobatan herbal dan alalmi atau ke ahli

aromaterapi untuk rencana pengobatan individual. Rekomendasi tersebut dapat

berupa :

1. Teh Kamomil atau minyak esensial yang digunakan dalam aromaterapi

2. Bawang putih; satu suing bawang putih yang dirajang halus dan diminum

sekali sehari saat akan tidur.

3. Jahe, berbentuk serbuk atau kapsul, atau dicampurkan ke dalam teh yang

diminum sebelum atau setelah makan.

4. Aromaterapi minyak mint (mentol) melalui suatu diffuser, saat mandi atau

diencerkan dengan minyak carrier dan digunakan selama masase terapeutik

(Priscilla, dkk., 2016).

5. Konsentrat Aloe vera (lidah buaya) dalam bentuk suplemen maupun secara

langsung (Kusniyati & Fauzi’ah, 2018).

6. Ekstrak kunyit dua kali sehari pagi dan malam setelah makan. Ekstraksi dibuat

dengan kunyit sebanyak lima rimpang yang diparut, kemudian tambahkan air

sebanyak lima puluh milliliter, lalu lakukan proses penyaringan agar dapat

segera diminum (Hikmah, 2019)

Pengobatan herbal atau terapi komplementer lainnya sebaiknya diiringi

dengan pengobatan secara farmakologi karena sejatinya terapi komplementer

dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis.


29

2.3 Asuhan Keperawatan Kelurga Dengan Gastritis

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family

Centre Nursing Friedman dalam Achjar (2010), meliputi tujuh komponen

pengkajian yaitu :

1. Data Umum

a. Identitas kepala keluarga, meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat

dan nomor telepon.

b. Komposisi anggota keluarga


Tabel 2.3 Komposisi Anggota Keluarga
Nama Umur Sex Hub dengan Pendidikan Pekerjaan keterangan
KK

c. Genogram

Genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur,

kondisi kesehatan tiap keterangan gambar.

d. Tipe keluarga

e. Suku bangsa :

1. Asal suku bangsa keluarga

2. Bahsa yang dipakai keluarga

3. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi

kesehatan

f. Agama :

1. Agama yang dianut keluarga


30

2. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

g. Status social ekonomi

1. Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga

2. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan

3. Tabungan khusus kesehatan

Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transportasi)

h. Aktivitas rekreasi keluarga

2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c. Riwayat keluarga inti :

1. Riwayat terbentuknya keluarga inti

2. Penyakit yang diderita keluarga orang tua (adanya penyakit menular

atau penyakit tidak menular di keluarga)

d. Riwayat keluarga sebelumnya (suami istri) :

1. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga

2. Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan

3. Lingkungan

a. Karakteristik rumah, meliputi ukuran rumah (luas rumah), kondisi dalam dan

luar rumah, kebersihan rumah, ventilasi rumah, saluran pembuangan air

limbah (SPAL), air bersih, pengelolaan sampah, kepemilikan rumah, kamar

mandi/wc dan denah rumah.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal :

1. Apakah ingin tinggal dengan satu suku saja


31

2. Aturan dan kesepakatan penduduk setempat

3. Budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan

c. Mobilitas geografis keluarga :

1. Apakah keluarga sering pindah rumah

2. Dampak pindah rumah terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan

stress)

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

1. Perkumpulan/organisasi social yang diikuti oleh anggota keluarga

2. Digambarkan dalam ecomap

e. System pendukung keluarga

Termasuk siapa saja yang terlibat bila keluarga mengalami masalah

4. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi keluarga :

1. Cara dan jenis komunikasi yang dilakukan keluarga

2. Cara keluarga memecahkan masalah

b. Struktur kekuatan keluarga :

1. Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah

2. Power yang digunakan keluarga

c. Struktur peran (formal dan informal) :

1. Peran seluruh anggota keluarga

d. Nilai dan norma keluarga

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif :

1. Bagaimana cara keluarga mengekspresikan perasaan kasih sayang


32

2. Perasaan saling memiliki

3. Dukungan terhadap anggota keluarga

4. Saling menghargai, kehangatan


33

b. Fungsi sosialisasi :

1. Bagaimana memperkenalkan anggota keluarga dengan dunia luar

2. Interaksi dan hubungan dalam keluarga

c. Fungsi perawatan kesehatan :

1. Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya

kalau sakit diapakan tetapi bagaimana prevensi/promotif).

2. Bila ditemui data maladaptive, langsung lakukan penjajagan tahap II

(berdasar lima tugas keluarga seperti bagaimana keluarga mengenal

masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi

lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan).

6. Stress Dan Koping Keluarga

a. Stressor jangka panjang serta kekuatan keluarga.

b. Respon keluarga terhadap stress

c. Strategi koping yang digunakan

d. Strategi adaptasi yang disfungsional :

Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara maladaptif

7. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

a. Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga

c. Aspek pemeriksaan fisik mulai vital sign, rambut, kepala, mata mulut THT,

leher, thorax, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, system genitalia.

d. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik

8. Harapan Keluarga

a. Terhadap masalah kesehatan keluarga


34

b. Terhadap petugas kesehatan keluarga

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat

dilakukan perumusan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga

dalam Achjar (2010) disusun berdasarkan jenis diagnosis seperti :

1. Diagnosis sehat/wellness

Diagnosis sehat/wellness, digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk

ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan

keluarga potensial, hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau problem (P)

dan S (symptom/sign), tanpa komponen etiologi (E).

2. Diagnosis ancaman (risiko)

Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan maslah kesehatan,

namun sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan

timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga risiko, terdiri

dari problem (P), etiologi (E) dan symptom/sign (S).

3. Diagnosis nyata/gangguan

Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/masalah

kesehatan di keluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptif.

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata/gangguan, terdiri dari problem

(P), etiologi (E) dan symptom/sign (S).

Menurut achjar (2010) perumusan problem (P) merupakan respon terhadap

gangguan pemenuhan kebutuhan dasar, sedangkan etiologi (E) mengacu pada

lima tugas keluarga yaitu :

1. Ketidakmapuan keluarga mengenal masalah, meliputi :


35

a. Persepsi terhadap keparahan penyakit

b. Pengertian

c. Tanda dan gejala

d. Faktor penyebab

e. Persepsi keluarga terhadap masalah

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi :

a. Sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah

b. Masalah dirasakan keluarga

c. Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami.

d. Sikap negatif terhadap masalah kesehatan

e. Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

f. Informasi yang salah

3. Ketidakmampuan keluarga merawat keluarga yang sakit, meliputi :

a. Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit.

b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan

c. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga

d. Sikap keluarga terhadap yang sakit

4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi :

a. Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan

b. Pentingnya hygiene sanitasi

c. Upaya pencegahan penyakit

5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas keluarga, meliputi :

a. Keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan

b. Keuntungan yang didapat


36

c. Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

d. Pengalaman keluarga yang kurang baik

e. Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga

Dalam Suratun & Lusianah (2010) pada klien yang menderita gastritis akan

muncul diagnosis keperawatan yaitu :

1. Kekurangan volume cairan berhubungan output cairan yang berlebihan

(muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.

2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.

3. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tindakan pembatasan intake nutrisi, puasa.

Menurut Rendi & Margareth (2019) diagnosis keperawatan yang muncul pada

penderita dengan gastritis yaitu :

1. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi mukosa lambung.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya

intake nutrisi tidak adekuat.

3. Hipertermia berhubungan dengan pelepasan pirogen dan endogen

4. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

penurunan cairan intravaskuler

5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakcukupan

masukan cairan dan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah

6. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,

selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama


37

keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki

keluarga. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan yang

terdapat dalam Achjar (2010) ditampilkan melalui tabel 2.4.

Tabel 2.4 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga


KRITERIA BOBOT SKOR
Sifat masalah 1 Actual = 3
Risiko = 2
Potensial = 1
Kemungkinan masalah 2 Mudah = 2
untuk dipecah Sebagian = 1
Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk 1 Tinggi = 3
dicegah Cukup = 2
Rendah = 1
Menonjolnya masalah 1 Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak diarasakan adanya
masalah = 0

Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

x bobot

3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria.

Factor-Faktor yang Dapat Memengaruhi Penentuan Prioritas

Sifat masalah : dalam menentukan sifat masalah bobot yang paling besar

diberikan kepada keadaan sakit/actual adapada keluarga atau masalah yang

mengancam kehidupan keluarga kemudian baru diberikan kepada hal-hal yang

berisiko mengancam kesehatan keluarga dan selanjutnya yang potensial

memengaruhi kehidupan keluarga.


38

Kemungkinan masalah dapat diubah : factor-faktor yang memengaruhi masalah

dapat diubah adalah :

1. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani

masalah;

2. Sumber daya keluarga : dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga;

3. Sumber daya perawat : dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.

4. Sumber daya masyarakat : dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

masyarakat dan sokongan masyarakat, seperti Posyandu, Polindes.

Potensial masalah dapat dicegah : hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat

potensi pencegahan masalah adalah :

1. Kepelikan dari masalah, hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit atau

masalah yang menunjukkan kepada prognosa dan beratnya masalah;

2. Lamanya masalah, berhubungan dengan jangka waktu terjadinya masalah.

Lamanya masalah berhubungan erat dengan beratnya masalah yang menimpa

keluarga dan potensi masalah untuk dicegah;

3. Tindakan yang sudah dan sedang dijalankan, adalah tindakan-tindakan untuk

mencegah dan memperbaiki masalah dalam rangka meningkatkan status

kesehatan keluarga;

4. Adanya kelompok “high risk” atau kelompok risiko tinggi dalam keluarga

atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah

(Andarmoyo, 2012).

