Anda di halaman 1dari 12

Model 54

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk


KANTOR PUSAT
Jalan Jenderal Sudirman No. 44-46 Tromol Pos 1094 / 1000 Jakarta 10210
Telepon : 5751249, 5751250, 5751264, 5751265
Facsimile : 2500127, Kawat : KANPUSBRI
Telex : 65293, 65301, 65456, 65461
Website : www.bri.co.id

Jakarta, 3 Juli 2008

SURAT EDARAN
NOSE: S.18 -DIR/ADK/07/2008

tentang

PEDOMAN PENENTUAN PARA PIHAK DALAM PENANDATANGANAN


SURAT HUTANG/PERJANJIAN KREDIT
DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JAMINAN

Sehubungan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007


tentang Perseroan Terbatas sebagai pengganti Undang -Undang Perseroan Terbatas
Nomor 1 tahun 1995 serta ketidaksesuaian ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran
No. S. 86-DIR/BKO/5/89 tentang Ketentuan-Ketentuan Peminjam Bagi Badan Usaha
Dan Perorangan dengan ketentuan hukum saat ini, maka Direksi memandang perlu
untuk mengatur kembali pedoman bagi unit kerja dalam menentukan pihak peminjam
dalam penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit dan perjanjian pengikatan
jaminan, yang berlaku untuk semua jenis kredit di BRI.

I. PIHAK-PIHAK YANG BERTINDAK SEBAGAI DEBITUR

A. PERORANGAN
Adalah setiap orang atau individu selaku subjek hukum, yang cakap untuk
melakukan perbuatan-perbuatan hukum dengan pihak ketiga.
Debitur perorangan dapat terdiri dari :
1. Debitur berpenghasilan tetap (misalnya Pegawai Negeri/Swasta/ TNI/Polri).
2. Debitur berpenghasilan tidak tetap, misalnya pengusaha yang memiliki
usaha dagang atau perniagaan seperti toko, rumah makan, atau usaha
perorangan lainnya , serta para profesional seperti notaris, dokter dan lain-
lain.

B. BADAN USAHA

1. BADAN USAHA YANG TIDAK BERBADAN HUKUM


a. PERSEKUTUAN PERDATA
Persekutuan perdata adalah perusahan perorangan yang dijalankan
dengan partner usaha yang memasukkan suatu kontribusi (inbreng)
berupa modal/barang atau tenaga ke dalam perusahaan.

Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM


Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 2

Pendirian dan Pengesahan


Persekutuan perdata didirikan atas dasar perjanjian diantara para
sekutunya. Secara yuridis tidak dipersyaratkan formalitas tertentu
dalam pembuatan perjanjian tersebut sehingga dapat dilakukan dengan
akta bawah tangan maupun notariil, juga tidak dipersyaratkan adanya
pendaftaran maupun pengumuman kepada pihak ketiga. Persekutuan
mulai berlaku sejak saat persetujuan para pihak dalam persekutua n
tersebut.

b. PERSEKUTUAN FIRMA (FA)


Persekutuan Firma selanjutnya disebut Firma adalah badan usaha
berbentuk persekutuan yang didirikan untuk menjalankan perusahaan
dengan nama bersama.

Pendirian dan Pengesahan


Pendirian persekutuan firma disyaratkan dengan akta otentik,
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Apabila pendaftaran dan
pengumuman belum dilaksanakan maka pihak ketiga dapat
menganggap firma tersebut sebagai persekutuan umum dalam arti
firma yang menjalankan segala macam urusan, didirikan untuk waktu
yang tidak terbatas dan tidak ada seorang dari sekutu yang
dikecualikan untuk bertindak mewakili firma tersebut.

