Anda di halaman 1dari 16

Abstrak

Di wilayah Indonesia yang dilewati garis katulistiwa, ketersediaan sinar matahari sangat
potensial dan sepanjang hari. Oleh karena itu, dalam hal penerapan sebagai sumber energi listrik
untuk menggerakan pompa air dengan seperangkat panel sel surya adalah sangat memungkinkan.
Tingkat atau intensitas pencahayaan sinar matahari dari mulai matahari terbit sampai matahari
terbenam sangat berbeda tingkatannya. Intensitas cahaya matahari tentunya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan panel sel surya untuk merubahnya menjadi energi listrik. Tentunya akan
memberikan dampak pada kinerja sistem pompa air tenaga surya. Dengan demikian dalam
penelitian ini akan menguji kinerja serta melakukan analisis kinerja pompa air yang digerakkan
mengunakan tenaga listrik dari panel sel surya. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
pengukuran daya yang dihasilkan panel surya dimulai dari pukul 10:35 WITA sampai dengan
pukul 13:23 WITA, dilakukan di ruangan Laboratorium Gedung Elektro Politeknik Negeri
Ujung Pandang. Pengambilan data yang dilakukan adalah mengukur intensitas cahaya matahari,
tegangan panel surya, arus panel surya, tegangan baterai, arus baterai, debit air, volume air, arus
motor, tegangan motor, daya motor, dan energi yang digunakan pada motor. Panel surya yang
digunakan adalah panel surya jenis polikristal dengan kapasitas 50wp, daya yang dihasilkan
panel surya tertinggi 139,5W pada pukul 11:05 WITA dengan nilai intensitas 62300 lux,
sedangkan nilai daya terendah adalah 49,2 W pada pukul 10:35 WITA dengan nilai intensitas
64100 lux. Baterai menggerakkan pompa air DC selama 3 jam dan menghasilkan volume air
rata-rata 3490 liter serta debit air rata-rata yang dihasilkan adalah 40,1 liter/menit.

I. PENDAHULUAN

Air merupakan sumber daya alam yang tak terbatas. Penggunaan sumber daya ini adalah
yang terbanyak digunakan oleh manusia. Air menjadi kebutuhan dasar bagi manusia, yang
digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Tetapi, di beberapa daerah masih kesulitan untuk
mengakses air bersih. Ketersediaan air pun menjadi masalah bagi masyarakat di daerah
tertentu. Sulitnya mengakses sumber air menjadi masalah utama. Alat yang biasa digunakan
untuk mengakses sumber air yang jauh ini yaitu berupa pompa. Pompa membutuhkan bahan
bakar listrik untuk bergerak. Terbatasnya sumber energi fosil yang digunakan untuk
membangkitkan listrik menjadi masalah tersendiri.
Mencari alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil adalah solusinya. Energi matahari
yang merupakan sumber daya alam tak terbatas yang bisa digunakan sebagai sumber energi
terbarukan pengganti fosil. Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk
menggerakkan pompa dapat dijadikan alternatif, hal ini karena Indonesia berada pada wilayah
tropis. Dimana cahaya matahari dapat diperoleh secara gratis sepanjang tahun. Kinerja PATS
untuk memompa air menjadi sangat tepat pada musim kemarau, dimana intensitas cahaya
matahari dan kebutuhan air sangat tinggi. Sedangkan pada musim hujan, masyarakat bisa
mendapatkan air dengan mudah, sehingga kinerja PATS yang kurang maksimal karena
kurangnya intensitas cahaya matahari tidak menjadikan masalah.
Pompa air dengan menggunakan tenaga surya hanya memerlukan energi sinar matahari
untuk operasionalnya. PATS akan tetap beroperasi meskipun cuaca mendung atau hujan
sekalipun. Hal ini hanya berpengaruh terhadap debit energi yang dihasilkan. Keuntungan lain
dari menggunakan sistem PATS yaitu tidak memerlukan operator khusus untuk
mengoperasikan pompa ini, karena sistem ini beroperasi secara otomatis (Pranoto, 2011),
mudah dipasang dan mudah dirawat (Bachtiar, 2006). Menurut Asy’ari et al., (2012)
photovoltaic merupakan pembangkit listrik yang aman untuk lingkungan sehingga tidak
menimbulkan polusi udara seperti pembangkit lainnya
Pembangunan PATS juga menguntungkan dari segi ekonomi. Pembangunan PATS
menghasilkan nilai NPV (Net Present Value) positif, nilai IRR (Internal Rate of Return)
sebesar 30% jika dibandingkan dengan harga pembelian dari truk tanki dan 34% jika
dibandingkan dengan harga pembelian dengan jerigen serta memiliki Net Benefit-Cost Ratio
(Net B/C) lebih besar dari 1 yang menandakan bahwa sistem PATS menguntungkan dari sisi
ekonomi (Arrohman, Sihana, & Setiawan, 2012). Sedangkan dari aspek lingkungan, sistem
PATS bisa mengurangi emisi CO2 selama rentang umur 25 tahun (Meah, Fletcher, & Ula,
2008).
Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan parameter kinerja dari SPATS berupa debit
air, efisiensi pompa dan efisiensi sistem pada sistem dengan head pompa dan konfigurasi
panel surya yang tetap. Setelah itu akan dilakukan analisis ekonominya untuk mendapatkan
harga energi yang dibutuhkan dalam setiap m3 air yang dihasilkan.