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Keluarga dengan gastritis

Diagnosis Tujuan Evaluasi Rencana


39

Keperawatan Jangka Jangka Intervensi


Pendek Panjang
Kriteria Standar

Nyeri Setelah Setelah Respon Gastritis Pengajaran :


akut/kronis dilakukan pertemuan 2 verbal adalah proses
b.d tindakan x 30 menit, peradangan penyakit
ketidakmampu keperawata keluarga pada (5602)
an keluarga… n selama 3 mampu : dinding 1. Diskusik
(Etiologi hari, lambung an
sesuai 5 tugas diharapkan 1. Mengena yang dengan
l masalah keluarga
keluarga yang tingkat disebabkan
nyeri pengertia
tepat) nyeri akut/kro oleh iritasi
n
berkurang/ nis pada mukosa gastritis.
hilang gastritis lambung. 2. Anjurkan
dengan : keluarga
a. Menjelas mengung
kan apa kapkan
yang kembali
dimaksu pengertia
d dengan n
gastritis gastritis.
b. Menjelas Respon Menyebutk Pengajaran :
kan verbal an 4 dari 6 proses
tanda tanda dan penyakit
dan gejala pada (5602)
gejala gastritis : 1. Diskusik
gastritis an tanda
Anoreksia, dan
rasa penuh, gejala
nyeri pada yang
epigastriu biasanya
m, mual terjadi
dan pada
muntah, penderita
sendawa gastritis
dan
2. Anjurkan
hematemes keluarga
is. untuk
menyebu
tkan
kembali
tanda dan
gejala
gastritis
3. Berikan
pujian
atas
jawaban
yang
40

benar
c. Menjelas Respon Menyebutk Pengajaran :
kan verbal an 5 dari proses
penyeba 10 penyakit
b penyebab (5602)
gastritis gastritis 1. Diskusik
an
bersama
keluarga
penyebab
gastritis
2. Motivasi
keluarga
untuk
mengula
ng
kembali
penyebab
gastritis
2. Mengam Respon Menyebutk Pengajaran :
bil verbal an akibat proses
keputusa bila penyakit
n untuk gastritis (5602)
mengatas tidak 1. Identifik
i masalah diatasi asi akibat
nyeri gastritis.
akut/kro 2. Motivasi
nis pada keluarga
gastritis : untuk
a. Menjelas mengung
kan kapkan
akibat kembali
gastritis akibat
gastritis
bila tidak
diatasi

b. Mengam Respon Keputusan Pengajaran :


bil verbal keluarga proses
keputusa untuk penyakit
n untuk mengatasi (5602)
mencega rasa nyeri 1. Diskusik
h nyeri agar tidak an
akut/kro bertambah dengan
nis pada keluarga
berat
gastritis tentang
agar skala/ren
tidak tang
bertamba nyeri
h parah yang
41

dialami
anggota
keluarga
yang
sakit
untuk
mengam
bil
keputusa
n
selanjutn
ya.
2. Gali
pendapat
keluarga
bagaima
na cara
mengatas
i nyeri.
3. Motivasi
keluarga
untuk
memutus
kan
mengatas
i nyeri
secara
tepat.
4. Beri
reinforce
ment atas
keputusa
n yang
diambil
keluarga
3. Merawat Respon Keluarga Pengajaran :
keluarga verbal mampu proses
dengan mencegah penyakit
masalah nyeri (5602)
nyeri gastritis 1. Diskusik
akut/kro kambuh an
nis kembali dengan
a. Menjelas keluarga
dan
kan cara tentang
menangani
perawata cara
n nyeri nyeri mencega
akut/kro dengan h
nis pada teknik gastritis
gastritis relaksasi kambuh.
maupun
penggunaa Manajemen
n obat nyeri (1400)
42

modern & 1. Jelaskan


obat pada
tradisional keularga
tentang
teknik
relaksasi
dan obat
tradision
al untuk
mengatas
i nyeri
2. Motivasi
keluarga
untuk
mengung
kapkan
kembali
apa yang
telah
disampai
kan.
b. Mendem Respon Keluarga 3. Jelaskan
onstrasik verbal dan mendemon pada
an cara psikomotor strasikan keluarga
perawata kembali tentang
n nyeri cara teknik
akut/kro perawatan relaksasi
nis pada nyeri dan obat
gastritis tradision
dengan
al untuk
teknik
mengatas
relaksasi i nyeri
maupun 4. Demonst
penggunaa rasikan
n obat bersama
modern & keluarga
obat teknik
tradisional relaksasi
dan cara
membuat
ramuan
obat
tradision
al untuk
mengatas
i nyeri
5. Beri
kesempat
an pada
keluarga
untuk
mendem
43

onstrasik
an
kembal
6. Beri
pujian
atas
keberhasi
lan
keluarga
4. Memodif Respon Menciptak Manajemen
ikasi verbal an suasana lingkungan
lingkung rumah (6480)
an dalam yang 1. Diskusik
perawata tenang, an
n kembangka dengan
anggota n keluarga
eluarga tentang
komunikasi
dengan lingkung
terbuka,me
masalah an dan
nyeri nyediakan komunik
akut/kro waktu dan asi yang
nis pada menjadi efektif
gastritis pendengar untuk
yang baik mengura
bagi ngi nyeri.
anggota 2. Beri
keluarga kesempat
yang sakit. an
keluarga
untuk
bertanya
tentang
hal yang
belum
jelas.
5. Memanf Respon Menjelaska 1. Klarifika
aatkan verbal n manfaat si
fasilitas fasilitas pengetah
kesehata kesehatan uan
n bila yang dapat keluarga
masalah digunakan tentang
nyeri untuk manfaat
akut/kro fasilitas
mengatasi
nis kesehata
nyeri
a. Menyebu n
tkan 2. Diskusik
manfaat an
fasilitas dengan
kesehata keluarga
n tentang
manfaat
pelayana
44

n
kesehata
n
b. Memanf Respon Kunjungan 1. Tanyaka
aatkan psikomotor keluarga ke n
fasilitasp fasilitas perasaan
elayanan pelayanan keluarga
kesehata kesehatan setelah
n apabila mengunj
nyeri ungi
fasilitas
gastritis
kesehata
tidak
n.
kunjung
berkurang.
Resiko Setelah Setelah Respon 1. Makan Pengajaran :
perubahan dilakukan pertemuan 3 verbal secara peresepan
nutrisi kurang tindakan x 30 menit, teratur diet (5614)
dari keperawata keluarga 2. Makan 1. Gali
kebutuhan n selama 3 mampu : an pengetah
tubuh bd. hari, cukup uan
ketidakmampu diharapkan 1. Mengena menga keluarga
l masalah ndung tentang
an keluarga… nutrisi klien
resiko TKTP diet
(Etiologi membaik perubaha 3. Makan makanan
sesuai 5 tugas dan mual n nutrisi an gastritits
keluarga yang muntah kurang tidak 2. Diskusik
tepat) berkurang dari boleh an
kebutuha menga bersama
n tubuh ndung keluarga
pada gas, tentang
gastritisd asam pengertia
engan : atau n diet
a. Menjelas pedes 3. Jelaskan
kan 4. Porsi kepada
tentang makan keluarga
penting - sedikit penyebab
nya diet demi kurang
makanan sedikit nafsu
Gastritis makan
4. Jelaskan
dampak
yang
ditimbul
kan
akibat
salah diet
5. Beri
kesempat
an pada
keluarga
untuk
45

bertanya
6. Bantu
keluarga
untuk
mengula
ngi apa
yang
telah
dijelaska
n
7. Beri
pujian
atas
prilaku
yang
benar
2. Mengam Respon 1. Keluar Dukungan
bil verbal ga pengambilan
keputusa menyat keputusan
n untuk akan (5250)
mengatas keputu 1. Jelaskan
i masalah san pada
resiko dalam keluarga
perubaha mengat mengena
n nutrisi asi i
kurang kurang tindakan
dari nafsu yang
kebutuha makan harus
n tubuh dilakuka
pada n saat
gastritis : kurang
nafsu
makan
2. Bimbing
dan
motivasi
keluarga
untuk
mengam
bil
keputusa
n dalam
menanga
ni
masalah
diet
gastritis
3. Beri
pujian
atas
keputusa
n yang
46

diambil
untuk
mengatas
i masalah
makan an
pada
anggota
keluarga
yang
sakit
3. Merawat Respon 1. Keluar Konseling
keluarga verbal dan ga nutrisi (5246)
dengan psikomotor dapat 1. Jelaskan
masalah menjel pada
resiko askan keluarga
perubaha tentang cara
n nutrisi cara meningk
kurang pember atkan
dari ian diit nafsu
kebutuha tinggi makan
n tubuh energi pada
pada tinggi anggota
gastritis p keluarga
rotein.( yang
TKTP) sakit
2. Keluar dengan
ga menyajik
dapat an
mende makanan
mon yang
trasika menarik
n 2. Demonta
kembal sikan
i bersama
dengan keluarga
benar : cara
cara membuat
menyu makanan
sun yang
menu menarik
makan 3. Beri
an dan kesempat
menyaj an pada
ikan keluarga
makan untuk
an mendem
ontrasika
n
kembali
4. Beri
pujian
atas
47

keberhasi
lan
keluarga
Hipertermi b.d Setelah Setelah Respon 1. Klien Pengaturan
ketidakmampu dilakukan pertemuan verbal & maupu suhu (3900)
an keluarga tindakan …x… psikomotor n 1. Anjurkan
merawat keperawata menit, keluarg keluarga
anggota n selama … keluarga a untuk
keluarga yang hari, mampu : bersedi monitor
sakit diharapkan a warna
1. Merawat melaku kulit dan
tidak terjadi
keluarga kan suhu
hipertermi
dengan anjuran tubuh
dan terjadi perawa klien
masalah
penurunan t dan 2. Anjurkan
suhu kulit. hiperter
mi melaku klien
kan untuk
tindaka meningk
n untuk atkan
menur intae
unkan cairan
panas dan
tubuh. nutrisi
adekuat
3. Anjurkan
keluarga
untuk
mengko
mpres
klien
dengan
air biasa
4. Anjurkan
klien
untuk
meminu
m obat
anti
piretik
Perawatan
hipertermi
(3786)
1. Monitor
urin
output
2. Monitor
hipoglike
mi
3. Anjurkan
keluarga
membasa
hi
48

permuka
an tubuh
klien dan
dikipasi
4. Jauhkan
klien dari
ruangan
yang
panas,
pindahka
n ke
lingkung
an yang
lebih
dingin.
5. Instruksi
kan
pasien
mengena
i tanda
dan
gejala
awal dari
kondisi
sakit
yang
berhubun
gan
dengan
panas
dan
kapan
mencari
bantuan
petugas
kesehata
n.
i.
Sumber : Nego (2018) disesuaikan dengan NOC & NIC (2013)

2.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan

progam. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga,

memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak

diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi (Achjar,

2010).
49

2.3.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

merupakan sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan dengan program

kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang digunakan terkait program

kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai (Parton, 1986 dalam Achjar,

2010).