c. PERSEKUTUAN KOMANDITER (COMMANDITAIR VENOOTSCHAP


/CV)
Persekutuan komanditer adalah badan usaha dalam bentuk
persekutuan firma yang memiliki 2 (dua) macam sekutu, yaitu :
1) Sekutu aktif/sekutu kerja/sekutu komplimenter adalah sekutu yang
menjadi pengurus persekutuan. dan bertanggung jawab secara
pribadi untuk keseluruhan.
2) Sekutu pasif/sekutu komanditer adalah sekutu yang hanya
menyerahkan uang, barang atau tenaga sebagai pemasukan
modal (inbreng) pada persekutuan dan hanya bertanggung jawab
sebesar modal yang ia masukan kedalam persekutuan.
Persekutuan Komanditer dilarang turut campur dalam pengurusan
persekutuan meskipun dengan surat kuasa. Apabila sekutu
komanditer melakukan pengurusan maka yang bersangkutan harus
bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan..

Pendirian dan Pengesahan


Suatu persekutuan komanditer didirikan dengan akta otentik dan
disyaratkan untuk didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri serta
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
Apabila pendaftaran dan pengumuman belum dilaksanakan maka
seperti halnya firma, pihak ketiga dapat menganggap persekutuan
tersebut sebagai persekutuan umum dalam arti persekutuan yang
Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM
Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 3

menjalankan segala macam urusan, didirikan untuk waktu yang tidak


terbatas dan tidak ada seorang dari sekutu yang dikecualikan untuk
bertindak mewakili persekutuan tersebut.
.
2. BADAN USAHA BERBADAN HUKUM

a. KOPERASI
Koperasi menurut Undang Undang Nomor 52 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian adalah badan usaha yang beranggotakan orang
perorangan atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan.

Pendirian dan Pengesahan


Pendirian koperasi harus dilakukan dengan akta otentik yang memuat
Anggaran Dasar, mendapat pengesahan dari Pemerintah (saat ini
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah) dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Suatu
Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian
Koperasi mendapat pengesahan dari Pemerintah.

b. PERSEROAN TERBATAS (PT)


Perseroan Terbatas selanjutnya disebut Perseroan menurut Undang
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian dan melakukan kegiatan usaha dengan modal
yang seluruhnya terbagi dalam saham. Para pemegang saham
perseroan bertanggung jawab sebatas nilai saham yang dimilikinya
atas kerugian Perseroan.

Pendirian dan Pengesahan


Perseroan wajib didirikan dengan akta otentik, mendapat pengesahan
dari Menteri (saat ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia),
didaftarkan dalam Daftar Perseroan dan diumumkan dalam Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia. Suatu Perseroan memperoleh
status sebagai badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan
Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.

c. BADAN USAHA MILIK NEGARA


Badan Usaha Milik Negara selanjutnya disebut BUMN menurut Undang
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN terdiri dari Perusahaan
Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan (PERSERO).

Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM


Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 4

1) PERUSAHAAN UMUM
Perusahaan Umum yang selanjutnya disebut PERUM, adalah
BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi
atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan
sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.

Pendirian dan Pengesahan


Pendirian Perum harus dengan Peraturan Pemerintah berdasarkan
usulan yang diusulkan oleh Menteri dan memperoleh status badan
hukum sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah tentang
pendiriannya.

2) PERUSAHAAN PERSEROAN
Perusahaan Perseroan, untuk selanjutnya disebut PERSERO,
adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya
terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima
puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

Pendirian dan Pengesahan


PERSERO didirikan berdasarkan Undang-Undang dengan bentuk
Perseroan Terbatas, sehingga berlaku prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas. PERSERO memperoleh status badan hukum sejak
diberlakukannya Undang-Undang tentang pendiriannya.

Perseroan Terbuka selanjutnya disebut Persero Terbuka yaitu


Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi
kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal. Bagi Persero Terbuka berlaku ketentuan Undang-Undang
BUMN dan Undang-Undang Perseroan Terbatas sepanjang tidak
diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal.

