Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA DANN KEWARGANEGARAAN

KELAS XI
RANGKUMAN BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, DAN BAB V

SMK TARUNA WIYATAMANDALA

DI Susun Oleh :
ASABILI SUGI ABABIL
Kelas :
XI TKR

Guru Pengampu : BPK EROS ROSDIANA

Jln Raya Nagreg KM.39, Kel.Ciherang, Kec.Nagreg, Kab.Bandung, Prov.JawaBarat.


BAB I (Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia
Dalam Perspektif Pancasila)
A. Konsep Hak dan Kewajiban Asasi Manusia

1. Makna Hak Asasi Manusia


Menurut Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999, hak asasi manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

2. Makna Kewajiban Asasi Manusia


Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Hak dan kewajiban asasi merupakan dua hal
yang saling berkaitan. Keduanya memiliki hubungan kausalitas atau hubungan sebab-akibat.
Seseorang mendapatkan haknya dikarenakan dipenuhinya kewajiban yang dimiliki.

B. Substansi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Pancasila


Salah satu karakteristik hak dan kewajiban asasi manusia adalah bersifat universal.
Artinya, hak dan kewajiban asasi merupakan sesuatu yang dimiliki dan wajib dilakukan oleh
setiap manusia di dunia tanpa membeda-bedakan suku bangsa, agama, ras, maupun
golongan. 

1. Hak dan kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Dasar Pancasila


Hubungan antara hak dan kewajiban asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan
secara singkat sebagai berikut.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama,
melaksanakan ibadah dan kewajiban untuk menghormati perbedaan agama.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga Negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk
mendapat jaminan dan perlindungan hukum.
3. Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu di antara warga negara
dengan semangat gotong royong, saling membantu, saling menghormati, rela berkorban, dan
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada
masyarakat

2. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Instrumental Pancasila


Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila. Nilai
instrumental sifatnya lebih khusus dibandingkan dengan nilai dasar. Dengan kata lain, nilai
instrumental merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila Pancasila. 
Perwujudan nilai instrumental pada umumnya berbentuk ketentuan-ketentuan konstitusional
mulai dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sampai dengan
peraturan daerah.

3. Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila
Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai praksis Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat
dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat.
Hal tersebut dikarenakan Pancasila merupakan ideologi yang terbuka.

C. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia


1. Penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia

a. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal dari diri
pelaku pelanggar HAM, di antaranya sebagai berikut.

1. Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri


2. Rendahnya kesadaran HAM
3. Sikap tidak toleran

b. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor di luar diri manusia yang mendorong seseorang atau
sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, di antaranya sebagai berikut.

1. Penyalahgunaan kekuasaan
2. Ketidaktegasan aparat penegak hukum
3. Penyalahgunaan teknologi
4. Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi

2. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia

1. Kerusuhan Tanjung Priok tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini 24 orang tewas, 36
orang luka berat, dan 19 orang luka ringan. Keputusan majelis hakim terhadap kasus ini
menetapkan 14 terdakwa seluruhnya dinyatakan bebas.
2. Penyerbuan kantor Partai Demokrasi Indonesia tanggal 27 Juli 1996. Dalam kasus ini lima
orang tewas, 149 orang luka-luka, dan 23 orang hilang. Keputusan majelis hakim terhadap
kasus ini menetapkan empat terdakwa dinyatakan bebas dan satu orang terdakwa divonis 2
(dua) bulan 10 hari.

3. Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam kasus ini 4
(empat) orang mahasiswa tewas. Mahkamah Militer yang menyidangkan kasus ini memvonis
dua terdakwa dengan hukuman.

D. Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM)

1. Upaya Pemerintah dalam Menegakkan HAM


Pemerintah Indonesia dalam proses penegakan HAM ini telah melakukan langkah-langkah
strategis, di antaranya sebagai berikut.
1. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
2. Pembentukan Instrumen HAM.
3. Pembentukan Pengadilan HAM

2. Upaya Penanganan Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia

a. Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Asasi Manusia


1. Menegakkan supremasi hukum dan demokrasi. Pendekatan hukum dan pendekatan
dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk


pelanggaran HAM oleh pemerintah.

3. Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap setiap


upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.

4. Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui lembaga


pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun non-formal (kegiatan-kegiatan
keagamaan dan kursus-kursus). Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan
pertahanan negara.

5. Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam masyarakat
agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat masing-masing

b. Membangun Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia


Upaya untuk mengharmonisasikan hak dan kewajiban asasi manusia merupakan salah satu
bentuk dukungan terhadap penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.
Bab II Sistem dan demokrasi Pancasila
A. Hakikat Demokrasi
1. Makna Demokrasi
demokrasi merupakan istilah politik yang berarti pemerintahan rakyat. Dalam
pandangan Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. 
Artinya, rakyat dengan serta merta mempunyai kebebasan untuk melakukan semua aktivitas
kehidupan termasuk aktivitas politik tanpa adanya tekanan dari pihak mana pun, karena pada
hakikatnya yang berkuasa adalah rakyat untuk kepentingan bersama.

2. Klasifikasi Demokrasi
a. Berdasarkan titik berat perhatiannya
Dilihat dari titik berat yang menjadi perhatiannya, demokrasi dapat dibedakan ke dalam tiga
bentuk.

1. Demokrasi formal
2. Demokrasi material
3. Demokrasi gabungan

b. Berdasarkan ideologi
1. Demokrasi konstitusional atau demokrasi liberal
2. Demokrasi rakyat atau demokrasi proletar

c. Berdasarkan proses penyaluran kehendak rakyat


1. Demokrasi langsung, yaitu paham demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga negaranya
dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum negara atau undang-undang
secara langsung.
2. Demokrasi tidak langsung, yaitu paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan. Penerapan demokrasi seperti ini berkaitan dengan kenyataan suatu negara yang
jumlah penduduknya semakin banyak, wilayahnya semakin luas, dan permasalahan yang
dihadapinya semakin rumit dan kompleks. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi
perwakilan biasanya dilaksanakan melalui pemilihan umum.

3. Prinsip-Prinsip Demokrasi
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang
berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur

B. Dinamika Penerapan Demokrasi Pancasila

1. Prinsip-Prinsip Demokrasi di Indonesia


1. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa
2. Demokrasi dengan kecerdasan
3. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
4. Demokrasi dengan rule of law.
5. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan Negara
6. Demokrasi dengan hak asasi manusia
7. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka
8. Demokrasi dengan otonomi daerah
9. Demokrasi dengan kemakmuran
10. Demokrasi yang berkeadilan social

3. Periodisasi Perkembangan Demokrasi Pancasila

1. Dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 (sebelum diamandemen) berbunyi “kedaulatan adalah di
tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.
2. Dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (setelah diamandemen)
berbunyi “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar”.
3. Dalam konstitusi Republik Indonesia Serikat, Pasal 1: 1) Ayat (1) berbunyi “Republik
Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokrastis
dan berbentuk federasi” 2) Ayat (2) berbunyi “Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia
Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat”
4. Dalam UUDS 1950 Pasal 1: 1) Ayat (1) berbunyi “ Republik Indonesia yang merdeka dan
berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan” 2) Ayat (2)
berbunyi “Kedaulatan Republik Indonesia adalah di tangan rakyat dan dilakukan oleh
pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan rakyat”

a. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1949 – 1959


Periode kedua pemerintahan negara Indonesia merdeka berlangsung dalam rentang waktu
antara tahun 1949 sampai 1959. Pada periode ini terjadi dua kali pergantian undang-undang

b. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia pada Periode 1959 – 1965


Presiden Soekarno sebagai kepala negara melihat situasi ini sangat membahayakan bila terus
dibiarkan. Oleh karena itu, untuk mengeluarkan bangsa ini dari persoalan yang teramat pelik
ini, Presiden Soekarno menerbitkan suatu dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang selanjutnya
dikenal dengan sebutan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. 