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi

program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan informasi sebagai

dasar proses pengambilan keputusan, dengan cara meningkatkan upaya pelayanan

kesehatan. Evaluasi proses, difokuskan pada urutan kegiatan yang dilakukan

untuk mendapatkan hasil. Evaluasi hasil dapat diukur melalui perubahan

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perubahan perilaku (Achjar, 2010).

Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif, menghasilkan informasi untuk

umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan

setelah program selesai dan mendapatkan informasi tentang efektifitas program

dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan

program. Evaluasi asuhan keperawatan keluarga, didokumentasikan dalam SOAP

(subjektif, objektif, analisis, planning) (Achjar, 2010).


50

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Pengumpulan data didapatkan dengan melakukan pengkajian secara

anamnesa dan pemeriksaan fisik terhadap semua anggota keluarga setiap

melakukan kunjungan rumah sebanyak dua kali. Pengkajian dimulai pada tanggal

24 hingga 25 Oktober 2019.

3.1.1 Data Umum

1) Nama kepala keluarga : Tn. A

2) Alamat dan telepon : Jl.Sembilang Gg. Bambu (085271805548)

3) Pekerjaan kepala keluarga : Wiraswasta

4) Pendidikan kepala keluarga : SMA

5) Komposisi keluarga :

Tabel 3.1 Komposisi Keluarga


N Nama J Hub U Pendidi Status Imunisasi K
o K dengan m kan B Polio DPT Hepati Ca e
KK u C tis mp t
r G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 ak
1 Tn. A L Suami 53 SMA - - - - - - - - - - - -
th
2 Ny. M P Istri 47 SMP - - - - - - - - - - - -
th
3 Ny. W P Anak 24 SMA ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ
th
4 An. A L Anak 14 SD ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ
th
5 Tn. Ag L Menant 29 SMK ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ ᴼ
u th
51

1. Genogram

Skema 3.1 Genogram Keluarga Tn. A

Keterangan genogram :

Keluarga terdiri dari 5 orang dengan anak kedua beserta suami dan anak

ketiga masih tinggal bersama orang tua. Ny M selaku istri Tn A mempunyai

riwayat penyakit hipertensi dari ibunya. Tn Ag selaku menantu Tn A menderita

gastritis akut.

2. Tipe Keluarga

Tipe keluarga Tn A adalah extended family yaitu dalam satu keluarga

terdiri dari ayah, ibu, anak dan menantu. Hal ini disebabkan anak perempuan Tn

A baru saja menikah sebulan yang lalu dan belum mempunyai rumah.

3. Suku Bangsa dan Agama

Keluarga berasal dari suku minang dengan nilai kebudayaan yang dianut

tidak bertentangan dengan masalah kesehatan dan beragama islam serta taat

melaksanakan ibadah sholat lima waktu.


52

4. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga Tn A bersumber dari Tn A sendiri dan istri serta

dibantu anak keduanya beserta suaminya. Total pendapatan keluarga Tn A yaitu

enam sampai dengan enam setengah juta rupiah per bulan.

5. Pengeluaran

Pengeluaran keluarga digunakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh

anggota keluarga dengan perincian makan berkisar lima puluh ribu rupiah per

hari; sewa rumah berkisar lima ratus ribu per bulan; serta listrik sekitar seratus

hingga seratus lima puluh ribu rupiah per bulan.

6. Aktivitas Rekreasi

Rekreasi yang sering dilakukan keluarga yaitu berkumpul menonton televisi

bersama untuk melepas lelah dikarenakan Ny M dan Tn A pulang kerja sekitar

jam lima sore.

3.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini (tugas dan masalah yang belum

tercapai)

Keluarga Tn A dalam tahap perkembangan yaitu pada tahap ke IV

keluarga dengan anak dewasa. Tahap ini dimulai sejak anak pertama

meninggalkan rumah. Tugas perkembangan sebagai berikut :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

b. Mempertahankan keintiman pasangan

c. Membantu orang tua memasuki masa tua

d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat


53

e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

Dari semua tugas perkembangan diatas, keluarga Tn A sudah

melaksanakannya dan tercapai.

2. Riwayat Keluarga Inti

Tn A sebagai kepala keluarga sangat jarang sakit dan tidak mempunyai

masalah dengan kebutuhan dasar lainnya, tetapi Tn A pernah operasi polip tiga

atau empat bulan yang lalu. Ny M sebagai istri mempunyai riwayat penyakit

hipertensi yang dapat dipicu oleh stress. Tn A juga mengatakan mempunyai

riwayat kejang-kejang dan berhenti sejak kelas lima SD.

3. Riwayat Keluarga Sebelumnya

Keluarga Tn A dari pihak istri terdapat anggota keluarga yang menderita

hipertensi yaitu istri ibunya Ny M.

3.1.3 Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Rumah keluargaTn A berdinding beton; berlantai keramik; terdapat dua

kamar tidur; dan 1 kamar mandi dengan WC jongkok; sirkulasi udara ruangan

yang baik; sumber air bersih berasal dari sumur bor dan sumur tebuka di dalam

kamar mandi; serta jarak septic tank dari sumur kurang lebih empat meter.
54

2. Denah Rumah

Skema 3.2 Denah Rumah Keluarga Tn A

3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Hubungan antar tetangga Tn A baik, saling membantu terutama bila ada

tetangga yang sedang mengadakan acara.

4. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn A sudah tinggal di rumah yang saat ini mereka tinggali

selama sepuluh tahun. Sebelumnya keluarga Tn A tinggal di daerah ERBA

Puncak Sari selama lima tahun. Tn Ag mengatakan sebelum menikah dengan Ny

W tinggal di Gg. Karet RT 05.

5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Ny M mengatakan ia dan suaminya mulai pergi bekerja pukul delapan pagi

sampai dengan lima sore. Ny M bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah makan

sedangkan Tn A bekerja sebagai kuli bangunan. Oleh karena itu, keluarga Tn A

menggunakan malam hari untuk berkumpul bersama keluarga. Pada hari sabtu

dan minggu Tn A mengatakan ia libur kerja dan dimanfaatkan untuk gotong

royong bersama warga sekitar sedangkan Ny M tidak mempunyai hari libur. Ny

M mengatakan jika warga sekitar gotong royong, ia hanya membantu


55

membuatkan makanan untuk diberikan pada warga. Tn Ag mengatakan ia dan istri

bekerja sebagai pegawai di sebuah toserba yang berbeda dan mulai pergi bekerja

dari pukul dua siang hingga pukul sepuluh malam.

6. System Pendukung Keluarga

Ny M mengatakan jika hipertensinya kambuh maka Tn A yang mengantarkan

ke puskesmas., sedangkan jika anggota keluarga lainnya sakit maka Ny M yang

akan merawat dengan meminta izin libur kerja pada pemilik rumah makan tempat

ia bekerja.

3.1.4 Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi

Anggota keluarga Tn A berkomunikasi secara langsung dengan

menggunakan bahasa Indonesia.

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Menurut semua anggota keluarga lainnya hanya Ny M yang dikhawatirkan

kondisi kesehatannya dan Tn Ag yang beberapa hari lalu menderita gastritis akut

akibat telat makan.

3. Struktur Peran

a. Formal

Tn A sebagai kepala keluarga, Ny M sebagi istri dan ibu, Ny W dan An A

sebagai anak serta Tn Ag sebagai menantu dan suami Ny W.

b. Informal

Tn A sebagai pencari nafkah dengan dibantu Ny M, Ny W dan Tn Ag.


56

4. Nilai dan Norma Budaya

Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga Tn A disesuaikan dengan

ajaran agama islam yang dianut serta norma masyarakat sekitar.

3.1.5 Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Hubungan antar keluarga baik dan saling mendukung hanya saja Ny M

mengkhawatirkan pergaulan anak bungsunya yang saat ini masih remaja bahkan

terkadang Ny M marah-marah jika An A akan pergi keluar malam hari dan

kekhawatirannya meningkat jika An A telat pulang/pulang larut malam.

2. Fungsi Sosialisasi dan Penempatan Sosial

Setiap hari keluarga selalu berkumpul, hanya saja jarang mengobrol

bersama tetangga dikarenakan sibuk dengan pekerjaan. Ny M juga membolehkan

An A untuk keluar malam menjumpai temannya namun memberikan batasan jam

malam hingga jam 10 malam. Jika An A tidak lekas pulang maka Ny M akan

segera menelpon An A.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga Tn A saat ini berjumlah lima orang dengan anak pertama dan

kedua telah menikah dan anak ketiga yang sedang menempuh pendidikan sekolah

menengah pertama. Ny M mengatakan berhenti menstruasi (menopause) sejak

enam bulan yang lalu. Ny M juga mengatakan tidak ada kontrasepsi yang cocok

untuknya.
57

4. Fungsi Ekonomi

Keluarga Tn A dapat memenuhi kebutuhan makan tiga kali sehari dan

kebutuhan lainnya . Ny M juga menambahkan bahwa keluarganya cenderung

tidak suka berhutang.