II. TINJAUAN PUTAKA


Pompa air tenaga surya merupakan pompa yang berfungsi menyedot air yang digerakkan
dengan energy tenaga surya([1]. Sistem pompa air yang digunakan sebenarnya sama dengan
system pompa air biasa, yang membedakan hanya sumber listrik yang digunakan berasal
dari PLTS. Fungsi, bentuk fisik, bahkan instalasi dari pompa air tenaga surya ini sama
dengan pompa air biasa.
Berdasarkan lokasi pemasangan atau letaknya, pompa di klasifikasikan menjadi 4 yaitu
pompa Air Sumur Dangkal, pompa Air Sumur Dalam, pompa Celup, dan pompa Booster.
Dalam percobaan kali ini pompa yang digunakan adalah pompa celup atau Submersible
pump dimana pompa jenis ini menggunakan sistem operasi sentrifugal. Yaitu mengubah
energi kinetik dari air menjadi energi potensial yang bergerak kepermukaan melalui Impeller
dan bergerak memutar didalam casing pompa air sehingga air dapat terdorong keluar oleh
putaran tersebut[4] Submersible pump dirancang secara khusus untuk PV memiliki efisiensi
keseluruhan 30-70%.
Pemompaan air tenaga surya didasarkan pada teknologi PV yang mengubah sinar
matahari menjadi listrik untuk memompa air. Panel PV terhubung ke motor (yang dalam
percobaan ini DC) yang mengubah energi listrik yang dipasok oleh panel PV menjadi energi
mekanik yang diubah menjadi energi hidrolik oleh pompa[3]. Tujuan dari pengujian Spats
disini adalah simulasi pengisian tandon dengan daya tampung 750L. Sistem pompa DC
secara garis besar diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu battery-coupled DC Pump dan
direct-coupled DC Pump.[5]. Dalam penelitian ini akan menggunakan sistem direct-coupled
DC Pump.