C. BUKAN BADAN USAHA.

1. BUKAN BADAN USAHA YANG BERBADAN HUKUM


a. YAYASAN
Yayasan menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang
sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota .

Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM


Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 5

Pendirian dan Pengesahan


Pendirian Yayasan harus dilakukan dengan akta otentik, disahkan oleh
Menteri (saat ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia) dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Suatu
yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian
Yayasan memperoleh pengesahan Menteri.

b. PEMERINTAH DAERAH
Pemerintah Daerah selanjutnya disebut Pemda menurut Undang
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah dengan prinsip
otonomi dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemda terdiri dari Pemerintah Daerah Propinsi yang diselenggarakan
oleh Gubernur dan DPRD Propinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota yang diselenggrakan oleh Bupati/Walikota dan DPRD
Kabupaten/Kota.

Pendirian dan Pengesahan


Pendirian/pembentukan suatu Pemda harus ditetapkan dengan
Undang Undang dan memperoleh status sebagai badan hukum sejak
diberlakukannya Undang Undang tentang pendirian/pembentukannya.

c. BADAN HUKUM PERGURUAN TINGGI


Yang dimaksud Badan Hukum Perguruan Tinggi menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 1999 adalah Perguruan Tinggi Negeri
(PTN) yaitu perguruan tinggi yang diselenggarakan Pemerintah. PTN
adalah merupakan Badan Hukum Milik Negara yang bersifat nirlaba
dan berbentuk badan hukum yang mandiri.

PTN yang telah ditetapkan sebagai badan hukum memiliki otonomi


sendiri yang terlepas dari Departemen Pendidikan Nasional dan berhak
melakukan semua perbuatan hukum sebagaimana layaknya badan
hukum pada umumnya.

Pendirian dan Pengesahan


Pendirian PTN harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dan
memperoleh status badan hukum sejak diundangkannya Peraturan
Pemerintah tentang pendiriannya.

2. BUKAN BADAN USAHA YANG TIDAK BERBADAN HUKUM

PERKUMPULAN.
Perkumpulan adalah persatuan dari orang-orang yang menggabungkan diri
karena adanya kepentingan atau tujuan yang sama yang tidak bermotif
ekonomi sehingga tidak melakukan usaha-usaha yang mendatangkan
keuntungan komersial. Contohnya Perkumpulan Keagamaan, perkumpulan

Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM


Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 6

berkenaan dengan hobi tertentu seperti Perkumpulan Penggemar Mobil


Antik dan Perkumpulan Jantung Sehat.

II. PARA PIHAK DALAM PENANDATANGANAN SURAT HUTANG/ PERJANJIAN


KREDIT

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta dengan mempertimbangkan risiko


yang timbul dikemudian hari maka para pihak yang berwenang menandatangani
Surat Pengakuan Hutang/Perjanjian Kredit maupun pihak yang berwenang
bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Debitur dalam menandatangani
Surat Pengakuan Hutang/Perjanjian Kredit, diatur sebagai berikut :

A. DEBITUR PERORANGAN
Pada prinsipnya, penandatanganan surat hutang / perjanjian kredit harus
dilakukan oleh pihak yang berhutang beserta suami/istrinya. Apabila
suami/istri nya berhalangan hadir untuk menandatangani surat hutang /
perjanjian kredit, maka yang bersangkutan wajib menyerahkan surat
persetujuan kepada pihak yang berhutang untuk menandatangani surat
hutang/perjanjian kredit.

Untuk kasus-kasus tertentu dalam pelayanan kredit BRIGuna dan Kredit Mikro
(Kupedes) misalnya suami/istri dari pihak yang berhutang sedang berada di
luar negeri, maka penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit dapat
dilakukan oleh pihak yang berhutang sendiri tanpa perlu surat persetujuan dari
suami/isterinya.