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.

Keluarga Tn A khususnya Ny M mengatakan hanya minum obat anti

hipertensi saat nyeri datang dan minum air rebusan kulit manggis atau

makan mentimun.

b. Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.

Tn A mengatakan ia merasa tidak nyaman dengan kondisinya yang

batuk-batuk kering namun Tn A menolak untuk berobat atau minum obat

batuk yang dijual bebas. Ny M juga mengatakan hanya meminum obat anti

hipertensi ketika nyeri mulai terasa.

c. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan.

Tn Ag mengatakan sama sekali tidak minum obat sampai rasa nyeri

pada ulu hatinya terasa berat sekali dan tidak memperhatikan pola makan

yang mengakibatkan kepalanya pusing ketika fase akut 3 hari yang lalu.

Saat ini Tn A hanya mengkonsumsi obat antasida dari dokter dan tidak ada

mengkonsumsi bahan herbal atau ramuan apapun untuk merawat

kesehatan lambung.
58

d. Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana

rumah yang sehat.

Ny M mengatakan An A sulit untuk menuruti perintahnya hingga

membuat ia stress akan kebiasaan Tn A yang tidak mau berhenti merokok

walau telah dilarang.

e. Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

Tn A mengatakan tidak suka pergi berobat dan membiarkan kondisi

tubuhnya walaupun ia sudah batuk-batuk selama sebulan lebih namun

ketika anggota keluarga lainnya sakit maka Tn A bersedia membawa

anggota keluarga ke puskesmas atau klinik dokter terdekat.

3.1.6 Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor Jangka Pendek

Ny M mengatakan anak bungsu ditakutkan berkelakuan tidak baik di luar

rumah. Tn A mengatakan ia batuk-batuk kering sudah lebih dari sebulan namun

saran anggota keluarga untuk segera berobat tidak didengarkannya. Tn Ag

mengatakan sakit maghnya muncul 3 hari yang lalu dengan skala nyeri saat ini

adalah 3.

2. Stressor Jangka Panjang

Ny M mengatakan keluarga sangat mengkhawatirkan kondisinya yang

tidak boleh banyak pikiran karena dapat meningkatkan tekanan darahnya serta

kebiasaan Tn A yang mengabaikan saran keluarga untuk berhenti merokok

padahal sudah batuk-batuk lebih dari sebulan.


59

3. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stressor

Keluarga Tn A menyarankan anggota keluarga yang tidak sehat untuk

istirahat dan segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan.

4. Strategi Koping yang Digunakan

Ny M segera berobat ke puskesmas atau minum air rebusan kulit manggis

serta konsumsi mentimun untuk menangani hipertensi.

5. Strategi Adaptasi Disfungsional

Tn A seringkali mengabaikan dan memilih untuk tidak memikirkan

masalah batuk-batuknya daripada berusaha mengobatinya.

3.1.7 Pemeriksaan Fisik


Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik
No Yang Diperiksa Tn. A Ny. M Ny. W An. A Tn. Ag
1 Keadaan umum Baik Sedang Baik Baik Baik
2 Tanda-tanda vital
a. Tekanan 120/80 130/80 100/60 - 110/70m
darah mmHg mmHg mmHg mHg

b. Nadi 86 x/menit 90 x/menit 76x/menit - 80x/menit


c. Suhu 36,5 ᴼC 36,3 ᴼC 36,0 ᴼC - 36,1 ᴼC
d. Pernapasan 20 x/menit 20 x/menit 20x/menit - 20x/menit
3 Tinggi badan 170 Cm 150 Cm 150 Cm 160 Cm 172 Cm
4 Berat badan 50 Kg 45 Kg 40 Kg 48 Kg 51 Kg
5 IMT 17,30 20 17,78 18,75 17,23
(Mild (Normal) (Mild (Normal) (Mild
Thinness) Thinness) Thinness)
6 Kepala Lonjong Lonjong Bulat Lonjong Lonjong
7 Rambut Hitam dan Hitam dan Hitam Hitam Hitam
merata merata dan dan dan
merata merata merata
8 Mata
a. Sclera Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik
b. Kunjungtiva Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
anemis anemis anemis anemis anemis

9 Telinga Tidak Tuli Tidak Tuli Tidak Tidak Tidak


Tuli Tuli Tuli
10 Hidung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tanda- tanda- tanda- tanda- tanda-
tanda tanda tanda tanda tanda
60

inflamasi inflamasi inflamasi inflamasi inflamasi


11 Mulut/mukosa Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih
12 Gigi Gigi Gigi Gigi Gigi Gigi
lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap
dan bersih dan bersih dan bersih dan bersih dan bersih
13 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan benjolan
atau atau atau atau atau
bendungan bendunga bendunga bendunga bendunga
vena n vena n vena n vena n vena
jugularis jugularis jugularis jugularis jugularis
14 Paru-paru
a. Bentuk dada Normal Normal Normal Normal Normal
b. Bunyi napas Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler Vesikuler
15 Kardiovaskuler
a. Bunyi jantung Lub-dup, Lub-dup, Lub-dup, Lub-dup, Lub-dup,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
bunyi bunyi bunyi bunyi bunyi
jantung jantung jantung jantung jantung
abnormal abnormal abnormal abnormal abnormal
16 Perut/bising usus Normal Normal Normal Normal Normal
17 Ekstremitas atas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
18 Ekstremitas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
bawah terdapat terdapat terdapat terdapat terdapat
kelainan kelainan kelainan kelainan kelainan
19 Turgor kulit Elastis Elastis Elastis Elastis Elastis

Dari hasil pemeriksaan fisik dapat diketahui bahwa :

1. IMT tiga orang anggota keluarga Tn A tergolong mild thinness (kurus ringan)

yaitu Tn A, Ny W dan Tn Ag.

2. Tekanan darah Ny M sebesar 130/80 mmHg yang termasuk dalam kategori

pre-hipertensi.

3.1.8 Harapan Keluarga

Ny. M berharap tidak mempunyai masalah yang berat sehingga hal

tersebut dapat memicu stress dan membuat tekanan darahnya meningkat kembali.

Ny M juga berharap anak bungsunya bisa menggapai cita-citanya menjadi tentara.

Tn Ag berharap penyakit maghnya tidak berkembang menjadi penyakit kronis.


61

3.2 Analisa Data

Tabel 3.3 Analisa Data


Data Etiologi Masalah
Data subjektif : Ketidakmampuan keluarga Defisien pengetahuan
Ny M mengatakan merebus mengenal masalah kesehatan
kulit manggis untuk keluarga
menangani hipertensi

Data objektif :
Perilaku terapi kurang tepat
Data subjektif : Ketidakmampuan keluarga Nyeri akut
Tn Ag mengatakan sakit dalam merawat keluarga yang
maghnya muncul 3 hari mengalami gangguan
yang lalu dengan skala kesehatan
nyeri saat ini adalah 3

Data Objektif :
Klien menunjukkan obat
antasida yang ia
konsumsi
Data subjektif : Ketidakmampuan keluarga Hambatan rasa nyaman
Tn A mengatakan merasa membuat keputusan yang
tidak nyaman dengan tepat bagi keluarga
kondisinya yang batuk-
batuk kering lebih dari
sebulan

Data objektif :
Tn A tampak kurang puas
dengan keadaan
Data subjektif : Ketidakmampuan keluarga Stress berlebihan
1. Ny M mengatakan memodifikasi lingkungan
khawatir dengan untuk menjamin kesehatan
perilaku anak bungsu keluarga
dan kebiasaan merokok
suaminya.
2. Ny M mengatakan
tekanan darahnya akan
meningkat jika stress.

Data Objektif :
1. Ny M tampak marah
pada anak bungsunya
saat akan pergi keluar
rumah malam hari.
2. Tekanan darah Ny M
sebesar 130/80
mmHg
62

Data subjektif : Ketidakmampuan keluarga Koping defensif


Keluaga mengatakan Tn A membuat keputusan yang
mengabaikan saran tepat bagi keluarga
keluarga untuk berobat
dan berhenti merokok
padahal sudah batuk-
batuk lebih dari sebulan

Data objektif :
Tampak acuh dengan
saran dan anjuran
keluarga

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Defisien pengetahuan pada Ny M keluarga Tn A berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga dibuktikan

dengan perilaku terapi kurang tepat.

2. Nyeri akut pada Tn Ag keluarga Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan dibuktikan dengan nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu; skala nyeri

3.

3. Hambatan rasa nyaman pada Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga dibuktikan dengan

perasaan tidak nyaman; tampak kurang puas dengan keadaan.

4. Stress berlebihan pada Ny M keluarga Tn A berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk menjamin

kesehatan keluarga dibuktikan dengan perasaan khawatir/stress yang

berlebihan; perilaku marah; tekanan darah 130/80 mmHg.

5. Koping defensif pada Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

membuat keputusan yang tepat bagi keluarga dibuktikan dengan kurang

partisipatif dalam terapi; sikap mengabaikan saran dari anggota keluarga.


63

3.4 Prioritas Masalah

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,

selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama

keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki

keluarga Tn A. Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga didapatkan dengan

yang menskoring diagnose yang telah dirumuskan sebelumnya lalu

mengurutkannya dari nilai yang tertinggi hingga yang terendah.

1. Defisien pengetahuan pada Ny M keluarga Tn A berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga dibuktikan

dengan perilaku terapi kurang tepat.