Kinerja SPATS bergantung pada parameter seperti radiasi matahari pada setiap lokasi,
efisiensi PV, head, aliran air, kebutuhan air, dan daya hidrolik [6]. Efisiensi array PV
ditentukan oleh persamaan berikut :
𝜉𝑝𝑣(%) = 𝐸𝑝𝑣 𝐴𝑝𝑣 ∙ 𝐸 × 100 (1)
Efisiensi pompa merupakan perbandingan energi hidrolik pada satuan waktu dengan
konsumsi energi yang dibutuhkan pompa dalam waktu yang sama, diberikan oleh :
𝜉𝑝𝑣(%) = 𝐶ℎ ∙ 𝐻 ∙ 𝑉𝑑 𝐸𝑝 × 100 (2)
Sedangkan efisiensi SPATS diberikan oleh
𝜉𝑠𝑦𝑠(%) = 𝜉𝑝𝑣 ∙ 𝜉𝑝 (3)
Debit air merupakan volume air yang keluar dari pompa setiap satuan waktu yang diberikan
oleh :
𝑄 =𝑉 𝑡 (4)
Di mana:
𝐸𝑝𝑣 : energi listrik yang dibangkitkan oleh PV dalam satuan waktu (Wh)
𝐴𝑝𝑣 : luas permukaan PV (m2)
𝐸 : radiasi matahari (W/m2)
𝐶ℎ : konstanta hidrolik (2.725)
𝐻 : head pompa (m)
𝑉𝑑 : Volume pada satuan waktu tertentu (m3)
𝐸𝑝 : energi yang dibutuhkan pompa pada satuan waktu (Wh)
𝜉𝑝𝑣 : efisiensi PV (%)
𝜉𝑝 : efisiensi pompa (%)
𝜉𝑠𝑦𝑠 : efisiensi SPATS (%)
𝑄 : debit air (m3/s)
𝑉 : volume air (m3)
t : waktu (s)

Selain kinerja yang telah disebutkan di atas hal lain yang perlu diperhatikan adalah
mengenai analis ekonomi suatu SPATS. Analis ekonomi yang dimaksudkan di sini dibatasi
pada 2 aspek yaitu harga energi yang dibangkitkan oleh PV untuk menyuplai SPATS dan
harga yang diperlukan untuk menaikkan air setiap m3. Biaya energi ini menggambarkan
biaya yang dibutuhkan untuk membangkitkan 1 kWh energi listrik, sedangkan harga air
memberikan gambaran berapa besar biaya yang dibutuhkan oleh air dalam setiap m3 yang
diangkat oleh SPATS. Menurut Biaya energi (Cost Of Energy) terutama ditentukan oleh
biaya pemasangan dan produksi energi tahunan. Untuk sistem SPATS, biaya tersebut
ditentukan terutama oleh PV dan pompa DC kemudian biaya pengontrol. Untuk COE PV
sendiri tergantung pada radiasi matahari sekitar $ 0,22- $ 0,35 / kWh. COE dari PV biasanya
diratakan selama umur sistem (diasumsikan 20-30 tahun), yang dihitung dengan:
IC X FCR+ AOM
COE= (5)
AkWh
dengan

(1+ i)n
FCR= (6)
(1+i)n −1
AkWh=EF x ℘ x PSH x 365 (7)
Di mana:
𝐼𝐶 : biaya awal (biaya komponen)
𝐹𝐶𝑅 : faktor pengembalian modal
𝐴𝑂𝑀 : biaya operasi dan pemeliharaan
𝐴𝑘𝑊ℎ : energi yang dihasilkan dalam setahun (kWh/tahun)
𝑖 : faktor diskon
𝑛 : umur sistem (tahun)
𝐸𝐹 : efisiensi PV (%)
𝑊𝑝 : daya maksimal yang dihasilkan oleh PV
𝑃𝑆𝐻 : waktu rata-rata radiasi matahari dalam sehari (jam).
Untuk menghitung harga air untuk setiap m3 bergantung pada daya yang dibutuhkan oleh
pompa serta waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh air dalam jumlah 1 m3. Harga ini
dapat dihitung dengan:
𝐶𝑂𝑊 =𝑃 × 𝑡 1𝑚3 (8)
Di mana:
𝐶𝑂𝑊: harga air (Rp/m3)
𝑃 : daya pompa (W)
𝑡 : waktu (jam).

III. METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan data ini dilakukan di Kampus 2 Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Pengumpulan data didapat dari studi literatur dan observasi/pengukuran secara
langsung. Pengukuran dilakukan untuk mengukur besaran-besaran yang di perlukan.
Pengambilan data dilakukan pada jam 10.35 sampai dengan 13.25 dengan rentang
pengambilan data dilakukan setiap 30 menit.