B. BADAN USAHA

1. BADAN USAHA YANG TIDAK BERBADAN HUKUM

a. PERSEKUTUAN PERDATA
Setiap sekutu yang melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga,
maka sekutu yang bersangkutan sajalah yang bertanggung jawab atas
pebuatan-perbuatan yang dilakukannya dengan pihak ketiga, meskipun
dia menyatakan bahwa tindakan yang dilakukannya untuk kepentingan
persekutuan. Perbuatan sekutu tersebut baru mengikat sekutu lainnya
apabila ada surat kuasa dari sekutu lain atau hasil dari perbuatannya
secara nyata telah dinikmati oleh persekutuan.

Dengan demikian, yang berwenang mewakili persekutuan perdata dalam


penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit adalah semua anggota
persekutuan, beserta suami/istri sekutu tersebut.

Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM


Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 7

b. PERSEKUTUAN FIRMA (FA)


Pertanggungjawaban sekutu Firma terhadap pihak ketiga adalah secara
pribadi untuk keseluruhan yang mana tiap-tiap sekutu bertanggung
jawab secara pribadi pada semua perikatan yang dilakukan Firma,
meskipun dibuat oleh sekutu lain. .

Dengan demikian, yang berwenang mewakili Firma dalam


penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit adalah para sekutu
firma kecuali ditentukan lain dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasarnya,
beserta suami/istri sekutu tersebut.

c. PERSEKUTUAN KOMANDITER (COMMANDITAIR VENOOTSCHAP/


CV)

Pada Persekutuan Komanditer, sekutu aktif bertugas mengurus


persekutuan dan bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.
Sekutu komanditer hanya bertanggung jawab sebesar modal yang ia
masukan kedalam persekutuan. Sekutu komanditer dilarang melakukan
pengurusan, meskipun dengan surat kuasa. Apabila sekutu komanditer
melakukan pengurusan maka sebagai konsekuensinya tanggung
jawabnya menjadi secara pribadi untuk keseluruhan.

Dengan demikian, yang berwenang bertindak untuk dan atas nama serta
mewakili persekutuan komanditer (baik yang sudah terdaftar maupun
yang belum terdaftar) dalam menandatangani surat hutang/perjanjian
kredit adalah sekutu aktif beserta suami/istrinya. Sekutu pasif/komanditer
cukup memberikan persetujuan, apabila hal tersebut dipersyaratkan
dalam Anggaran Dasar.

2. BADAN USAHA BERBADAN HUKUM

a. KOPERASI
Yang berwe nang melakukan pengurusan Koperasi dan mewakili
Koperasi di dalam maupun di luar pengadilan termasuk dalam
melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga adalah Pengurus
Koperasi.

Pada Koperasi yang telah berbadan hukum maka pengurus koperasi


tidak bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan tugasnya
untuk kepentingan Koperasi kecuali jika yang bersangkutan bersalah
atau lalai menjalankan dalam tugasnya. Sedangkan pada Koperasi yang
belum berbadan hukum maka pengurus Koperasi harus bertanggung
jawab secara pribadi atas setiap tindakan yang dilakukannya untuk
kepentingan koperasi.

Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM


Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 8

Dengan demikian, yang berwenang mewakili Koperasi dalam


penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit adalah :
a). Apabila Koperasi belum berstatus sebagai badan hukum , adalah
seluruh pengurus Koperasi atas nama pribadi secara tanggung
renteng , beserta suami/istrinya.
b). Apabila Koperasi telah berstatus sebagai badan hukum , adalah
pengurus koperasi sesuai Akta Pendirian / Anggaran Dasar berhak
tanpa mengikutsertakan suami/ istri nya.

b. PERSEROAN TERBATAS (PT)


Yang berwenang mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan adalah Direksi Perseroan, yang tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas pelaksanaan tugasnya dalam mengurus Perseroan
kecuali jika yang bersangkutan salah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya tersebut.