Dalam dekrit tersebut, Presiden menyatakan pembubaran Dewan Konstituante dan kembali
kepada Undang-Undang Dasar 1945. Demokrasi terpimpin merupakan pembalikan total dari
proses politik yang berjalan pada masa demokrasi parlementer.
Bab III Sistem Hukum Dan Peradilan Di Indonesia

A. Sistem Hukum Nasional

 1. Definisi Hukum

Hukum adalah kumpulan peraturan (perintah dan larangan ) yang mengurus tata tertib
suatu masyarakat dan harus ditaati masyarakat.  Beberapa definisi hukum menurut para ahli: 

Berdasarkan uraian di atas maka hukum terdiri dari beberapa unsur:

1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.

2) Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.

3) Peraturan itu bersifat memaksa.

4) Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas

Unsur memaksa artinya bagi barang siapa yang melanggarnya akan memperoleh atau
dikenai sanksi.

Sanksi ialah akibat dari suatu reaksi atas suatu perbuatan, terutama dari pihak pemerintah
yang bertugas untuk mempertahankan pelakm.sanaan hukum.

Menurut pasal 10 KUHP, macam-macam sanksi sebagai berikut:

a) Sanksi pokok terdiri atas:

1. Hukuman mati

2. Penjara

3. Kurungan

4. Denda

b) Sanksi tambahan terdiri atas:

1. Pencabutan hak-hak tertentu

2. Perampasan barang-barang tertentu

3. Pengumuman keputusan hakim  

Ciri-ciri hukum :

1) Adanya perintah dan/atau larangan.


2) Perintah dan/atau larangan itu harus ditaati semua orang.

2. Tujuan Hukum

Beberapa tujuan hukum menurut para ahli:

a.  Prof. Soebekti, SH

Hukum mengabdi kepada tujuan negara. Oleh karena itu, tujuan hukum adalah untuk
mencapai kemakmuran dan kebahagiaan seluruh rakyat.

b. L.J. Van Apeldoorn

Tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.

c. Jeremy Bentham

Hukum bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi


sebanyak mungkin orang.

d. O. Notohamidjojo Tujuan hukum ada 3, yaitu:

1) Mendatangkan tatanan (keteraturan) dan kedamaian dalam masyarakat.

2) Mewujudkan keadilan.

3) Menjaga supaya manusia diperlakukan sebagai manusia.

Dapat disimpulkan bahwa hukum memiliki tujuan tertentu yang mengarah pada upaya
memberikan perlindungan kepada kepentingan individu ataupun masyarakat secara
seimbang. Adapun

 Tugas hukum adalah sebagai berikut:

a. Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.

b. Menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, dan kebenaran.

c. Menjaga negara jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam pergaulan
masyarakat. .  

3. Tata Hukum Indonesia

Tata hukum di Indonesia dimulai sejak diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia


17 Agustus 1945. Dengan adanya proklamasi Indonesia berarti pula sejak saat itu bangsa
Indonesia telah mengambil keputusan untuk menentukan dan melaksanakan hukumnya
sendiri, yaitu tata hukum Indonesia.

Penggolongan tata hukum Indonesia:

1. Berdasarkan wujud/bentuknya

a) Hukum tertulis

Yaitu hukum yang ditulis/dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-


undangan.  Contoh : KUHP, KUH Perdata

b) Hukum tidak tertulis

Yaitu hukum yang masih berlaku dan diyakini oleh masyarakat serta ditaati
sebagaimana suatu peraturan perundang-undangan meskipun hukum ini tidak tertulis atau
tidak dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan.  Contoh: Hukum adat 

2.Berdasarkan ruang dan wilayah berlakunya

a) Hukum local

Yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu.   Contoh: hukum adat Batak,
Minangkabau, Jawa dan sebagainya.

b) Hukum nasional

Yaitu hukum yang yang berlaku di negara tertentu.   Contoh: hukum Indonesia,


hukum Malaysia, hukum Mesir dan sebagainya.

c) Hukum Internasional

Yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum dalam dunia internasional. 

3. Berdasarkan waktu berlakunya

a) Hukum yang berlaku sekarang ini atau saat ini (ius constitutum)

b) Hukum yang berlaku pada waktu yang akan datang (ius constituendum)

c) Hukum alam, berlaku abadi di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. 