3.2. Alat dan Bahan


NO NAMA JUMLAH DESKRIPSI

Pompa yang digunakan adalah


1. Pompa DC 1 pompa DC dengan tegangan 12
Volt, dengan Arus 5,4 Ampere.

Solar Charge
2. 1
Controller ( SCC )

Pipa yang digunakan adalah


3. Pipa PVC 1
jenis PVC berukuran ½ Inch,

Baterai yang digunakan


4. Baterai 1 berukuran 12 Volt, dengan
12 AH

Flow meter yang digunakan


dengan akurasi pengukuran 1%,
5. Flowmeter 1
dengan maximum pressure
20BAR, panjang 103MM

6. Kabel Secukupnya

7. Ember 1

Digunakan Untuk mengukur


8. Luxmeter 1 Intensitas cahaya pada panel
surya
3.4.Metode Penelitian

Mulai

Pengumpulan Data

Merakit Rangkaian PLTS

Vpv, Ipv, Vbaterai, Ibaterai, Debit


Air(L/men),Volair(L), Vmotor, Imotor,
Pmotor,Energimotor(Wh), Intensitas
Cahaya(Lux)

Analisis Perhitungan Serta


Pengukuran Pada Rangkaian

Data yang Diperoleh dari


hasil pengukuran sesuai

Kesimpulan dan Saran

selesai
Metode yang digunakan untuk memperoleh data sekunder adalah
menggunakan metode studi literatur, sedangkan untuk mendapatkan data
primer menggunakan metode observasi yaitu melakukan pengukuran
variabel radiasi matahari (SR), suhu modul (S), arus hubung singkat (I SC),
tegangan rangkaian terbuka (VOC), Debit air (m3) dan waktu pengosongan
baterai melalui pembebanan pompa air.

Metode pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini dengan layout
seperti Gambar 1 adalah sebagai berikut:
1. Merangkai alat
2. Pada jam 10.30 motor dihidupkan kemudian mengukur:
 Intensitas cahaya
 Tegangan dan arus baterai
 Tegangan dan arus keluaran pada PV
 Tegangan, arus daya, dan energy motor
 Debit air.
3. Mengulangi langkah 2 untuk setiap 30 menit sampai dengan pukul 13.25
Gambar 1

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran akan dilakukan analisis untuk
memperoleh hasil yang akan dicapai. Tahapan analisis data yang akan digunakan adalah
dengan menggunakan persamaan 1 – 8 dengan beberapa asumsi apabila ada besaran yang
tidak didapatkan pada pengukuran. Asumsi tersebut akan didasarkan pada ketentuan-
ketentuan yang berlaku atau dari hasil penelitian lainnya. Setelah mendapatkan hasil yang
diinginkan akan dibandingkan dengan penelitian lain dengan tujuan untuk melakukan
proses validasi dari hasil penelitian ini.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran yang didapat saat pengujian disajikan pada tabel 4.1 dibawah.
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa semakin tinggi radiasi matahari maka waktu
yang dibutuhkan untuk mengisi tandon juga akan semakin cepat, sehingga debit air
berbanding lurus dengan radiasi matahari. Naiknya nilai radiasi matahari akan
menyebabkan energy listrik yang dihasilkan semakin besar, dimana energy listrik ini akan
digunakan oleh pompa DC seperti pada gambar 3.1.
INTENSITAS I Arus Teganga Daya Energi
Vpv Ipv V Q
JAM CAHAYA (baterai L (liter) Motor n Motor Motor Motor
(Volt) (A) (baterai) (Iiter/menit)
(Lux) ) (A) (V) (W) (Wh)
10:3
5 64100 41 1.2 13.6 2.3 40.3 0 7.27 12.38 91 1014
11:0
5 62300 31 4.5 14 2.8 41.4 1233 7.41 12.55 92.9 1062
11:3
5 110500 38 2.6 14.2 7.2 42.2 2406 7.22 11.83 86.1 1108
12:0
5 99660 36 3.2 14.2 7.9 39.5 3572 7.7 11.75 91.1 1150
12:3
5 83800 37 2.6 13.8 7 39.5 4747 7.34 11.53 84.2 1194
13:0
5 75750 37 2.4 13.4 6.4 39.5 5907 7.2 11.41 81.6 1235
13:2
3 36240 36 2 13.1 5.6 38.3 6565 7.16 11.25 80 1259