Untuk mengetahui siapa saja yang berhak dan berwenang mewakili


Perseroan dalam melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga
(termasuk dalam hal melakukan pinjaman dengan Bank) maka harus
dilihat Akta Pendirian/Anggaran Dasarnya berikut akta perubahannya,
khususnya pada pasal-pasal kepengurusan dan kewenangan Direksi.
Apabila didalam Akta pendirian/Anggaran Dasar Perseroan tidak diatur
mengenai kepengurusan dan kewenangan Direksi dalam melakukan
perbuatan hukum dengan pihak ketiga, maka harus diadakan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menentukan siapa yang berhak
dan berwenang mewakili Perseroan tersebut.

Perbuatan hukum yang dilakukan Perseroan sebelum Perseroan


memperoleh status sebagai badan hukum hanya boleh dilakukan oleh
semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri dan semua
anggota Dewan Komisaris yang kesemuanya bertanggung jawab secara
tanggung renteng atas perbuatan hukum tersebut. Apabila dikemudian
hari Perseroan tersebut memperoleh status sebagai badan hukum, maka
perbuatan yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut secara hukum
menjadi tanggung jawab Perseroan.

Dengan demikian, yang berwenang mewakili Perseroan dalam


penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit adalah :
a). Apabila Perseroan belum berbadan hukum adalah semua anggota
Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota Dewan
Komisaris Perseroan.
b). Apabila Perseroan telah berbadan hukum adalah anggota Direksi
yang berwenang sesuai ketentuan dalam Akta Pendirian/ Anggaran
Dasar Perseroan.

Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM


Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 9

c. BADAN USAHA MILIK NEGARA

1) PERUSAHAAN UMUM
Berdasarkan Undang -Undang BUMN, Menteri yang ditunjuk
dan/atau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemilik
modal pada Perum, berwenang memberikan persetujuan atas
kebijakan pengembangan usaha Perum yang diusulkan oleh Direksi,
setelah kebijakan dimaksud terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari Dewan Pengawas.

Dengan demikian, yang berwenang mewakili PERUM dalam


penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit adalah anggota
Direksi yang berhak dan berwenang untuk mewakili PERUM dengan
memperhatikan ketentuan dalam Anggaran Dasar PERUM.

2) PERUSAHAAN PERSERO
Direksi adalah organ PERSERO yang bertugas melaksanakan
pengurusan PERSERO untuk kepentingan dan tujuan PERSERO,
serta mewakili PERSERO baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Direksi bertanggung jawab atas pengurusan PERSERO sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Dengan demikian, yang berwenang mewakili PERSERO dalam


penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit adalah Direksi
dengan memperhatikan ketentuan dalam Anggaran Dasar
PERSERO.

C. BUKAN BADAN USAHA.

1. BUKAN BADAN USAHA YANG BERBADAN HUKUM

a. YAYASAN
Yang berhak untuk mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadilan
termasuk dalam melakukan perbuatan hukum dengan pihak ketiga
adalah Pengurus Yayasan. Para Pengurus Yayasan tidak bertanggung
jawab secara pribadi atas pelaksanaan tugasnya tersebut kecuali jika
yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya
yang tidak sesuai dengan Anggaran Dasar. Perbuatan hukum yang
dilakukan oleh Pengurus atas nama Yayasan yang belum memperoleh
status badan hukum menjadi tanggung jawab Pengurus secara
tanggung renteng.

Dengan demikian, yang berhak untuk mewakili Yayasan dalam


penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit adalah :
a). Apabila Yayasan belum berstatus sebagai badan hukum, adalah
seluruh pengurus yayasan secara tanggung renteng, beserta
suami/istrinya.
Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM
Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 10

b). Apabila Yayasan telah berstatus sebagai badan hukum, adalah


pengurus Yayasan sesuai Akta Pendirian / Anggaran Dasar tanpa
mengikutsertakan suami atau istri para pihak tersebut.

b. PEMERINTAH DAERAH
PEMDA terdiri dari : penyelenggara Propinsi yaitu Gubernur dan DPRD
Propinsi sedangkan penyelenggara Pemda Kabupaten/Kota adalah
Bupati/ Walikota dan DPRD Kabupaten/Kota.
Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) bertugas antara lain untuk
bertindak mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan
dapat menguasakan kepada orang lain untuk bertindak mewakilinya.
DPRD bertugas untuk memberikan persetujuan terhadap rencana
kerjasama/perjanjian dengan pihak ketiga yang dapat membebani
keuangan daerah (termasuk tindakan hukum mengajukan pinjaman
pada bank).