4. Berdasarkan pribadi yang mengaturnya


a) Hukum satu golongan

Yaitu hukum yang mengatur dan berlaku hanya bagi satu golongan tertentu.

b) Hukum semua golongan

Yaitu hukum yang mengatur dan berlaku bagi semua golongan warga negara.

c) Hukum antargolongan

Yaitu hukum yang mengatur dua orang atau lebih yang masing-masing pihak tunduk
pada hukum yang berbeda. 

5. Berdasarkan isi masalah atau kepentingan yang dilindungi

a) Hukum Publik   Yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dengan
negara yang menyangkut kepentingan umum.

b) Hukum privat  Yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang
lain dan bersifat pribadi.

6. Berdasarkan cara mempertahankannya

a) Hukum material

Yaitu hukum yang berisi perintah dan larangan ( terdapat di dalam undang-undang
hukum pidana, perdata, dagang dan sebagainya)

b) Hukum formal

Yaitu hukum yang berisi tentang tata cara nelaksanakan dan mempertahankan hukum
material (terdapat di dalam Hukum Acara Pidana, Hukum Acara Perdata, dan sebagainya).

Sebagai tambahan pengetahuan kita, ada baiknya kita memahami beberapa


hukum berikut:

1. Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan
orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan. Dilihat dari
pengertiannya, hukum perdata sama dengan hukum privat. Hal ini karena, hukum perdata
merupakan bagian dari hukum privat. Adapun yang membedakan adalah kalau hukum privat
belum tentu hukum perdata, tetapi kalau hukum perdata sudah pasti merupakan hukum privat.

Ciri- ciri hukum perdata :

a. Mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain.

b. Mengatur hukum keluarga, hukum harta kekayaan, dan hukum waris.


c. Proses pengadilan didasarkan pada pengaduan dari pihak yang merasa dirugikan (korban).

d. Korban berlaku sebagai penggugat.

e. Tersangka berlaku sebagai tergugat.

2. Hukum dagang/perniagaan adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang


dengan orang lain maupun antara orang dengan badan-badan hukum dalam bidang
perdagangan

3. Hukum pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang


dilarang/melanggar dengan disertai sanksi-sanksi hukum yang tegas dan jelas terhadap
pelanggarannya, serta cara-cara mengajukan perkara ke muka pengadilan.

Ciri- ciri hukum pidana :

a. Mengatur hubungan antara anggota masyarakat dengan Negara yang mengatur tata tertib
masyarakatnya.

b. Mengatur hal-hal yang berupa pelanggaran dan kejahatan.

c. Pelanggaran terhadap peraturan hukum pidana pada umumnya segera diambil tindakan
pengadilan, tanpa menggunakan adanya pengaduan dari pihak yang dirugikan, kecuali
pelanggaran asusila seperti pemerkosaan, kejahatan keluarga.

d. Penggugat adalah penuntut umum (jaksa).

4. Sumber Hukum Indonesia

 Sumber hukum Indonesia adalah segala sesuatu yang memiliki sifat normative yang dapat
dijadikan tempat berpijak bagi dan atau tempat memperoleh informasi tentang system hukum
yang berlaku di Indonesia.

Sumber hukum Indonesia dibagi menjadi dua:

a.   Sumber hukum material

Sumber hukum material ialah keyakinan yang dapat mempengaruhi penguasa dalam


menentukan isi atau materi hukum. Isi atau materi hukum dapat bersumber pada nilai agama,
kesusilaan, akal budi maupun jiwa bangsa.

 1) Pancasila 

Sumber dari tertib hukum republik Indonesia adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-
cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan serta watak dari bangsa
Indonesia, yakni Pancasila.

2) Undang Undang Dasar 1945


Undang Undang Dasar 1945 merupakan perwujudan dari tujuan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang terdiri atas Pembukaan dan Batang
Tubuh UUD 1945.

b.   Sumber hukum formal

Sumber hukum formal adalah tempat dimana dapat diketemukan aturan-aturan dan


ketentuan-ketentuan mengenai hukum tertentu. Berikut yang termasuk sumber hukum formal.

