DRAF PROPOSAL TA INTAN LEDIYA PUTRI (1810941007) - Compressed (1) - Compressed
DRAF PROPOSAL TA INTAN LEDIYA PUTRI (1810941007) - Compressed (1) - Compressed
Oleh:
Dosen Pembimbing:
Yega Serlina, MT
Perkembangan dan pertumbuhan industri di Indonesia saat ini berkembang cepat dengan
kemajuan ilmu dan teknologi. Adanya industri akan menimbulkan dampak negatif apabila
suatu industri tidak mampu mengolah limbah atau gas yang dibuang secara baik. Salah satu
dampak negatif yang ditimbulkan yaitu pencemaran udara. Menurut world health organization
(WHHO) salah satu pencemar yang berbahaya bagi pernapasan manusia adalah partikulat
atau disebut dengan Particulate Matter. Dampak dari particulate matter 2,5 (PM2,5)
bermacam-macam dimulai dari gejala ringan seperti batuk hingga kematian kardiovaskular.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pencemaran PM2,5 di dalam
kawasan Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Kota Padang dan merekomendasikan
tanaman pereduksi PM2,5. Metode penelitian yang digunakan ialah kuanitatif. Pengambilan
data dilakukan dengan pengukuran langsung di lapangan dan instrument kuisioner. Lokasi
penelitian sebanyak 4 titik. Sampling PM2,5 mengunakan alat Monitor Partikulat Udara EPAM-
5000 HAZ-DUST. Sampling dilakukan selama 24 jam dibagi menjadi 4 shift. Pengukuran
kondisi meteorologi menggunakan alat Environment Metter dan GPS setiap 10 menit selama 1
jam. Pemilihan sampel untuk penyebaran kuisioner dilakukan secara random sampling dengan
total responden 96 orang. Analisis untuk memberikan rekomendasi tanaman yang dapat
mereduksi PM2,5 dengan memperhatikan kondisi eksisting di sekitar kawasan Perumahan
Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Kota Padang. Pemilihan jenis tanaman berdasarkan atas
persentase efektivitas penyerapan PM2,5 oleh tanaman.
Kata kunci: Particulate Matter 2,5 (PM2,5), EPAM-5000 HAZ-DUST, Rekomendasi Tanaman.
0
ABSTRACT
The development and growth of industry in Indonesia is currently growing rapidly with
advances in science and technology. The existence of an industry will have a negative impact if
an industry is not able to process waste or gas that is disposed of properly. One of the negative
impacts is air pollution. According to the World Health Organization (WHHO) one of the
pollutants that is harmful to human respiration is particulate matter or called particulate
matter. The impact of particulate matter 2.5 (PM2,5) varies from mild symptoms such as
coughing to cardiovascular death. The purpose of this study was to analyze the level of PM2,5
pollution in the Unand Lecturer Housing Block D area, Ulu Gadut, Padang City and
recommend PM2,5 reducing plants. The research method used is quantitative. Data collection
was carried out by direct measurements in the field and questionnaire instruments. The
research location is 4 points. PM2,5 sampling using the EPAM-5000 HAZ-DUST Air Particulate
Monitor tool. Sampling was carried out for 24 hours divided into 4 shifts. Measurement of
meteorological conditions using Environment Metter and GPS tools every 10 minutes for 1
hour. Sample selection for distributing questionnaires was done by random sampling with a
total of 96 respondents. Analysis to provide plant recommendations that can reduce PM2,5 by
taking into account the existing conditions around the Unand Lecturer Housing Block D area,
Ulu Gadut, Padang City. The selection of plant species is based on the percentage of the
effectiveness of PM2,5 absorption by plants.
Keywords: Particulate Matter 2.5 (PM2,5), EPAM-5000 HAZ-DUST, Plant Recommendatio
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................. i
i
2.8.2 Jenis Tanaman Pereduksi Pm2,5 .................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Pengukuran Real-Time Metode Hamburan Cahaya Pada EPAM 5000 .............. 10
Gambar 2.3 Skema Penetapan Lokasi Pemantauan Kualitas Udara Ambien ......................... 12
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan dan pertumbuhan industri di Indonesia saat ini berkembang cepat dengan
kemajuan ilmu dan teknologi. Adanya industri akan menimbulkan dampak negatif apabila
suatu industri tidak mampu mengolah limbah atau gas yang dibuang secara baik. Salah satu
dampak negatif yang ditimbulkan yaitu pencemaran udara. Udara merupakan salah satu
komponen yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup, sehingga kualitasnya perlu
dijaga dan dipelihara. Pengendalian kualitas udara menjadi sangat penting untuk mendapatkan
udara yang sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan dan mengingat pencemaran udara
pada saat sekarang ini semakin meningkat (Maharani et al, 2020).
Menurut WHO (2016) salah satu pencemar yang berbahaya bagi pernapasan manusia adalah
partikulat atau disebut dengan Particulate Matter. Particulate Matter menjadi bahaya
dikarenakan ukuran partikel yang kecil dan jarak partikel tersebut berterbangan juga cukup
jauh. Particulate Matter terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan ukurannya, yaitu partikel
yang berukuran kecil dari 10 µm (PM10), partikel yang berukuran kecil dari 2,5 µm (PM2,5) dan
partikel yang berukuran kecil dari 0,1 µm (PM0,1). PM2,5 dapat menembus alveolus hingga
masuk ke dalam pembuluh darah. Dampak dari PM2,5 bermacam-macam dimulai dari gejala
ringan seperti batuk hingga kematian kardiovaskular. Polusi udara ialah penyebab 7 juta dari 8
juta kematian non eksidental.
Perumahan Ulu Gadut memiliki jarak kurang dari 2 km dari PT. Semen Padang, PT Semen
Padang terletak di Kecamatan Lubuk Kilangan atau berada di sisi paling timur Kota Padang.
Akibat arah angin di malam hari, pencemar hasil emisi PT Semen Padang bergerak dari arah
timur ke barat dimana akan melewati kawasan Perumahan Ulu Gadut yang tepat berada di
sebelah barat PT Semen Padang (Solihin, 2017). Pengukuran PM2,5 di udara ambien pada
kawasan PT.Semen Padang terdapat tiga area yang melebihi baku matu US-EPA meliputi Ring
2 (indarung atas), Ring 4 (indarung), dan Ring 5 (indarung). Jarak paling aman bagi
pemukiman dari sumber pabrik semen adalah di atas 2,5 km (Novirsa et al, 2012).
Penelitian Novirsa dan Achmadi (2012), mengatakan bahwa untuk mengurangi besar
konsentrasi partikulat di udara dapat dilakukan dengan cara pemasangan alat penyaring udara
1
pada cerobong sumber pencemar dengan memasang Electrostatic Precipitator dan Jet Pulse
Filter pada cerobong-cerobong kiln dan coal mill. Namun, hal tersebut tidak efektif mengurangi
konsentrasi polutan PM2,5 secara signifikan karena partikel-partikel yang lebih kecil masih
dapat lolos dari sistem saringan, terbukti masih terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di
sekitar kawasan pabrik. Pengendalian polutan di udara juga dapat dilakukan dengan melakukan
penghijauan dan pengembangan ruang terbuka hijau atau penanaman pohon di kawasan industri
dan permukiman masyarakat. Pohon secara alami dapat menyerap polutan yang ada di udara
dan lebih efektif pada pohon-pohon berdaun lebar.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian tentang analisis konsentrasi particulate
matter 2,5 (PM2,5) di udara ambien dan rekomendasi tanaman pereduksi PM2,5 di kawasan
sekitar Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Kota Padang. Perumahan ini dipilih
sebagai lokasi penelitian karena perumahan ini terletak dekat dengan pabrik PT.Semen Padang
yang merupakan salah satu sumber pencemar dan kemungkinan sumber pencemar lainnya
seperti aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Masyarakat berisiko terhadap
dampak yang ditimbulkan akibat konsentrasi PM2,5. Setelah dilakukan survei pada beberapa
perumahan yang ada di sekitar kawasan PT.Semen Padang, umumnya perumahan-perumahan
tersebut tidak memiliki ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan
penanaman tanaman pereduksi PM2,5 karena penempatan rumah masyarakat yang saling
berdekatan maka dari itu lokasi yang terpilih yaitu Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu
Gadut, Kota Padang karena lokasi tersebut memiliki beberapa ruang terbuka hijau yang dapat
di manfaatkan untuk menanam tanaman pereduksi PM2,5, oleh karena itu peneliti dapat
memberikan rekomendasi tanaman pereduksi PM2,5. Penelitian ini juga perlu dilakukan agar
dapat mengetahui konsentrasi pencemar PM2,5 pada lokasi tersebut.