Dengan demikian, yang berwenang mewakili PEMDA dalam


penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit adalah Gubernur atau
pihak yang diberi kuasa, dengan persetujuan DPRD.

c. BADAN HUKUM PERGURUAN TINGGI


Perguruan Tinggi dipimpin oleh Rektor dan dibantu oleh beberapa
orang Pembantu Rektor. Pimpinan Perguruan Tinggi mewakili
Perguruan Tinggi di dalam dan di luar Pengadilan untuk kepentingan
dan tujuan Perguruan Tinggi. Setiap anggota Pimpinan berhak
mewakili Perguruan Tinggi kecuali ditentukan lain dalam Anggaran
Dasar.

Dengan demikian, yang berwenang mewakli Perguruan Tinggi dalam


penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit adalah pimpinan
Perguruan Tinggi dengan memperhatikan ketentuan dalam Anggaran
Dasarnya.

2. BUKAN BADAN USAHA YANG TIDAK BERBADAN HUKUM

PERKUMPULAN.
Perkumpulan bukan merupakan badan hukum, sehingga apabila seorang
sekutu perkumpulan mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga
maka sekutu yang melakukan tindakan hukum sajalah yang bertanggung
jawab atas perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan pihak ketiga,
meskipun dia menyatakan bahwa tindakannya dilakukan untuk kepentingan
perkumpulan. Perbuatan seorang sekutu baru mengikat sekutu lain apabila
ada surat kuasa dari sekutu lain atau hasil perbuatan sekutu tersebut
secara nyata telah dinikmati oleh perkumpulan.

Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM


Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 11

Dengan demikian, yang berwenang mewakili perkumpulan dalam


penandatanganan surat hutang/perjanjian kredit adalah semua anggota
perkumpulan beserta suami/isteri sekutu yang bersangkutan.

III. PENANDATANGANAN PENGIKATAN JAMINAN


1. Dalam hal jaminan adalah milik pribadi debitur perorangan atau milik pribadi
dari anggota persekutuan/direksi/pendiri/komisaris/pengurus atau para
penjamin lainnya, maka pihak yang menandatangani surat pengikatan jaminan
adalah si pemilik jaminan, dengan memperhatikan status jaminan yang
diberikan apakah merupakan harta bawaan atau harta bersama/harga gono-
gini, mengacu pada hal-hal sebagai berikut :
a. Harta bawaan adalah harta yang diperoleh suami atau istri sebelum
perkawina n berlangsung dan kemudian dibawa oleh suami atau istri
tersebut kedalam perkawinan, sedangkan harta bersama adalah harta yang
diperoleh suami istri selama perkawinan berlangsung. Dalam hal terdapat
perjanjian perkawinan yang mengatur pemisahan harta kekayaan antara
suami dan istri, maka harta yang diperoleh suami/istri selama perkawinan
berlangsung bukan termasuk harta bersama.
b. Penandatanganan perjanjian pengikatan jaminan atas harta bawaan cukup
dilakukan oleh si pemilik jaminan saja, tanpa menyertakan suami/istri dari si
pemilik jaminan. Namun untuk melindungi kepentingan BRI dalam hal harta
yang dijaminkan adalah harta bawaan, harus disyaratkan adanya surat
pernyataan dari suami atau istri yang menyatakan bahwa harta yang
dijaminkan itu adalah merupakan harta bawaan.
c. Penandatanganan perjanjian pengikatan jaminan atas harta bersama
dilakukan oleh si pemilik jaminan beserta suami/istrinya atau dapat
dilakukan oleh salah satu suami atau istri yang bersangkutan berdasarkan
surat persetujuan dan kuasa dari suami/istri yang berhalangan untuk
melakukan penandatanganan perjanjian pengikatan jaminan.
2. Dalam hal jaminan yang diserahkan adalah milik lembaga (badan usaha /badan
hukum) maka surat pengikatan jaminan harus ditandatangani oleh pihak yang
berhak dan berwenang untuk mewakili perusahaan sesuai ketentuan dalam
Akta Pendirian/Anggaran Dasar. Apabila dalam Akta Pendirian/Anggaran
Dasar tersebut tidak mengatur mengenai kewenangan dimaksud, maka
perbuatan untuk menjaminkan aset badan usaha harus mendapatkan
persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham/Dewan Komisaris atau Rapat
Anggota/Pembina/Pengawas badan usaha tersebut, dengan memperhatikan
ketentuan perundang -undangan yang berlaku.