Dari tabel 4.1 diperoleh parameter kinerja SPATS, dimana para meter tersebut
dapat dihitung mengguanakn persamaan 1-4 pada tinjauan pustaka. Berdasarkan
perhitungan yang dilakukan dari data tabel 4.1 efisiensi dari PV berkisar 2,68-8.17%,
dimana efisiensi ini sangat dipengaruhi oleh radiasi matahari yang menimpa PV.
Berdasarkan data sheet PV yang digunakan yaitu sebesar 12% pada kondisi standar
radiasi matahari 1000w/m2. Namun saat pengujian dilakukan data yang diperoleh tidak
ada yang sampai 1000w/m2 , dimana lux tertinggi diperoleh sebesar 110500 atau
921.06w/m2.

Untuk mencari efisiensi SPATS, data yang digunakan masih dari tabel 4.1

E(W/
NO Jam ξ(%)
m2)
      PV P Sistem
1 10:35 534.3 4.7 0 0
2 11:05 519.3 4.6 0.31 1.42
3 11:35 921.06 8.17 0.59 4.82
4 12:05 830.7 7.37 0.84 6.19
5 12:35 698.5 6.2 1.08 6.7
6 13:05 631.4 5.6 1.3 7.28
7 13:23 302.07 2.68 1.42 3.8
Rata - rata = 633.90 5.62 0.79 4.32
Tabel 4.2 Perhitungan
Efisiensi SPATS
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa efisiensi pompa berkisar antara 0,31-
1,3%. Sama halnya dengan efisiensi PV, efisiensi pompa sangat dipengaruhi oleh radiasi
matahari dimana semakin besar energy yang masuk pada pompa maka akan semakin
cepat waktu yang diperlukan untuk mengisi sebuah tandon. Berdasarkan literature [5]
efiseinsi SPATS berkisar 30-70%, sedangkan hasil dari pengujian efisiensi yang
diperoleh tidak mencukupi sehingga kinerja dari SPATS belum memenuhi ketentuan
tersebut. Untuk efisiensi sistem rata rata yang diperoleh sebesar 4,32% dengan perolehan
data terbesar 7,28%. Rendahnya efisiensi sistem dari SPATS dipengaruhi oleh rendahnya
efisiensi dari PV.

Perbandingan Radiasi Matahari Terhadap Debit Air


E(W/m2 Q (Iiter/menit)

1000 43
42.2
900
41.4 42
800
700 40.3 41

Q(Liter/Menit)
600 39.5 39.5 39.5 40
E(w/m2)

500
400 38.3 39
300 38
200
37
100
0 36
10:35 11:05 11:35 12:05 12:35 13:05 13:23
Jam