Maksud dari penelitian tugas akhir ini adalah untuk menganalisis tingkat pencemaran PM2,5 di
dalam kawasan Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Kota Padang dan
merekomendasikan tanaman pereduksi PM2,5 sehingga kawasan tersebut terbebas dari
pencemaran udara akibat PM2,5. Tujuan penelitian ini antara lain adalah:
1. Mengukur konsentrasi PM2,5 di dalam kawasan Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu
Gadut, Kota Padang dan membandingkan konsentrasi PM2,5 yang didapatkan dengan baku
mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
2
2. Menganalisis korelasi konsentrasi PM2,5 terhadap kondisi meteorologi;
3. Mengidentifikasi dampak terhadap kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan dari
konsentrasi PM2,5 di dalam kawasan Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Kota
Padang;
4. Merencanakan rekomendasi tanaman pereduksi PM2,5 untuk mengatasi pencemaran udara
akibat PM2,5 yang terjadi di dalam kawasan Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut,
Kota Padang.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai kualitas udara
ambien Particulate Matter 2,5 (PM2,5) dan dampak PM2,5 terhadap kesehatan dan lingkungan
yang ditimbulkan dari konsentrasi PM2,5 pada masyarakat Perumahan Dosen Unand Blok D,
Ulu Gadut, Kota Padang, sehingga dapat dilakukan kajian lebih lanjut mengenai rekomendasi
tanaman pareduksi PM2,5.
3
1.5 Sistematika Penulisan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Udara ialah campuran dari sejumlah gas dengan perbandingan yang tidak tetap. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya.
Udara berada di sekeliling bumi yang diperlukan dalam proses kehidupan di bumi (Wardhana,
2004). Menurut PP RI No. 22 Tahun 2021 pencemaran udara ialah masuk atau dimasukkannya
zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga
melebihi baku mutu udara ambien yang telah ditetapkan. Pencemaran udara yaitu
dimasukkannya komponen lain ke dalam udara, akibat dari kegiatan manusia secara langsung
atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara menurun hingga ke
tingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi tidak dapat berfungsi sesuai
peruntukannya. Substansi yang bukan merupakan bagian dari komposisi udara normal disebut
dengan polutan (Chandra, 2014).
Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive dan cohesive, sedangkan semen portland
adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling. Semen portland yang terdiri
atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan
berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan
tambahan lain (Badan Standar Nasional, 2004). PT. Semen Padang adalah salah satu
perusahaan semen terbesar di Indonesia yang melakukan dua kegiatan, yaitu penambangan dan
produksi semen. Bahan dalam pembuatan semen di PT. Semen Padang yaitu (Julasmasari et al,
2011):
1. Batu Kapur
Batu kapur merupakan sumber Kalsium Oksida (CaO) dan Kalsium Karbonat. Batu kapur
diambil dari penambangan di Bukit Karang Putih yang digunakan sebanyak 81 %
2. Batu Silika
Material ini adalah sumber Silika Oksida dan Aluminium Oksida. Material ini ditambang di
Bukit Ngalau digunakan sebanyak ± 9 %
3. Tanah Liat
5
Tanah liat ditambang di sekitar pabrik (bukit atas) pengambilan dilakukan dengan excavator
dan ditransportasikan ke pabrik dengan dump truck. Tanah Liat yang terdapat di sekitar
pabrik digunakan sebanyak ± 9 %
4. Pasir Besi
PT. Semen Padang tidak memiliki area tambang besi tapi membeli dari luar, biasanya
dipasok dari PT. Aneka Tambang Cilacap. Kebutuhan pasir besi digunakan sebanyak ± 1 %
5. Gypsum
Gypsum adalah sebagai zat yang dapat memperlambat proses pengerasan awal dan
ditambahkan pada saat penggilingan akhir. Pada penggilingan akhir digunakan Gypsum
sebanyak 3-4%
7. Batu Bara
Batu bara digunakan sebagai bahan bakar pada Kiln Mill, baik pada pemanasan awal
maupun pada proses Kiln itu sendiri. Batu bara yang digunakan diperoleh dari tambang batu
bara Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat.
Proses produksi semen terdiri dari beberapa tahapan (PT. Semen Padang,2022) :
1. Tahap penambangan bahan mentah (quarry). Bahan dasar semen adalah batu kapur, tanah
liat, pasir besi dan pasir silika. Bahan-bahan ini ditambang dengan menggunakan alat-alat
berat kemudian dikirim ke pabrik semen.
2. Bahan mentah diteliti di laboratorium, kemudian dicampur dengan proporsi yang tepat dan
dimulai dengan tahap penggilingan awal bahan mentah menggunakan mesin penghancur
sehingga berbentuk serbuk.
3. Bahan kemudian dipanaskan di preheater
4. Dilanjutkan pemanasan di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal klinker
5. Kemudian kristal klinker ini didinginkan di cooler dengan bantuan angin. Panas dari proses
pendinginan ini di alirkan lagi ke preheater untuk menghemat energi
6. Klinker ini dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang bersisi bola-bola baja sehingga
klinker menjadi serbuk semen yang halus.
7. Klinker yang telah halus disimpan dalam silo (tempat penampungan semen)
8. Dari silo semen dikemas dan dijual ke konsumen.
Proses produksi di PT. Semen Padang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
6
Gambar 2.1 Proses produksi semen PT. Semen Padang
Sumber: PT.Semen Padang, 2022
Particulate Matter (PM) merupakan jenis polutan berbahaya dengan berbagai ukuran, yang
dapat mengakibatkan tingginya kematian akibat pajanan polusi udara (Arba, 2019).
PM2,5 adalah debu partikulat yang memiliki diameter aerodinamik 2,5µm (Gunaprawira et al,
2021). Particulate Matter <2,5µm (PM2.5) atau yang disebut dengan fine particle ialah salah
satu jenis partikulat yang berukuran sangat kecil dan dapat menimbulkan berbagai penyakit
apabila terhirup dapat masuk ke dalam saluran pernapasan bawah serta dapat melewati aliran
darah (Arba, 2019). Sebagian besar komposisi PM yaitu ±90% berasal dari emisi alam yang
akan terakumulasi dalam ukuran partikulat kasar berdiameter >2,5 µm yang teremisi secara
primer ke atmosfer. Sedangkan komposisi sisanya ±10% merupakan partikulat halus dengan
diameter ≤2,5 µm. PM2,5 merupakan suatu polutan yang berada di udara dengan ukuran lebih
kecil dari 1/30 bagian diameter rambut manusia.
Menurut Departemen Kesehatan RI, partikel-partikel debu atau partikulat di udara mempunyai
sifat sebagai berikut:
1. Sifat Pengendapan
Sifat debu yang cendrung selalu mengendap proporsi partikel yang lebih dari yang ada di
udara.
2. Sifat Permukaan
7
Permukaan debu akan cendrung basah yang dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat
ini penting dalam pengendalian debu di dalam tempat kerja.
3. Sifat Penggumpalan
Permukaan debu yang selalu basah dapat menempel antara debu satu dengan yang lainnya
sehingga menjadi menggumpal
4. Sifat Listrik Statis
Sifat listrik statis yang dimiliki partikel debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan
sehingga mempercepat terjadinya proses penggumpalannya.
5. Sifat Optis
Partikel debu yang basah/lembab dapat memancarkan sinar sehingga dapat terlihat di dalam
kamar yang gelap.
Partikel yang berdiameter antara 1-10 mikron biasanya berasal dari hasil pembakaran industri.