Tabel 3.4 Skoring Diagnosa 1


No Kriteria Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : risiko 1 2/3 Tekanan darah Ny M
saat ini belom
dinyatakan hipertensi
namun akan bermasalah
jika terapi kurang tepat.
2 Kemungkinan masalah 2 2 Seluruh anggota
untuk diubah : mudah keluarga menyadari
mengenai penyakit Ny
M. Ny M juga berupaya
menangani jika nyeri
akibat hipertensi tiba.
3 Potensial masalah untuk 1 1 Respon keluarga yang
dicegah : tinggi cepat langsung ke
puskesmas jika
hipertensi Ny M
memberat dan tekanan
darah Ny M yang masih
tergolong pre-hipertensi
saat ini
4 Menonjolnya masalah : 1 0 Ny M tidak merasa
tidak dirasakan terapi yang ia terapkan
kurang tepat.
Total skor 3
64

2. Nyeri akut pada Tn Ag keluarga Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

dibuktikan dengan nyeri ulu hati 3 hari sejak yang lalu; skala nyeri 3.

Tabel 3.5 Skoring Diagnosa 2


No Kriteria Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : actual 1 1 Nyeri dirasakan Tn Ag
sudah lebih dari 3 hari
yang lalu hingga kini
2 Kemungkinan masalah 2 2 Tn Ag mengatakan
untuk diubah : mudah merupakan pertama kali
ia menderita gastritis
(belum kronis)
3 Potensial masalah untuk 1 1 Dengan pengaturan pola
dicegah : tinggi makan yang teratur dan
patuh Tn Ag
mengkonsumsi obat
antasida sebelum makan
dapat mencegah
peningkatan asam
lambung berlebih
hingga berakibat nyeri
muncul kembali.
4 Menonjolnya masalah : 1 1 Nyeri tersebut masih
segera dirasakan hingga kini
Total skor 5

3. Hambatan rasa nyaman pada Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga dibuktikan dengan

perasaan tidak nyaman; tampak kurang puas dengan keadaan.

Tabel 3.6 Skoring Diagnosa 3


No Kriteria Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : actual 1 1 Tn A sudah batuk-batuk
lebih dari sebulan
2 Kemungkinan masalah 2 1 Diharapkan Tn A mau
untuk diubah : sebagian memeriksakan diri ke
fasyankes terdekat agar
diketahui penyebab
masalahnya
3 Potensial masalah untuk 1 Jikalau Tn A mau
dicegah : cukup memeriksakan diri ke
fasyankes terdekat dan
patuh minum obat
anjuran dari dokter
65

diharapkan keluhan
batuk Tn A tidak
bertambah parah.
4 Menonjolnya masalah : 1 Tn A menyadari bahwa
tidak segera ia sedang batuk-batuk
tetapi mau berobat atau
minum obat
Total skor 3

4. Stress berlebihan pada Ny M keluarga Tn A berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk menjamin

kesehatan keluarga dibuktikan dengan perasaan khawatir/stress yang

berlebihan; perilaku marah; tekanan darah 130/80 mmHg.

Tabel 3.7 Skoring Diagnosa 4


No Kriteria Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : risiko 1 Perilaku Tn A yang
tidak mau berhenti
merokok dan pergaulan
An A yang sering
keluar malam dapat
membuat stress Ny M
hingga memicu
hipertensi
2 Kemungkinan masalah 2 1 Dibandingkan Tn A, An
untuk diubah : sebagian A dalam posisi sebagai
anak diharapkan dapat
mengalah dan lebih
perhatian pada Ny M
3 Potensial masalah untuk 1 Ada kemungkinan
dicegah : untuk dicegah jika
a. Tinggi (3) keluarga berempati
b. Cukup (2) dengan kondisi Ny M
c. Rendah (1) namun tergantung
respon keluarga.
4 Menonjolnya masalah : 1 Ny M mengatakan
a. Segera (2) hanya stress jika ada
b. Tidak segera (1) masalah atau banyak ia
c. Tidak dirasakan (0) pikirkan terutama jika
anak bungsunya pulang
telat/larut malam
Total skor 2
66

5. Koping defensif pada Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

membuat keputusan yang tepat bagi keluarga dibuktikan dengan kurang

partisipatif dalam terapi; sikap mengabaikan saran dari anggota keluarga.

Tabel 3.8 Skoring Diagnosa 5


No Kriteria Bobot Skor Pembenaran
1 Sifat masalah : actual 1 1 Tn A sudah batuk-batuk
tapi masih tetap saja
merokok
2 Kemungkinan masalah 2 1 Untuk menghilangkan
untuk diubah : sebagian kebiasaan merokok
tersebut akan sulit,
tetapi frekuensi
merokok dan kuantitas
rokok yang dihisap
dapat dikurangi.
3 Potensial masalah untuk 1 Peran Tn A sebgai
dicegah : keluarga cenderung
d. Tinggi (3) tidak mendengar
e. Cukup (2) pendapat ataupun
f. Rendah (1) keinginan keluarga.
4 Menonjolnya masalah : 1 Tn A mengetahui
d. Segera (2) dampak merokok tetapi
e. Tidak segera (1) tetap merokok karena
f. Tidak dirasakan (0) merasa tidak lengkap
hidupnya tanpa
merokok.
Total skor 2

Setelah dilakukan penskoringan untuk tiap diagnosa, maka langkah

selanjutnya yaitu memprioritaskannya berdasarkan skor tertinggi hingga terendah.

Prioritas masalah pada keluarga Tn A yaitu :

1. Nyeri akut pada Tn Ag keluarga Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

dibuktikan dengan nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu; skala nyeri 3.

2. Defisien pengetahuan pada Ny M keluarga Tn A berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga dibuktikan

dengan perilaku terapi kurang tepat.


67

3. Hambatan rasa nyaman pada Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga dibuktikan dengan

perasaan tidak nyaman; tampak kurang puas dengan keadaan.

4. Stress berlebihan pada Ny M keluarga Tn A berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk menjamin

kesehatan keluarga dibuktikan dengan perasaan khawatir/stress yang

berlebihan; perilaku marah.

5. Koping defensif pada Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

membuat keputusan yang tepat bagi keluarga dibuktikan dengan kurang

partisipatif dalam terapi; sikap mengabaikan saran dari anggota keluarga.

3.5 Intervensi Keperawatan

Table 3.8 Intervensi Keperawatan Keluarga Tn A


N Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
o Keperawat Jangka Jangka Kriteri Standar
an Pendek Panjang a
1 Nyeri akut Setelah Setelah Respon Keluarga Pengajaran :
pada Tn Ag dilakukan dilakuka verbal mengatakan proses penyakit
keluarga tindakan n cara (5602)
Tn A keperawata pertemua mencegah 2. Berikan
berhubunga n n 2 x 30 nyeri muncul penkes
n dengan diharapkan menit kembali mengenai
ketidakma nyeri keluarga pengertian,
mpuan berkurang/ mampu penyebab,
keluarga hilang merawat tanda dan
dalam anggota gejala,serta
merawat keluarga komplikasi
anggota yang dari gastritis.
keluarga mengala 3. Diskusikan
yang mi dengan
mengalami ganggua keluarga
gangguan n tentang cara
kesehatan kesehata mencegah
dibuktikan n. gastritis
dengan kambuh.
nyeri ulu 4. Jelaskan
hati sejak 3 tentang
hari yang penggunaan
lalu; skala obat antasida
nyeri 3. Respon Mendemonstr
68

verbal asikan cara Manajemen nyeri


dan mengukur (1400)
psikom skala nyeri, 7. Ajarkan
otor teknik keluarga cara
relaksasi mengukur
nyeri dan intensitas
membuat nyeri dengan
ramuan skala nyeri
herbal yang 1- 10.
cocok untuk 8. Jelaskan
kesehatan pada
lambung. keluarga
tentang
teknik
relaksasi dan
obat
tradisional
untuk
mengatasi
nyeri .
9. Motivasi
keluarga
untuk
mengungkap
kan kembali
apa yang
telah
disampaikan.
2 Defisien Setelah Setelah Respon 1. Keluarga Pengajaran :
pengetahua dilakukan dilakuka verbal menjelask proses penyakit
n pada Ny tindakan n an (5602)
M keluarga keperawata pertemua pengertia 4. Ajarkan
Tn A n n 2 x 30 n, keluarga kan
berhubunga diharapkan menit klasifikas tentang
n dengan tingkat diharapk i, pengertian,
ketidakma pengetahua an penyebab, klasifikasi,
mpuan n klien keluarga tanda dan penyebab,
keluarga tentang mampu gejala tanda dan
mengenal terapi pada mengena hipertensi gejala yang
masalah penderita l masalah secara biasanya
kesehatan hipertensi kesehata ringkas. terjadi pada
keluarga meningkat. n 2. Keluarga penderita
dibuktikan keluarga mendeng hipertensi
dengan ar anjuran 5. Anjurkan
perilaku perawat keluarga
terapi untuk terapi herbal
kurang mencoba yang tepat
tepat. terapi untuk
herbal penderita
pada hipertensi
penderita 6. Jelaskan
hipertensi perbedaan
69