1) Undang-undang  (statute)

2) Kebiasaan (costum)

3) Keputusan-keputusan hakim (yurisprudentie)

4) Traktat (treaty)

5) Pendapat sarjana hukum (doktrin)

Berikut ini merupakan uraian macam-macam sumber hukum formal:

1) Undang-undang (statute) Undang-undang yaitu setiap peraturan atau ketetapan yang


dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang diberi kekuasaan untuk membentuk
undangundang dan diundangkan sebagaimana mestinya.

Pengertian mengenai undang-undang dapat dibedakan menjadi 2 macam:

a) Undang-undang dalam arti material adalah setiap keputusan peraturan yang dikeluarkan


oleh pemerintah yang isinya mengikat langsung setiap penduduk secara umum. Adapun yang
termasuk undang-undang dalam arti material, antara lain: UUD 1945, Undang Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu), dan
Peraturan Pemerintah (PP).

b) Undang-undang dalam arti formal adalah setiap keputusan atau peraturan pemerintah


yang karena bentuknya dapat disebut sebagai undang-undang atau setiap keputusan
pemerintah yang karena cara pembuatannya merupakan undang-undang. 

Suatu undang-undang tidak berlaku lagi jika;

a) Jangka waktu berlaku yang telah ditentukan oleh undang-undang itu sudah lampau.

b) Keadaan atau hal untuk mana undang-undang itu diadakan sudah tidak ada lagi.

c) Undang-undang itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang
lebih tinggi.

d) Telah diadakan undang-undang yang baru yang isinya bertentangan dengan undang-
undang yang dulu berlaku. 
 

2) Kebiasaan (Costum) Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan


berulang-ulang dalam hal yang sama. Untuk menjadi suatu kebiasaan perlu adanya tindakan
yang sama yang berulang kali dilakukan dengan persoalan yang sama pula.

Agar kebiasaan mempunyai kekuatan dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum ditentukan
oleh 3 faktor:

a) Tindakan yang sama dilakukan berulang kali.

b) Tindakan yang ditunjukkan kepada persoalan yang sama.

c) Tanpa adanya maksud membentuk hukum. 

3) Keputusan-keputusan hakim (yurisprudentie)

Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu yang digunakan sebagai dasar atau


landasan oleh hakim kemudian untuk menyelesaikan atau mengambil keputusan dalam
perkara yang sama. Yurisprudensi digunakan jika terjadi suatu perkara dan belum ada
ketentuan/peraturan hukum yang mengaturnya.

Ada 2 macam yurisprudensi, yaitu:

a) Yurisprudensi tetap, yaitu keputusan hakim yang karena rangkaian keputusan yang sama
menjadi dasar bagi pengadilan untuk mengambil keputusan.

b) Yurisprudensi tidak tetap, yaitu keputusan hakim terdahulu diikuti karena hakim
sependapat dengan isi keputusan tersebut dan hanya dipakai sebagai pedoman untuk
mengambil keputusan mengenai perkara yang sama.

Dalam membuat yurisprudensi biasanya seorang hakim akan melaksanakan


berbagai macam penafsiran seperti berikut:

a) Penafsiran secara gramatikal atau menurut tata bahasa, yaitu penafsiran yang didasarkan
pada arti kata.

b) Penafsiran historis, yaitu penafsiran berdasarkan sejarah terbentuknya undang-undang.

c) Penafsiran sistematis, yaitu penafsiran dengan cara menghubungkan pasal-pasal yang


terdapat dalam undang-undang.

d) Penafsiran teleologis, yaitu penafsiran dengan cara mempelajari hakikat tujuan undang-


undang yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

e) Penafsiran otentik, yaitu penafsiran yang dilakukan oleh pembentuk undang-undang itu


sendiri.
 