Partikel yang mempunyai diameter 0,1-1 mikron berasal dari produk pembakaran dan aerosol
fotokimia. Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia melalui sistem pernapasan, oleh
karena itu pengaruh yang merugikan terutama terjadi pada sistem pernapasan. Faktor lain yang
paling berpengaruh terhadap sistem pernapasan terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran
partikel yang menentukan seberapa jauh masuk partikel ke dalam pernapasan. Debu yang
berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernapasan bagian atas, sedangkan yang
berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan pernapasan (Eskawiyanti, 2018).
Secara alamiah sumber PM2,5 ialah dari debu tanah kering yang terbawa angin, abu dan bahan-
bahan vulkanik yang masuk ke udara akibat letusan gunung berapi, dan semburan uap air panas
di sekitar daerah sumber panas bumi. Sumber PM2,5 akibat kegiatan manusia adalah sebagian
besar berasal dari pembakaran batubara, proses industri, kebakaran hutan, dan gas buangan alat
transportasi. Jenis industri yang berpotensi sebagai sumber PM2,5 adalah industri besi dan baja,
industri semen, industri petrokimia, industri kertas dan pulp, pabrik tepung, industri tekstil,
pabrik asbes, pabrik insektisida, dan industri elektronika (Wardhana, 2004).
Industri dapat menghasilkan limbah berupa limbah padat dan gas. Sebagai contoh adalah proses
pembakaran batubara di bagian boiler menghasilkan limbah gas berupa gas COx, NOx, SOx,
dan H2O dan limbah padat berupa fly ash dan bottom ash. Fly ash dan bottom ash dimasukkan
ke dalam kantong kemudian ditimbun sementara di tempat penimbunan yang tidak jauh dari
boiler. Tempat penyimpanan yang seperti ini memungkinkan fly ash, bottom ash, dan batubara
8
sebagai sumber debu PM2,5 terbawa angin semakin tinggi dan menyebabkan terjadinya
pencemaran udara (Kurnia et al, 2014).
PM2,5 sangat berbahaya karena dapat menembus bagian terdalam paru-paru dan sistem jantung,
yang menyebabkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang dialami oleh seseorang
yang terpapar dalam waktu singkat berupa, memburuknya gejala asma dan penyakit pernapasan
ringan lainnya. Apabila paparan terjadi dalam waktu yang lama, maka dapat menyebabkan
terjadinya infeksi saluran pernapasan akut, kanker paru-paru, penyakit kardiovaskular, bahkan
kematian. Dampak PM2,5 terhadap lingkungan yaitu memudarnya warna bangunan,
mempercepat perusakan bangunan, dan mengganggu estetika lingkungan. Dampak PM2,5
terhadap hewan yaitu menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan ternak (Monks et al.,
2012). Dampak PM2,5 terhadap tumbuhan yaitu perubahan warna daun, mempengaruhi
pertumbuhan daun. Pencemaran udara menyebabkan kerusakan dan perubahan fisiologi
tanaman, PM2,5 juga dapat menutup stomata pada daun sehingga mempengaruhi jalannya proses
fotosintesis (Anisa, 2019).
Menurut Environmental Device Corporation alat EPAM 5000 Haz Dust adalah alat monitoring
debu dengan ukuran TSP, PM2,5 dan PM10. Alat ini menggunakan hamburan cahaya untuk
mengukur konsentrasi partikel dan memberikan langsung real-time dan rekaman data
konsentrasi partikel udara dalam miligram per meter kubik (mg/m3 ). Aplikasi EPAM 5000 Haz
Dust sangat cocok di pakai di dalam ruangan maupun di luar ruangan. EPAM 5000 Haz Dust
merupakan teknologi yang sangat canggih dilengkapi dengan software, filter paper, kabel data
dan pendukung lainnya. EPAM 5000 Haz Dust ialah alat monitoring debu yang mudah dibawa
kemana-mana dan tidak menggunakan power listrik karena sudah dilengkapi dengan baterai
dan daya tahan baterai sampai 24 jam (Prinnatama, 2018). Dari panduan pengguna SKC
environmental particulate air monitor EPAM 5000 (1999), menerangkan bahwa EPAM 5000
menggunakan hamburan hamburan cahaya jarak dekat dari radiasi infra merah untuk mengukur
konsentrasi partikel dan rekaman data konsentrasi partikel udara diukur dalam miligram per
meter kubik (mg/m3). EPAM-5000 menggabungkan hamburan cahaya untuk pengukuran
partikel secara real-time dan gravimetri teknik.
9
Gambar 2.2 Pengukuran Real-Time Metode Hamburan Cahaya Pada EPAM 5000
Sumber: SKC.inc
Fitur EPAM 5000 Haz Dust adalah sebagai berikut (Prinnatama, 2018) :
Baku mutu parameter PM2,5 ini diatur nilainya pada Lampiran VII PP RI No. 22 Tahun 2021.
Baku mutunya dapat dilihat pada tabel 2.1
10
**National Ambien Air Quality Standards, United States Environmental Protection Agency (US-EPA)
Kriteria yang dapat digunakan dalam penentuan lokasi pemantauan kualitas udara ambien (SNI
19-7119.6.2005):
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam pemilihan titik pengambilan contoh uji adalah
11
(SNI 19-7119.6.2005):
a) Hindari tempat yang dapat mengubah konsentrasi akibat adanya absorpsi, atau adsorpsi
(Seperti dekat dengan gedung-gedung atau pohon-pohonan).
b) Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar yang akan diukur dapat
terjadi: emisi dari kendaraan bermotor yang dapat mengotori pada saat mengukur ozon,
c) Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu hasil yang mengganggu
pada saat mengukur debu tidak boleh dekat dengan incinerator baik domestik maupun
komersial, gangguan listrik terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik
tegangan tinggi
d) Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/bangunan yang rendah dan saling berjauhan.
e) Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilihan lokasi harus mempertimbangkan
perubahan kondisi peruntukan pada masa datang.
Skema penetapan lokasi pemantauan kualitas udara ambien dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Pencemar udara disebabkan oleh kegiatan pembakaran bahan bakar fosil, proses-proses
industri, erosi tanah, dan reaksi kompleks antara matahari dan polutan gas. Partikel pencemar
tersebut walaupun disaring sebelum memasuki tubuh manusia, dapat menyebabkan gangguan
pernapasan, serangan jantung dan kanker (Harris et al, 1999). Menurut Wardhana (2011)
karakter umum tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi menyerap polutan secara umum
serupa. Tanaman memiliki tajuk rimbun, tidak mudah gugur daunnya, tanamannya relatif
tinggi. Karakter khusus tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi mengurangi polutan
partikel memiliki ciri daun, memiliki bulu halus, permukaan daun kasar, daun bersisik, tepi
daun bergerigi, daun berbentuk jarum, daun yang permukaannya bersifat lengket, efektif untuk
12
menyerap polutan. Menurut Santoso (2012) menyebutkan bahwa epidermis adalah target utama
dari polutan udara, dimana polutan pertama masuk melalui stomata dan bereaksi dalam lubang
ini melalui lubang-lubang ini, polutan terlarut dalam air permukaan sel-sel daun dan
mempunyai pH sel. Selanjutnya bereaksi dengan sel mesofil. Setiap tanaman mempunyai
karakteristik yang berbeda dalam mengabsorbsi gas-gas tertentu di udara, sehingga dapat
merupakan penyangga yang baik terhadap pencemaran udara. Shao et al., (2018) melakukan
penelitian mengenai kemampuan daun tanaman untuk menahan partikel. Delapan tanaman di
Hangzhou dipilih sebagai objek studi untuk mengamati struktur mikro permukaan daun dan
distribusi partikel yang tertahan melalui pemindaian mikroskop elektron (SEM). Tanaman
dapat mempertahankan PM dan secara efektif mengurangi konsentrasi partikel atmosfer,
sehingga memberikan metode yang kuat untuk meningkatkan lingkungan perkotaan dan
mengurangi tekanan polusi atmosfer (Shao et al., 2018). Tanaman perkotaan bertindak sebagai
penyerap PM karena tanaman menangkap PM pada permukaan daun dan menyerap PM sangat
halus (<0,1MM) ke dalam jaringan daun melalui stomata (Song et al., 2015). Menanam pohon
di seperempat dari daerah perkotaan dapat mengurangi konsentrasi PM sebesar 2 sampai 10%.