3. Keluarga tanda dan


memaha gejala
mi hipertensi
perbedaan dan hipotensi
hipotensi
dan
hipertensi
3 Hambatan Setelah Setelah Respon Keluarga 1. Berikan
rasa dilakukan pertemua afektif memahami penkes
nyaman tindakan n 3 x 15 akibat apabila tentang
pada Tn A keperawata menit batuk tak akibat batuk-
berhubunga n diharapk segera diatasi. batuk jika
n dengan diharapkan an tidak segera
ketidakma rasa keluarga Respon ditangani.
mpuan nyaman mampu verbal 2. Dukung
keluarga dan membuat klien dalam
membuat kepuasan keputusa mengambil
keputusan meningkat n yang keputusan
yang tepat tepat Keluarga 3. Ajarkan cara
bagi bagi dapat memberikan
keluarga keluarga menjelaskan bantuan
dibuktikan kembali cara inhalasi
dengan memberikan (pelega)
perasaan bantuan tenggorokan
tidak inhalasi yaitu dengan
nyaman; (pelega cara
tampak tenggorokan) menghirup
kurang udara dalam
puas baskom
dengan campuran air
keadaan. hangat dan
minyak kayu
putih atau
meminum air
perasan jeruk
nipis dan
kecap manis.
4 Stress Setelah Setelah Respon Keluarga 1. Eksplorasi
berlebihan dilakukan dilakuka afektif mengungkapk perasaan
pada Ny M tindakan n an rasa cemas cemas
keluarga keperawata pertemua dan stress keluarga,
Tn A n n 2 x 10 nya. perlihatkan
berhubunga diharapkan menit diri sebagai
n dengan stress/kece keluarga orang yang
ketidakma masan mampu hangat.
mpuan berkurang memodif Respon Klien 2. Bantu klien
keluarga dan ikasi verbal menjelaskan dan keluarga
memodifik mekanisme lingkung akibat/respon mengenali
asi koping an tubuh respon tubuh
lingkungan yang keluarga terhadap terhadap
untuk efektif. untuk stress. stress yang
menjamin menjami berlebihan.
70

kesehatan n Respon Klien 3. Ajarkan


keluarga kesehata psikom memdemonstr teknik
dibuktikan n otor asikan teknik relaksasi
dengan keluarga. relaksasi untuk
perasaan untuk membantu
khawatir/str mengurangi mengurangi
ess yang kecemasan. kecemasan.
berlebihan; Respon Keluarga 4. Anjurkan
perilaku verbal mengatakan agar terjalin
marah; akan menjalin hubungan
tekanan komunikasi yang saling
darah secara terbuka
130/80mm terbuka dalam antara orang
Hg. hubungan tua dan anak.
orang tua dan
anak.
5 Koping Setelah Setelah Respon 1. Keluarga 1. Jelaskan
defensif dilakukan pertemua verbal dan klien kembali
pada Tn A tindakan n 3 x 10 dapat dampak
berhubunga keperawata menit menyebut buruk
n dengan n diharapk kan merokok
ketidakma diharapkan an dampak bagi diri
mpuan menunjukk keluarga merokok sendiri
keluarga an sikap mampu secara maupun
membuat dan membuat rasional keluarga
keputusan perilaku keputusa dan jelas. 2. Bantu kepala
yang tepat patuh n yang 2. Klien keluarga
bagi terhadap tepat mengatak mengenali
keluarga pengobatan bagi an setuju kembali
dibuktikan yang keluarga. untuk perannya
dengan disarankan menguran sebagai
kurang dan tingkat gi kepala
partisipatif ketagihan kebiasaan keluarga
dalam merokok merokokn 3. Modifikasi
terapi; berkurang. ya demi perilaku
sikap kesehatan merokok
mengabaik keluarga. dengan
an saran pengurangan
dari /pembatasan
anggota frekuensi
keluarga. merokok per
hari.
71
72

3.6 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.9 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga Tn A


No Diagnosa Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Keperawatan Waktu
Hari Pertama
1 Nyeri akut pada Tn Ag 26/10/20 a. Memberikan Subjektif :
keluarga Tn A 11.00 – penkes 1) Klien beserta istri
berhubungan dengan 11.15 mengenai dapat
ketidakmampuan pengertian, menyebutkan
keluarga dalam penyebab, pengertian,
merawat anggota tanda dan penyebab, tanda
keluarga yang gejala,serta dan gejala,serta
mengalami gangguan komplikasi komplikasi dari
kesehatan dibuktikan dari gastritis gastritis secara
dengan nyeri ulu hati dan cara sederhana.
sejak 3 hari yang lalu; pencegahann 2) Klien melaporkan
skala nyeri 3. ya agar tidak teknik relaksasi
kambuh napas dalam
kembali. sedikit
11.15 – b. mengajarkan mengurangi nyeri.
11.30 keluarga cara 3) Skala nyeri 2
WIB mengukur
intensitas Objektif :
nyeri dengan 1) Istri klien
skala nyeri 1- mempraktekkan
10. cara mengukur
c. Menjelaskan skala nyeri
pada keluarga
tentang Analisis :
teknik Masalah nyeri akut
relaksasi teratasi sebagian.
napas dalam
untuk Planning :
mengatasi Intervensi dimodifikasi
nyeri . a. Ajarkan cara
d. Mengukur membuat ramuan
skala nyeri herbal ekstrak
kembali kunyit untuk
rehabilitasi
mukosa lambung.
b. Ukur skala nyeri
kembali.
2 Defisien pengetahuan 26/10/20 a. Mengajarkan Subjektif :
pada Ny M keluarga 19.30 – keluarga kan 1) Klien dan keluarga
Tn A berhubungan 20.00 tentang memahami dengan
dengan WIB pengertian, baik apa yang
ketidakmampuan klasifikasi, disampaikan
keluarga mengenal penyebab, perawat.
masalah kesehatan tanda dan
keluarga dibuktikan gejala yang
73

dengan perilaku terapi biasanya Objektif :


kurang tepat. terjadi pada 1) Klien dapat
penderita menjelaskan
hipertensi kembali apa yang
b. Menganjurka disampaikan
n keluarga perawat secara
terapi herbal sederhana dan
yang tepat menyebutkan dua
untuk terapi herbal yang
penderita cocok untuk
hipertensi penderita
c. Menjelaskan hipertensi dengan
perbedaan tepat.
tanda dan
gejala Analisis : Masalah
hipertensi dan defisien pengetahuan
hipotensi. teratasi.

Planning : Intervensi
dihentikan.
Hari Kedua
1 Nyeri akut pada Tn Ag 27/10/20 a. Mengukur Subjektif :
keluarga Tn A 11.00 – skala nyeri 1) Klien melaporkan
berhubungan dengan 11.20 b. Mengajarkan teknik relaksasi
ketidakmampuan cara membuat napas dalam dapat
keluarga dalam ramuan mengurangi nyeri.
merawat anggota herbal ekstrak 2) Istri klien
keluarga yang kunyit untuk mengatakan
mengalami gangguan rehabilitasi mengerti/paham
kesehatan dibuktikan mukosa cara membuat
dengan nyeri ulu hati lambung. ramuan kunyit
sejak 3 hari yang lalu; kuning.
skala nyeri 3. 3) Skala nyeri 1

Objektif :
1) Klien dan istri
dapat mengulangi
apayang
disampaikan oleh
perawat dengan
tepat.

Analisis :
Masalah nyeri akut
teratasi.

Planning :
Intervensi dihentikan.
2 Hambatan rasa 27/10/20 a. Memberikan Subjektif :
nyaman pada Tn A 19.30 – penkes 1) Klien mengatakan
berhubungan dengan 20.00 tentang akibat belum mau
74

ketidakmampuan batuk-batuk berobat dan akan


keluarga membuat jika tidak mencoba saran
keputusan yang tepat segera perawat untuk
bagi keluarga ditangani. melakukan terapi
dibuktikan dengan b. Mendukung inhalasi.
perasaan tidak klien dalam 2) Klien mengatakan
nyaman; tampak mengambil tenggorokannya
kurang puas dengan keputusan terasa lega dan
keadaan. untuk segera nyaman.
berobat.
c. Mengajarkan Objektif :
cara 1) Klien tampak
memberikan mencoba terapi
bantuan inhalasi dan
inhalasi keluarga
(pelega) membantu
tenggorokan menyiapkan alat
yaitu dengan dan bahan.
cara
menghirup
udara dalam Analisis :
baskom Masalah hambatan
campuran air rasa nyaman teratasi
hangat dan sebagian.
minyak kayu
putih. Planning :
Intervensi dimodifikasi
a. Dukung kembali
klien untuk segara
berobat.
b. Evaluasi
kefektifan
pemberian inhalasi
yang diajarkan
sebelumnya.
c. Sarankan
penggunaan cara
tradisional lainnya
yaitu minum
campuran air
perasan jeruk nipis
dan kecap manis.
Hari Ketiga
1 Hambatan rasa 28/10/20 a. Mendukung Subjektif :
nyaman pada Tn A 19.30 – kembali klien 1) Klien mengatakan
berhubungan dengan 19.45 untuk segara belum mau
ketidakmampuan berobat. berobat dan akan
keluarga membuat b. Mengevaluasi mencoba saran
keputusan yang tepat kefektifan perawat untuk
bagi keluarga pemberian melakukan terapi
dibuktikan dengan inhalasi yang inhalasi.
perasaan tidak diajarkan 2) Klien mengatakan
75

nyaman; tampak sebelumnya. tenggorokannya


kurang puas dengan c. Menyarankan terasa lega dan
keadaan. penggunaan nyaman.
cara
tradisional Objektif :
lainnya yaitu 1) Klien tampak
minum mencoba terapi
campuran air inhalasi dan
perasan jeruk keluarga
nipis dan membantu
kecap manis. menyiapkan alat
dan bahan.

Analisis :
Masalah hambatan
rasa nyaman teratasi.