4) Traktat (treaty) Traktat merupakan perjanjian antar negara.   Traktat mengikat dan
berlaku sebagai peraturan hukum terhadap warga negara dari masing-masing Negara yang
mengadakannya.  Dalam pelaksanaannya, traktat dibedakan menjadi 2 yaitu:

a) Perjanjian/traktat bilateral, yaitu perjanjian dibuat oleh 2 negara. Traktat ini bersifat


tertutup, karena hanya melibatkan dua negara yang berkepentingan.

b) Perjanjian/traktat multilateral, yaitu perjanjian yang dibuat atau dibentuk oleh lebih dari 2
negara. Traktat ini bersifat terbuka bagi negara-negara lainnya yang mengikatkan diri.

Tahap -tahap dalam pembuatan traktat:

a) Penetapan perjanjian dalam bentuk konsep yang dibuat dan disampaikan oleh utusan
negara yang bersangkutan.

b) Persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat masing-masing.

c) Disahkan oleh kepala negara masing-masing.

d) Penukaran piagam perjanjian sebagai bukti adanya traktat. 

5) Pendapat sarjana hukum (doktrin) Doktrin adalah pendapat ahli hukum terkemuka yang
dijadikan dasar atau asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya.  

B. Peradilan Nasional

 Lembaga peradilan berfungsi untuk mengadili atau menyelesaikan perkara berkaitan


dengan pelanggaran hukum.  Dengan adanya lembaga peradilan dapat menjaga dan
menegakkan hukum, sehingga supremasi hukum dapat terwujud.

Lembaga peradilan dilengkapi dengan alat-alat peradilan yang antara lain sebagai
berikut:

1. Hakim

2. Jaksa

3. Panitera

4. Pengacara

5. Terdakwa

6. Saksi
1. Klasifikasi Lembaga Peradilan Menurut UU No. 2 tahun 2004 tentang kekuasaan
kehakiman, dinyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya yaitu :

a. Peradilan Umum

b. Peradilan Agama

c. Peradilan Militer

d. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)

e. Mahkamah Konstitusi 

a. Peradilan Umum Peradilan umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman


bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya baik mengenai perkara perdata maupun perkara
pidana. Pengadilan di lingkungan peradilan umum merupakan peradilan untuk perkara tindak
pidana ekonomi, perkara tindak pidana anak, perkara pelanggaran lalu lintas jalan, dan
perkara lainnya yang ditetapkan undang-undang.

Peradilan umum terdiri dari:

1) Pengadilan negeri

Pengadilan negeri adalah suatu peradilan umum yang sehari-hari memeriksa dan memutuskan
perkara dalam tingkat pertama dari segala perkara perdata dan pidana sipil untuk semua
golongan penduduk (warga negara dan orang asing).

2) Pengadilan tinggi

Pengadilan tinggi adalah pengadilan banding yang mengadili pada tingkat kedua terhadap
suatu perkara perdata dan atau pidana yang telah diadili atau diputuskan oleh pengadilan
negeri tingkat pertama. Derah hukum pengadilan tinggi meliputi suatu daerah tingkat
provinsi.

3) Mahkamah Agung

Mahkamah Agung adalah pengadilan negara tertinggi dari semua lingkup peradilan, yang
dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh
lain. Daerah hukum Mahkamah Agung meliputi seluruh Indonesia dan kewajibannya
terutama adalah melakukan pengawasan tertinggi atas tindakan-tindakan segala pengadilan
lainnya di seluruh Indonesia dan menjaga/menjamin supaya hukum dilaksanakan sepatutnya. 

c.    Peradilan Agama Peradilan agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama
Islam mengenai perkara perdata tertentu.

Peradilan agama terdiri atas:

1)   Pengadilan agama
Pengadilan agama merupakan pengadilan tingkat pertama dan dibentuk berdasarkan
keputusan presiden. Pengadilan agama berkedudukan di kota atau ibu kota kabupaten dan
daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten. Susunan pengadilan agama meliputi
pimpinan hakim, hakim anggota, panitera, sekretaris, dan juru sita. Pengadilan agama
bertugas dan berwenang memeriksa, menuntut, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, warisan, hibah,
wakaf, dan shadaqah berdasarkan hukum Islam.