Secara keseluruhan, temuan menunjukkan bahwa vegetasi perkotaan memiliki efek langsung
dan positif pada kesehatan manusia dengan mengurangi PM2,5. Jika vegetasi perkotaan akan
digunakan sebagai ukuran untuk mengendalikan polusi udara, spesies dan jarak pohon yang
paling efisien harus digunakan untuk memaksimalkan PM2,5 serapan oleh vegetasi.
Kemampuan untuk mengidentifikasi spesies vegetasi yang paling efisien untuk menangkap
PM2,5 penting karena akan menjadi dasar pemilihan tanaman untuk meningkatkan kualitas
udara (Chen et al., 2017).
13
Gambar 2.4 Contoh 1 RTH Taman RT
Sumber: PermenPU No:05/PRT/M/2008
14
3. RTH Ruang Pejalan Kaki
Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan
jalan atau di dalam taman. Contoh RTH untuk pejalan kaki dapat dilihat pada Gambar
2.7.
15
Gambar 2.9 jarak titik tanam tidak rapat
Sumber: PermenPU No:05/PRT/M/2012
16
Gambar 2.13 jarak tanam jarang
Sumber: PermenPU No:05/PRT/M/2012
Jenis-jenis tanaman yang dinilai paling efisien dalam penyisihan PM2,5 yang dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
17
Tabel 2.2 Jenis Tanaman Pereduksi PM2,5
No Gambar Nama Tanaman Nama Ilmiah Karakteristik Daun Efektivitas
0,33%
Berbentuk oval, panjang 6
cm, lebar 3,5 cm, tulang
Cinnamomum
1. Pohon Kamper rawan, mengkilat pada
Camphora
permukaan adaksial, gelap
pada permukaan abaksial*
2,60%
18
No Gambar Nama Tanaman Nama Ilmiah Karakteristik Daun Efektivitas
2,86%
1,13%
19
No Gambar Nama Tanaman Nama Ilmiah Karakteristik Daun Efektivitas
5,10%
0,87%
20
No Gambar Nama Tanaman Nama Ilmiah Karakteristik Daun Efektivitas
1,40%
Tipis, kasar, panjang 5 cm,
lebar 1,5 cm, garis-garis
Rhododendron kuning-cokelat tersebar di
7. Azelea Ungu
Pulchrum permukaan adaksial dan
puberulen di bawah
permukaan abaksial*
1,44%
21
No Gambar Nama Tanaman Nama Ilmiah Karakteristik Daun Efektivitas
4,80%
Daunnya tumbuh dalam
dua bentuk, daun seperti
jarum-jarum yang kecil
9. Pohon Cemara Juniperus formosa berukuran antara 5–10 mm
panjangnya, dan yang besar
memiliki daun 1,5–3 cm
panjang**
1,73%
22
No Gambar Nama Tanaman Nama Ilmiah Karakteristik Daun Efektivitas
23
No Gambar Nama Tanaman Nama Ilmiah Karakteristik Daun Efektivitas
66%
Pohon pinus china putih
ini memiliki batang
berbentuk silindris, daun
berbentuk jarum dengan
13. Pinus China Putih Pinus armandii
permukaan yang halus.
Ketinggian pohon pinus
china putih ini bisa
mencapai 35 meter***
24
No Gambar Nama Tanaman Nama Ilmiah Karakteristik Daun Efektivitas
30%
Ketinggian pohon cedar
Himalaya mencapai 40-60
meter dengan diameter
batang sebesar 3 meter.
14. Cedar Himalaya Cedrus deodara
Bentuk daun pohon cedar
himalaya seperti jarum
yang Sebagian besar
panjangnya 2,5-5 cm***
82%
Pohon katun kayu
memiliki tinggi sekitar 15
meter dengan panjang
daun sekitar 8-16 cm.
Pohon katun kayu
15. Katun Kayu Eucommia ulmoides
memiliki daun dengan
bulu-bulu halus, ujung
daun berbentuk runcing
dan memiliki tepi yang
bergerigi***
25
No Gambar Nama Tanaman Nama Ilmiah Karakteristik Daun Efektivitas
64%
26
2.9 Analisis Data
Analisis mengenai hubungan antara konsentrasi PM2,5 dengan faktor meteorologi akan
dilakukan dengan dua analisis yaitu analisis regresi dan analisi korelasi serta uji validasi dan
reliabilitas menggunakan SPSS digunakan untuk mengetahui apakah pertanyaan pada kusioner
tersebut valid atau tidak valid.
Analisis regresi mempelajari bentuk hubungan antara satu variabel atau lebih peubah atau
variabel bebas (x) dan satu peubah tidak bebas (y). Analisis regresi digunakan untuk mengukur
hubungan stastistik yang terjadi antara dua variabel atau lebih. Ada tiga macam regresi yaitu
(Setiawan, 2011):
1. Regresi Linier
Regresi linier adalah analisis yang dibatasi hanya fungsi nilai tengah linier, antara variabel
independen (x) dan variabel dependen (y), rumus yang digunakan untuk regresi linear
sebagai berikut:
Y=βα+x ……............................................................................................... (2.1)
Keterangan:
βα = nilai konstanta
y = fungsi dari x Regresi ini untuk mengetahui arah hubungan
2. Regresi Non-linier
Hubungan antara variable – variabel rekayasa tidak selalu linier, atau tidak selalu memadai
dinyatakan dengan model-model yang linier. Regresi non-linier umumnya berdasarkan
fungsi nilai purata yang diasumsikan non-linier dengan koefisien-koefisien tak tentu yang
akan dihitung dari data pengamatan.
Y = βα+g(x) ................................................................................................. (2.2)
Keterangan: g(x) = merupakan fungsi non-linear dari x
Regresi non linear terdiri dari:
a. Eksponen
Salah satu model yang juga banyak digunakan apabila situasi tidak memungkinkan yaitu
model linear atau model polinom. Model ini dinyatakan dalam bentuk:
Y = abx ……………...................................................................................... (2.3)
b. Logaritma
27
Seperti halnya model eksponen, model logaritma juga dapat dikembalikan pada model
linear, dimana variabel bebas Y berfungsi sebagai pangkat (eksponen) dan variabel bebas X
mempunyai bentuk perpangkatan. Persamaan umumnya:
Ln y = ln a + bx ……….………………………………………...……….....… (2.4)
Menurut Sutanta (2005), koefisien korelasi sebagai akar kuadrat dari koefisien determinasi
untuk korelasi non liner. Koefisien untuk korelasi non liner ditujukan oleh variabel bebas dan
variabel terikat, contohnya: koefisien korelasi variabel Y (variabel terikat) pada variabel X
(variabel bebas) ditunjukkan oleh ryx. Nilai ryx untuk korelasi non liner dapat ditaksirkan
dalam cara yang sama seperti r untuk korelasi liner. Koefisien korelasi (r) diartikan sebagai
ukuran hubungan linear antara dua pengubah. Angka korelasi berkisar antara 0 (tidak ada
korelasi sama sekali) sampai dengan 1 (korelasi sempurna). Angka korelasi yang semakin
mendekati 1 berarti korelasi semakin erat, sedangkan angka korelasi yang mendekati 0 berarti
korelasi semakin lemah. Selain besar korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran
hasil. Tanda negatif (-) pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan sedangkan
tanda positif (+) menunjukkan arah yang sama. Interpretasi nilai r dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Interpretasi Nilai R
No. Koefisien Korelasi Interpretasi
1. 0,001-0,200 Sangat lemah
2. 0,201-0,400 Lemah
3. 0,401-0,600 Cukup kuat
4. 0,601-0,800 Kuat
5. 0,801-1,000 Sangat Kuat
Sumber: Hasan, 2008
SPSS adalah satu program untuk pengolahan data statistik yang penggunaannya cukup mudah.