Planning :
Intervensi dihentikan.
2 Stress berlebihan pada 28/10/20 a. Mengeksplor Subjektif :
Ny M keluarga Tn A 19.45 – asi perasaan 1) Klien mengatakan
berhubungan dengan 20.10 cemas jika ia stress, klien
ketidakmampuan keluarga, akan
keluarga memodifikasi perlihatkan mengalihkannya
lingkungan untuk diri sebagai dengan sholat.
menjamin kesehatan orang yang 2) Keluarga
keluarga dibuktikan hangat. mengatakan
dengan perasaan b. Membantu berusaha untuk
khawatir/stress yang klien dan tidak membuat Ny
berlebihan; perilaku keluarga M kambuh
marah; tekanan darah mengenali kembali.
130/80 mmHg. respon tubuh
terhadap Objektif :
stress yang 1) Klien dan keluarga
berlebihan. dapat
c. Mengajarkan mempraktekkan
teknik teknik relaksasi
relaksasi napas dalam.
untuk 2) Klien tampak lebih
membantu rileks.
mengurangi
kecemasan. Analisis :
d. Menganjurka Masalah stress
n agar terjalin berlebihan teratasi.
hubungan
yang saling Planning :
terbuka Intervensi dihentikan.
antara orang
tua dan anak.
3 Koping defensif pada 28/10/20 a. Menjelaskan Subjektif :
Tn A berhubungan 20.10 – kembali 1) Klien mengatakan
dengan 20.30 dampak akan mencoba
76

ketidakmampuan buruk untuk mengurangi


keluarga membuat merokok bagi kebiasaan
keputusan yang tepat diri sendiri merokok.
bagi keluarga maupun 2) Keluarga
dibuktikan dengan keluarga mengatakan tetap
kurang partisipatif b. Membantu tidak mau berobat
dalam terapi; sikap kepala dan akan tetap
mengabaikan saran keluarga berusaha
dari anggota keluarga. mengenali membujuk Tn A
kembali memeriksakan diri
perannya ke faskes terdekat.
sebagai
kepala Objektif :
keluarga 1) Klien dan keluarga
c. Memodifikasi dapat
perilaku menyebutkan
merokok dampak merokok
dengan secara rasional.
pengurangan/
pembatasan Analisis :
frekuensi Masalah koping
merokok per defensif teratasi.
hari.
Planning :
Intervensi dihentikan.
BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam bab empat ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang

penulis dapatkan antara konsep dasar (teori) dan studi kasus pada keluarga Tn A

dengan masalah utama gastritis di wilayah kerja PKM Rumbai Pesisir Kota

Pekanbaru Provinsi Riau. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan

evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian

Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre

Nursing Friedman dalam Achjar (2010), meliputi tujuh komponen pengkajian

yaitu data umum, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur

keluarga, fungsi keluarga, stressor dan koping keluarga, pemeriksaan fisik (head

to teo) dan harapan keluarga. Dalam pengumpulan data-data untuk melengkapi

hasil pengkajian, penulis menggunakan metode wawancara dan pemeriksaan fisk

secara langsung dengan keluarga Tn A sesuai dengan teoritis yang disebutkan

sebelumnya.

Menurut Huzaifah (2017), gastritis yang dikenal dengan penyakit maag ini

merupakan suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang

disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan,

misalnya telat makan, makan terlalu banyak, makan cepat, makan makanan yang

terlalu banyak bumbu dan pedas. Tn Ag mengatakan sama sekali tidak

memperhatikan pola makan yang mengakibatkan asam lambungnya meningkat,


78

peningkatan asam lambung ini dapat mengikis dan mengiritasi mukosa lambung

Tn Ag. Tn Ag juga mengatakan ia dan istrinya bekerja sebagai pegawai di sebuah

toserba yang berbeda tempat sehingga hal ini membuat Ny W selaku istri Tn Ag

tidak dapat memperhatikan pola makan suaminya.

Menurut Priscilla, dkk (2016) manifestasi pasien gastritis akut dapat memiliki

gejala ringan seperti anoreksia (hilang nafsu makan), atau nyeri epigastrium

ringan yang dapat diredakan dengan sendawa atau defekasi. Manifestasi yang

lebih berat meliputi nyeri abdomen, mual dan muntah. Pardarahan lambung dapat

terjadi, disertai hematemesis atau melena (feses gelap seperti tar yang

mengandung darah). Tn Ag mengatakan tiga hari yang lalu rasa nyeri pada ulu

hatinya terasa berat sekali dan mengakibatkan kepalanya terasa pusing. Pada

manifestasi klinis gastritis akut pada Tn Ag ini kami menemukan kesenjangan

antara antara teoritis dan tinjauan kasus yaitu tidak ditemukan gejala khas seperti

mual, muntah dan hematemesis atau melena tetapi terdapat gejala lain pada Tn Ag

yaitu rasa pusing. Menurut Jatmiputri (2016) melewatkan makan dan puasa

dilaporkan sebagai pemicu migrain, lebih dari 56% dalam studi berbasis populasi

dan 40% sampai 57% dalam studi subspesialisasi. Hal ini disebabkan mekanisme

dimana puasa dan melewatkan makan memicu nyeri kepala mungkin terkait

dengan perubahan dalam serotonin dan norepinefrin di jalur batang otak, atau

pelepasan hormone stress seperti kortisol. Selain itu, hipoglikemi juga berpotensi

berkembang menjadi nyeri kepala. Mengkonsumsi karbohidrat secara berlebihan

juga dapat mengakibatkan nyeri kepala sebagai respons terhadap sekresi insulin

cepat dan secara reaktif menurunkan gula darah.


79

4.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Achjar (2010) perumusan problem keluarga (P) pada diagnosa

keperawatan merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar,

sedangkan etiologi (E) mengacu pada lima tugas keluarga yaitu ketidakmapuan

keluarga mengenal masalah, ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan,

ketidakmampuan keluarga merawat keluarga yang sakit, ketidakmampuan

keluarga memelihara lingkungan dan ketidakmampuan keluarga menggunakan

fasilitas keluarga.

Penderita gastritis yang ditangani oleh penulis di dalam keluarga Tn A adalah

menantunya yaitu Tn Ag. Diagnosa keperawatan yang didapatkan saat dilakukan

analisa data yaitu nyeri akut pada Tn Ag keluarga Tn A berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan dibuktikan dengan nyeri ulu hati sejak tiga hari yang lalu dan

skala nyeri saat pengkajian adalah 3. Hal ini sesuai dengan yang diterangkan

Rendi & Margareth (2019) bahwa masalah nyeri adalah salah satu diagnosa

keperawatan yang muncul pada penderita dengan gastritis. Diagnosa lainnya yang

disebutkan dalam Rendi & Margareth (2019) seperti perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, hipertermia, resiko gangguan keseimbangan cairan dan

elektrolit, resiko kekurangan volume cairan, kecemasan dan kurang pengetahuan

tidak muncul pada analisa data dikarenakan kurang lengkapnya data untuk

mendukung tegaknya masalah-masalah tersebut ataupun masalah-masalah

tersebut dapat teratasi jika masalah nyeri pada Tn Ag telah teratasi. Oleh karena

itu, penulis hanya mengangkat diagnosa keperawatan dengan masalah nyeri akut.
80

Setelah masalah dirumuskan maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu

memprioritaskan masalah. Prioritas masalah asuhan keperawatan dalam keluarga

Tn A sesuai dengan yang terdapat dalam Achjar (2010) dapat diketahui dengan

melakukan penghitungan skoring tiap masalah-masalah yang muncul. Faktor-

faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas masalah meliputi sifat masalah,

kemungkinan masalah untuk dipecah, potensi masalah untuk dicegah dan

menonjolnya masalah. Setelah dilakukan penghitungan skor tiap-tiap masalah

maka nyeri akut mempunyai skor yang tertinggi yaitu lima, sedangkan masalah

keluarga Tn A lainnya mempunyai skor kurang dari lima. Hal tersebut membuat

nyeri akut yang diderita Tn Ag menjadi prioritas utama masalah keperawatan

yang wajib untuk ditangani terlebi dahulu.

4.3 Intervensi Keperawatan

Menurut Direja (2011) rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian

tindakan mulai dari menentukan diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan

intervensi keperawatan. Pada keperawatan keluarga tujuan terdiri dari jangka

panjang dan pendek serta terdapat evaluasi yang terdiri dari kriteria dan standar.

Intervensi keperawatan yang penulis lakukan sama dengan di tinjauan teoritis.

Menurut Suratun & Lusianah (2010) focus intervensi keperawatan adalah

bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi factor penyebab gastritis antara lain

anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alcohol, kafein atau zat iritan bagi

lambung serta merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalkan

stress. Intervensi keperawatan yang akan di lakukan pada Tn Ag dengan diagnosa

keperawatan nyeri akut adalah berikan penkes (mengenai pengertian, penyebab,

tanda dan gejala,serta komplikasi dari gastritis), diskusikan dengan keluarga


81

tentang cara mencegah gastritis kambuh, jelaskan tentang penggunaan obat

antasida, ajarkan keluarga cara mengukur intensitas nyeri dengan skala nyeri 1-

10, jelaskan pada keluarga tentang teknik relaksasi dan obat tradisional untuk

mengatasi nyeri dan motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali apa yang

telah disampaikan. Intervensi tersebut dilakukan dengan tujuan rasa nyeri

berkurang atau hilang dan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan dalam hal ini yaitu Tn Ag dengan gastritis. Agar

dapat diketahui keberhasilan intervensi yang telah dilaksanakan nantinya maka

penulis menetapkan standar evaluasi yaitu keluarga menjelaskan cara mencegah

nyeri muncul kembali , mendemonstrasikan cara mengukur skala nyeri, teknik

relaksasi nyeri dan membuat ramuan herbal yang cocok untuk kesehatan lambung.

4.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan

progam. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga,

memandirikan keluarga. Seringkali perencanaan program yang sudah baik tidak

diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan implementasi (Achjar,

2010).

Implementasi keperawatan untuk mengatasi nyeri akut pada Tn Ag dilakukan

selama dua hari dari tanggal 26 – 27 Oktober 2019 dengan hari pertama penulis

memberikan penkes mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala,serta

komplikasi dari gastritis dan cara pencegahannya agar tidak kambuh kembali,

mengajarkan keluarga cara mengukur intensitas nyeri dengan skala nyeri 1- 10,

menjelaskan pada keluarga tentang teknik relaksasi tarik napas dalam untuk mengatasi

nyeri dan mengukur skala nyeri kembali. Implementasi keperawatan di hari kedua
82

penulis kembali mengukur skala nyeri dan mengajarkan cara membuat ramuan herbal

ekstrak kunyit untuk rehabilitasi mukosa lambung.

Menurut Hikmah (2019) ramuan herbal ekstrak kunyit dua kali sehari pagi dan

malam setelah makan dapat menyembuhkan penyakit gastritis karena

mengandung kurkuminoid yang berfungsi sebagai zat yang melapisi atau

menyembuhkan luka terbuka dalam lapisan lambung. Dari implementasi yang

penulis lakukan terdapat kesamaan antara konsep teoritis dengan pembahasan

pada kasus Tn Ag karena penulis mengacu pada teori yang ada, dimana tindakan

yang dilakukan pada Tn Ag sesuai dengan kondisinya.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

merupakan sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan dengan program

kerja dan efektifitas dari serangkaian program yang digunakan terkait program

kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai (Parton, 1986 dalam Achjar,

2010).