2) Pengadilan tinggi agama

Pengadilan tinggi agama merupakan pengadilan tingkat banding terhadap perkaraperkara


yang diputuskan oleh pengadilan agama dan merupakan pengadilan tingkat pertama dan
terakhir mengenai sengketa antara pengadilan agama di daerah hukumnya. Pengadilan tinggi
agama berkedudukan di ibu kota provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah provinsi.
Susunan pengadilan tinggi agama terdiri dari pimpinan, hakim anggota, panitera, dan
sekretaris. Tugas dan wewenang pengadilan tinggi agama adalah mengadili perkara yang
menjadi kewenangan pengadilan agama dalam tingkat banding, mengadili tingkat pertama,
dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara pengadilan agama di daerah hukumnya. 

d.   Pengadilan Tata Usaha Negara

Pengadilan tata usaha negara adalah badan yang berwenang memeriksa dan memutuskan
suatu sengketa tata usaha negara dalam tingkat pertama. Sengketa dalam tata usaha negara
adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara sebagai akibat dikeluarkannya
keputusan tata usaha negara. Keputusan tata usaha negara adalah suatu penerapan tertulis
yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata
usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum yang berlaku.
Bab IV Dinamika Peran Indonesia Dalam Perdamaian Dunia
A. Peran Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian Dunia melalui
Hubungan Internasional

1. Makna Hubungan Internasional


Hubungan internasional merupakan salah satu jawaban bagi persoalan yang dialami
oleh suatu Negara. Ketika suatu negara mengalami kekurangan dalam suatu bidang, misalnya
kekurangan tenaga ahli untuk membangun negerinya maka melalui hubungan internasional
negara tersebut mampu mengatasi persoalan tersebut dengan meminta bantuan dari negara
lain.

2. Pentingnya Hubungan Internasional bagi Indonesia


1. Pembentukan satu negara Republik Indonesia yang berbentuk Negara kesatuan dan negara
kebangsaan yang demokratis.
2. Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur secara material ataupun spiritual dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.|
3. Pembentukan satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di
dunia, dasar kerja sama adalah membentuk satu dunia baru yang bersih dari imperialisme dan
kolonialisme menuju perdamaian dunia yang sempurna.
4. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan Negara

3. Politik Luar Negeri Indonesia dalam Menjalin Hubungan Internasional


1. Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang ke-60 pada tanggal 28
September 1950.
2. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955.
3. Keaktifan Indonesia sebagai salah satu pendiri Gerakan Non-Blok (GNB) pada tahun 1961,
bahkan pada tahun 1992 dalam Konferensi Negara- Negara Non-Blok yang berlangsung di
Jakarta, Indonesia ditunjuk menjadi Ketua GNB.
4. Terlibat langsung dalam misi perdamaian Dewan Keamanan PBB dengan mengirimkan
Pasukan Garuda ke negara-
negara yang dilanda konflik seperti Konggo, Vietnam, Kamboja, Bosnia, dan sebagainya.
5. Indonesia menjadi salah satu pendiri ASEAN (Assosiaciation of South-East Asian Nation).

B. Peran Indonesia dalam Menciptakan Perdamaian Dunia melalui


Organisasi Internasional

1. Peran Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)


Sejak tahun itu pula PBB secara konsisten mendukung Indonesia untuk menjadi negara yang
merdeka, berdaulat, dan mandiri. Peran PBB terhadap Indonesia pada masa revolusi fisik
cukup besar seperti ketika terjadi Agresi Militer Belanda I, Indonesia dan Australia
mengusulkan agar persoalan Indonesia dibahas dalam sidang umum PBB.
2. Peran Indonesia dalam ASEAN (Association of South East Asian Nation)
Peran Indonesia dalam ASEAN hingga saat ini tidak pernah surut. Bahkan, ASEAN menjadi
prioritas utama dalam politik luar negeri Indonesia. Indonesia selalu aktif berpartisipasi
dalam setiap penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) atau pertemuan-pertemuan
ASEAN. Indonesia sering menjadi tuan rumah dalam acara-acara penting ASEAN.
Bab V Mewaspadai ancaman terhadap negara kesatuan republik Indonesia
1. Ancaman di Bidang Ideologi
Saat ini kehidupan masyarakat Indonesia cenderung mengarah pada kehidupan liberal yang
menekankan pada aspek kebebasan individual. Sebenarnya, liberalisme yang disokong oleh
Amerika Serikat tidak hanya memengaruhi bangsa Indonesia, tetapi hampir semua negara di
dunia. 