SPSS merupakan suatu singkatan dari Statistical Product and Service Solution. Dalam
pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik Bivariate Pearson dan Corrected Item-Total Correlation. Uji
validitas merupakan uji yang berfungsi untuk melihat apakah suatu pertanyaan-pertanyaan
kusioner tersebut valid atau tidak valid. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
tersebut pada kuesioner dapat mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner. Kriteria
Pengujian Validitas akan menjelaskan pengujian validitas yang mengkorelasikan antar masing-
28
masing skor item indikator dengan total skor konstruk. Tingkat signifikansi yang digunakan
yaitu 0,05 (Janna, 2019) .
a. Kriteria pengujiannya yaitu:
H0 diterima apabila r hitung > r tabel , (valid)
H0 ditolak apabila r hitung ≤ r tabel. (tidak valid)
b. Cara menentukan besar nilai R tabel R tabel = df (N-2), tingkat signifikansi uji dua arah.
Misalnya R tabel = df (13-2, 0,05).
Reliabilitas menunjukan sejauh mana suatu pengukuran dipercaya. Suatu instrumen dengan
pilihan jawaban 2 atau lebih dikatakan reliable apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap subjek yang sama (test-retest) diperoleh hasil yang relatif sama atau
dalam satu kali pengukuran dengan instrument yang berbeda (equivalent) diperoleh hasil yang
relatif sama. Suatu instrument dengan pilihan jawaban yang hanya dua saja, dikatakan reliabel
apabila nilai ri > rt, sedangkan untuk instrumen dengan pilihan jawaban lebih dari dua,
dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas Alfa Cronbach di antara 0,70- 0,90 (Yusup,
2018).
Pada beberapa literatur yang bersumber dari artikel ilmiah terbitan masing-masingnya
mengukur efektivitas penyisihan PM2,5 oleh tanaman. Kajian literatur dilakukan pada tanaman
dengan kriteria daun berbulu halus, permukaan daun kasar, daun berbentuk jarum, tepi daun
bergerigi, dan permukaan daun bersifat lengket. Berikut kajian dari masing-masing literatur
yang digunakan terkait efektivitas penyisihan PM2,5 oleh tanaman yang dapat dilihat pada
Tabel 2.4.
29
Tabel 2.4 Penelitian Terkait
No Nama Penulis, Tahun Dan Judul Artikel Tujuan Penelitian Metode Penelitian
30
No Nama Penulis, Tahun Dan Judul Artikel Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Scanning electron
Shao et al (2019), Study on Different microscopy (SEM).
Mempelajari PM2,5 yang tertahan oleh kemampuan tanaman yang
Particulate Matter Retention Capacities of the Sumber polutan dari udara
berbeda untuk memberikan dasar teoritis untuk pemilihan tanaman di
4. Leaf Surfaces of Eight Common Garden ambien
kota, dan hasil temuan akan sangat penting dalam kualitas udara.
Plants in Hangzhou, China.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis konsentrasi Particulatte Matter
2,5 (PM2,5) sebagai polutan di lokasi perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Kota
Padang akibat aktivitas proses kegiatan di pabrik PT.Semen Padang dan kemungkinan sumber
lainnya seperti aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Pengukuran konsentrasi
diawali dengan mengukur kondisi meteorologi meliputi suhu, tekanan udara, kecepatan angin
dan kelembapan. Kondisi meteorologi diukur menggunakan alat Environment Metter untuk
mengukur suhu, tekanan udara, kecepatan angin dan kelembapan, GPS digunakan untuk
mengukur arah angin setiap 10 menit. Pengukuran konsentrasi PM2,5 dilakukan menggunakan
alat EPAM-5000 HAZ-DUST sampling dilakukan selama 24 jam yang dibagi menjadi 4 shift
yang masing-masing shift dilakukan sampling selama 1 jam . Setelah diketahui konsentrasi
PM2,5 di lokasi sampling, hasil sampling di bandingkan dengan PP RI No. 22 Tahun 2021
tentang penyelenggaraan perlindungan dan pengolahan lingkungan hidup kemudian
menentukan hubungan antara konsentrasi PM2,5 dengan kondisi meteorologi dan memberikan
rekomendasi tanaman dengan tujuan mereduksi konsentrasi PM2,5 di perumahan Dosen Unand
Blok D, Ulu Gadut, Kota Padang.
32
Mulai
Studi Pendahuluan
Studi literatur
Pengumpulan data sekunder berupa gambar lokasi penelitian, windrose dan jumlah
penduduk
Survei lokasi dan waktu sampling
Penyusunan Laporan
Selesai
33
3.3 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan pencarian informasi yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan sehingga masalah yang di angkat lebih jelas.
Studi literatur ialah langkah awal yang dilakukan dalam memulai suatu penelitian. Studi
literatur bertujuan untuk mencari landasan teori yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian
ini. Studi literatur dapat diperoleh dari buku, jurnal, peraturan pemerintah, undang-undang,
Standar Nasional Indonesia (SNI), dan sumber pendukung lainnya. Studi literatur yang
dilakukan yaitu mempelajari teori yang berkaitan dengan pencemaran udara, Particulatte
Matter 2,5 (PM2,5), rekomendasi tanaman pereduksi PM2,5 dan penelitian terkait.
34
Gambar diatas menunjukkan bahwa kecepatan angin berada dalam 1 warna yaitu warna hijau
dengan kecepatan angin berkisar antara 0,12 – 1,45 m/s. Hal ini sesuai dengan penelitian
Wangsa (2015) yang menunjukkan bahwa arah angin dominan pada malam hari bertiup dari
timur ke barat dan penelitian Kurniawan (2014) menunjukkan bahwa arah angina dominan
pada siang hari bertiup dari barat ke timur.
Lokasi penelitian dilakukan pada area padat penduduk, penelitian dan penyusunan laporan
dilaksanakan pada bulan mei 2022-juli 2022 dengan waktu pengambilan sampel dilakukan
selama 7 hari. Lokasi pengambilan sampel ditetapkan sesuai SNI 19-7119.6-2005 dengan 4
titik sampling. Penentuan jumlah titik sampling dibagi berdasarkan lokasi sampling yang
terdiri dari 4 bagian yaitu DI, DII, DIII dan DIV, masing-masing titik di asumsikan dapat
mewakili lokasi sampling. Lokasi sampling ini dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Berikut deskripsi lokasi penelitian yang dapat dilhat pada Tabel 3.1
1. Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Lokasi ini memiliki jarak ± 2 km dari sumber
Kota Padang (Komplek Blok DI) pencemar yang merupakan wilayah pemukiman padat
penduduk. Lokasi sampling berada di halaman rumah
35
No Lokasi Sampling Deskripsi
masyarakat setempat.
2. Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Lokasi ini memiliki jarak ± 1,8 km dari sumber
Kota Padang (Komplek Blok DII) pencemar yang merupakan wilayah pemukiman padat
penduduk. Lokasi sampling berada di lapangan SDN
09 Bandar Buat
3. Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Lokasi ini memiliki jarak ± 1,6 km dari sumber
Kota Padang (Komplek Blok DIII) pencemar yang merupakan wilayah pemukiman padat
penduduk. Lokasi sampling berada di lapangan bola
4. Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Lokasi ini memiliki jarak ± 1,3 km dari sumber
Kota Padang (Komplek Blok DIV) pencemar yang merupakan wilayah pemukiman padat
penduduk. Lokasi sampling berada di lapangan terbuka
Pengambilan data primer di lapangan dengan pengukuran dan pemantauan secara langsung.
Suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, kecepatan dan arah angin diukur menggunakan
alat Environment Metter. GPS digunakan untuk mengukur arah angin. Pengambilan data
meteorologi dilakukan setiap 10 menit selama 1 jam. Berikut alat yang akan digunakan dapat
dilihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5
36
Gambar 3.5 GPS
Sumber:Laboratorium Kualitas Udara, 2022
Populasi penelitian ini sebanyak 2.250 jiwa. data kuisioner didapatkan dari pengisian kuisioner
oleh responden. Jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini dihitung menggunakan
37
teknik slovin dikarenakan digunakan untuk menentukan ukuran sampel dengan ukuran populasi
yang kurang jelas. Persamaan slovin dapat dilihat dibawah ini
n= ...............................................................................................................................(3.1)
+ e2
keterangan:
n = jumlah sampel (Jiwa)
N = jumlah populasi (Jiwa)
E = tingkat kesalahan/error (10% untuk populasi besar 20% untuk populasi kecil)
Berdasarkan penjelasan diatas, maka digunakan nilai error (e) yaitu 10% (0,1) untuk jumlah
penduduk 2.250 jiwa yang termasuk populasi menengah. Maka jumlah sampel yang digunakan
adalah
n=
+ e2
2.25
n= 2 = 95,7 = 96 Responden
+ (2.25 ) ,
Pemilihan sampel dilakukan secara random sampling di 4 titik sampling. Jumlah sampel secara
rinci dapat dilihat pada Tabel 3.3
1. Titik 1
96 responden/ 4 titik
2. Titik 2 96
= 24 jiwa
3. Titik 3
38
No Lokasi Sampling Jumlah Responden (Jiwa) Jumlah Sampel (Jiwa)
4. Titik 4
1. Perbandingan konsentrasi PM2,5 dengan baku mutu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22
tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Konsentrasi PM2,5 yang didapatkan dari hasil perhitungan di atas kemudian dibandingkan
dengan baku mutu udara ambien yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Baku mutu udara
ambien adalah nilai pencemar udara yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.
Baku mutu udara ambien ditetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lampiran VII.
Nilai baku mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 55 µg/m3 untuk waktu pengukuran 24 jam
dan 15 µg/m3 untuk waktu pengukuran 1 tahun.
2. Analisis hubungan konsentrasi PM2,5 dengan kondisi meteorologi
Hubungan antara konsentrasi PM2,5 dengan kondisi meteorologi ditentukan dengan analisis
regresi dan korelasi linear sederhana. Kondisi meteorologi dianggap sebagai variabel X dan
konsentrasi gas PM2,5 sebagai variabel Y.
Y = a + bx .......................................................................................................... (3.2)
Keterangan:
Y = Konsentrasi gas PM2,5
X = kondisi meteorologi
a = Konstanta
b = Gradien
Nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:
n ∑ xi i - ∑ xi ∑ i
b= ……………………………………………………........................… (3.3)
n ∑ xi2 -( ∑ xi2 )
a = yi + bxi…………………………………………………………..................…...… (3.4)
Hubungan korelasi (kuat hubungan) antar kedua variabel dapat ditentukan dengan nilai:
∑ (∑ )(∑ )
……………………..................……………………… (3.5)
√[ ∑ ] [ ∑ (∑ )]
Dimana:
rxy = koefisien korelasi
39
n = jumlah pengamatan
∑xi = jumlah dari pengamatan nilai x
∑ i = jumlah dari pengamatan nilai y
Lokasi titik penanaman tanaman pereduksi PM2,5 dilakukan di ruang terbuka hijau di dalam
kawasan Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Kota Padang dan di halaman rumah
masyarakat serta di tepi jalan dalam kawasan perumahan tersebut.
40
BAB IV
RANCANGAN KERJA
Pengerjaan Tugas Akhir ini direncanakan berlangsung lebih kurang selama 6 bulan.
Pengumpulan data-data, baik data primer maupun data sekunder, analisis data, serta penelitian
dilakukan pada lokasi titik pengambilan sampel. Adapun rencana kerja dari pengerjaan Tugas
Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan mencakup studi literatur yang digunakan untuk
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan tugas akhir.
2. Seminar Proposal
Seminar untuk persetujuan judul, latar belakang, tujuan dan metodologi penelitian.
3. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian mencakup izin untuk melakukan penelitian dan memeriksa alat
yang dibutuhkan sebelum melakukan kegiatan pengambilan sampel.
4. Pengumpulan Data
Melakukan pengumpulan data dengan melakukan pengambilan sampel secara
langsung di lapangan dan penyebaran kuisioner.
5. Analisis Data dan pembahasan
Menganalisis data yang telah didapat untuk dilakukan perhitungan.
6. Penyusunan laporan tugas akhir
Membuat hasil analisis data dengan metode dalam bentuk laporan.
7. Penyelesaian laporan tugas akhir
Penyelesaian laporan Tugas Akhir untuk seminar hasil.
8. Seminar Hasil
Mempresentasikan hasil penelitian di hadapan pembimbing dan penguji.
9. Perbaikan laporan tugas akhir
Perbaikan sesuai saran dan kritik dari penguji saat seminar hasil dan arahan dari
pembimbing.
10. Sidang Tugas Akhir
Mempresentasikan hasil perbaikan dari seminar hasil dihadapan pembimbing,
penguji dan mahasiswa.
41
Tabel 4.1 Rencana Kerja Tugas Akhir
Bulan dan Minggu ke-
No Rencana Kerja Februari Maret April Mei Juni juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. UGB
2. Mengajukan Proposal
3. Seminar Proposal
Persiapan Penelitian
4.
Persiapan Alat
Pengambilan Sampel
Pengukuran Konsentrasi
5. PM2,5 Dan Kondisi
Meteorologi
Penyebaran Kusioner
Analisis Data Dan
6. Pembahasan
Penyusunan Laporan Tugas
7. Akhir
8. Seminar Hasil
Perbaikan Laporan Tugas
9. Akhir
Bulan dan Minggu ke-
No Rencana Kerja Februari Maret April Mei Juni juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Arifiyanti, F. (2012). Pengaruh Kelembaban, Suhu, Arah dan Kecepatan Angin Terhadap
Konsentrasi CO dengan Membandingkan Dua Volume Pencemar di Area Pabrik dan di
Persimpangan Jalan (Studi Kasus: PT. Inti General Yaja Steel dan Persimpangan
Jrakah). Laporan Tugas Akhir. Semarang: Program Studi Teknik Lingkungan
Diponegoro.
Anisa, S. (2019). Pengaruh Penceramaran Udara terhadap kerapatan stomata pada daun
mahoni. 1–68.
Arba, S. (2019). Kosentrasi Respirable Debu Particulate Matter (Pm2,5) Dan Gangguan
Kesehatan Pada Masyarakat Di Pemukiman Sekitar PLTU. Jurusan Kesehatan
Llingkungan Poltekkes Kemenkes Ternate. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Badan Standarisasi Nasional. 2004. Semen Portland. SNI 15-2049-2004.
http://sispk.bsn.go.id/SNI/DetailSNI/ 6793
Chandra, B. (2014). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Egc. Jakarta
Chen, L., Liu, C., Zhang, L., Zou, R., & Zhang, Z., (2017), Variation In Tree Species Ability To
Capture And Retain Airborne Fine Particulate Matter (Pm2,5)
Duppa, A., Daud, A., dan Bahar, B. (2020). Kualitas Udara Ambien Di Sekitar Industri Semen
Bosowa Kabupaten Maro. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin. Jurnal kesehatan masyarakat.
Gunaprawira, K. M., Sumeru dan Sutandi, T. (2021). Analisis Konsentrasi PM10 Dan PM2.5
Pada Moda Transportasi Kereta Api, Bus, Angkutan Kota, Mobil Baru, Dan Mobil
Lama. Jurusan Teknik Refrigerasi Dan Tata Udara, Politeknik Negeri Bandung,
Bandung
Gusnita, D., dan Cholianawati, N. (2019). Pola Konsentrasi Dan Trayektori Polutan PM2,5
Serta Faktor Meteo Di Kota Jakarta. Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia Universitas
Sebelas Maret.
Harris, Rw, Jr Clark., & Np, Matheny. (1999). Arboriculture. New Jersey :Prentice Hall, Inc
Janna, M. N. (2019). Konsep Uji Validitas Dan Reliabilitas Dengan Menggunakan Spss.
Sekolah Tinggi Agama Islam (Stai) Darul Dakwah Wal-Irsyad (Ddi) Kota Makassar
Julasmasari, F., Saputra, H., Wijaya, M., Analia, O., dan Illahi, R. (2011). Analisis Sistem
Rantai Pasok PT. Semen Padang. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Andalas, Padang. Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 10, No. 1
Kurnia, L. A., Keman, S. (2014). Analisis Risiko Paparan Debu PM2,5 terhadap Kejadian
Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pekerja Bagian Boiler Perusahaan Lem di
Probolinggo. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 7, No. 2, Januari 2014: (118-125).