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai

setelah melaksanakan implementasi yang dilakukan baik secara sumatif

(dilakukan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah

ditentukan) atau pun formatif (yang dilakukan setiap selesai melaksanakan

tindakan keperwatan).

Dalam proses evaluasi dimana hari pertama penulis memberikan penkes

mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala,serta komplikasi dari gastritis

dan cara pencegahannya agar tidak kambuh kembali, mengajarkan keluarga cara
83

mengukur intensitas nyeri dengan skala nyeri 1- 10, menjelaskan pada keluarga

tentang teknik relaksasi tarik napas dalam untuk mengatasi nyeri dan mengukur

skala nyeri kembali dengan hasil Tn Ag beserta istri dapat menyebutkan

pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta komplikasi dari gastritis secara

sederhana, melaporkan teknik relaksasi napas dalam sedikit mengurangi nyeri,

skala nyeri berkurang menjadi dua dan istri Tn Ag dapat mempraktekkan cara

mengukur skala nyeri.

Hari kedua implementasi penulis mengukur skala nyeri dan mengajarkan cara

membuat ramuan herbal ekstrak kunyit untuk rehabilitasi mukosa lambung

dengan hasil Tn Ag melaporkan teknik relaksasi napas dalam dapat mengurangi

nyeri denga skala nyeri yaitu satu dan istri klien mengatakan mengerti/paham cara

membuat ramuan kunyit kuning.

Evaluasi akhir dari implementasi yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan

teoritis dan disimpulkan bahwa masalah nyeri akut pada Tn Ag sudah berkurang

namun belum hilang serta keluarga sudah mampu merawat Tn Ag yang menderita

gastritis. Telah tercapainya tujuan jangka pendek maupun jangka panjang yang

ditetapkan pada langkah intervensi sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa masalah

nyeri akut pada Tn Ag telah teratasi.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn A dapat di

tarik kesimpulan :

1. Hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari kasus yang diangkat dengan

teori yang ada yaitu Tn Ag mengeluh nyeri pada bagian ulu hati dengan skala

nyeri tiga, namun terdapat tanda dan gejala tambahan dari gastritis yang

dirasakan Tn Ag yaitu rasa pusing. Berdasarkan penjelasan dalam Jatmiputri

(2016) rasa pusing tersebut dapat dijelaskan akibat dari rasa lapar

(melewatkan makan dan puasa).

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus keluarga Tn A ada lima

diagnosa, namun yang berkaitan dengan gastritis yaitu nyeri akut pada Tn Ag

keluarga Tn A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan dibuktikan dengan

nyeri ulu hati sejak 3 hari yang lalu dengan skala nyeri 3.

3. Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri akut pada Tn Ag

berfokus pada mengeliminasi factor penyebab gastritis dengan meningkatkan

pengetahuan keluarga mengenai gastritis dan mengurangi atau menghilangkan

rasa nyeri serta memampukan keluarga dalam merawat anggota keluarga

dalam merawat anggota keluarga dengan gastritis.

4. Implementasi dilakukan pada tanggal 26 sampai dengan 27 Oktober 2020.

Implementasi telah dilaksanakan pada hari pertama dengan memberikan


85

penkes mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala,serta komplikasi dari

gastritis dan cara pencegahannya agar tidak kambuh kembali, mengajarkan

keluarga cara mengukur intensitas nyeri dengan skala nyeri 1- 10, menjelaskan

pada keluarga tentang teknik relaksasi tarik napas dalam untuk mengatasi

nyeri dan mengukur skala nyeri kembali. Implementasi keperawatan

dilanjutkan pada hari kedua dengan kembali mengukur skala nyeri dan

mengajarkan cara membuat ramuan herbal ekstrak kunyit untuk merehabilitasi

mukosa lambung.

5. Pada tahap akhir dilakukannya proses evaluasi, Tn Ag menyatakan rasa nyeri

telah berkurang dengan skala nyeri satu dan istri klien menyatakan mampu

membuat ramuan kunyit untuk menyembuhkan luka lambung pada suaminya.

Berdasarkan respons terhadap implementasi kperawatan tersebut masalah

nyeri akut pada Tn Ag dan masalah anggota keluarga Tn A lainnya dapat

dinyatakan telah teratasi.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Mahasiswa

a. Mahasiswa/i diharapkan dapat menjelaskan tanda maupun gejala lain

terkait kondisi klien yang ditemukan pada saat pengkajian agar klien tidak

merasa cemas ataupun stress yang dapat memperberat penyakit gastritis.

b. Mahasiswa/i mengajarkan keluarga cara-cara untuk merehabilitasi

lambung agar luka pada mukosa lambung dapat pulih dan gastritis tidak

berkembang menjadi penyakit yang kronis.


86

c. Peneliti melakukan penelitian tentang kefektifan penggunaan obat-obatan

herbal dalam menyembuhkan luka pada mukosa lambung untuk

mengembangkan intervensi keperawatan.

d. Peneliti melakukan penelitian ketika seluruh anggota keluarga berada di

rumah agar penelitian menjadi lebih efisien dan data-data yang

dikumpulkan lebih akurat sehingga hasil yang diharapkan setelah

melakukan implementasi oleh peneliti berhasil dan mampu mengatasi

semua masalah pada keluarga pasien.

2. Puskesmas

Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama sebaiknya selain

memberikan pengobatan pada penderita gastritis tetapi juga mengedukasi

dengan melakukan penyuluhan tentang :

a. Gizi yang sehat dan seimbang.

b. Menu yang tepat untuk penderita gastritis.

c. Obat-obatan herbal tradisional yang baik dikonsumsi rutin untuk penderita

gastritis.

d. Meningkatkan peran keluarga dalam kegiatan penyuluhan..

3. Institusi

Bagi institusi Poltekkes Kemenkes Riau Diharapkan dapat memperbanyak

sumber buku maupun referensi mengenai gangguan pada lambung terutama

yang berkaitan dengan gastritis serta mengembangkan kurikulum belajar

khususnya mata kuliah Promosi Kesehatan, Keperawatan Keluarga dan Home

Care, sehingga dapat menciptakan tenaga kesehatan khususnya perawat yang


87

handal dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat

khususnya pada penderita gastritis.


88

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang A.H. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga


(Bagi Mahasiswa Keperawatan & Praktisi Perawat Puskesmas). Jakarta : CV
Agung Seto.
Almatsier, Sunita. (2010). Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga (Konsep Teori, Proses dan
Praktik Keperawatan). Yogyakarta : Graha Ilmu.
Direja, Ade HS. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Diyono & Mulyanti, S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.
Jakarta: kencana Prenada Media Group.
Hikmah, Chofizah N. (2019). Study Kinetika Reaksi : Ekstrak Kunyit Kuning
dalam Penyembuhan Penyakit Maag. http://osf.io/preprints/inarxiv/bjp2g/
(online). 23 Januari 2020.
Huzaifah, Zaqyyah. (2017). Hubungan Pengetahuan Tentang Penyebab Gastritis
Dengan Perilaku Pencegahan Gastritis. 1 (1) : 29
Jatmiputri, Sabilla S. (2016). Pengaruh Stress Kerja Terhadap Kejadian Nyeri
Kepala pada Pekerja Ground Handling. eprints.undip.ac.id (online). Diakses
pada 7 April 2020.
Kusniyati, Eni & Fauziah Ni’matul. (2018). Aloe Vera Efektif Sebagai Terapi
Pendamping Nyeri Gastritis Vol 5 No 1. www.stikesyahoedsmg.ac.id (online).
diakses pada 23 Januari 2020.
Malinda R & Jumirah E S. (2012). Gambaran Pola Makan, Tingkat Stress, dan
Keluarga Gejala Gastritis (Maag) Pada Sales Promotion Girl (Spg) Di
Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair. http://repository.unhas.ac.id
(online). Diakses pada 23 Januari 2020.
Megawati A & Nosi Hj H. (2014). Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Di Rawat Di RSUD Labuang Baji
Makassar (online). http://repository.unhas.ac.id. Diakses pada 23 Januari 2020.
Nego, Obed. (2018). Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn.H dengan Gastritis
di Kelurahan Ngapa Kecamatan Wundulako Kabupaten Kolaka (online).
(http://repository.poltekkes-kdi.ac.id, diakses pada tanggal 8 Februari 2020).
Pekanbaru, Dinkes Kota. (2015).Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2015.
Pekanbaru : Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru
Putriana, Andi. (2019). Asuhan Keperawatan Pada “Ny.N” Yang Mengalami
Gastritis Akut Dengan Masalah Keperawatan Mual Di Ruang Gelatik Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar (Karya Tulis Ilmiah). Makassar (ID) : Akademi
Keperawatan Mappaoudang Makassar.
89

Priscilla, Lemone dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 Ed
5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rahmah, M dkk. (2013). Faktor Resiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa (online). (http://repository.unhas.ac.id,
diakses pada 23 Januari 2020)
Rendi MC & TH Margaret. (2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rukmana, Lia N. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan
Gastritis di SMAN 1 Ngaglik (online). (http://lib.unisayogya.ac.id, diakses pada
tanggal 9 Februari 2020).
Suratun & Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta Timur : CV Trans Info Media.
Widiastuti, Riska. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Bapak H
Masalah Utama Nyeri Etcausa Gastritis Di Desa Lembang Kecamatan
Sokaraja Kabupaten Banyumas (online). (http://repository.ump.ac.id, diakses
pada 12 Februari 2020).
90

Lampiran 3 Leaflet Gastritis


91

Anda mungkin juga menyukai