2. Ancaman di Bidang Politik


Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dalam negeri. Dari luar
negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu Negara dengan melakukan tekanan
politik terhadap Indonesia.

B. Strategi Mengatasi Berbagai Ancaman terhadap IPOLEKSOSBUDHANKAM


dalam Membangun Integrasi Nasional
1. Strategi Mengatasi Ancaman di Bidang Ideologi dan Politik
Bangsa Indonesia harus segera mewujudkan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengembangkan demokrasi politik.


2. Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena politik.
3. Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi dan peranannya
secara baik dan benar.
4. Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara menegakkan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa.
5. Menegakkan supremasi hukum.
6. Memperkuat posisi Indonesia dalam kancah politik internasional.
7.
Sistem pertahanan dan keamanan negara yang bersifat semesta bercirikan berikut.

1. Kerakyatan, yaitu orientasi pertahanan dan keamanan negara diabdikan oleh dan untuk
kepentingan seluruh rakyat.
2. Kesemestaan, yaitu seluruh sumber daya nasional didayagunakan bagi upaya pertahanan.
3. Kewilayahan, yaitu gelar kekuatan pertahanan dilaksanakan secara menyebar di seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan kondisi geografis sebagai
negara kepulauan.
Bab VI Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia
1. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik
1. Bahwa keutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu
kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan mitra seluruh bangsa, serta menjadi
modal dan milik bersama bangsa.
2. Bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara dalam berbagai bahasa
daerah, memeluk dan meyakini berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
3. Bahwa secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan,
sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa.
4. Bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara, yang
melandasi, membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya.
5. Kehidupan politik di seluruh wilayah Nusantara merupakan satu kesatuan politik yang
diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

C. Kehidupan Bernegara dalam Konsep Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI)

1. Konsep NKRI menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945
2. Keunggulan Negara Kesatuan Republik Indonesia
1. Jumlah dan potensi penduduknya yang cukup besar.
2. Memiliki keanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan sosial budaya seperti adat
istiadat, bahasa, agama, kesenian, dan sebagainya.
3. Dalam pengembangan wilayah, kita mempunyai konsep Wawasan Nusantara sehingga
sekalipun terdapat berbagai keanekaragaman
4. Semangat sumpah pemuda yang selalu merasuki jiwa dan kalbu bangsa Indonesia.
5. Memiliki tata krama atau keramahtamahan. 
6. Letak wilayahnya yang amat strategis.
7. Keindahan alam Indonesia tidak disangsikan lagi.
8. Salah satu keajaiban dunia juga ada di Indonesia yaitu Candi Borobudur.
9. Wilayahnya sangat luas yaitu 5.193.250 Km2 yang meliputi daratan seluas 2.027.087 Km2
dan lautan seluas 3.166.163 Km2.
10. Tanahnya amat subur dan kaya akan sumber alam.

C. Faktor Pendorong dan Penghambat Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia


1. Faktor Pendorong Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia
1. Kebhinnekaan/keberagaman pada masyarakat Indonesia
2. Geografis
3. Munculnya gejala etnosentrisme
4. Melemahnya nilai budaya bangsa
5. Pembangunan yang tidak merata
D. Perilaku yang Menunjukkan Sikap Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu kewajiban dari
setiap warga negara Indonesia. Sejak awal kemerdekaan para tokoh bangsa Indonesia telah
membentengi diri dengan merumuskan dasar Negara yaitu Pancasila. Pancasila dijadikan
sebagai pandangan hidup dalam perilaku sehari-hari. 

Anda mungkin juga menyukai