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Surabaya
Kurniawan, E. (2014). Pemetaan Konsentrasi PM10 (Particulate Matter 10 µm) Dan
Konsentrasi Logam Ca, Al, Fe, Si Dan Na Dalam PM10 Di Udara Ambien Kawasan
Timur PT Semen Padang Dan Sekitarnya. Tugas Akhir Sarjana, Jurusan Teknik
Lingkungan Universitas Andalas
Maharani, I. D., dan Razif, M. (2020). Analisa Dispersi Pm 2,5 Menggunakan Model Gauss
Point Source Dikawasan Industri Dan Desain Venturi Scrubber Beserta Ipal Untuk
Effluent Venturi. Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya
Monks, dkk. (2012). Fine Particulate Matter (PM2,5) in the United Kingdom: United Kingdom:
Nothern Ireland. Book: Air Quality Expert Group
Novirsa, R., Achmadi, F.U. (2012). Analisis Risiko Pajanan PM2,5 di Udara Ambien Siang Hari
Terhadap Masyarakat di Kawasan Industri Semen. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 4.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan Dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/Prt/M/2012 Tentang Pedoman Penanaman
Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan
Prinnatama, S. I. (2018). Rancangan Bangun Sistem Informasi Tingkat Polusi Debu Pada Balai
Pengamatan Antariksa Dan Astmosfer Pasuruan. Fakultas Teknologi Dan Informatika.
Institut Bisnis Dan Informatika Stikom Surabaya
PT. Semen Padaang. (2022). Profil PT. Semen Padang. PT. Semen Padang
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Indonesia
Santosa, I. 2012. Model Pencemaran Udara dari Kendaraan Bermotor Menggunakan Metode
volume Terhingga (Studi Kasus di Kota Bogor). Disertasi. Jurusan Agrometeorologi.
Bogor: IPB
Setiawan, A. (2011). Studi Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang (Emp) Berbagai
Jenis Kendaraan Pada Ruas Jalan Utama Di Kota Palu. 1, 16–26.
Shao, F., Wang, L., Sun, F., Li, G., Yu, L., Wang, Y., & Bao, Z., (2019), Judul Study On
Different Particulate Matter Retention Capacities Of The Leaf Surfaces Of Eight
Common Garden Plants In Hangzhou, China. Journal Sciences Of The Total
Environment 652.
SKC Inc. ( 999). U er’ Guide: S C Environmental articulate Air onitor odel S C
EPAM-5000. 863 Valley View Road Eighty Four, PA: Environmental Devices
Corporation
Solihin, R. (2017). Analisis Konsentrasi Particulate Matter 2,5 (Pm 2,5) Di Dalam Rumah
Tinggal Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Masyarakat Di Perumahan Ulu Gadut
Akibat Pabrik Pt.Semen Padang. Diploma Thesis, Universitas Andalas.
SNI 19-7119.6.2005. Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara
Ambien
Song, Y., Maher, B.A., Li, F., Wang, X., Sun, X., & Zhang, H., (2015), Particulate Matter
Deposited On Leaf Of Five Evergreen Species In Beijing, China: Source Identification
And Size Distribution. Journal Atmospheric Environment 105.
Sutanta, E. (2005). Statistik Dan Probabilitas. Amus: Yogyakarta.
Sugiarto. (2018). Analisis Konsentrasi SO2, NO2 Dan Partikulat Pada Sumber Emisi Tidak
Bergerak (Cerobong) Berbahan Bakar Batu Bara Dan Cangkang (Sudi Kasus Di
Kabupaten Muaro Jambi). Tugas Akhir Program Studi Teknik Lingkungan Universitas
Batanghari.
US-EPA. (2014). Air Quality Index: A Guide to Air Quality and Your Health.
https://www3.epa.gov/airnow/aqi_brochure_02_14.pdf
Wangsa, D. (2021). Pemodelan Sebaran Particulate Matter 10 µm (PM10) Di Kawasan
Industri Pt. Semen Padang Menggunakan Software Aermod.Tesis: Universitas Andalas
Wangsa, D. (2015). Pemetaan Konsentrasi PM10 (Particulate Matter 10 µm) Dan Konsentrasi
Logam Ca, Al, Fe, Si Dan Na Dalam PM10 Di Udara Ambien Kawasan Timur PT Semen
Padang Dan Sekitarnya. Tugas Akhir Sarjana, Jurusan Teknik Lingkungan Universitas
Andalas
Wardhana, W.A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.
Wardhana, W.A. 2011. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi). Yogyakarta: Penerbit
Andi.
World Health Organization. (2016). Ambient (Outdoor) Air Quality And Health. [Online]
Available At: Http://Www.Who.Int/Mediacentre/ Factsheets/Fs313/En/. Diakses 30
Maret 2022.
Yan, J., Lin, L., Zhou, W., Han, L., & Ma, K., (2016), Quantifying The Characteristics Of
Particulate Matters Captured By Urban Plants Using An Automatic Approac. Journal
of environmental sciences 39.
Yusup, F. (2018). Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif. Universitas
Islam Negeri Antasari Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 7 No. 1
LAMPIRAN
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN VII
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2021
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Keterangan
SK No 097090 A
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
Keterangan :
pglms = konsentrasi dalam mikrogram per meter kubik, pada kondisi
atmosfer
normal, yaitu tekanan (P) I atm dan temperatur (T) 25"C
# Konsentrasi yang dilaporkan untuk waktu pengukuran selama 1 (satu)jam
adalah konsentrasi hasil pengukuran yang dilakukan setiap 30 (tiga puiuh)
menit (dalam l jam dilakukan 2 kali pengukuran) dan dilakukan di antara
pukul 11:00 - 14:O0 waktu setempat
## Konsentrasi yang dilaporkan untuk waktu pengukuran selama g (delapan)
jam adalah konsentrasi dari waktu pengukuran yang dilakukan di antara
pukul 06:00 - 18:00 waktu setempat.
### Konsentrasi yang dilaporkan
untuk waktu pengukuran selama 3 (tiga) jam
adalah konsentrasi dari waktu pengukur.., y"rrg dilakukan di anta.Jprmt
06:00 - 10:00 waktu setempat.
ttd
JOKO WIDODO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
D Perundang-undangan dan
trasi Hukum,
e-
trl
I
*
vanna Djaman
SK No 097108 A
SNI 19-7119.6-2005
1 Ruang lingkup
Standar ini digunakan untuk menentukan titik pengambilan contoh uji kualitas udara ambien
yang meliputi:
a) Pemilihan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien.
b) Penempatan peralatan pengambil contoh uji pemantauan kualitas udara ambien sesaat
dan kontinyu.
2.1
probe
sampling inlet/contoh uji masuk dari alat pengambilan contoh uji
2.2
absorpsi
penyerapan secara kimiawi oleh tumbuhan, bangunan dan penghalang lainnya terhadap
contoh uji
2.3
adsorpsi
penyerapan secara fisika oleh tumbuhan, bangunan dan penghalang lainnya terhadap
contoh uji
2.4
stasiun
tempat peralatan pengambil contoh uji dengan sistem otomatis
2.5
lokasi pengambilan contoh uji
daerah/area yang dipilih untuk menentukan titik pengambilan contoh uji
2.6
titik pengambilan contoh uji
tempat peralatan pengambil contoh uji diletakkan untuk melaksanakan pengambilan contoh
uji
2.7
isopleth
garis yang menggambarkan konsentrasi yang sama dari penyebaran polutan pada posisi
penerima
2.8
model simulasi
model matematis yang digunakan untuk memprediksi penyebaran polutan atau bahan
pencemar dari suatu area yang akan dipantau
1 dari 7
SNI 19-7119.6-2005
3 Cara penentuan
3.1 Prinsip
Dalam penentuan lokasi pengambilan contoh uji, yang perlu diperhatikan adalah bahwa data
yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yang sedang dipantau, yang telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
Kriteria berikut ini dapat dipakai dalam penentuan suatu lokasi pemantauan kualitas udara
ambien:
a) Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Daerah yang didahulukan untuk dipantau
hendaknya daerah-daerah dengan konsentrasi pencemar yang tinggi. Satu atau lebih
stasiun pemantau mungkin dibutuhkan di sekitar daerah yang emisinya besar.
b) Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah-daerah dengan kepadatan penduduk
yang tinggi, terutama ketika terjadi pencemaran yang berat.
c) Di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi maka stasiun
pengambil contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling daerah/kawasan.
d) Di daerah proyeksi. Untuk menentukan efek akibat perkembangan mendatang
dilingkungannya, stasiun perlu juga ditempatkan di daerah-daerah yang diproyeksikan.
e) Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara di seluruh wilayah studi harus
diperoleh agar kualitas udara diseluruh wilayah dapat dipantau (dievaluasi).