Grafik 4.1 Perbandingan Radiasi Matahari Terhadap Debit Air

Perbandingan Radiasi Matahari Terhadap Efesiensi


Epv Esistem Ep

9 1.6
8 1.4
7 1.2
6 1
5
0.8
Epv

Ep

4
3 0.6
2 0.4
1 0.2
0 0
534.3 519.3 921.06 830.7 698.5 631.4 302.07
Esistem

Grafik 4.2 perbandingan radiasi matahari terhadap Epv, Ep, dan Esys
Pada Grafik 4.2 dapat dilihat bahwa efisiensi PV, efisiensi pompa, dan efisiensi
sistem dangat dipengaruhi oleh radiasi matahari(W/m2). Pada pengujian yang dilakukan,
baik dari efisiensi PV dan efiseiensi sistem tidak mengalami kenaikan yang signifikan.
Efisiensi PV tertinggi 8.17% saat radiasi matahari sebesar 921,06w/m 2, efisiensi pompa
tertinggi 1,42% dimana efisiensi pompa mengalami kenaikan yang signifikan, sedangkan
efisiensi sistem tertinggi ada pada 7.28%. Walaupun radiasi matahari yang di terima PV
kurang stabil di karenakan cuaca tetapi pompa tetap dapat bekerja dengan stabil dan
mengalami kenaikan yang signifikan.
SPATS bergantung pada beberapa factor diantaranya ketersediaan radiasi
matahari pada lokasi pengujian, Total Dynamic Head, dan energy hidrolik. Berdasarkan
data pengujian yang di peroleh pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa debit air yang
dihasilkan tertinggi adalah 42,2 L/min dengan radiasi matahari 921,06w/m2 dan debit
paling rendah dihasilkan adalah 38.3L/min dengan radiasi matahari 302,07w/m2. Pada
awal pengujian tegangan masukan pada PV bernilai 41v namun seiring berjalannya
waktu pengujian tegangan mulai turun dan tidak stabil, berdasarkan tabel 4.1 tegangan
tertinggi diperoleh saat pengujian dilakukan adalah 38v, sehingga kami sangat
menyarankan untuk melakukan pengujian saat cuaca stabil.
Dari segi ekonomi SPATS memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah
dapat menghemat biaya operasi, hemat biaya pemeliharaan, ramah lingkungan, dan
mudah dipindahkan. Kendala dari SPATS sendiri adalah mahalnya biaya awal dan
ketergantungannya terhadap radiasi matahari yang tinggi. Apabila terdapat suatu daerah
yang masih mengalami keterbatasan listrik dan potensi radiasi mataharinya tinggi,
SPATS sangat cocok digunakan untuk keperluan irigasi,penyediaan air bersih,
peternakan, dan lain lain.

Analisis Ekonomi
Dalam melakukan analisis ekonomi hal pertama yang harus di ketahui adalah
energy listrik yang di bangkitkan selama setahun. Dengan menggunakan persamaan 7, di
mana lama penyinaran matahari yang efektif dalam sehari kurang lebih 8 jam, daya
maksimal yang dapat dibangkitkan berdasarkan spesifikasi PV adalah 50 Wp dan
efisiensi PV berdasarkan Tabel 4.2 adalah 5.62 %. Sehingga estimasi energi listrik yang
dihasilkan dalam setahun adalah sebesar 8205.2 kWh.

NO. Parameter Nilai/Harga


1 PV Rp. 1,075,000.-
2 Pompa DC Rp. 375,000.-
3 Flowmeter Rp. 520,000.-
4 Faktor diskon 4.25
5 Umur sistem 20 tahun
Tabel 4.3 Parameter perhitungan harga energy
Untuk perhitungan COE dibutuhkan parameter-parameter seperti yang disajikan
pada tabel 4.3. Berdasarkan tabel tersebut didapatkan FCR sebesar 1.77. Dengan
menggunakan persamaan 6, didapatkan hasil COE sebesar Rp.659.18. COE didefinisikan
sebagai biaya rata-rata perkWh dengan memperhatikan energy listrik selama satu satuan
waktu, biaya investasi, penggantian, operasi, dan pemeliharaan, serta biaya modal[7].

No Jam E(w/m2) Ep(kWh) Q(m3/jam) Biaya Air(Rp/m3)


1 10:35 534.3 0.091 2.418 117.57
2 11:05 519.3 0.0929 2.484 119.84
3 11:35 921.06 0.0861 2.532 200.80
4 12:05 830.7 0.0911 2.37 179.35
5 12:35 698.5 0.0842 2.37 139.39
6 13:05 631.4 0.0816 2.37 122.11
7 13:23 302.07 0.08 2.298 55.53
Rata-rata
633.9043 0.0867 2.406 133.51
Tabel 4.4 perhitungan biaya air