IV. PENUTUP
1. Ketidakikutsertaan salah satu pihak yang berwenang (suami/istri/sekutu)
sebagaimana diatur dalam point II.B dan II.C diatas, wajib digantikan dengan
surat kuasa, namun dilakukan secara kasus per kasus sesuai pertimbangan
Pejabat Pemutus.
2. Surat kuasa dan/atau surat persetujuan dalam rangka penandatanganan surat
hutang/perjanjian kredit maupun perjanjian pengikatan jaminan, dapat dibuat

Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM


Model 54 lanjutan
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk
Lembar lanjutan ke 12

secara di bawah tangan yang dilegalisir maupun secara notariil, berdasarkan


judgement/pertimbangan Pejabat Kredit Lini (PKL), dengan tetap
mempertimbangkan risiko yang akan ditanggung BRI dikemudian hari.
3. Dengan dikeluarkannya Surat Edaran ini, maka ketentuan dibawah ini
dinyatakan tidak berlaku lagi, yaitu :
a. Surat Edaran Nomor S.86-DIR/BKO/5/89 tanggal 22 Mei 1989 tentang
Ketentuan - Ketentuan Peminjam Bagi Badan Usaha Dan Perorangan
Dalam Penandatanganan Surat Hutang ;
b. Surat Edaran Nomor S.85-DIR/BKO/5/89 tanggal 22 Mei 1989 tentang
Ketentuan - Ketentuan Jaminan Yang Merupakan Harta Bersama;
c. Surat Direksi Nomor B.453-DIR/ ADK/06/2003 tanggal 17 Juni 2003 tentang
Ketentuan Penandatanganan Perjanjian Kredit dan Pemberian Jaminan
Kredit Bagi Debitur Perorangan;
d. Surat Divisi Administrasi Kredit Nomor B. 1043-ADK/KBP/11/2003 tanggal
29 Oktober 2003 tentang Ketentuan Penandatanganan Perjanjian Kredit dan
Pemberian Jaminan Kredit Bagi Debitur Perorangan.
4. Surat Edaran ini berlaku sejak tanggal dikeluarkan.

Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Kepada :
1. Sdr. Pemimpin Wilayah
2. Sdr. Pemimpin Cabang Khusus
3. Sdr. Pemimpin Cabang
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk
di Seluruh Indonesia

Tindasan :
1. Komisaris BRI
2. Direksi BRI
3. Kepala Divisi/Desk/Perencana Bisnis KP BRI
4. Kepala Audit Intern BRI
5. Inspektur BRI Selindo
6. Sentra Pendidikan BRI Selindo
7. Arsip
FN : DN/My Docs/SE Tanda Tangan PK&PJ/Juni 2008

Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, Penghargaan Kepada SDM

Anda mungkin juga menyukai