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam pemilihan titik pengambilan contoh uji
adalah:
a) Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi, atau adsorpsi
(seperti dekat dengan gedung-gedung atau pohon-pohonan).
b) Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar yang akan diukur
dapat terjadi: emisi dari kendaraan bermotor yang dapat mengotori pada saat mengukur
ozon, amoniak dari pabrik refrigerant yang dapat mengotori pada saat mengukur gas-
gas asam
c) Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu hasil yang
mengganggu pada saat mengukur debu (partikulat matter) tidak boleh dekat dengan
incinerator baik domestik maupun komersial, gangguan listrik terhadap peralatan
pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan tinggi
d. Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/bangunan yang rendah dan saling
berjauhan.
e. Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilihan lokasi harus mempertimbangkan
perubahan kondisi peruntukan pada masa datang.
2 dari 7
SNI 19-7119.6-2005
industri
pemukiman,
tempat spesifik
industri
Sumber : KEP-205/BAPEDAL/07/1996
CATATAN Pada arah angin dominan, lokasi pemantauan kualitas udara ambien minimum dua
lokasi dengan mengutamakan daerah pemukiman atau tempat-tempat spesifik. Sedangkan pada arah
angin lainnya minimum satu titik dengan kriteria penetapan lokasi seperti pada gambar 1. Data arah
angin dapat merupakan data sekunder dari stasiun meteorologis terdekat atau data pengukuran
langsung di lapangan. Sedangkan jarak lokasi pemantauan dari industri ditentukan berdasarkan hasil
model simulasi, pengamatan lapangan, pengukuran sesaat dan membuat isopleths nya.
3 dari 7
SNI 19-7119.6-2005
Untuk mendukung pemantauan kualitas udara ambien, perlu dilakukan pemantauan kondisi
meteorologis yang meliputi arah angin, kecepatan angin, kelembaban dan temperatur.
Penetapan lokasi pemantauan meteorologis sebagai berikut:
3.6.1 Ketentuan lokasi stasiun pemantau yang relatif dekat dengan bangunan atau
pohon tertinggi (gambar 2)
a) Tinggi probe alat pemantau minimal 2,5 kali dari tinggi bangunan atau pohon tertinggi
dan membentuk sudut 30o terhadap terhadap bangunan atau pohon tertinggi.
b) Minimal 2 meter lebih tinggi dari bangunan atau pohon tertinggi di sekitarnya.
c) Tinggi lokasi stasiun pemantau kondisi meteorologis minimal 10 meter dari permukaan
tanah.
3.6.2 Ketentuan lokasi stasiun pemantau yang relatif jauh dari bangunan atau pohon
tertinggi (jarak stasiun ke bangunan atau pohon tertinggi minimal 10 kali tinggi
bangunan atau pohon tertinggi (gambar 3))
a) Tinggi probe alat pemantau minimal 2,5 kali dari tinggi bangunan atau pohon tertinggi.
b) Tinggi lokasi untuk penempatan stasiun pemantau kondisi meteorologis minimal 10
meter dari permukaan tanah.
Anemometer
Min 2 m
Sample inlet
Shelter
Keterangan gambar :
a adalah tinggi shelter + 0, 5 m (minimal 3 m)
b adalah minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara (minimal 10 m)
4 dari 7
SNI 19-7119.6-2005
Anemometer
h1
h2
b sample inlet
Shelter
a
10 h1 minimum 10 h2 minimum
Keterangan gambar:
a adalah tinggi shelter + 0, 5 m (minimal 3 m);
b adalah minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara (minimal 10 m);
h1 adalah tinggi pohon;
h2 adalah tinggi rumah atau bangunan.
5 dari 7
KUISIONER PENELITIAN
Analisis Konsentrasi Particulate Matter 2,5 (PM2,5) Di Udara Ambien Dan Rekomendasi
Tanaman Pereduksi PM2,5 Di Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Kota
Padang
Dengan hormat,
Kami mahasiswa dari Fakutas Teknik, Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas
sedang melakukan penelitian mengenai “Analisis Konsentrasi Particulate Matter 2,5 (PM2,5)
Di Udara Ambien Dan Rekomendasi Tanaman Pereduksi PM2,5 Di Perumahan Dosen Unand
Blok D, Ulu Gadut, Kota Padang”.
Kami sebagai peniliti sangat berharap atas ketersediaan dan kerja sama Bapak/Ibu/Sdr/I/
bahwa:
1. Peniliti akan menjamin kerahasiaan identitas pribadi dan hasil jawaban yang
Bapak/Ibu/Sdr/I/ berikan;
2. Jawaban yang jujur sangat kami harapkan;
3. Setelah penelitian ini selesai maka kuisioner ini akan kami musnahkan.
Pada pengisian kuisioner ini akan sedikit menyita waktu Bapak/Ibu/Sdr/I/ karena ada
beberapa pertanyaan yang diberikan. Kami sangat mengharapkan bantuan dari
Bapak/Ibu/Sdr/I/ untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah kami sediakan secara
jujur dan apa adanya. Penelitian ini insyaallah akan sangat bermanfaat bagi banyak pihak.
Untuk itu kami ucapkaan terimakasih kepada Bapak/Ibu/Sdr/I/ sebagai responden.
Peneliti responden
( ) ( )
KUISIONER PENELITIAN
Analisis Konsentrasi Particulate Matter 2,5 (PM2,5) Di Udara Ambien Dan Rekomendasi
Tanaman Pereduksi PM2,5 Di Perumahan Dosen Unand Blok D, Ulu Gadut, Kota
Padang
Petunjuk
Beri tanda (X) pada huruf sesuai keadaanmu, bila jawaban “Ada”, isilah titik-titik di
sebelahnya.
Responden Usia Jenis Pekerjaan Alamat Pendidikan Lama Riwayat Lama Mengidap Keluhan Lama Keluhan
Kelamin Terakhir Bermukim Penyakit Penyakit
1 4 2 2 1 4 3 1 3 3 2
2 3 1 3 1 4 4 1 3 5 5
3 5 1 4 1 4 3 1 3 6 4
4 5 2 2 1 2 3 1 3 5 5
5 1 2 6 1 1 1 1 3 2 3
6 5 2 2 1 4 4 1 3 5 5
7 2 1 3 1 3 3 1 3 6 3
8 3 1 3 1 4 4 1 1 4 2
9 4 2 2 1 4 3 1 3 5 5
10 2 2 3 1 3 3 1 3 3 3
11 4 1 7 1 5 1 1 3 5 5
12 3 1 4 1 5 4 1 3 4 2
13 3 2 7 1 7 3 1 3 3 2
14 5 2 2 1 4 1 0 1 6 3
15 5 2 2 1 6 4 1 3 3 1
16 3 2 3 1 7 2 1 3 3 2
17 5 2 2 1 3 4 1 3 5 5
18 3 2 3 1 6 3 1 3 5 5
19 3 2 2 1 3 1 0 1 5 5
20 5 1 6 1 2 3 1 3 6 1
21 5 1 7 1 4 3 1 3 5 5
22 3 1 6 1 6 2 1 3 6 1
23 5 2 7 1 6 4 0 1 5 5
24 5 1 5 1 3 3 0 2 5 5
25 3 1 7 1 6 4 1 3 6 3
26 5 2 7 1 6 3 1 3 3 2
27 3 1 6 1 7 2 1 3 5 5
28 3 1 6 1 4 3 1 3 5 5
29 5 2 2 1 4 4 1 3 2 3
30 2 1 3 1 2 2 1 3 5 5
Uji Validasi Dan Reliabilitas Kuisioner Penelitian