Pada tabel 4.4 menampilkan biaya air perjam dimana biaya perjamnya
dipengaruhi oleh besar kecilnya debit air(L/s). Debit air yang tinggi akan menyebabkan
permintaan energi listrik (kWh) akan menjadi rendah karena waktu yang dibutuhkan
untuk proses pengisian wadah air sampai mencapai volume tertentu akan menjadi lebih
singkat dibandingkan dengan kondisi dengan debit air yang rendah. Biaya yang
dibutuhkan untuk mengangkat air setiap 1 m3 rata-rata Rp. 133.51.
Perbandingan debit air terhadap daya pompa dan harga air
Ep(kWh) Biaya Air(Rp/m3)

0.095 250

0.09 200

harga air(Rp/m3)
Ep 0.085 150

0.08 100

0.075 50

0.07 0
1 2 3 4 5 6 7
Q(m3/jam)

Grafik 4.3 Perbandingan debit air terhadap daya pompa dan harga air

Grafik 4.3 menampilkan hubungan antara debit air yang dihasilkan oleh
SPATS terhadap daya pompa yang dibutuhkan dan biaya yang dibutuhkan oleh air setiap
m3. Gambar ini memberikan gambaran bahwa harga air sebanding dengan daya pompa
yang dibutuhkan akan tetapi berbanding terbalik dengan debit air. Kenaikan rata-rata
debit air 0.426 m3/jam akan menyebabkan penurunan biaya air rata-rata sebesar 32.72
Rp/m3, sedangkan energi listrik yang dibutuhkan oleh pompa akan mengalami penurunan
rata-rata sebesar 0.035 kWh.

V. PENUTUP
Kesimpulan

Hasil pengujian kinerja SPATS memberikan hasil bahwa debit air yang dihasilkan
dipengaruhi oleh radiasi matahari, sedangkan efisiensi pompa dan sistem sebanding
dengan radiasi matahari. Hasil analisis ekonomi didapatkan bahwa harga energi listrik
yang dihasilkan dari SPATS relatif sedang dan biaya air untuk setiap m3 memiliki
perbandingan terbalik dengan debit air yang dihasilkan. Dengan demikian SPATS ini
dapat dikembangkan pada daerah yang mempunyai potensi energi matahari, baik untuk
kepentingan pertanian, peternakan atau bahkan untuk penyediaan air bersih. Selain karena
kinerjanya yang cukup baik.

Saran
Penelitian ini masih bersifat laboratorium sehingga perlu dikembangkan ke sistem
yang lebih besar lagi dengan pengukuran yang lebih detail dan real time menggunakan
alat ukur yang memiliki sistem data loger sehingga semua besaran yang diukur dapat
langsung direkam. Saat melakukan percobaan juga sebaiknya memperhatikan cuaca agar
data yang di peroleh maksimal.
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.researchgate.net/publication/
331348838_EVALUASI_INSTALASI_POMPA_AIR_TENAGA_SURYA_DI_INDONESIA_DENG
AN_MENGGUNAKAN_STANDAR_IEC_62253-2011

2. http://journal.univpancasila.ac.id/index.php/teknobiz/article/view/1763/1057

3. http://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jetri/article/download/9345/6628

4. https://www.kelistrikanku.com/2016/08/pompa-air-celup-
submersible.html#:~:text=Pompa%20air%20celup%20(submersible%20Pump)
%20adalah%20jenis%20pompa%20air%20yang,terdorong%20keluar%20oleh
%20putaran%20tersebut.

5. V. C. Sontake and V. R. Kalamkar, “Solar photovoltaic water pumping system - A


comprehensive review,” Renew. Sustain. Energy Rev., vol. 59, no. Supplement C, pp.
1038–1067, 2016.
6. A. Boutelhig, S. Hanini, and A. Hadj Arab, “Performances’ investigation of different
photovoltaic water pumping system configurations for proper matching the optimal
location, in desert area,” Energy Convers. Manag., vol. 151, no. Supplement C, pp. 439–
456, 2017.
7. https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/28271/16524047%20Arief
%20Rian%20Danu.pdf?sequence=1

Anda mungkin juga menyukai